Filsafat Pendidikan
Oleh :
Kelompok 4
Khairahayati
Wirindu Cantika
18 BKT 11
2019
1. Pengertian filsafat pendidikan dari 2 para ahli
Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sifat filsafat
seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamnnya dalam pendidikan dan kehidupan dari
kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik
dapat mengetahui sekolah berkembang.
b. John Dewey
Filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental baik
yang menyangkut daya pikir intelektual maupun daya perasaan emosional menuju tabiat
manusia.
a. Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang
ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian
dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang
berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
b. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis,
dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh
karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari
nilainnya
c. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang
dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
d. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
3. * Pentingnya filsafat pendidikan bagi manusia (pendidik) dan beri contoh masing-
masing
Filsafat mencoba memadukan hasil-hasil dari berbagai sains yang berbeda ke dalam suatu
pandangan dunia yang konsisten. Filosof cenderung untuk tidak menjadi spesialis, seperti
ilmuwan. Ia menganalisis benda-benda atau masalah dengan suatu pandangan yang menyeluruh.
Filsafat tertarik terahdap aspek-aspek kualitatif segala sesuatu, terutama berkaitan dengan makna
dan nilai-nilainya. Filsafat menolak untuk mengabaikan setiap aspek yang otentik dari
pengalaman manusia. Kita sangat memerlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan
pengarahan/ ilmu pengarahan. Dengan ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan
yang di dalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia.
Hanya ilmu filsafatlah yang dapat diharapkan mampu memberi manusia suatu integrasi dalam
membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengenai mana yan gpantas
kita tolak, man ayang pantas kita tujui, mana yang pantas kita ambil sehinga dapat memberikan
makna kehidupan. Ada beberapa pentingnya filsafat bagi manusia yaitu :
3. Dengan adanya perkembangan ilmu pengethauan dan teknologi kita semakin ditentang
dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya,
pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral
a. Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia,
hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi
persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia
memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami
filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan. Seorang guru
seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat
manusia, khususnya hakekat anak. Hakekat manusia :
• Manusia adalah makhluk jasmani rohani
• Manusia adalah makhluk individual sosialü
• Manusia adalah makhluk yang bebas
• Manusia adalah makhluk menyeluruh.
Metafisika merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari masalah hakikat ; hakikat
dunia,hakikat manusia,termasuk di dsalam nya hakikat anak.Mempelajari metafisika bagi filsafat
pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit tujuan pendidikan,untuk mengetahui
bagaimana dunia anak,apakah ia merupakan mahkluk rohani atau jasmani saja,atau keduanya
Metafisika memiliki implikasi-implikasi pentinguntuk pendidikan karena kurikulum
sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas.Dan apa yang kita ketahui
mengenai realitas itu di kendalikan/didorong oleh jenis-jenis pertanyaan yang di ajukan
mengenai dunia.Pada kenyataan nya,setiap posisi yang berkenaan dengan apa yang harus di
ajarkan sekolah di belakangnya memiliki suatu pandangan realitas tertentu,sejumlah respons
tertentu pada pertanyaan-pertanyaan metafisika. Metafisika terbagi dua , yaitu :
1. Ontologi, Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu
yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang
mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis
berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu
hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007:
144).
Obyek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada
umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita
membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang
tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa obyek formal dari
ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Hal senada juga dilontarkan oleh Jujun Suriasumantri,
bahwa ontologi membahas apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada (Jujun S. Suriasumantri, 2003: 34).
2. Metafisika Khusus
Di dalam persoalan metafisika khusus ada beberapa permasalahan yang dibahas di
dalamnya, antara lain :
• Teology
Teologi memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Adapun yang dimaksud dengan teologi
dalam ruang lingkup metafisika adalah filsafat ketuhanan yang bertitik tolak semata-mata kepada
kejadian alam (teologi naturalis). Dalam bukunya yang berjudul philosophie, karl Jaspers
memberikan pembahasan mengenai berbagai cara yang dapat menyebabkan manusia mempunyai
keinsafan tentang adanya tuhan, berdasarkan atas sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Pertama-tama terdapat suatu cara yang formal, yang menunjukkan bahwa segenap
pengertian hakiki dimiliki oleh manusia pada adanya sesuatu yang tidak terbatas, yang
menyebabkan manusia menginsafi bahwa tuhan terdapat jauh di dalam lubuk hatinya. Juga
terdapat cara simbolik yang terdapat di dalam mitos serta tulisan tangan tentang adanya tuhan.
Ada beberapa pembahasn dalam hal ini, antara lain :
a. Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.Mengajukan
Pertanyaan-Pertanyaan sekitar Tuhan dan bagaimana hubungannya dengan realitas,bagaimana
hubungan Tuhan dengan manusia dan dengan kosmos.
b. Kosmologi
Kosmologi membicarakan realitas jagat raya,yakni keseluruhan sistem alam
semesta.Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata,yaitu alam fisik ,tidak mungkin
pengamatan dan penghayatan indra mampu mencakupnya.Oleh karena itu,kosmologi menghayati
realitas kosmos secara intelektual
c. Manusia
Seperti Yang Telah diuraikan,bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk
hakikat manusia dan hakikat anak.Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi
• Manusia sebagai makhluk individu
Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk individu yang unik,berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya.Tidak ada manusia yang persis sama diciptakan Tuhan di jagat raya
ini,walaupun pada anak (manusia) kembar sekalipun.Secara fisik mungkin manusia akan
memiliki banyak persamaan,namun secara psikologis rohaniah akan banyak menunjukkan
perbedaan.
b. Epistemology
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran
dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai
pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori
pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran
pengetahuan. Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya
dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan
(Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat
pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat sifat dan kesahihan
pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah pengetahuan . Objek formal epistemologi
adalah hakekat pengetahuan.
1. Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran di tinjau
dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran yang
masuk akal). Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk pemikiran, maka
logika material bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata lain, apabila logika
formal yang biasanya disebut istilah’logika’berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan
bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika material berusaha untuk menetapkan
kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya. Maka dapat disimpulkan bahwa
logika formal bersangkutan dengan masalah kebenaran formal sering disebut keabsahan
(jalan) pemikiran. Sedangkan logika material bersangkutan dengan kebenaran materiil
yang sering juga disebut sebagai kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran.
2. Kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang dimaksud
adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu.
Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk
menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang
kebenaran.
3. Kritika Pengetahuan adalah pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam,
berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan manusia.
4. Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah ilmu pengetahuan
atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pengetahuan, khususnya mengenahi pengetahuan yang bersifat keilahian.
5. Filsafat pengetahuan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara
khusus akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. J.A.Niels Mulder
menjelaskan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak,
batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Abbas Hamami Mintarejo
berpendapat bahwa epistemologi adlah bagian filsafat atau cabang filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau
pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.
1. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk – bentuk yang lain.
2. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang
konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.
3. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.
4. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil – dalilnya.
c. Aksiologi
Akisologi sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan
tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan , karena dunia nilai akan selalui
dipertimbangkan,atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan perbuatan
pendidikan. Brubacher mengemukakan tentang hubungan antar asikologi dengan pendidikan.
Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan nyata
dibawah ini, mengertilah kita bahwa analisa ilmiah. Sebab masalahnya memang masalah
filosofis, misalnya meliputi :
1. Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin berguna membina kepribadian manusia
atau tidak. Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor luar
(alam sekitar dan kpribadian).
2. Mengapa anak yang potensinya hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan
yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana yang diharapkan. Sebaliknya,
mengapa seoraang anak abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah, meskipun di didik dengan
positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.
3. Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu berguna untuk
individu sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan untuk
pembinaan manusia pribadi, apakah untuk masyarakat.
4. Apakah hakikat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam masyarakat,
apakah pribadi itu independent ataukah dependent di dalam masyarakat.
5. Apakah hakikat pribadi itu, manakah yang utama untuk dididik, apakah ilmu, intelek atau
akalnya, ataukah kemauannya.
6. Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi dan
otomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan kepemimpinan yang instruktif ataukah
secara demokratis.
7. Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk membina kepribadian.
Logika fini membahas tentang mempelajari asas-asas atau hukum-hukum berpikir yang
harus ditaati agar kita dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Menurut Jan
Hendrik Rapar Logika adalah cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas
asas-asas, aturan-aturan formal dan prosedur-prosedur normatif, serta kriteria yang sahih bagi
penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Sedangkan menurut Loren Bagus: Logika adalah studi tentang aturan-aturan penalaran
yang tepat serta bentuk dan pola pikiran yang masuk akal.
Dari pemaparan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa logika adalah ilmu yang
membahas aturan-aturan dan metode keabsahan atau ketepatan berfikir. Oleh karena itu, filsuf
klasik, Aristoteles, tidak memasukkan logika dalam karya-karya filsafatnya dikarenakan logika
merupakan pijakan utama dan pertama dalam memasuki dunia filsafat. Lebih jauh lagi, K.
Bertens mengemukakan bahwa salah satu alasan Aristoteles karena logika menurutnya
merupakan pijakan awal sebagai persiapan untuk berfikir. Tentunya, alasan tersebut menurut
sebagian orang bertentangan.
Misalnya, seorang dapat membaca harus mengetahui tulisan. Hal ini pasti akan
menimbulkan dua kutub besar, pertama mengatakan tulisan termasuk bacaan, kedua tulisan
bukan termasuk bacaan. Contoh tersebut sama halnya dengan mengatakan pangkal filsafat adalah
penalaran, namun bagi kelompok tertentu penalaran bukanlah filsafat, menurut sebagian lainnya
penalaran adalah bagiannya.
a) Spekulatif
b) Normative
Fungsi normatif dalam filsafat pendidikan, sebagai penentu arah dan pedoman untuk apa
pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal
yang akan dibina. Khususnya norma moral yang bagaimana sebaiknya manusia cita-citakan.
Bagaimana filsafat pendidikan memberikan norma, pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan
normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnya membentuk kebudayaan
c) Kritik
Fungsi kritik terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam
pertimbangan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi,
baik kepribadian, maupun achievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis dan
komparatif atas sesuatu, untuk mendapat kesimpulan. Bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi
itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statistik), juga untuk menetapkan
asumsi atau hipotesa yang lebih resonable. Filsafat harus kompeten, mengatasi kelemahan-
kelemahan yang ditemukan bidang ilmiah, melengkapinya dengan data, dan argumentasi yang
tak didapatkan dari data ilmiah.
Dalam fungsi teori dan praktek, semua ide, konsepsi, analisa, dan kesimpulan-kesimpulan
filsafat pendidikan berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan atau praktek
pendidikan. Dengan demikian, filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktek.
e) Interogagtif
Fungsi integratif filsafat pendidikan adalah wajar, artinya sebagai pemadu fungsional semua
nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan (ilmu kependidikan sebagai ilmu normatif).
Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu
metafisika, epistimologi, dan aksiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Kunn, Darly. 1998. Landasan dan Filsafat Profesi. Jakarta: Yayasan Kanisius.