Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia yang
digunakan untuk berkomunikasi dalam berbagai aspek kehidupan. Namun
dalam penerapan masih banyak orang yang jauh dari berbahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari. Pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa secara resmi juga menghimbau agar kita bebahassa
Indonesia dengan baik dan benar.
Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal masyarakat secara
luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak
menjamin secara koprehensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia
yang baik itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat
berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang baik sama dengan bahasa
Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar. Slogan
“Pergunakanlah bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”, tampaknya
mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan
oleh sebagian besar masyarakat bahwa di segala tempat kita harus
menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang
perlu kita soroti adalah sebagian besar orang terkadang sulit untuk
melakukan komunikasi yang interaktif satu sama lain, bukan berarti karena
mereka tidak bisa berbahasa Indonesia yang baku dengan lancar.
Bahasa Inonesia yang baku dan bahasa Indonesia yang benar
belum tentu dapat menjamin tersampaikannya maksud dan tujuan kepada
lawan bicara. Sehingga dibutuhkan sususan bahasa Indonesia yang
fleksibel yang artinya dapat mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi. Di dalam makalah ini penyusun akan membahas tentang hakikat
bahasa Indonesia yang baik dan benar, parameter bahasa Indonesia yang
baik dan benar, kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, kaidah bahasa
Indonesia, dan kaidah penting bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat Bahasa Indonesia yang baik dan benar
2. Apa saja parameter Bahasa Indonesia yang baik dan benar
3. Apa saja kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia
4. Bagaimana kaidah dasar Bahasa Indonesia
5. Apa saja kaidah penting Bahasa Indonesia

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Untuk mengetahui parameter Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Untuk mengetahui kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui kaidah dasar Bahasa Indonesia.
5. Untuk mengetahui kaidah penting dalam Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Penentuan atau kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu
tidak jauh berbeda dari apa yang kita katakan. Sebagai bahasa baku,
kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah “benar” suatu kata itu.
Walaupun demikian, masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat
kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.
Pengertian baik pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah
pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu
pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu
sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan
nilai rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata yang akan
dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sangat berpengaruh terhadap
makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika kita menggunakan
kata menugasi, tetapi pada waktu lain kita menggunakan kata
memerintahkan, meminta bantuan, mempercayakan, dan sebagainya.
Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah
pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau
sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi
kaidah-kaidah yang berlaku. Jika orang masih berbeda pendapat tentang
benar tidaknya suatu bentuk bahasa, maka selisih paham itu menandakan
ketiadaan standar, atau adanya baku yang belum mantap. Jika dipandang
dari sudut itu, kita mungkin berhadapan dengan bahsa yang semua
tatarannya sudah dibakukan, atau yang sebagiannya sudah baku,
sedangkan bagian yang lain masih dalam proses pembakuan,ataupun yang
semua bagiannya belum atau tidak akan dibakukan. Bahasa Indonesia,
agaknya termasuk golongan yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan
istilah kita sudah distandarkan, kaidah pembentuka kita yang sudah teradat
dapat dianggap baku, tetapu pelaksanaan patokan itu dalam kehidupan
sehari-hari belum mantap.
Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah
bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi
pemakainya. Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah
bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten. Maka anjuran agar kita
“berbahasa Indonesia yang baik dan benar” dapat diartikan pemakain
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu
mengikuti kaidah yang betul. Ungkapan “Bahasa Indonesia yang baik dan
benar”, sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran.

B. Parameter Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Kesalahan yang berkaitan dengan tata bahasa, dalam bahasa
Indonesia juga sudah jelas parameternya. Parameter berbahasa kaitannya
dengan tata bahasa dalam bahasa Indonesia adalah kaidah-kaidah yang
termaktub dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jadi, pemakaian
bahasa dianggap salah atau tidak tepat dari sudut tata bahasa apabila
penyusunannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang termaktub dalam
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.1
Maka ada dua parameter yang dapat digunakan, yaitu:
1. Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik. Sesuai dengan
situasi komunikasi (formal dan nonformal). Berbahasa yang
baik tidak selamanya sesuai dengan kaidah bahasa
(kebakuan bahasa). Faktor-faktor penentu dalam
komunikasi, yaitu:
a. Siapa yang berbahasa dengan siapa.
b. Untuk tujuan apa.
c. Dalam situasi apa (tempat dan waktu).
d. Dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan, dan
suasana).
e. Dengan jalur mana (lisan atau tulisan).
f. Dengan media apa.
g. Dalam peristiwa apa.
2. Pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia baik dari segi pembentukan kata,
pengkalimatan, mapun penulisan ejaan. Berbahasa yang
benar harus sesuai dengan kaidah bahasa (kebakuan
bahasa). Berbahasa yang benar mengacu pada penggunaan
bahasa pada situasi formal yang menuntut penggunaan
bahasa Indonesia yang baku. Berikut contoh dalam
penggunaan bahasa Indonesia:
a. Bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak benar
Percakapan terjadi di kantin.
A: Bu, kopi satu, gulanya dikit aja.
B: Pakai susu ?
A: Ndak usah.

1
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003).
Kata ‘Ndak usah’ secara kaidah kebahasaan
tidak benar karena tidak menggunakan kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun,
kalimat tersebut merupakan kalimat yang bersifat
santun.
b. Bahasa Indonesia yang benar tetapi tidak baik
Percakapan terjadi di pasar.
A : Ibu, berapakah harga satu kilo daging
sapi ?
B : 100 ribu.
A : Bolehkah saya menawar 85 ribu ?
Kalimat ‘Ibu, berapakah harga satu kilo
daging sapi?’ secara kaidah kebahasaan sudah betul
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku
dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena
tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-
kalimat tersebut.
c. Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Contoh: Pahlawan kita telah gugur.
Contoh kalimat tersebut secara kaidah kebahasaan
sudah baik dan benar. Dilihat dari pemilihan kata
juga sudah tepat.
d. Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak benar
Percakapaan terjadi antara dosen dan mahasiswa.
A: Rio, Apakah kamu sudah menyelesaikan
tugas yang saya berikan kemarin?
B: Sudah Pak, nanti akan saya kirim melalui
email.
Penggunaan kalimat tersebut secara kaidah
kebahsaan salah, karena tidak menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Situasi penggunaan
dan kepada siapa digunakan tidak santun.

C. Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia


Berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun
kalimat, usaha membuat kalimat yang benar, dan pengetahuan mengenai
jenis-jenis kesalahan kalimat merupakan pengetahuan yang tidak dapat
diabaikan.
Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia:
1. Kesalahan ejaan
a. Kesalahan penggunaan huruf kapital2
Sudahkah anda tahu? (salah)
Sudahkah anda tahu? (betul)
b. Kesalahan penggalan kata.
c. Kesalahan penulisan serapan3
Lelaki itu mempunyai charisma. (salah)
Lelaki itu mempunyai karisma. (betul)
d. Kesalahan penggunaan tanda baca4
Baik laki-laki mau pun perempuan senantiasa mendengarkan dengan
seksama. (salah)
Baik laki-laki maupun perempuan senantiasa mendengarkan dengan
seksama. (betul)
2. Kesalahan diksi5
a. Kesalahan penggunaan dua kata bersinonim dalam satu frase.
Agar supaya sehat badanmu, sering-seringlah berolahraga. (salah)
Supaya sehat badanmu, sering-seringlah berolahraga. (betul)
b. Kesalahan penggunaan kata tanya, tetapi tidak bertanya.
Saya tidak menduga mengapa dia bisa naik kelas. (salah)
c. Kesalahan penggunaan kata berpasangan yang tidak sepadan.
Wisatawan itu banyak yang tinggi putih. (salah)
Pasangan kata tinggi adalah pendek, sedangkan pasangan kata putih
adalah hitam.
3. Kesalahan struktur
a. Kesalahan penggunaan kalimat aktif tanpa subjek.
Menangis karena ayah. (salah)
Adik menangis karena ayah. (betul)
b. Kesalahan menempatkan kata kerja di depan kata benda.
Ikan nila telah memakan Andi. (salah)
Andi telah memakan ikan nila. (betul)
c. Kesalahan kalimat tanpa unsur predikat.
Mereka yatim piatu. (salah)
Mereka adalah yatim piatu. (betul)

2
Kep. Mendikbud. EYD Ejaan Yang Disempurnakan (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 5-10.
3
Kep. Mendikbud. EYD Ejaan Yang Disempurnakan (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 21-29.
4
Kep. Mendikbud. EYD Ejaan Yang Disempurnakan (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 32-38.
5
Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia ( Jakarta: Akademika Pressindo,
2003), hlm. 35.
d. Kesalahan penempatan kata depan di depan objek.
Aulia meminjamkan uang ke saya. (salah)
Aulia meminjamkan uang kepada saya. (betul)
4. Kesalahan dalam kalimat
a. Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan bentuk kata.
Menurut bentuknya, kata dapat dibedakan atas kata dasar dan
kata jadian atau kata turunan. Kata dasar adalah kata yang belum
diberi imbuhan. Kesalahan yang sering terjadi akibat perubahan kata
dari kata dasar yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pengertian yang tidak dikehendaki.6
Amir mempunyai kegemaran mengkail ikan di laut. (salah)
Amir mempunyai kegemaran mengail ikan di laut. (betul)
b. Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan arti kata.
Saya ucapakan terima kasih kepada pengacara yang telah memberi
kesempatan saya berbicara. (salah)
Pengatur acara. (betul)
c. Kalimat salah yang disebabkan oleh kesalahan fungsi kata.
Surat ini ditujukan untuk ayahmu, jangan kau baca! (salah)
Surat ini untuk ayahmu, jangan kau baca! (betul)
d. Kalimat salah yang disebabkan oleh kata yang salah susunannya.
Atas bantuan anda, saya ucapkan banyak terimakasih. (salah)
Atas bantuan anda, saya ucapkan terimakasih banyak. (betul)
d. Kesalahan kalimat karena tidak logis.
Mereka ditugaskan oleh gurunya mengarang cerita pendek. (salah)
Mereka ditugasi oleh gurunya mengarang cerita pendek. (betul)
e. Kata-kata yang sering salah penggunaan dan pengucapannya7
1. Benar; betul
Benar dan betul merupakan dua kata yang tidak persis
sama. Benar digunakan ketika sesuai dengan fakta. Sedangkan
betul digunakan ketika tidak salah.
2. Berdasarkan atas; berdasar atas
Kata berdasarkan berasal dari kata berdasar dan akan.
Sehingga tidak perlu mendapat akhiran –kan.

3. Atase
6
Endang Rumaningsih, Mahir Berbahasa Indonesia, (Semarang: RaSAIL, 2011), hlm. 111-118.
7
Endang Rumaningsih, Mahir Berbahasa Indonesia, (Semarang: RaSAIL, 2011), hlm. 123.
Kata tersebut diucapkan seperti kata meja. Yang berarti
orang-orang yang diperbantukan di kedutaan untuk mengurus
masalah kebudayaan.
4. Jangan boleh
Ungkapan jangan boleh merupakan ungkapan yang rancu
(kontaminasi). Pasangan kedua kata itu tidak tepat. Seharusnya
pasangan yang tepat adalah “jangan biarkan” atau “tidak boleh”.
5. Saling tolong; saling menolong
Paduan kata diatas digunakan untuk menyatakan perbuatan
yang dilakukan oleh dua belah pihak. Sesuai maksud tersebut,
tentunya yang dilkaukan oleh kedua belah pihak bukan tolong,
melainkan menolong.
Kita wajib saling tolong menolong sesama teman. (salah)
Kita wajib saling menolong sesama teman. (betul)
Kita wajib tolong menolong sesama teman. (betul)

D. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mempunyai beberapa kaidah dasar yang
memberi ciri khas bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah dasar tersebut antara
lain berkaitan dengan hukum Diterangkan-Menerangkan (DM), perubahan
kata benda akibat proses penjamakan, dan tingkatan pemakaian bahasa.
Hukum DM membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Prase
“anak pandai” dalam bahasa Indonesia akan diungkapkan dengan clever
boy dalam bahasa Inggris, bukan boy clever.
Perubahan akibat proses penjamakan lazim ditemui dalam
pengggunaan bahasa Arab. Bahasa arab mengenal proses morfologis yang
disebut shorof. Shorof merupakaan pedoman untuk membentuk kata
dengan mengacu kepada perubahan-perubahan kata yang terjadi akibat
perubahan jumlah pelaku. Proses penjamakan dalam bahasa Arab
dilakukan dengan mengubah bentuk kata. Kata alim berubah menjadi
ulama. Beberapa kaidah dasar dalam Bahasa Indonesia8, diantaranya yaitu:
1. Hukum Diterangkan-Menerangkan (DM)
Kata yang diterangkan berada di depan kata yang menerangkan.
Kata sakit rumah, ini hari dan sebagainya. Merupakan susunan kata
yang salah. Susunan kata itu mendahulukan sesuatu yang menerangkan
daripada yang diterangkan. Sehingga untuk memenuhi hukum DM
8
Endang Rumaningsih, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku (Semarang: Pusat Pengembangan
Bahasa UIN Walisongo Semarang, 2018), hlm. 120-121.
menjadi betul dengan susunan rumah sakit, hari ini dan sebagainya.
Kaidah bahasa ini memiliki pengecualian antara lain:
a. Kata depan, misal: Ibu pergi ke kantor.
b. Kata bilangan, misal: Ayah membeli tiga ekor ayam.
c. Kata keterangan, misal: Saya berangkat tadi malam.
d. Kata kerja bantu, misal: Saya akan pergi.
e. Kata majemuk yang mempunyai arti kiasan, misal: panjang tangan,
keras kepala.
f. Kata majemuk dari bahasa asing, misal: perdana menteri.
2. Tidak mengenal perubahan kata benda akibat proses penjamakan.
Penjamakan kata benda dalam bahasa Indonesia tidak perlu
menggunakan ulang. Misalnya:
a. Lima ayam-ayam akan dilepaskan dari sangkar. (salah)
b. Lima ayam akan dilepaskan dari sangkar. (betul)
c. Beberapa ayam-ayam dilepaskan dari sangkar. (salah)
d. Beberapa ayam dilepaskan dari sangkar. (betul)
e. Ayam akan dilepaskan dari sangkar. (betul)
3. Tingkatan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia tidak mengenal
tingkatan pemakaian bahasa. Belanda dengan bahasa Jawa yang
mengenal tingkatan bahasa dalam penggunaanya. Misal:
a. Bapak sudah tindak tadi pagi. (salah)
b. Bapak sudah pergi tadi pagi. (betul)

E. Kaidah Penting Bahasa Indonesia


1. Kaidah I: Bentuk ‘alasan’ dan ‘karena’
Bentuk ‘alasan’ dan ‘karena’ yang hadir dalam satu kalimat
sekaligus merupakan fakta kemubaziran atau kewalahan di dalam
linguistik atau ilmu bahasa. Kedua bentuk kebahasaan yang
berpasangan tersebut sesungguhnya memiliki makna dan maksud yang
sama. Misalnya:
Salah satu alasan pokoknya adalah karena entitas kebahasaan ini
memiliki fungsi komunikatif yang sangat signifikan. (salah)
Salah satu alasan pokoknya, entitas kebahasaan ini memiliki fungsi
komunikatif yang sangat signifikan. (betul)

2. Kaidah II: Bentuk ‘baik...maupun’


Bentuk ‘maupun’ tidak boleh digunakan secara sendirian, tetapi
harus digunakan korelatif. Alasannya, bentuk kebahasaan yang
demikian itu memang harus digunakan secara korelatif menjadi
bentuk ‘baik...maupun’. Untuk maksud penambahan atau penjumlahan
harus digunakan kata ‘dan’, dan untuk maksud pemilihan harus
digunakan kata ‘atau’.
3. Kaidah III: Bentuk ‘meskipun...tetapi’
Bentuk ‘meskipun...tetapi’ tidak boleh muncul dalam sebuah
kalimat. Alasannya, pemakaian bentuk kebahasaan yang demikian itu
merupakan pelanggaran terhadap prinsip penyusunan kalimat
majemuk bertingkat dalam bahasa Indonesia. Dalam konstruksi
kalimat majemuk bertingkat itu ditegaskan bahwa hanya unsur anak
kalimat sajalah yang boleh diawali dengan konjungsi subordinatif.
4. Kaidah IV: Bentuk ‘dan’
Konjungsi ‘dan’ sama sekali tidak dapat berfungsi sebagai
konjungsi antarkalimat. Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi
yang bertugas menghubungkan ide di dalam sebuah kalimat dengan
ide pada kalimat yang lainnya, baik yang mengawali maupun yang
mengikutinya. Sebagai contoh dari konjungsi antarkalimat itu adalah
konjungsi ‘namun’ atau ‘akan tetapi’, yang kehadirannya selalu di
awal kalimat dan dalam penulisannya diikuti tanda koma (,).
Konjungsi ‘dan’ adalah konjungsi intrakalimat, bukan antarkalimat.
Kesalahan yang juga sering ditemukan adalah mengawali kalimat
dengan konjungsi-konjungsi berikut: ‘atau’, ‘tetapi’, ‘tapi’,
‘melainkan’.
5. Kaidah V: Bentuk ‘lantaran’
Bentuk ‘lantaran’ adalah bentuk yang hanya boleh hadir di dalam
bahasa ragam lisan. Ini merupakan bentuk yang tidak baku.
6. Kaidah VI: Bentuk ‘dan maka’
Bentuk ‘dan maka’ adalah bentuk yang salah kaprah di dalam
bahasa Indonesia. Bentuk ‘maka’ harus diubah menjadi bentuk ‘maka
dari itu’.

7. Kaidah VII: Bentuk ‘masing-masing’


Bentuk ‘masing-masing’ di dalam linguistik merupakan kata
berkategori nomina (kata benda). Bentuk yang sudah berupa nomina
demikian itu tidak mungkin dapat didahului oleh nomina yang lain
dalam ragam bahasa baku. Cara yang paling tepat untuk membetulkan
bentuk kebahasaan adalah dengan mengganti nomina dengan
numeralia (kata bilangan). Pola sederhana yang perlu diingat adalah:
‘masing-masing’ + verba (kata kerja)
‘tiap-tiap atau setiap’ + nomina (kata benda)
8. Kaidah VIII: Bentuk ‘sehubungan dengan hal itu maka’
Bentuk ‘sehubungan dengan hal itu maka’ adalah bentuk
kebahasaan yang salah karena di dalamnya terdapat sebuah fakta
redundancy.
9. Kaidah IX: Bentuk ‘alih-alih’
Bentuk ‘alih-alih’ adalah konjungi subordinatif yang tidak boleh
diletakkan di awal kalimat.
10. Kaidah X: Bentuk ‘ketika...maka’
Bentuk ‘ketika...maka’ adalah bentuk kemubaziran. Pemakaian
bentuk ini dalam sebuah kalimat majemuk merupakan sebuah
pelanggaran. Hanya unsur anak kalimat sajalah yang dapat diawali
oleh konjungsi subordinatif dalam konstruksi kalimat majemuk
bertingkat.
11. Kaidah XI: Bentuk ‘dengan begitu maka’, dan ‘karenanya...maka’
Bentuk-bentuk itu berfungsi untuk menyimpulkan atau membuat
simpulan. Pemakaian bentuk ini dalam satu kalimat adalah
kemubaziran yang harus dihindari dalam tulisan ilmiah.
12. Kaidah XII: Bentuk ‘tidak...melainkan’
Bentuk ‘tidak...melainkan’ merupakan bentuk korelatif yang tidak
benar dalam bahasa Indonesia. Bentuk yang benar adalah
‘tidak...tetapi’ atau ‘bukan...melainkan’. Bedanya, bentuk korelatif
yang pertama digunakan bila yang dinegasikan adalah verba atau
adjektiva, sedangkan bentuk korelatif yang kedua digunakan apabila
yang dinegasikan adalah nomina atau kata benda.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat
dan sesuai dengan situasi pemakainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah
dengan konsisten.
2. Parameter bahasa Indonesia yang baik dan benar terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik. Sesuai dengan situasi
komunikasi (formal dan nonformal). Berbahasa yang baik tidak
selamanya sesuai dengan kaidah bahasa (kebakuan bahasa).
b. Pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia baik dari segi pembentukan kata, pengkalimatan,
mapun penulisan ejaan.
3. Pengetahuan mengenai jenis-jenis kesalahan penggunaan bahasa
Indonesia merupakan pengetahuan yang tidak dapat diabaikan. Jenis-
jenis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dibagi menjadi 4, yaitu
kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan struktur, dan kesalahan
dalam kalimat.
4. Kaidah dasar bahasa Indonesia berkaitan dengan hukum Diterangkan-
Menerangkan (DM), perubahan kata benda akibat proses penjamakan,
dan tingkatan pemakaian bahasa.
5. Kaidah penting dalam bahasa Indonesia dijadikan panduan dalam
penulisan ilmiah atau penulisan formal lainnya.

B. Kritik dan Saran


Demikian apa yang dapat disajikan oleh penyusun, semoga
memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
penyusun harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. (ed). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Kep. Mendikbud. 2015. EYD Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rumaningsih, Endang. 2011. Mahir Berbahasa Indonesia. Semarang: RaSAIL.

Anda mungkin juga menyukai