Anda di halaman 1dari 11

Tugas

Filsafat Pendidikan

Oleh :

Kelompok 4

Fadiya Yusra Nasution

Khairahayati

Wirindu Cantika

18 BKT 11

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

2019
1. Pengertian filsafat pendidikan dari 2 para ahli

a. Prof. Dr. Hasan Langgulung

Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sifat filsafat
seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamnnya dalam pendidikan dan kehidupan dari
kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik
dapat mengetahui sekolah berkembang.

b. John Dewey

Filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental baik
yang menyangkut daya pikir intelektual maupun daya perasaan emosional menuju tabiat
manusia.

2. Perbedaan filsafat dan filsafat pendidikan

a. Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang
ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian
dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang
berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita

b. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis,
dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh
karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari
nilainnya

c. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang
dimulai dari tidak tahu menjadi tahu

d. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
3. * Pentingnya filsafat pendidikan bagi manusia (pendidik) dan beri contoh masing-
masing

Filsafat mencoba memadukan hasil-hasil dari berbagai sains yang berbeda ke dalam suatu
pandangan dunia yang konsisten. Filosof cenderung untuk tidak menjadi spesialis, seperti
ilmuwan. Ia menganalisis benda-benda atau masalah dengan suatu pandangan yang menyeluruh.
Filsafat tertarik terahdap aspek-aspek kualitatif segala sesuatu, terutama berkaitan dengan makna
dan nilai-nilainya. Filsafat menolak untuk mengabaikan setiap aspek yang otentik dari
pengalaman manusia. Kita sangat memerlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan
pengarahan/ ilmu pengarahan. Dengan ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan
yang di dalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia.
Hanya ilmu filsafatlah yang dapat diharapkan mampu memberi manusia suatu integrasi dalam
membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengenai mana yan gpantas
kita tolak, man ayang pantas kita tujui, mana yang pantas kita ambil sehinga dapat memberikan
makna kehidupan. Ada beberapa pentingnya filsafat bagi manusia yaitu :

1. Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapatmenambah ilmu pengetahuan, karena


dengan bertambahnya ilmu akan bertambah pula cakrawala pemikiran dan pangangan
yang semakin luas
2. Dasar semua tindakan. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide itulah yang
akan membawa mansuia ke arah suatu kemampuan utnuk merentang kesadarannya dalam
segala tindakannya sehingga manusia kaan dapat lebih hidup, lebih tanggap terhadap diri
dan lingkungan, lebih sadar terhadap diri dan lingkungan

3. Dengan adanya perkembangan ilmu pengethauan dan teknologi kita semakin ditentang
dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya,
pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral

* Hubungan filsafat dan filsafat pendidikan

a) Filsafat mempunyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat


pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
b) Filsafat hendak memberikan pengetahuan/pendidikan atau pemahaman yang lebih
mendalam dan menunjukan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam.
c) Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikannya.
d) Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan.
e) Ilmu pengetahuan lahir dari persamaan dan perbedaan filsafat, sedangkan filsafat
adalah ibu dan ilmu pengetahuan.
f) Ilmu pengetahuan lebih bersifat analisis, sedangkan filsafat bersifat synopsis.
g) Ilmu pengetahuan mengemukakan fakta-fakta untuk melukiskan objeknya,
sedangkan filsafat selain menekankan pada keadaan sebenarnya dan objek juga
bagaimana seharusnya objek itu.
h) Ilmu pengetahuan memulai sesuatu dengan memakai asumsi-asumsi, sedangkan
filsafat memeriksa dan meragukan segala asumsi.
i) Ilmu pengetahuan diwarnai oleh penggunaan metode eksperimen, terkontrol cara
kerjanya, sedangkan filsafat menggunakan semua ilmu pengetahuan.

4. Peranan dan contoh filsafat pendidikan ditinjau dari

a. Metafisika

Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia,
hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi
persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia
memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami
filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan. Seorang guru
seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat
manusia, khususnya hakekat anak. Hakekat manusia :
• Manusia adalah makhluk jasmani rohani
• Manusia adalah makhluk individual sosialü
• Manusia adalah makhluk yang bebas
• Manusia adalah makhluk menyeluruh.

Metafisika merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari masalah hakikat ; hakikat
dunia,hakikat manusia,termasuk di dsalam nya hakikat anak.Mempelajari metafisika bagi filsafat
pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit tujuan pendidikan,untuk mengetahui
bagaimana dunia anak,apakah ia merupakan mahkluk rohani atau jasmani saja,atau keduanya
Metafisika memiliki implikasi-implikasi pentinguntuk pendidikan karena kurikulum
sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas.Dan apa yang kita ketahui
mengenai realitas itu di kendalikan/didorong oleh jenis-jenis pertanyaan yang di ajukan
mengenai dunia.Pada kenyataan nya,setiap posisi yang berkenaan dengan apa yang harus di
ajarkan sekolah di belakangnya memiliki suatu pandangan realitas tertentu,sejumlah respons
tertentu pada pertanyaan-pertanyaan metafisika. Metafisika terbagi dua , yaitu :
1. Ontologi, Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu
yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang
mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis
berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu
hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007:
144).
Obyek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada
umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita
membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang
tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa obyek formal dari
ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Hal senada juga dilontarkan oleh Jujun Suriasumantri,
bahwa ontologi membahas apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada (Jujun S. Suriasumantri, 2003: 34).

2. Metafisika Khusus
Di dalam persoalan metafisika khusus ada beberapa permasalahan yang dibahas di
dalamnya, antara lain :
• Teology
Teologi memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Adapun yang dimaksud dengan teologi
dalam ruang lingkup metafisika adalah filsafat ketuhanan yang bertitik tolak semata-mata kepada
kejadian alam (teologi naturalis). Dalam bukunya yang berjudul philosophie, karl Jaspers
memberikan pembahasan mengenai berbagai cara yang dapat menyebabkan manusia mempunyai
keinsafan tentang adanya tuhan, berdasarkan atas sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Pertama-tama terdapat suatu cara yang formal, yang menunjukkan bahwa segenap
pengertian hakiki dimiliki oleh manusia pada adanya sesuatu yang tidak terbatas, yang
menyebabkan manusia menginsafi bahwa tuhan terdapat jauh di dalam lubuk hatinya. Juga
terdapat cara simbolik yang terdapat di dalam mitos serta tulisan tangan tentang adanya tuhan.
Ada beberapa pembahasn dalam hal ini, antara lain :
a. Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.Mengajukan
Pertanyaan-Pertanyaan sekitar Tuhan dan bagaimana hubungannya dengan realitas,bagaimana
hubungan Tuhan dengan manusia dan dengan kosmos.

b. Kosmologi
Kosmologi membicarakan realitas jagat raya,yakni keseluruhan sistem alam
semesta.Kosmologi terbatas pada realitas yang lebih nyata,yaitu alam fisik ,tidak mungkin
pengamatan dan penghayatan indra mampu mencakupnya.Oleh karena itu,kosmologi menghayati
realitas kosmos secara intelektual

c. Manusia
Seperti Yang Telah diuraikan,bahwa metafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk
hakikat manusia dan hakikat anak.Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi
• Manusia sebagai makhluk individu
Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk individu yang unik,berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya.Tidak ada manusia yang persis sama diciptakan Tuhan di jagat raya
ini,walaupun pada anak (manusia) kembar sekalipun.Secara fisik mungkin manusia akan
memiliki banyak persamaan,namun secara psikologis rohaniah akan banyak menunjukkan
perbedaan.

• Manusia sebagai makhluk sosial


Manusia Lahir ke dunia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa,ia
lahir dalam keadaan tidak berdaya.Namun,bersamaan dengan itu,ia lahir memiliki potensi
kemanusiaan berupa kekuatan pendengaran,kekuatan penglihatan ,dan budi nurani.Potensi
kemanusiaan tersebut merupakan modal dasar bagi manusia untuk berkembang menjadi dirinya
sendiri.
• Manusia sebagai makhluk susila
Manusia yang lahir dilengkapi denagan kata hati atau hati nurani,yang memungkinkan ia
memiliki potensi untuk dapat membedakan perbuatan baik dan buruk ,sehingga ia dapat
memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan itu.Manusia sebagai makhluk susila mampu
memikirkan dan menciptakan norma-norma.
• Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan
Manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi dan mampu mengadakan
komunikasi dengan Tuhan sebagai maha pencipta alam semesta.

b. Epistemology

Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran
dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai
pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori
pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran
pengetahuan. Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya
dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan
(Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat
pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat sifat dan kesahihan
pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah pengetahuan . Objek formal epistemologi
adalah hakekat pengetahuan.

1. Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran di tinjau
dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran yang
masuk akal). Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk pemikiran, maka
logika material bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata lain, apabila logika
formal yang biasanya disebut istilah’logika’berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan
bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika material berusaha untuk menetapkan
kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya. Maka dapat disimpulkan bahwa
logika formal bersangkutan dengan masalah kebenaran formal sering disebut keabsahan
(jalan) pemikiran. Sedangkan logika material bersangkutan dengan kebenaran materiil
yang sering juga disebut sebagai kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran.
2. Kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang dimaksud
adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu.
Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk
menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang
kebenaran.
3. Kritika Pengetahuan adalah pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam,
berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan manusia.
4. Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah ilmu pengetahuan
atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pengetahuan, khususnya mengenahi pengetahuan yang bersifat keilahian.
5. Filsafat pengetahuan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara
khusus akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. J.A.Niels Mulder
menjelaskan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak,
batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Abbas Hamami Mintarejo
berpendapat bahwa epistemologi adlah bagian filsafat atau cabang filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau
pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.

Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,


sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan
pengetahuan. Jadi, objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya
adalah hakikat pengetahuan itu. Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang
pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti
apa pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi,
silogisme, premis mayor, dan premis minor.

1. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk – bentuk yang lain.
2. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang
konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.
3. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.
4. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil – dalilnya.

Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:

1. Rasionalisme : Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan.


2. Empirisme : Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra
karena ilmu atau pengalam impiris.

c. Aksiologi

Akisologi sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan
tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan , karena dunia nilai akan selalui
dipertimbangkan,atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan perbuatan
pendidikan. Brubacher mengemukakan tentang hubungan antar asikologi dengan pendidikan.
Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan nyata
dibawah ini, mengertilah kita bahwa analisa ilmiah. Sebab masalahnya memang masalah
filosofis, misalnya meliputi :
1. Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin berguna membina kepribadian manusia
atau tidak. Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor luar
(alam sekitar dan kpribadian).
2. Mengapa anak yang potensinya hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan
yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana yang diharapkan. Sebaliknya,
mengapa seoraang anak abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah, meskipun di didik dengan
positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.
3. Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu berguna untuk
individu sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan untuk
pembinaan manusia pribadi, apakah untuk masyarakat.
4. Apakah hakikat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam masyarakat,
apakah pribadi itu independent ataukah dependent di dalam masyarakat.
5. Apakah hakikat pribadi itu, manakah yang utama untuk dididik, apakah ilmu, intelek atau
akalnya, ataukah kemauannya.
6. Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi dan
otomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan kepemimpinan yang instruktif ataukah
secara demokratis.
7. Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk membina kepribadian.

Tiap-tiap pendidik seogianya mengerti bagaimana jawaban-jawaban yang tepat atas


problema di atas, sehingga dalam melaksanakan fungsinya akan lebih mantap. Mereka yang
memilih propesi keguruan sepantasnya mengerti latar belakang kebijaksanaan strategi dan politik
pendidikan pada umumnya, khususnya pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang menjadi
tanggung jawabnya. Asas kesadaran kebenaran-kebenaran dari jawaban tersebut merupakan
prinsip-prinsip yang pudamental untuk keberhasilan tugas pendidikan.
Dengan mengerti asas-asas dan nilai filosofis itu dan mendasarkan segenap pelaksanaan
pendidikan menjadi norma-norma pendidikan. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan
asas normatif di dalam pendidikan, yaitu norma-norma yang berlaku di dalam dunia pendidikan.
d. Logika

Logika fini membahas tentang mempelajari asas-asas atau hukum-hukum berpikir yang
harus ditaati agar kita dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Menurut Jan
Hendrik Rapar Logika adalah cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas
asas-asas, aturan-aturan formal dan prosedur-prosedur normatif, serta kriteria yang sahih bagi
penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Sedangkan menurut Loren Bagus: Logika adalah studi tentang aturan-aturan penalaran
yang tepat serta bentuk dan pola pikiran yang masuk akal.

Dari pemaparan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa logika adalah ilmu yang
membahas aturan-aturan dan metode keabsahan atau ketepatan berfikir. Oleh karena itu, filsuf
klasik, Aristoteles, tidak memasukkan logika dalam karya-karya filsafatnya dikarenakan logika
merupakan pijakan utama dan pertama dalam memasuki dunia filsafat. Lebih jauh lagi, K.
Bertens mengemukakan bahwa salah satu alasan Aristoteles karena logika menurutnya
merupakan pijakan awal sebagai persiapan untuk berfikir. Tentunya, alasan tersebut menurut
sebagian orang bertentangan.

Misalnya, seorang dapat membaca harus mengetahui tulisan. Hal ini pasti akan
menimbulkan dua kutub besar, pertama mengatakan tulisan termasuk bacaan, kedua tulisan
bukan termasuk bacaan. Contoh tersebut sama halnya dengan mengatakan pangkal filsafat adalah
penalaran, namun bagi kelompok tertentu penalaran bukanlah filsafat, menurut sebagian lainnya
penalaran adalah bagiannya.

5. Fungsi filsafat pendidikan dan berikan contoh

a) Spekulatif

Fungsi spekulatif dalam filsafat pendidikan, berusaha mengerti keseluruhan persoalan


pendidikan dan mencoba merumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi
data-data yang telah ada dari segi ilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan
persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pendidikan.

b) Normative

Fungsi normatif dalam filsafat pendidikan, sebagai penentu arah dan pedoman untuk apa
pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal
yang akan dibina. Khususnya norma moral yang bagaimana sebaiknya manusia cita-citakan.
Bagaimana filsafat pendidikan memberikan norma, pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan
normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnya membentuk kebudayaan
c) Kritik

Fungsi kritik terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam
pertimbangan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa evaluasi,
baik kepribadian, maupun achievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis dan
komparatif atas sesuatu, untuk mendapat kesimpulan. Bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi
itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statistik), juga untuk menetapkan
asumsi atau hipotesa yang lebih resonable. Filsafat harus kompeten, mengatasi kelemahan-
kelemahan yang ditemukan bidang ilmiah, melengkapinya dengan data, dan argumentasi yang
tak didapatkan dari data ilmiah.

d) Teori dan praktek

Dalam fungsi teori dan praktek, semua ide, konsepsi, analisa, dan kesimpulan-kesimpulan
filsafat pendidikan berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan atau praktek
pendidikan. Dengan demikian, filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktek.

e) Interogagtif

Fungsi integratif filsafat pendidikan adalah wajar, artinya sebagai pemadu fungsional semua
nilai dan asas normatif dalam ilmu pendidikan (ilmu kependidikan sebagai ilmu normatif).
Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu
metafisika, epistimologi, dan aksiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Kunn, Darly. 1998. Landasan dan Filsafat Profesi. Jakarta: Yayasan Kanisius.

Salam, Burhanuddin. 1998. Pengantar Filsafat. Jakarta: Yayasan Kanisius

Zen, Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang : Sukabina Press.

Anda mungkin juga menyukai