NPM : 16.63.0264
Kelas : 7D
SYUKUR
1. Definisi Syukur
Syukur Menurut Bahasa dan Istilah kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran,
wa syukuran,danwa syukuran yang berarti berterima kasih keapda- Nya.
Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan terimakasih, syukranlaka artinya
berterimakasih bagimu, asy- syukru artinya berterimakasih, asy-syakir artinya yang
banyak berterima kasih.
Menurut Kamus Arab - Indonesia, kata syukur diambil dari katasyakara, yaskuru,
syukran dan tasyakkara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya.
Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya.
Menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta
mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan
dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa syukur menurut istilah adalah
bersykur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang
diberikan kepadanya dimana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan, hati maupun
perbuatan.
Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya.
Menurut bahasa syukur adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati
serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan,
dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa syukur menurut istilah adalah bersyukur
dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan
kepadanya dimana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan.
Untuk itu seorang mukmin, di tuntut ia menyikapi nikmat-nikmat Allah Swt tersebut
dengan bersyukur. Ia sadar bahwa nikmat tersebut adalah pemberian dari yang Maha
Kuasa, dipergunakan dalam rangka ketaatan kapada Allah Swt dan tidak menyebabkan
mereka sombong dan lupa kepada yang memberikan nikmat tersebut. Dan barang siapa
yang mensyukuri nikmat-Nya, maka Allah pun akan membalasnya. Sebagaimana
firman Allah Swt: “Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7)
"Orang pertama yang akan dipanggil untuk masuk surga adalah orang-orang yang
senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah,yaitu orang- orang yang senantiasa
memuji Allah dalam keadaan lapang dan dalam keadaan sempit"
(Tanbihul Ghafilin 197)
Kata "syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata ini dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai:
(1) rasa terima kasih kepada Allah, dan
(2) untunglah (menyatakan lega, senang, dan sebagainya).
Pengertian kebahasaan ini tidak sepenuhnya sama dengan pengertiannya menurut asal
kata itu (etimologi) maupun menurut penggunaan Al-Quran atau istilah keagamaan.
Allah swt berfirman dalam Al Qur'an surat Ibrahim ayat 7 yang artinya:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu
dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab- Ku sangat pedih."
Dalam ayat ini Allah swt bahkan telah menjanjikan akan menambah nikmatnya bagi
siapapun yang bisa bersyukur.
Untuk lebih jelasnya maka, akan kami bahas dalam pembahasan selanjutnya pada bab-
bab berikutnya.
Ada tiga ayat yang dikemukakan tentang pengertian syukur ini, yaitu sebagai berikut
disertai penafsirannya masing-masing.
Artinya:
"Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur" (QS. Al- Furqan: 62).
Ayat ini tergolong Makkiyah dan tidak ditemukan sebab turunnya (asbab al-nuzul), ayat
ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya bahwa Allah telah membeberkan
beberapa dalil tauhid dan menunjuk kepada beberapa tanda-tanda kebesaran dan bukti
yang ada di dalam alam yang membuktikan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.
Kemudian Allah kembali menjelaskan perkataan dan perbuatan mereka yang keji.
Karena, sekalipun mereka telah menyaksikan segala bukti, namun mereka tidak
meninggalkan perbuatan sesatnya malah berpaling dari mengingat Tuhan, sehingga
hanya kalau disembah dan tidak dapat mendatangkan azab kalau tidak disembah. Di
samping itu, mereka membantu para penolong, setan dan menjauhi para penolong ar-
Rahman. Jika kau heran terhadap sesuatu, maka heranlah terhadap perkara mereka,
karena kejahilannya telah sampai kepada membahayakan orang yang datang untuk
memberikan kabar gemberia tentang kebaikan yang meyeluruh jika mreka menaati
Tuhan, dan mengingatkan mereka dari malapetaka dan kebinasaan jika mereka
mengingkari-Nya. Lebih dari itu, rasul tidak mengharapkan imbalan dari dakwah itu.
Allah juga memerintahkan kepada rasulnya agar tidak takut terhadap ancaman dan
siksaan mereka, tetapi hendaknya beliau bertawakkal kepada Tu han, bertasbih seraya
memuji-Nya.
Ayat ini ditafsirkan oleh al-Maragi sebagai berikut bahwa Allah telah menjadikan
malam dan siang silih berganti, agar hal itu dijadikan pelajaran bagi orang yang hendak
mengamil pelajaran dari pergantian keduanya, dan berpikir tentang ciptaan-Nya, serta
mensyukuri nikmat tuhannya untuk memperoleh buah dari keduanya. Sebab, jika dia
hanya memusatkan kehidupan akhirat maka dia akan kehilangan waktu untuk
melakukan-Nya.
Dengan demikian diketahui bahwa ayat yang berkenaan dengan pengertian syukur
dalam ayat tersebut pada dasarnya adalah lafal yang berbunyi شكورا ارادJadi arti syukur
menurut al- Maragi adalah mensyukuri nikmat Tuhan-Nya dan berpikir tentang
cipataan-Nya dengan mengingat limpahan karunia-Nya.
Hal senada dikemukakan Ibn Katsir bahwa syukur adalah bersyukur dengan mengingat-
Nya.
Penafsiran senada dikemukakan Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalliy dan
Jalal al-Din Abd Rahman Abi Bakr al-Suyutiy dengan menambahkan bahwa syukur
adalah bersyukur atas segala nikmatRabb yang telah dilimpahkan-Nya pada waktu itu.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa syukur adalah bersyukur atas segala
nikmat Tuhan-Nya dengan mengingat dan berpikir tentang ciptaan-Nya.
Artinya:
"Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung- gedung
yang Tinggi dan patung- patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan
periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih". (QS. Saba: 13).
Ayat ini tergolong surah Makkiyah yang tidak ditemukan asbab al-Nuzul, ayat ini
menjelaskan bahwa Allah menyebut-nyebut apa yang pernah Dia anugrahkan kepada
Sulaiman as,. Yaitu mereka melaksanakan perintah Sulaiman as untuk membuat istana-
istana yang megah dan patung-patung yang beragam tembaga, kaca dan pualam. Juga
piring-piring besar yang cukup untuk sepuluh orang dan tetap pada tempatnya, tidak
berpindah tempat. Allah berkata kepada mereka "agar mensyukuri-Nya atas segala
nikmat yang telah Dia limpahkan kepada kalian".
Syukur itu bisa berupa perbuatan begitu pula bisa berupa perkataan dan bisa pula berupa
niat, sebagaimana dikatakan:
شكرا- الشكور
Menurut al-Maragi arti kata asy- Syukur di atas adalah orang yang berusaha untuk
bersyukur. Hati dan lidahnya serta seluruh anggota tubuhnya sibuk dengan rasa syukur
dalam bentuk pengakuan, keyakinan dan perbuatan.
Dan ada pula yang menyatakan asy-syukur adalah orang yang melihat kelemahan
dirinya sendiri untuk bersyukur.
Sementara itu Ibn Katsir memberikan arti dari kata asy- syukuradalah berterima kasih
atas segala pemberian dari Tuhan yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Penafsiran yang senada dikemukakan oleh jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-
Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al- Rahman Ibn Abi Bkar al-Suyutiy dengan
menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat menjalankan perintah-
Nya.
Penafsiran yang senada dikemukakan oleh Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-
Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al- Rahman Ibn Abi Bakr al-Suyutiy dengan
menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat menjalankan perintah-
Nya.
Artinya:
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan
keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih". (QS. Al- Insaan: 9)
Ayat ini tergolong Madaniyah dan tidak ditemukan sebab turunnya (asbab al-nuzul),
ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak meminta dan mengharapkan dari kalian balasan
dan lain-lainnya yang mengurangi pahala, kemudian Allah memperkuat dan
menjelaskan lagi bahwa Dia tidak mengharapkan balasan dari Hamba-Nya, dan tidak
pula meminta agar kalian berterimakasih kepada-Ku, dengan demikian diketahui bahwa
ayat yang ada kaitannya dengan arti syukur dadlam ayat tersebut pada dasarnya adalah
lafal yang berbunyi:
شكورا
Menurut al-Maragi arti kata syukur di atas adalah berterimakasih kepada Allah swt.
Sementara Ibn Katsir mendefenisikan syukur itu adalah ucapan terima kasih.
Hal senada dikemukakan oleh Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalliy dan
Jalal al-Din 'Abd ar-Rahman Abi Bakr al- Suyutiy, syukur adalah berterimakasih
kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya. Apakah mereka benar-benar mengucapkan
hal yang demikian ataukah hal itu telah diketahui oleh Allah swt, kemudian Dia memuji
kalian, sesungguhnya dengan masalah ini ada dua pendapat.
Hal senada dikemukkan oleh Departemen Agama RI bahwa syukur adalah ucapan
terimakasih.Hal ini didukung pengertian secara bahasa, bahwa syukur adalah berterima
kasih kepada- Nya. Berasal dari kata شكر- يشكر- سكراyang berarti berterimakasih.
Berdasarkan penafsiran keempat mufasir di atas maka dapat disimpulkan bahwa syukur
adalah berterimakasih kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya.
Demikianlah uraian tentang pengertian syukur dalam Alquran dengan melihat beberapa
penafsiran mufasir terhadap ayat yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Dimensi Syukur
a. Hati
Dilakukan dengan mengingat- ingat ni'mat atau meng- gambarkan ni'mat yang
telah diberikan Allâh dengan perasaan hati. Misalnya dulu tidak punya apa-apa
sekarang punya kekayaan, dulu tidak bekerja sekarang dapat pekerjaan, dulu sakit-
sakitan sekarang ada dalam kesehatan, kita cukup sandang dan pangan sementara
orang lain hidup dalam kesulitan. Dengan demikian akan muncul perasaan hati
untuk lebih bersyukur kepada pemberi ni'mat. Al-Maraghi (I:29) menyebutkan,
syukur dengan hati itu dengan melahirkan ketulusan, kemurnian hati dan rasa cinta
kita pada Allâh (al- Nashu wa al-Mahabbah).
Syukur hati yaitu menggambarkan dan selalu merasakan Kurnia Allah Swt,
kemahamurahan dan anugrah-Nya. Serta merealisasikan perasaan tersebut menjadi
perasaan cinta kepada Allah Swt, Kitab suci-Nya dan Rasul Nya. Rasulullah Saw
bersabda dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya:
b. Lisan
Adapun syukur dengan lisan adalah penilaian hati, getaran hati yang menjalar
kepada anggota badan melalui mulutnya yang senantiasa basah, memuji nikmat-
Nya dan menyebut nama Allah Swtberupa wirid dan dzikir seperti tahmid, takbir,
tasbih dan bentuk puji-pujian yang lain terhadap Allah Swt. Termasuk dalam
katagori syukur pada lisan ini ialah seorang yang sentiasa memuji-muji nikmat
Allah di hadapan manusia lainya, mengajak manusia untuk sama-sama bersyukur
dan menzhohirkan kesyukuran itu melalui ibadat dan majlis-majlis ilmu yang
bertujuan untuk mengajak manusia supaya taat dan patuh kepada Allah Swt.
Yaitu bentuk syukur yang diucapkan dengan lisan, baik kepada Allâh, juga kepada
sesama manusia. Syukur lisan kepada Allâh antara lain kita mengucapkan kalimat
al- Hamdulillah. Ibnu Abbas menyebutkan al-Hamdulillah adalah kalimat syukur,
jika hamba menyebut al-Hamdulillah, Allâh Swt berfirman, Syakaranî 'Abdî. Pada
kesempatan lain Ia mengatakan al-Hamdu adalah al- Syukru dan al-Iqrâru
bini'amihi wa hidâyatihi. Dan Jalaludin al- Suyuthi (I:30) mengutif riwayat Ibnu
Jarir dan al-Hâkim, menyebutkan hadits Nabi Saw, "Rasulullah Saw bersabda,
apabila kalian mengucapkan "al- Hamdulillahi Rabbil 'Alamin" dengan demikian
engkau telah bersyukur kepada Allâh dan Dia akan menambah ni'mat-Nya" Dan
syukur lisan kepada sesama manusia dilakukan dengan mengucapkan kata-kata
pujian, kata yang baik (al-Madhu-Al- Tsana`u) terhadap orang yang berbuat ihsan
(baik), sebagai ungkapan rasa syukur (Al- Maraghi, I:29)
3. Keutamaan Syukur
Bersyukur artinya pujian atas kebaikan. Dalam bahasa Indonesia artinya berterima
kasih. Bersyukur menurut agama islam adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul
Qayyim yaitu “Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan
melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi
nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui
anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah”. (Madarijus Salikin :
2/224).
Bersyukur merupakan sifat para Nabi dimana mereka senantiasa berterima kasih pada
Allah atas nikmat yang diberikan walaupun mereka diberi berbagai cobaan dan
rintangan, itulah orang orang yang mulia. Allah menceritakan sifat para Nabi tersebut
dalam firman Nya.
“Sesungguhnya Ibrahim adalah iman yang teladan lagi patuh, ia senantiasa mensyukuri
nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus”. (QS
An Nahl : 120-121).
Sebagai umat islam kita wajib menjalankan perintah Allah dan mengikuti teladan
kebaikan yang diberikn oleh para Nabi terdahulu. Allah memberikan nikmat bukan
hanya kepada para Nabi, tetapi merata kepada setiap makhluk Nya, tidak ada satupun
yang hidup di dunia ini yang tidak mendapat kenikmatan dari Allah. Bahkan ujian yang
diberikan oleh Allah kepada para Nabi jauh lebih berat dari ujian yang diberikan kepada
manusia biasa, islam senantiasa menganjurkan untuk bersyukur, begitu banyak
kebaikan yang akan diperoleh dengan bersyukur, berikut 17 keutamaan bersyukur
dalam islam secara lengkap
6. Sebagai Peringatan
Allah senantiasa memberi jalan untuk berusaha, terkadang ada yang tidak mau
memaksimalkannya untuk kebaikan dan menyalahkan keadaan ketika kesusahan
menimpanya. Padahal itu semua sebab dari kesalahannya sendiri, “Apa saja nikmat
yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu maka
dari kesalahan dirimu sendiri”. (QS An Nisa : 79).
Allah memberikan begitu banyak nikmat yang tidak akan bisa dihitung, bahkan Allah
berfirman dalam surat QS Ar Rahman “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?” sebanyak 31 kali, menunjukkan betapa banyak nikmat Allah pada
hamba Nya. Semoga kita senantiasa bersyukur dalam keadaan apapun dan mendapat
keberkahan serta ridho Nya dengan rasa syukur tersebut.