Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sekarang selalu resah dengan kemewahan dunia,harta yang


melimpah,dan selalu resah dengan kondisi yang membelitnya, dalam Bahasa
psikologinya disebut mengalami “kehampaan eksistensial” yang membuat dirinya
menjadi kurang puas dengan pencapaian atau impian yang sudah diraih. Ada
perasaan tidakpuas atas apapun yang telah terjadi dalam hidupnya. Manusia
sekarang makin kehilangan identitasnya dalam menyelami nilai-nilai spiritualitas
yang merupakan landasan untuk mengontrol Hasrat dan nafsu untuk memenuhi
segala keinginan (Mohammad Takdir, 2018)

Tindakan bunuh diri juga semakin banyak terjadi di Indonesia bahkan dunia,
yang mayoritas disebabkan depresi. Julianan dalam surat kabar menuliskan bahwa
depresi yang terjadi di masyarakat saat ini yaitu bunuh diri, tawuran, dan
menurunnya produktivitas kerja. Saat ini diperkirakan 350 juta orang di seluruh
dunia terjangkit depresi, dan di Indonesia setiap harinya terdapat 150 orang yang
bunuh diri karena depresi. Baik dari pedesaan maupun perkotaan memiliki angka
yang relatif sama. Apabila tidak segera dilakukan penanganan maka angka tersebut
bisa tumbuh dari tahun ke tahun. WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020
angka bunuh diri di Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa (Ida Fitri
Shobihah, 2014)

Bidang psikologi khususnya kajian psikologi positif saat ini mulai menjadi
perhatian para ahli psikologi dalam mengungkapkan masalah-masalah sosial yang
terjadi di tengah masyarakat dan membantu manusia mencapai kebahagiaan melalui
emosi-emosi positif. Syukur merupakan salah satu dari kajian psikologi positif
tersebut, yang berarti mengucapkan terima kasih atas anugerah. Penelitian Sheldon
dan Sonja menunjukkan bahwa kebersyukuran dapat mengurangi emosi negatif
pada diri seseorang (Ida Fitri Shobihah, 2014)

Syukur juga menjadi bagian dari ajaran Islam, yang tidak asing dan bahkan
sudah “dipraktekkan” dalam kehidupan sehari-hari. Pengucapan “Alhamdulillah”
sebagai simbol dari rasa kebersyukuran. Akan tetapi, syukur sesungguhnya tidak
hanya cukup pada pengucapan tersebut, karena syukur berkaitan dengan lisan, hati
dan anggota badan.. Pribadi individu, tingkah laku dan lingkungan saling
mempengaruhi satu sama lain dalam membentuk suatu perilaku atau kepribadian.
Subandi menegaskan bahwa psikologi dan agama memiliki hubungan erat, agama
dapat menjadi referensi dalam menafsirkan dan solusi permasalahan jiwa.17
Ajaran-ajaran agama yang dipelajari akan membentuk keyakinan yang menjadi
bagian dari proses kognitif.( Ida Fitri Shobihah, 2014)

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa pengertian kebersyukuran ?
B. Apa aspek-aspek dalam bersyukur ?
C. Apa komponen-komponen dalam bersyukur ?
D. Apa jenis-jenis bersyukur?
E. Bagaimana perwujudan rasa bersyukur?
F. Apa faktor yang memicu dan menghambat kebersyukuran?
G. Bagaimana membentuk kebersyukuran ?

1.3 tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian kebersyukuran
B. Untuk mengetahui aspek-aspek dalam bersyukur
C. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam bersyukur
D. Untuk mengetahui jenis-jenis bersyukur
E. Untuk mengetahui perwujudan rasa bersyukur
F. Untuk mengetahui faktor yang memicu dan menghambat kebersyukuran
G. Untuk mengetahui membentuk kebersyukuran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebersyukuran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur ddapat
diartikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah
(menyatakan lega, senang dan lainnya).
Adapun beberapa pengertian bersyukur menurut beberapa tokoh,
berikut ini :
Menurut tokoh psikologi Park, Peterson& Seligman (2004) gratitude
digambarkan dengan kondisi individu yang sadar dan berterimakasih atas
segala hal baik yang terjadi dengan demikian hal tersebut dapat memberikan
kedamaian untuk orang tersebut.
Menurut Emmons dan McCullough (2003) dalam Sulistyarini
(2010), kebesyukuran merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang
kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik,
kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan mempengaruhi seseorang
menanggap atau beraksi terhadap sesuatu atau situasi. Emmons juga
mengatakan bahwa bersyukur akan membuat seseorang bahagia, membuat
perasaan nyaman, dan bahkan dapat memacu motivasi. Sehingga dampak
dari perasaan besyukur dapat berkembang menjadi reaksi atau tanggapan
yang berwujud sebuah sikap, oleh karena itu syukur kemudan dapat
mendorong atau memotivasi seseorang.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kebersyukuran
adalah suatu perasaan bahagia yang muncul ketika seseorang sedang
membutuhkan sesuatu atau bahkan sudah dalam keadaan cukup, menerima
pemberian atau perolehan dari pihak lain sehingga orang tersebut merasa
tercukupi atau menerima kelebihan (Sulistyarini, 2010).
B. Aspek-Aspek dalam Bersyukur
Menurut McCullough (2002) dalam Sulistyarini (2010)
mengungkapkan aspek-aspek bersyukur terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Intensity, seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa
positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur.
2. Frequency, seseorang yang memiliki kecenderungan bersyukur
akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan
syukur bisa menimbulkan dan mendukung tindakan dan
kebaikan sederhana atau kesopanan.
3. Span, peristiwa-peristiwa kehidupan dapat membuat seseorang
merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur atas keluarga,
pekerjaan, kesehatan, dll.
4. Density, orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan
lebih banyak nama-nama orang yang telah membuatnya merasa
bersyukur, termasuk orang tua, teman, keluarga, dll. Keempat
aspek tersebut menjadi acuan bagi seseorang untuk menjalani
kehidupan dan memaknai setiap peristiwa hidup dengan positif
dan penuh rasa syukur.
Sedangkan menurut Al-Munajjid (dalam Sulistyarini, 2010) rasa
syukur dapat muncul karena beberapa aspek, yaitu:
1. Mengenal nikmat, menghadirkan dalam hati, menyadari dan
meyakinkan bahwa segala sesuatu dan keajaiban yang kita
miliki dan lalui merupakan nikmat Allah SWT.
2. Menerima nikmat, menyebutnya dengan memperlihatkan
kefakiran kepada yang memberi nikmat dan hajat kita kepada-
Nya, karena memahami bahwa nikmat itu bukan keberhakan
kita mendapatkannya akan tetapi karena itu bentuk karunia dan
kemurahan Tuhan.
3. Memuji Allah atas pemberian nikmat, merupakan pujian yang
berkaitan dengan nikmat itu ada dua macam, yang pertama
bersifat umum yaitu dengan memujinya bersifat dermawan,
pemurah, baik, luas pemberiannya, dan sebagainya. Sedangkan
yang kedua bersifat khusus yaitu membicarakan nikmat yang
diterima dengan merinci nikmat-nikmat tersebut lalu
mengungkapkan dengan lisan dan menggunakan nikmat
tersebut untuk halhal yang diridhoi-Nya.
C. Komponen-Komponen dalam Bersyukur
Ahli psikologi barat Fitzgerald dan Snyder (2004) mengemukakan
beberapa komponen dalam bersyukur. Komponen-komponen tersebut
berupa :
a) Rasa apresiasi yang hangat kepada orang lain atau sesuatu yang
meliputi, perasaan cinta, dan kasih sayang.
b) Niat baik (goodwill) yang ditunjukkan kepada seseorang atau
sesuatu yang meliputi keinginan untuk membantu orang lain
yang kesusahan, keinginan untuk berbagi, dan lain sebagainya.
c) Kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa
penghargaan dan kehendak baik, meliputi intensi menolong
orang lain, membalas kebaikan orang lain, beribadah, dan lain
sebagainya.
D. Jenis-Jenis Bersyukur
Peterson dan Seligman (2004), membedakan besyukur menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Personal adalah rasa berterimakasih yang ditunjukkan kepada orang
lain yang khusus yang telah memberikan kebaikan atau sebagai
adanya diri mereka.
2. Transpersonal adalah ungkapan terimakasih terhadap Tuhan, kepada
kekuatan yang lebih tinggi, atau kepada dunianya. Maslow dalam
Peterson dan Seligman (2004) menyatakan bahwa bentuk dasarnya
dapat berupa pengalaman puncak (peak exprerience), yaitu sebuah
momen pengalaman kekhusyukan yang melimpah.
E. Perwujudan Rasa Bersyukur
Menurut Al-Fauzan dalam Sulistyarini (2010) mengatakan bahwa
orang yang bersyukur, menggunakan hati, lidah dan anggota badannya
untuk mencintai Allah SWT, tunduk pada-Nya dan menggunakan nikmat-
Nya di jalan yang di ridhoi-Nya. Perwujudan rasa syukur antara lain
meliputi tiga hal yaitu:
1) Bersyukur dengan hati, merupakan bentuk pengakuan dengan
hati, bahwa semua nikmat datangnya dari Allah, sebagai
kebaikan dan karunia Sang pemberi nikmat kepada hamba-Nya.
Syukur dengan hati akan membuat seseorang merasakan
keberadaan nikmat itu pada dirinya sehingga ia tidak akan lupa
kepada Allah.
2) Bersyukur dengan lidah, menyanjung dan memuji Allah atas
nikmat-Nya dengan penuh kecintaan, serta menyebut nikmat itu
sebagai pengakuan atas karunia-Nya dan kebutuhan terhadap-
Nya, bukan karena riya’ atau sombong. Mengucapkan nikmat
Allah merupakan sendi syukur. Seorang hamba yang
mengucapkan syukur, maka ia akan teringat kepada Allah dan
mengakui kelemahan dirinya.
3) Bersyukur dengan anggota tubuh, anggota tubuh digunakan
untuk beribadah kepada Allah, karena setiap anggota tubuh
memiliki kewajiban untuk beribadah. Salah satu yang dapat
dilakukan yaitu dengan sujud syukur.
F. Faktor yang Memicu dan Menghambat Kebersyukuran
Berikut hal-hal yang dapat memicu dan menghambat perasaan
syukur seseorang :
a. Untuk merasa bersyukur, seseorang membutuhkan pandangan
yang luas terhadap hidup. Perasaan bersyukur juga dapat
muncul ketika seseorang menyadari adanya kehilangan pada
dirinya (Peterson & Seligman, 2004).
b. Persepsi negatif dirasa dapat menghambat individu untuk
bersyukur.
c. Sikap sombong juga dapat menghalangi bersyukur, karena
individu merasa bahwa ia yang memiliki kekuasaan atas segala
yang akan terjadi.
G. Membentuk Kebersyukuran
Salah satu cara untuk membentuk kebesyukuran dapat
dilakukandengan pelatihan kebersyukuran. Dimana pelatihan
kebersyukuran ini merupakan salah satu terapi yang dapat memfokuskan
kebersyukuran atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan terhadap
individu dengan cara mengucapkan terimakasih, mengucapkan rasa syukur
setiap hari, mensyukuri setiap peristiwa kehidupan yang dialami, dan dapat
menurunkan emosi negstif yang muncul dalam dirinya.
Menurut McCullough (2008), pelatihan syukur dapat memunculkan
emosi yang menyenangkan, seperti kebahagiaan karena rasa syukur akan
membawa manfaat bagi diri sendiri atau juga hati orang lain (dalam
Sulistyarini, 2010).
Latihan bersyukur dapat dilakukan dengan pendekatan kognitif
perilaku, yaitu : (Snyder & Lopes, 2002)
1) Mengidentifikasi pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan,
atau penyesalan akan nasib).
2) Merumuskan dan mendukung pikiran syukur.
3) Menggantikan pikiran yang salah (kekurangan, kelemahan, atau
penyesalan akan nasib) kearah pikiran rasa bersyukur dan
4) Mengaplikasikan rasa syukur dalam tindakan batin dan lahiriah.
Dengan latihan kebersyukuran orang dapat mengekspresikan rasa
syukur dengan berbagai cara. Emmos dan Crumpler (dalam Sulistyarini,
2010) menyatakan bahwa fokus pada rasa syukur membuat hidup lebih
memuaskan, bermakna, dan produktif.
Daftar Pustaka

Ida Fitri Shobihah. (2014). Kebersyukuran (Upaya Membangun Karakter Bangsa


Melalui Figur Ulama) . Jurnal Dakwah, Vol. Xv, No. 2

Mohammad Takdir. 2018. Psikologi Syukur : Perspektif Psikologi Qurani Dan


Psikologi Positif Untuk Menggapai Kebahagiaan Sejati (Authentic
Happiness).

Sulistyarini, Rr Indah Ria. 2010. Pelatihan Kebersyukuran Untuk Meningkatkan


Proaktif koping pada Survivor Bencana Gunung Merapi. Yogyakarta:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam
Indonesia.

Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Strengths of character and
wellbeing. Journal of Social and Clinical Psychology, 23(5), 603-619.

Anda mungkin juga menyukai