Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam yang diampu oleh
dosen

Disusun oleh :

Kelompok 7

1. Dede aisyah saragih

2. Rahmawat

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah dzat yang menegakkan langit,


membentangkan bumi dan mengurusi seluruh makhluk. Tak lupa shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk
yakni Nabi Muhammad Sallahu’alaihimwasallam. Rahmat dan keselamatan Allah
semoga selalu dilimpahkan kepada seluruh Nabi dan Rasul, kepada keluarga, sahabat,
dan para shalihin. Sehingga kami sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Sejarah
Peradaban Islam, yang membahas tentang “Sejarah Peradaban Islam di Persia
(Andalusia)”. Kami selaku penulis menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih
belum sempurna. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
motivasi bagi siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.

Tebing tinggi , mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5

A. Latar Belakang..........................................................................................................5

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................6

C. Tujuan.......................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7

A. Islam di Andalusia....................................................................................................7

B. Perkembangan Islam di Andalusia............................................................................9

1. Periode Pertama (711-755 M)............................................................................9

2. Periode Kedua (755-912 M).............................................................................10

3. Periode Ketiga (912-1012 M)..........................................................................10

4. Periode Keempat (1013-1086 M).....................................................................12

5. Periode Kelima (1086-1248M)........................................................................12

6. Periode Keenam (1248-1492 M)......................................................................14

C. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia...............................................................15

1. Bahasa Arab.....................................................................................................15

2. Tafsir................................................................................................................16
3. Hadits...............................................................................................................16

4. Fikih.................................................................................................................16

5. Tasawuf............................................................................................................16

6. Filsafat..............................................................................................................17

7. Kedokteran.......................................................................................................18

8. Pertanian...........................................................................................................18

9. Musik dan Seni.................................................................................................18

10. Sastra..............................................................................................................18

11. Sejarah dan Geografi......................................................................................19

12. Sains...............................................................................................................19

13. Trigonometri...................................................................................................19

14. Antidote (Penawar Racun)..............................................................................19

D. Kemunduran dan Kehancuran Islam Andalusia...................................................19

1. Konflik Islam denga Kristen............................................................................20

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu...................................................................20

3. Kesulitan Ekonomi...........................................................................................20

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan...................................................21

5. Keterpencilan...................................................................................................21

BAB III PENUTUP.....................................................................................................22

A. Kesimpulan.............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai akhir abad ketujuh, Islam berkembang pesat namun masih terbatas di
belahan dunia timur. Ekspansi yang dilakukan paling jauh hanya mencapai Afrika
Utara, yaitu saat Abdul Malik menjadi Khalifah dari Dinasti Umayyah. Benua Eropa
yang diwakili oleh Semenanjung Andalusia (Iberia) baru dimasuki ketika Tharif bin
Malik melakukan penyelidikan, yang kemudian dilanjutkan dengan penguasaan
Thariq bin Ziyad yang mendaratkan tentaranya tahun 711 M. Mulai saat itu Islam
diperkenalkan kepada penduduk Spanyol yang menganut agama Kristen (Suhelmi,
2001).
Saat Islam menguasai Spanyol, Eropa bangkit dari keterbelakangannya.
Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dalam bagian dunia lainnya, seperti Dinasti
Bani Abbas dan Dinasti Fatimiyah, namun juga di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Munculnya tokoh sekaliber Ibnu Bajjah, Ibnu Tufayl, dan Ibnu Rusyd
menunjukkan kemajuan intelektual yang tinggi (Mun’im, 1997). Bahkan, kemajuan
dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politik di
negeri itu. Kemajuan-kemajuan Eropa tersebut tidak bisa dipisahkan dari
pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol-Islamlah Eropa banyak menimba Ilmu.
Pada periode Klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan
pusat peradaban Islam yang sangat penting sekaligus sebagai saingan Bagdad di
Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan
tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi komunitas Eropa. Karena itu,
kehadiran Islam di Spanyol hampir tak pernah luput dari bidikan para sejarawan.
Dalam tulisan ini, topik yang akan diulas seputar masuknya Islam dan
perkembangannya di Spanyol, masa kekhalifahan, penyebab kemunduran Islam di
Spanyol, dan pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa. Dari ulasan tersebut
diharapkan akan diperoleh gambaran yang jelas tentang peran Islam dalam
membentuk peradaban Spanyol.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam di Andalusia ?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Andalusia ?
3. Bagaimana kemajuan peradaban Islam di Andalusia ?
4. Bagaimana kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Islam di Indonesia.
2. Untuk memahami perkembangan Islam di Andalusia.
3. Untuk memahami kemajuan peradaban Islam di Andalusia.
4. Untuk memahami kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam di Andalusia
Andalusia di kenal sejak di kuasai Yunani, kemudian oleh ke kaisaran
Romawi yang menyebar luaskan Agama Kristen pada abad V M Bangsa vVandal
menguasai daerah selatan semenanjung ini. Sejak saat itu, negeri ini di kenal
Vandalusia dan Bangsa Arab meneyebutnya Andalusia. Setelah itu, Andalusia di
kuasai kerajaan Visigoth dan raja terakhirnya bernama Roderich (w.711) memerintah
dengan sewenang wenang. Ratu julian, keluarga Roderich yang menjadi Gubernur
Cuta menaruh dendam ke padanya sehingga meminta bantuan militer kepada ke
kuasaan islam.
Masuknya Islam ke Andalusia tidak dapat di lepaskan dari upaya Ekpansi
besar-besaran yang di lakukan dinasti Umayyah ke wilayah Barat terutama pada masa
Khalifah Alwalid Ibnu Abd Almalik (al-Walid I), khalifah keenam, yang memerintah
tahun 86-96 / 705-715. Musa Ibn Nushair sebagai Gubernur Afrika Utara telah
menguasai Afrika bagian Barat kecuali Sabtah (Ceuta) yang berada di bawah ke
kuasaan Byzantium. Kerjasama yang di tawarkan ratu Julian di sambut baik oleh
Musa Ibn Nushair, akhirnya pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai
Andalusia.
Dalam penaklukan wilayah Andalusia, ada tiga pahlawan Islam yang berjasa
memimpin pasukan ke sana, yaitu: Tharif Ibn Abdul Malik Annhaka’i, Tharik Ibn
Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif Ibn Abdul Malik An-Nhaka’i pada tahun 91
H/710 M di perintah gubernur Musa Ibn Nushair untuk melakukan penjajakan awal
memasuki wilayah Andalusia dengan membawa 400 tentara dan 100 pasukan
berkuda. Ia dan pasukanya menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan
benua Eropa itu dan mendarat di sebuah tempat yang kemudian di beri nama Tharifa.
Ekspedisi ini berhasil dan Tharif kembali ke Afrika Utara membawa banyak harta
rampasan (ghanimah).
Pada tahun 92 H/711 M, Gubernur Musa Ibn Nushair mengutus Tharik Ibn
Ziyad untuk melanjutkan penyerangan ke Andalusia dengan pasuka sebanyak 7000
orang. Ekspedisi kedua ini mendarat di bukit karang Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam
pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderich tewas. Thariq dan
pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordoba, Archedonia,
Malaga, Elvira, Granada dan Toledo sebagai ibu kota kerajaan Visigoth. Pasukan
Thariq di tambah 5000 personil sehingga berjumlah 12000 orang Barbar dan Arab
ketika akan menaklukan kota Toledo menghadap pasukan Raja Roderick yang
berkekuatan 100.000 personel. Sejak saat itu , Islam berkuasa di Andalusia.
Gubernur Musa Ibn Nushair pada tahun 93 H/712 M memimpin sendiri satu
pasukan menuju Andalusia melewati pantai barat Semenanjung dan berhasil
menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa
kerajaan Ghotiq, Theodomir di Oriheula. Pasukan Musa Ibn Nushair dan Thariq Ibn
Ziyad bergabung di Toledo. Kedua pasukan itu berhasil menguasai seluruh kota
penting di Andalusia sampai ke utara seperti Saragosa, Terroofona dan Barcelona.
Mudahnya kemenangan-kemenangan yang diraih pasukan Islam tidak terlepas
dari faktor eksternal dan internal yang menguntungkan. Faktor eksternal merupakan
kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri Andalusia yang sangat menyedihkan.
Wilayah Andalusia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negara kecil.
Penguasa Visigoth tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut penguasa yaitu
aliran monofisit. Apalagi terhadap sebagian besar penduduk Andalusia yang
menganut aliran Yahudi, mereka dibaptis secara psksa menurut agama Kristen. Bagi
yang tidak bersedia, disiksa dan dibunuh secara brutal. Rakyat dibagi ke dalam sistem
kelas sehingga mengalami kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak.
Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-
tempat perlawanan dan pemberontakan. Keadaan ekonomi pun dalam keadaan
lumpuh dan kesejahteraan rakyat menurun, padahal sektor pertanian, pertambangan,
industri, dan perdagangan pada masa pemerintahan Romawi maju pesat. Sementara
itu, Afrika Timur dan Barat menikmati kenyamanan dalam segi material,
kebersamaan, keadilan dan kesejahteraan.
Pemindahan ibu kota Negara dari Seville ke Toledo oleh Raja Roderick
merupakan awal kehancuran kerajaan Visigoth. Witiza sebagai penguasa Toledo
diberhentikan begitu saja sehingga kakak dan anaknya, Oppas dan Achila
menghimpun kekuatan dan bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara untuk
menjatuhkan Roderick. Selain itu, adanya konflik antara Roderick dengan Ratu
Julian, mantan penguasa Septah (Ceuta) menyebabkan Julian bergabung dengan
kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai
Andalusia. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh
Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Di samping itu, tentara
Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat
perang. Orang Yahudi yang selama ini tertekan pun mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun faktor internal yaitu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Andalusia khususnya. Mereka adalah tokoh kuat, kompak dan bersatu, dan penuh
percaya diri. Mereka dikenal cakap, berani dan tabah dalam menghadapi setiap
persoalan. Yang tak kalah penting adalah ajaran Islam ditunjukkan oleh para tentara
Islam seperti toleransi, persaudaraan dan tolong menolong sehingga penduduk
Andalusia menyambut kehadiran Islam di sana.

B. Perkembangan Islam di Andalusia


Umat Islam di Andalusia telah berperan sangat besar melaluiperjalanan
panjang sejak tahun 711M-1492 M yang di bagi dalam enam periode, yaitu:

1. Periode Pertama (711-755 M)


Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh
Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Selama masa ini terjadi dua
20 kali pergantian wali 20. Periode ini, Islam di Andalusia belum memasuki
kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.

2. Periode Kedua (755-912 M)


Andalusia berada di bawah pemerintahan seorang panglima atau gubernur
yang begelar Amir tapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam Abbasiyah
di Bagdad. Periode ini sampai periode keempat merupakan zaman Dinasti Bani
Umayyah II di Andalusia hingga tahun 1031, yakni berdirinya dinasti-dinasti
kecil (Mulk al-Thawaif). Penguasa pertamanya adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil,
keturunan Bani Umayyah yang lolos dari kerajaan Dinasti Abbasiyah yang
menggulingkan Dinasti Umayyah di Damaskus. Penguasa selanjutnya Hakam I,
Hisam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad Ibn Abdul al-Rahman, Munzir
Ibn Muhammad, dan Abdullah Ibn Muhammad. Periode ini, Umat Islam
Andalusia mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik
maupun dalam bidang peradaban.

3. Periode Ketiga (912-1012 M)


Pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar al-Nasir li dinillah (penegak
agama Allah) sampai munculnya raja-raja kelompok (kecil) yang dikenal dengan
Muluk at-Thawaif masuk dalam periode ketiga. Pada periode ini, Spanyol
diperintah oleh penguasa yang bergelar Khalifah. Dengan demikian, pada masa
ini terdapat dua Khalifah Sunni di dunia Islam, Khalifah Abbasiyah di Bagdad
dan Khalifah Umayyah di Spanyol, di samping seorang Khalifah Syi’ah
Fatimiyyah di Afrika Utara (Ali, 1996). Pemakaian gelar Khalifah tersebut
bermula dari berita bahwa al-Muqtadir, khalifah daulat Bani Abbasiyah Bagdad,
tewas dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini
menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam
ketidakpastian. Oleh sebab itu, momen tersebut dianggap sebagai waktu yang
tepat untuk memakai gelar Khalifah yang telah dirampas dari kekuasaan Bani
Umayyah selama 150 tahun lebih (Yatim, 1994). Gelar ini resmi dipakai mulai
tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ketiga ini
ada tiga orang, yaitu Abd Rahman al-Nasir (912-961), Hakam II (961-976), dan
Hisyam II (976-1009 M). Pada periode ini, umat Islam Spanyol berhasil mencapai
puncak kemajuan dan kejayaannya. Hal ini dapat disejajarkan dengan kejayaan
daulat Abbasiyah di Bagdad. Abd Rahman III merupakan penguasa Umayyah
terbesar di Spanyol. Seluruh gerakan pengacau dan konflik politik dapat
diselesaikan sehingga situasi negara relatif aman. Penaklukan kota Elvira, Jain,
dan Seville merupakan sebagian bukti keberhasilan Abd Rahman III dan kekuatan
Kristen juga dipaksa menyerah kepadanya. Setelah sukses mengatasi problem
politik dalam negeri, ia juga berhasil menggagalkan cita-cita Daulah Fatimiyyah
untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke negeri Spanyol.
Di bawah pemerintahan Khalifah Abd Rahman III, Spanyol mengalami
kemajuan peradaban yang menggembirakan, terlebih di bidang Arsitektur.
Tercatat tidak kurang dari 300 masjid, 100 istana megah, 13.000 gedung, dan 300
tempat pemandian umum berada di Cordova. Kemasyhurannya sebagai penguasa
dikenal sampai di negeri Konstantinopel, Jerman, Perancis, hingga Italia. Bahkan,
penguasa negeri-negeri tersebut mengirim para dutanya ke Istana Khalifah.
Armada laut yang dibentuk berhasil menguasai jalur lautan tengah bersama
dengan armada Fatimiyyah. Kebesaran Abd Rahman III dapat disejajarkan
dengan Raja Akbar dari India, Umar bin Khattab, dan Harun al-Rasyid. Jadi,
Abdurrahman III bukan hanya sebagai penguasa terbaik Spanyol, melainkan juga
salah satu penguasa terbaik dunia (Ali,1996). Sayangnya, tidak semua tokoh
sejarah mengetahui hal ini (Husain,1996).
Penguasa setelah Abd Rahman II adalah Hakam II, yang merupakan seorang
kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Koleksi dalam perpustakaannya tidak
kurang dari 400.000 buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota pun berlangsung cepat.
Selanjutnya, Hisyam II naik tahta dalam usia sebelas tahun merupakan awal
kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol. Oleh karena itu, kekuasaan de
facto berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M. Khalifah menunjuk Ibnu
Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius
yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan
Islam dengan menyingkirkan rekan dan saingannya. Atas keberhasilannya, ia
mendapat gelar al-Mansur billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan
oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan
kerajaan. Akan tetapi, setelah ia wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh
adiknya yang tidak memiliki kualifikasi untuk jabatan itu. Akhirnya pada tahun
1013 M, dewan menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan khalifah.
Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu

4. Periode Keempat (1013-1086 M)


Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negeri kecil
di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau al-Muluk at-Thawaif, yang antara
lain berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, dan Toledo (Bosworth,
1993). Pemerintahan terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada
periode ini, umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian internal.
Sayangnya, jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai
itu, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen.
Karena menyaksikan kekacauan dan kelemahan yang menimpa keadaan politik
Islam, maka orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif
penyerangan untuk pertama kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam diketahui
mulai menurun dan tiba saatnya untuk dihancurkan

5. Periode Kelima (1086-1248M)


Walaupun terpecah dalam beberapa negara, pada periode kelima ini, Spanyol
Islam masih mempunyai suatu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti Murabithun
(1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235M).
a). Dinasti Murrabithun
Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang
kuat dan besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika
Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa
Islam di sana yang tengah berjuang mempertahankan negerinya dari serangan
kaum Nasrani. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan
berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan raja-raja
Muslim menyebabkan Yusuf bergerak lebih jauh untuk menguasai Spanyol
dan ia pun berhasil. Kesuksesan ini ternyata tidak dapat diteruskan oleh
penguasa-penguasa sesudahnya karena mereka adalah raja-raja yang lemah
sehingga mengakibatkan wilayah Saragosa dapat di kuasai oleh kaum Kristen.
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabithun baik di Afrika Utara
maupun di Spanyol berakhir. Dinasti Muwahhidun muncul sebagai gantinya.

b). Dinasti Muwahiddun


Tahun 1146 M penguasa Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara
merebut Spanyol. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart
(w.1128). Ia adalah seorang cerdas, tangkas, dan tak segan-segan mempunyai
pemikiran berseberangan. Ia adalah murid Qadi Ibnu Hamdin. Pada masa ini
telah berdiri dua kerajaan kecil-kecil yang kuat yaitu di negara Balansia
(Valencia) dan Marsiah (Marcia). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah
pimpinan Abd-Al-Mu’min antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim
penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya.
Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan
terutama saat pemerintahan dipegang oleh Abu Yusuf al-Mansur. Kekuatan-
kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama kemudian,
dinasti Muwahhidun mengalami keruntuhan.
Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di
Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun
menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan
kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali runyam,
berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin
besar. Tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville
jatuh pada tahun 1248 M. Akhirnya, kecuali Granada, seluruh wilayah
Spanyol telah lepas dari kekuasaan Islam.

6. Periode Keenam (1248-1492 M)


Kerajaan Granada merupakan pertahanan terakhir Muslim Spanyol di bawah
kekuasaan dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami
kemajuan seperti di zaman Abdurrahman al-Nasir. Akan tetapi, secara politik,
dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Persekutuan antara wilayah
Aragon dan Castille melalui perkawinan Ferdinand dan Isabella melahirkan
kekuatan besar untuk merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol (Tim,
1994). Namun beberapa kali serangan mereka belum berhasil menembus
pertahanan umat Islam. Abu Hasan yang menjabat pada waktu itu mampu
mematahkan serangan tersebut. Bahkan ia menolak membayar upeti kepada
pemerintahan Castille. Abu Hasan dalam suatu serangan berhasil menduduki kota
Zahra.
Untuk membalas dendam, Ferdinand melancarkan serangan mendadak
terhadap al-Hamra dan berhasil merebutnya. Banyak wanita dan anak kecil yang
berlindung di sana dibantai oleh pasukan Ferdinand. Jatuhnya al-Hamra ini
merupakan pertanda kejatuhan pemerintahan Granada. Situasi pemerintahan pusat
di Granada semakin kritis dengan terjadinya beberapa kali perselisihan dan
perebutan kekuasaan antara Abu l Hasan dengan anaknya yang bernama Abu
Abdullah. Serangan pasukan Kristen yang berusaha memanfaatkan situasi ini
dapat dipatahkan oleh Zaghal, saudara Abul Hasan. Zaghal menggantikan Abul
Hasan sebagai penguasa Granada. Zaghal berusaha mengajak Abu Abdullah
menggabungkan kekuatan dalam menghadapi musuh. Tapi ajakan itu ditolaknya.
Ketika terjadi pergolakan politik antara Zaghal dan Abu Abdullah, pasukan
Kristen melakukan penyerbuan dan berhasil menguasai Alora, Kasr Bonela,
Ronda, Malaga, dan Loxa. Pada serangan berikutnya, Zaghal menyerah dan
melarikan diri ke Afrika Utara. Satu-satunya kekuatan Muslim berada di kota
Granada dipimpin oleh Abu Abdullah yang kemudian dihancurkan oleh
Ferdinand. Abu Abdullah dipaksa menyampaikan sumpah setia kepada Ferdinand
dan bersedia melepaskan harta kekayaan umat Islam sebagai imbalan dari
diberikannya hak hidup dan kebebasan beragama bagi orang Islam. Peralihan
kekuasaan yang menyedihkan itu terjadi pada tanggal 3 Januari 1492M (Ali,
1996; Yatim, 1994). Dengan demikian, berakhirlah kekuasan Islam di Spanyol.
Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggalkan Spanyol. Akibatnya, pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tidak ada
lagi umat Islam yang hidup di daerah ini.

C. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia


Setelah tujuh setengah abad berkuasa di Andalusia, Umat Islam telah
mencapai kemamjuan di berbagai bidang. Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai
sejak masa Abdurrahman ad-Dakhil yang mendirikan masjid Cordoba dan sekolah-
sekolah besar di Andalusia. Hisyam berjasa dalam menegakkan hukum islam,
Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang militer yang memprakasi tentara
bayaran di Andalusia dan Abd al-Rahman al-Ausathdi kenal sebagai penguasa yang
cinta ilmu dengan mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya datang ke
Andalusia sehingga kegiatan ilmu pengetahuan semakin mulai semarak. Puncak
keemasan ilmu pengetahuan terjadi pada masa Abdurahman III (an-Nasir) yang
mendirikan Univeritas Cordoba lengkap dengan perpustakaan yang memiliki koleksi
ratusan ribu buku. Universitas-universitas terkenal lainnya tersebar di kota-kota
utama Andalusia seperti Toledo, Sevilla, Granada dan Salamanca menghasilkan para
ilmuan ternama. Berbagai kemajuan peradaban andalusia meliputi:

1. Bahasa Arab
Sebagai realisasi kebijakan Arabisasi (pengaraban) Dinasti Umayyah dalam
bidang Bahasa, ilmu pengetahuan berkembang dengan perantaraan bahasa Arab.
Masyarakat Andalusia muslim maupun non muslim menerima dan mempelajari
bahasa Arab. Oleh karena itu, lahirlah ahli bahasa diantaranya Ibnu Khuruf, Ibnu
al-Hajj, Abu Hasan, Ibnu Asfur, Abu Hayyan dan Ibn Malik pengarang kitab al-
fiyah.

2. Tafsir
Para ahli di bidang tafsir Al-Qur’an antara lain Ibn Atiah dan al-Qurtubi.
Kedua musafir itu menggunakan metode penulisan at-Tabari yang dikenal dengan
dengan Tafsir bi al-Ma’sur

3. Hadits
Para ahli bidnag Hadits antara lain Ibn Waddah Ibn Abdul Barr, al-Qadi Ibn
Yahya al-Laisi, abdul Walid al-Baji, Abdul Walid Ibn Rusyd dan Abu Asim yang
menulis kitab at-Tuhfah (persembahan).

4. Fikih
Dalam bidang fiqih dikenal di Spanyol sebagai penganut mazhab Maliki.
Mazhab ini disana diperkenalkan oleh Ziyad bin Abd. al-Rahman. Hasyim I
adalah penyokong mazhab Maliki. Dia menghormati Imam Malik, salah satu
mazhab dari empat mazhab fiqih di kalangan Sunni. Dia mendorong para pencari
ilmu, agar melakukan perjalanan ke Madinah guna mempelajari ajaran-ajaran
mazhab Maliki. Kitab al-Muwatho’ yang ditulis Imam Malik disalin dan
disebarluaskan ke seluruh wilayah kekuasaannya.Ibn Yahya yang menjadi Qadhi
pada pemerintahan Hisyam bin Abdurahman III adalah penyokong fiqih mazhab
Maliki. Demikian pula Ibn Hazm pada mulanya dia mempelajari fiqih mazhab
Maliki karena kebanyakan masyarakat Andalusia menganut mazhab ini, yaitu
kitabal-muwatha’ dan kitab ikhtilaf. Tetapi kemudian dia pindah ke mazhab
Zahiri, setelah ia mempelajari kitab fiqih karangan Munzir bin Sa’id al-Balluti
(w.355 H) seorang ulama mazhab Zahiri

5. Tasawuf
Ilmuwan dalam bidang Tasawuf adalah Muhyidin Ibn Arabi yang terkenal
dengan faham Wahdatul Wujud (kesatuan wujud) dan menghasilkan banyak karya
tulis antara lain al-Futuhat al-Makkiyyah (penaklukan Mekah).
6. Filsafat
Dalam bidang filsafat, atas inisiatif al-Hakam II (961-976 M.) karya-karya
ilmiah dan filosof diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova
dengan perpustakaan dan Universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad
sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di Dunia Islam. Sekaligus hal ini
merupakan persiapan bagi melahirkan filosof-filosof besar Spanyol pada masa
yang akan datang. Tokoh pertama dalam filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar
Muhammad bin al-Sayyigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di
Saragossa, pindah ke Seville dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez
tahun 1138 M. dalam usia yang masih muda. Sama seperti al-Farabi dan Ibn Sina
di Timur, dia melakukan kajian filsafat pada bidang yang bersifat etis dan
eskatologis. Para ahli sejarah memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan
luas dan menguasai tidak kurang dari dua belas bidang ilmu. Dia disejajarkan
dengan tokoh filsafat Ibn Sina dan dapat dikategorikan sebagai tokoh utama dan
pertama dalam filsafat Arab-Spanyol dan penerus pemikiran filsafatnya adalah
Ibn Thufail. Tokoh kedua adalah Abu Bakar ibn Thufail yang lebih dikenal
dengan Ibn Thufail. Dilahirkan di sebuah dusun kecil, Wadi Asy, sebelah timur
Granada dan wafat dalam usia lanjut tahun 1185 M. Dia banyak menulis masalah
kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya, yang terkenal sampai
sekarang adalah Hay ibn Yaqzhan.
Tokoh ketiga adalah pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir di Cordova tahun 1126 M.
dan wafat di Maroko tahun 1198 M. Di barat di dikenal dengan nama Averoes.
Kebesaran Ibn Rusyd nampak dalam karya-karyanya yang selalu membagi
pembahasannya dalam tiga bentuk, yaitu komentar, kritik dan pendapat. Itu
sebabnya dia dikenal sebagai seorang komentator sekaligus kritikus ulung. Dia
banyak mengomentari karya-karya filosof muslim pendahulunya, seperti al-
Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajjah dan al-Ghazali. Secara khusus kritik dan
komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles mengantarkannya sangat terkenal
di Eropa. Sehingga komentar-komentarnya terhadap filsafat Aristoteles
berpengaruh besar bagi kebangkitan ilmuan Eropa dan dapat membentuk sebuah
aliran yang di nisbahkan kepadanya, yaitu aliran averroisme.

7. Kedokteran
Andalusia mencapai kejayaan di bidang kedokteran dengan Cordova sebagai
salah satu pusat aktivitas medis yang melahirkan beberapa ilmuwan terkemuka
antara lain Ibn Rusyd dengan karya besarnya Kitab al-Kulliyyat fi at-Tibb
(tentang filsafat dalam ilmu kedokteran). Kitab referensi yang dipakai berabad-
abad di Eropa. Ilmuwan di bidang obat-obatan antara lain Abu Ja’far Ahmad Ibn
Muhammad al-Gafiqi dan Abu Zakaria Yahya Ibn Awwam.

8. Pertanian
Andalusia sudah mengenal irigasi dan saluran-saluran air sehingga dapat
membangun kebun-kebun tebu, kapas, padi, jeruk, anggur, dsb. Kemajuan dalam
bidang pertanian membawa pada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, Andalusia mampu membangun beberapa kota yang megah dan
mempunyai banyak bangunan monumental.

9. Musik dan Seni


Dalam bidang musik dan kesenian ususunya seni suara, Spanyol Islam
mempunyai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan bin Nafi’ yang dikenal
dengan Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan Zaryab selalu
tampil mempertunjukkan kebolehannya. Dia juga terkenal sebagai pengubah lagu.
Ilmu yang dimilikinya diturunkannya kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita.

10. Sastra
Ahli sastra terkenal seperti Ibn Sayidar al-Andalusi dalam kitabnya al-Mu’jam
(ensiklopedia), Muahmmad Ibn Hani, Ibn Zaydun, Ibn Abdi Rabbi, Ibn Bassah
dan Fath Ibn Khaqan.
11. Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi dikenal Ibn Jubeir dari Valencia (1145
1228 M.) menulis tentang negerinegeri muslim mediterania dan Sicilia. Ibn
Batutah dari Tangier (1304-1377 M.) mencapai Samudra Pasai di Indonesia dan
sampai ke Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada.
Sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis tetapi tinggal di Spanyol adalah perumus
filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang
kemudian ada yang pindah ke Afrika

12. Sains
Dalam bidang kedokteran dikenal Ahmad bin Ibas adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Ummi al-Hasan binti Abi Ja’far adalah ahli kedokteran dari kalangan
wanita. Dalam bidang ilmu kimia dan astronomi adalah Abbas bin Farnas. Dialah
orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.206 Ibrahim bin
Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Dia dapat menentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya terjadi.

13. Trigonometri
Ahli trigonometri ternama adalah Jabir ibnu Aflah dari Seville, pengantar
risalah astronomnya ditulis oleh Islah al-Majisti berisi tentang teori-teori
trigonometri.

14. Antidote (Penawar Racun)


Ahli antitode ternama, al-Qafiqi dari Cordova telah menulis sebuah risalah
terbaik menjelaskan tentang serum. Ahli geografi al-Idrisi pun telah meguraiakn
360 serum dalam sebuah karya yang juga memiliki makna penting dalam ilmu
botani.

D. Kemunduran dan Kehancuran Islam Andalusia


Adapun yang menjadi faktor kemunduran Islam di Spanyol, terdapat beberapa
penyebab bagi terjadinya kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol, diantaranya:
1. Konflik Islam denga Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka
nampaknya merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan
Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat
mereka, termasuk posisi hirarki tradisional dengan syarat tidak melakukan
perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan
Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan yang pesat,
sementara Umat Islam sedang mengalami kemunduran. Bahkan, banyak orang
Kristen memakai nama-nama Arab dan meniru cara hidup lahiriyah kaum
Muslimin. Bahasa Arab pun menjadi salah satu bahasa utama (Lebor, 2009).
Istilah Muzarabes (Arabisasi) yang digalakkan terhadap orang-orang Spanyol
Kristen menyebabkan bahasa Latin hampir terlupakan

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu


Pada dasarnya, para muallaf semestinya diperlakukan sama sebagai orang
Islam yang sederajat. Namun di Spanyol sebagaimana politik yang dijalankan
Bani Umayyah di Damaskus, orang Arab tidak pernah mau menerima orang Islam
pribumi. Setidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberikan istilah
ibad dan muwalladun kepada para muallaf yang merupakan suatu ungkapan yang
merendahkan. Konsekuensinya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada
sering menggerogoti dan merusak perdamaian yang pada akhirnya mendatangkan
dampak besar terhadap sosio-ekonomi negara tersebut. Hal ini menunjukkan tidak
adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya
figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius sehingga lalai membina
perkonomian. Padahal, peradaban kuat tanpa ditopang dengan ekonomi yang
mapan dapat dipastikan akan hancur. Terbukti dengan timbulnya kesulitan
ekonomi yang memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer
penguasa Islam Spanyol.

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan


Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul.

5. Keterpencilan
Andalusia letaknya terpencil dari dunia Islam yang lain sehingga selalu
berjuang sendiri tanpa bantuan dari Negara Islam lainnya kecuali dari Afrika
Utara. Oleh Karena itu, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung
kebangkitan Kristen di sana.

.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang Islam dan peradaban Spanyol dapat disimpulkan
bahwa, Pertama, latar belakang ekspansi Islam ke Spanyol didasari oleh semakin
kuatnya Islam di Afrika Utara sehingga perlu melakukan perluasan ke Semenanjung
Iberia. Spanyol adalah daerah terdekat dari Afrika Utara dan kerajaan Gothic yang
menguasai daerah tersebut sedang mengalami kemunduran. Tiga tokoh penting yakni
Tharif Ibnu Malik, Thariq Ibnu Ziyad, dan Musa Ibnu Nushair telah melakukan
ekspansi wilayah kekuasaan Islam pada waktu yang tepat. Di saat seluruh wilayah
Afrika Utara sudah dikuasai dan kekuasaan kerajaan Gothic mulai melemah,
lompatan berikutnya adalah penguasaan daerah Spanyol yang berada di seberang.
Kerjasama satu tim dan keterlibatan aktif pimpinan pusat dan pelaksana lapangan
telah membuahkan hasil maksimal dalam perluasan kekuasaan Islam ke Spanyol.
Kedua, Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung sekitar 800 tahun dan pernah
mencapai puncaknya saat di bawah kepemimpinan Abd Rahman III. Saat itu, Spanyol
mengalami kemajuan peradaban yang menggembirakan, terlebih di bidang Arsitektur.
Meskipun akhirnya Islam harus keluar dari Spanyol, peradaban peninggalan Islam
telah membuat Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Pemikiran filsafat seperti
pemikiran al Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd, telah membawa Eropa menjadi
kawasan yang maju intelektualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, K. 1996. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Terjemahan oleh M. Natsir


Budiman. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bosworth, CE. 1993. Dinasti-Dinasti Islam. Terjemahan oleh Ilyas Hasan. Bandung:
Mizan.

Lebor, Adam. 2009. Pergulatan Muslim di Barat: antara Identitas dan Integrasi.
Terjemahan Yuliani Liputo. Bandung: Mizan.

Mun’im, Abdul Majid. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka

Sudriman. Islam Dan Peradaban Spanyol: Catatan Kritis Beberapa Faktor Penyebab
Kesuksesan Islam Spanyol. Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim:
Malang
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat, Kajian sejarah Perkembangan
Pemikiran Negara, Masyarakat, dan kekuasaan. Jakarta: Gramedia.

Suntiah, R. dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Interes Media Foundation:
Bandung

Tim. 1994. The Wold Book Encylopedia. New York: A Scoel Feties Company
Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Nasution, S. 2007. Sejarah Perdaban Islam. Yayasan Pusaka: Riau

Anda mungkin juga menyukai