Anda di halaman 1dari 9

www.muslim.or.

id

Jadilah Hamba Allah Yang Bersyukur


muslim.or.id/30031-jadilah-hamba-allah-yang-bersyukur.html

Yulian Purnama, S.Kom. May 25, 2017

Apakah Makna Syukur?


Syukur secara bahasa,

‫اﻟﺜﻨﺎء ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺤِﺴﻦ ﺑﻤﺎ أَْوﻻَﻛُﻪ ﻣﻦ اﻟﻤﻌﺮوف‬

“Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya
tersebut” (Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau dalam bahasa
Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih.

1/9
Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul
Qayyim:

‫ و ﻋ ﻠ ﻰ ﺟ ﻮ ا ر ﺣ ﻪ ا ﻧﻘ ﯿﺎد ا و ﻃﺎ ﻋ ﺔ‬، ‫ و ﻋ ﻠ ﻰ ﻗ ﻠ ﺒ ﻪ ﺷ ﻬ ﻮد ا و ﻣ ﺤ ﺒ ﺔ‬، ‫ ﺛ ﻨﺎ ء و ا ﻋ ﺘ ﺮ ا ﻓﺎ‬: ‫ا ﻟ ﺸ ﻜ ﺮ ﻇ ﻬ ﻮ ر أ ﺛ ﺮ ﻧ ﻌ ﻤ ﺔ ا ﷲ ﻋ ﻠ ﻰ ﻟ ﺴﺎ ن ﻋ ﺒﺪ ه‬

“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan,
yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat.
Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota
badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244).

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan
mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Semisal Qarun
yang berkata,

‫ِإﱠﻧَﻤﺎ ُأوﺗِﯿُﺘُﻪ َﻋﻠَﻰ ِﻋْﻠٍﻢ ِﻋْﻨِﺪي‬

“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang
aku miliki” (QS. Al-Qashash: 78).

Syukur Adalah Salah Satu Sifat Allah


Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah yang husna.
Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh hamba-
Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun. Allah Ta’ala
berfirman,
َ
‫ِإﱠن اﱠﷲ َﻏُﻔﻮٌر َﺷُﻜﻮٌر‬

“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).

Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini dengan riwayat
dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur
artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya” (Tafsir
Ath Thabari, 21/531).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,


ُ
‫َواﱠﷲ َﺷُﻜﻮٌر َﺣﻠِﯿٌﻢ‬

“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun: 17).

Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini, “Maksudnya adalah memberi
membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak” (Tafsir Al-Qur’an Al-
Azhim, 8/141).

Sehingga orang yang merenungi bahwa Allah adalah Maha Pembalas Kebaikan, dari
Rabb kepada Hamba-Nya, ia akan menyadari bahwa tentu lebih layak lagi seorang
hamba bersyukur kepada Rabb-Nya atas begitu banyak nikmat yang ia terima.
2/9
Syukur Adalah Sifat Para Nabi
Senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas limpahan nikmat Allah,
walau cobaan datang dan rintangan menghadang, itulah sifat para Nabi dan Rasul Allah
yang mulia. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh ‘Alaihissalam,

‫ذ ر ﯾ ﺔ ﻣ ﻦ ﺣ ﻤ ﻠ ﻨﺎ ﻣ ﻊ ﻧ ﻮ ح إ ﻧ ﻪ ﻛﺎ ن ﻋ ﺒﺪ ا ﺷ ﻜ ﻮ ر‬

“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.
Sesungguhnya Nuh adalah hamba yang banyak bersyukur” (QS. Al-Isra: 3).

Allah Ta’ala menceritakan sifat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

‫إ ن إ ﺑ ﺮ ا ﻫ ﯿ ﻢ ﻛﺎ ن أ ﻣ ﺔ ﻗﺎ ﻧ ﺘﺎ ﷲ ﺣ ﻨ ﯿﻔﺎ و ﻟ ﻢ ﯾ ﻚ ﻣ ﻦ ا ﻟ ﻤ ﺸ ﺮ ﻛ ﯿ ﻦ * ﺷﺎ ﻛ ﺮ ا ﻷ ﻧ ﻌ ﻤ ﻪ ا ﺟ ﺘ ﺒﺎ ه و ﻫﺪ ا ه إ ﻟ ﻰ ﺻ ﺮ ا ط ﻣ ﺴ ﺘﻘ ﯿ ﻢ‬

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
yang musyrik, Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah
memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).

Dan inilah dia sayyidul anbiya, pemimpin para Nabi, Nabi akhir zaman, Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam, tidak luput dari syukur walaupun telah dijamin baginya
surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu’anha,

‫ وﻗﺪ ُﻏﻔِﺮ ﻟﻚ‬، ‫ ﯾﺎ رﺳﻮَل اِﷲ ! أﺗﺼﻨُﻊ ﻫﺬا‬: ‫ ﻗﺎﻟﺖ ﻋﺎﺋﺸُﺔ‬. ‫ ﻗﺎم ﺣﺘﻰ ﺗﻔﱠﻄﺮ رﺟﻼه‬، ‫ إذا ﺻﱠﻠﻰ‬، ‫ﻛﺎن رﺳﻮُل اِﷲ ﺻﱠﻠﻰ اُﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﱠﻠَﻢ‬
‫ﻣﺎ ﺗﻘﱠﺪم ﻣﻦ ذﻧﺒﻚ وﻣﺎ ﺗﺄﱠﺧَﺮ ؟ ﻓﻘﺎل ” ﯾﺎ ﻋﺎﺋﺸُﺔ ! أﻓﻼ أﻛﻮُن ﻋﺒًﺪا ﺷﻜﻮًرا‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri


sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik
yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah,
bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130,
Muslim no. 2820).

Syukur Adalah Ibadah


Allah Ta’ala dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk
bersyukur kepada-Nya. Maka syukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah
Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫ﻓﺎذ ﻛ ﺮ و ﻧ ﻲ أذ ﻛ ﺮ ﻛ ﻢ و ا ﺷ ﻜ ﺮ و ا ﻟ ﻲ و ﻻ ﺗ ﻜﻔ ﺮ و ن‬

“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku


dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)

Allah Ta’ala juga berfirman,

‫ﯾﺎ أ ﯾ ﻬﺎ ا ﻟﺬ ﯾ ﻦ آ ﻣ ﻨ ﻮ ا ﻛ ﻠ ﻮ ا ﻣ ﻦ ﻃ ﯿ ﺒﺎ ت ﻣﺎ ر ز ﻗ ﻨﺎ ﻛ ﻢ و ا ﺷ ﻜ ﺮ و ا ﷲ إ ن ﻛ ﻨ ﺘ ﻢ إ ﯾﺎ ه ﺗ ﻌ ﺒﺪ و ن‬
3/9
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya
kepada-Nya kamu menyembah” (QS. Al Baqarah: 172).

Maka bersyukur adalah menjalankan perintah Allah dan enggan bersyukur serta
mengingkari nikmat Allah adalah bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah.

Buah Manis dari Syukur


1. Syukur Adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

َ َ َ ْ َ َ َ ‫ وﻟَْﯿ‬،‫َﻋَﺠًﺒﺎ َِﻷْﻣِﺮ اْﻟُﻤْﺆِﻣِﻦ ِإﱠن أَْﻣَﺮُه ُﻛﱠﻠُﻪ َﺧْﯿٌﺮ‬


‫ﺿﱠﺮاُء‬ َ ‫ﺻﺎَﺑْﺘُﻪ‬ َ ‫ َوِإْن أ‬،‫ﺻﺎَﺑْﺘُﻪ َﺳﱠﺮاُء َﺷَﻜَﺮ َﻓَﻜﺎَن َﺧْﯿًﺮا ﻟُﻪ‬
َ ‫ﺲ َذاك ِﻷَﺣٍﺪ ِإﱠﻻ ﻟِﻠُﻤْﺆِﻣِﻦ؛ ِإْن أ‬ َ
َ َ
‫َ َﺒَﺮ َﻓﻜﺎَن َﺧْﯿًﺮا ﻟُﻪ‬

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik.
Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia
mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa
kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).

2. Merupakan Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah Ta’ala berfirman,

‫وإ ن ﺗ ﺸﻜ ﺮوا ﯾ ﺮ ﺿ ﻪ ﻟﻜ ﻢ‬

“Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak
ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada
kalian” (QS. Az-Zumar: 7).

3. Merupakan Sebab Selamatnya Seseorang Dari Azab Allah

Allah Ta’ala berfirman,

‫ﻣﺎ ﯾﻔ ﻌ ﻞ ا ﷲ ﺑ ﻌﺬ ا ﺑ ﻜ ﻢ إ ن ﺷ ﻜ ﺮ ﺗ ﻢ و آ ﻣ ﻨ ﺘ ﻢ‬

“Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan
sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa: 147).

4. Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah Ta’ala berfirman,

‫و إذ ﺗﺄذ ن ر ﺑ ﻜ ﻢ ﻟ ﺌ ﻦ ﺷ ﻜ ﺮ ﺗ ﻢ ﻷ ز ﯾﺪ ﻧ ﻜ ﻢ‬

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS. Ibrahim:
4/9
7).

5. Ganjaran Di Dunia dan Akhirat

Janganlah Anda menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima
kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai pahala, bahkan juga
membuka pintu rezeki di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

‫و ﺳ ﻨ ﺠ ﺰ ي ا ﻟ ﺸﺎ ﻛ ﺮ ﯾ ﻦ‬

“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Al Imran:
145).

Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq,
“Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan
di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari,
7/263).

Tanda-Tanda Orang yang Bersyukur


1. Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah Memberinya Nikmat

Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada
Allah Ta’ala. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah semata
lah nikmat tersebut bisa diperoleh. Sedangkan orang yang kufur nikmat senantiasa lupa
akan hal ini. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata,
ُ ُ
ِ ‫ُِﻄَﺮ اﻟﱠﻨﺎُس ﻋﻠﻰ ﻋﻬِﺪ اﻟﱠﻨﺒﱢﻲ ﺻﱠﻠﻰ اﱠﷲ ﻋﻠﯿِﻪ وﺳﱠﻠَﻢ ﻓﻘﺎَل اﻟﱠﻨﺒﱡﻲ ﺻﱠﻠﻰ اﱠﷲ ﻋﻠﯿِﻪ وﺳﱠﻠَﻢ أﺻﺒَﺢ ﻣَﻦ اﻟﱠﻨﺎ‬
‫س ﺷﺎﻛٌﺮ وﻣﻨﻬﻢ ﻛﺎﻓٌﺮ ﻗﺎﻟﻮا ﻫﺬِه‬
‫ﺣﻤُﺔ ا ﱠِﷲ وﻗﺎَل ﺑﻌُﻀﻬﻢ ﻟﻘﺪ ﺻﺪَق ﻧﻮُء ﻛﺬا وﻛﺬا‬

“Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi
bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat.
Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat
berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).

2. Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah

Mungkin kebanyakan kita lebih suka dan lebih sering menyebut-nyebut kesulitan yang
kita hadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang. “Saya sedang sakit ini.” “Saya
baru dapat musibah itu..” “Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll. Namun
sesungguhnya orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang
Allah berikan. Karena Allah Ta’ala berfirman,

‫َوأَﱠﻣﺎ ِﺑِﻨْﻌَﻤِﺔ َرﱢﺑَﻚ َﻓَﺤﱢﺪْث‬

“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-
Dhuha: 11).

5/9
Namun tentu saja tidak boleh takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum atas diri
sendiri).

3. Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan kepada Allah

Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari segala yang ia
miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah, namun di sisi lain melalaikan perintah
Allah dan melanggar larangan-Nya, ia enggan shalat, enggan belajar agama, enggan
berzakat, memakan riba, dll. Jauh antara pengakuan dan kenyataan. Allah Ta’ala
berfirman,
َ ُ
‫ﺼَﺮُﻛُﻢ اﱠﷲ ِﺑَﺒْﺪٍر َوأَْﻧُﺘْﻢ أَِذﱠﻟٌﺔ َﻓﺎﱠﺗُﻘﻮا اﱠﷲ ﻟََﻌﱠﻠُﻜْﻢ َﺗْﺸُﻜُﺮوَن‬ َ
َ ‫َوﻟَﻘْﺪ َﻧ‬

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.

Tips Agar Menjadi Orang yang Bersyukur


1. Senantiasa Berterima Kasih kepada Orang Lain

Salah cara untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan berterima kasih kepada
manusia yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada kita. Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ﻻ ﯾ ﺸ ﻜ ﺮ ا ﷲ ﻣ ﻦ ﻻ ﯾ ﺸ ﻜ ﺮ ا ﻟ ﻨﺎ س‬

“Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur
kepada Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”).

Beliau juga bersabda,

‫ َﻓِﺈْن ﻟَْﻢ َﺗِﺠُﺪوا َﻣﺎ ُﺗَﻜﺎِﻓُﺌﻮَﻧُﻪ َﻓﺎْدُﻋﻮا ﻟَُﻪ َﺣﱠﺘﻰ َﺗَﺮْوا أَﱠﻧُﻜْﻢ َﻗْﺪ َﻛﺎَﻓْﺄُﺗُﻤﻮُه‬،‫ﺻَﻨَﻊ ِإﻟَْﯿُﻜْﻢ َﻣْﻌُﺮوًﻓﺎ َﻓَﻜﺎِﻓُﺌﻮُه‬
َ ْ

“Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang
serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang serupa maka doakanlah ia
hingga engkau mengira doamu tersebut bisa sudah membalas dengan serupa atas
kebaikan ia” (HR. Abu Daud no. 1672, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).

Oleh karena itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh
Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
ُ
‫ ﺟﺰاَك اﱠﷲ ﺧﯿًﺮا ﻓﻘﺪ أﺑﻠَﻎ ﻓﻲ اﻟﱠﺜﻨﺎِء‬: ‫َﻣﻦ ُﺻِﻨَﻊ إﻟﯿِﻪ ﻣﻌﺮوٌف ﻓﻘﺎَل ﻟﻔﺎﻋﻠِِﻪ‬

“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya


dengan mengatakan, ‘Jazaakallahu khair’ (semoga Allah membalasmu dengan

6/9
kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa
syukurnya” (HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”,
dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

2. Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah

Dalam Al-Qur’an sering kali Allah menggugah hati manusia bahwa banyak sekali
nikmat yang Ia limpahkan sejak kita datang ke dunia ini, agar kita sadar dan bersyukur
kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺼﺎَر َواﻷْﻓﺌَِﺪَة ﻟََﻌﱠﻠُﻜْﻢ ﺗَْﺸُﻜُﺮوَن‬ َ َ َ ُ َ ُ


َ ‫َواﱠﷲ أْﺧَﺮَﺟُﻜْﻢ ِﻣْﻦ ُﺑُﻄﻮِن أﱠﻣَﻬﺎﺗُِﻜْﻢ ﻻ ﺗَْﻌﻠُﻤﻮَن َﺷْﯿﺌًﺎ َوَﺟَﻌﻞ ﻟُﻜُﻢ اﻟﱠﺴْﻤَﻊ َواﻷْﺑ‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).

3. Qana’ah

Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita membuat kita selalu
bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa tidak puas, merasa
kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya sedikitpun.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

ِ ‫ و ﻛﻦ ﻗِﻨًﻌﺎ ﺗﻜﻦ أْﺷَﻜَﺮ اﻟﻨﺎ‬، ‫س‬


‫س‬ ِ ‫ﻛﻦ َوِرًﻋﺎ ﺗﻜﻦ أﻋﺒَﺪ اﻟﻨﺎ‬

“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti.
Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling
bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni
Majah).

4. Sujud Syukur

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur ketika mendapat kenikmatan yang
begitu besar adalah dengan melakukan sujud syukur.

‫ ﻛﺎ ن ر ﺳ ﻮ ل ا ﷲ ﺻ ﻠ ﻰ ا ﷲ ﻋ ﻠ ﯿ ﻪ و ﺳ ﻠ ﻢ إذ ا ﺟﺎ ء ه أ ﻣ ﺮ ﺑ ﺸ ﺮ ﺑ ﻪ ﺧ ﺮ ﺳﺎ ﺟﺪ ا ؛ ﺷﺎ ﻛ ﺮ ا‬: ‫ﻋ ﻦ أ ﺑ ﻲ ﺑ ﻜ ﺮ ة ﻧﻔ ﯿ ﻊ ﺑ ﻦ ا ﻟ ﺤﺎ ر ث ر ﺿ ﻲ ا ﷲ ﻋ ﻨ ﻪ ﻗﺎ ل‬
‫ﷲ‬

“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah


Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggemberikan
beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah” (HR.
Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil).

5. Berdzikir

Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Ada beberapa
dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus mengungkapkan rasa syukur kita
kepada Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
7/9
‫ ﻓﻘﺪ أد ى‬. ‫ ﻓ ﻠ ﻚ ا ﻟ ﺤ ﻤﺪ و ﻟ ﻚ ا ﻟ ﺸ ﻜ ﺮ‬، ‫ ا ﻟ ﻠ ﻬ ﻢ ﻣﺎ أ ﺻ ﺒ ﺢ ﺑ ﻲ ﻣ ﻦ ﻧ ﻌ ﻤ ﺔ أ و ﺑﺄ ﺣﺪ ﻣ ﻦ ﺧ ﻠﻘ ﻚ ﻓ ﻤ ﻨ ﻚ و ﺣﺪ ك ﻻ ﺷ ﺮ ﯾ ﻚ ﻟ ﻚ‬: ‫ﻣ ﻦ ﻗﺎ ل ﺣ ﯿ ﻦ ﯾ ﺼ ﺒ ﺢ‬
‫ و ﻣ ﻦ ﻗﺎ ل ذ ﻟ ﻚ ﺣ ﯿ ﻦ ﯾ ﻤ ﺴ ﻲ ﻓﻘﺪ أد ى ﺷ ﻜ ﺮ ﻟ ﯿ ﻠ ﺘ ﻪ‬، ‫ﺷ ﻜ ﺮ ﯾ ﻮ ﻣ ﻪ‬

“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin au
biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy
syukru.”
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau
berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya
dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-
Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang
mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa syukur”
(HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam
tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).

Cara Bersyukur yang Salah


1. Bersyukur kepada Selain Allah

Sebagian orang ketika mendapat kenikmatan, mereka mengungkapkan rasa syukur


kepada selain Allah, semisal kepada jin yang mengaku penguasa lautan, kepada berhala
yang dianggap dewa bumi, atau kepada sesembahan lain selain Allah. Kita katakan
kepada mereka,

‫أََﻛَﻔْﺮَت ِﺑﺎﱠﻟِﺬي َﺧﻠََﻘَﻚ ِﻣْﻦ ُﺗَﺮاٍب ُﺛﱠﻢ ِﻣْﻦ ُﻧْﻄَﻔٍﺔ ُﺛﱠﻢ َﺳﱠﻮاَك َرُﺟًﻼ‬

“Apakah engkau kufur kepada Dzat yang telah menciptakanmu dari tanah kemudian
mengubahnya menjadi nutfah lalu menjadikanmu sebagai manusia?” (QS. Al-Kahfi:
37).

Allah Ta’ala yang menciptakan kita, menghidupkan kita, dari Allah sematalah segala
kenikmatan, maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita bersyukur kepada selain
Allah. Dan telah kita ketahui bersama bahwa syukur adalah ibadah. Dan ibadah hanya
pantas dan layak kita persembahkan kepada Allah semata. Tidak ada sekutu baginya.
Allah Ta’ala juga berfirman,
َ
‫َﺑِﻞ اﱠﷲ ﻓَﺎْﻋُﺒْﺪ َوُﻛْﻦ ِﻣَﻦ اﻟﱠﺸﺎِﻛِﺮﯾَﻦ‬

“Beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah hamba yang bersyukur” (QS. Az-
Zumar: 66).

2. Ritualiasasi Rasa Syukur yang Tidak Diajarkan Agama

Mengungkapkan rasa syukur dalam bentuk ritual sah-sah saja selama ritual tersebut
diajarkan dan dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Misalnya
dengan sujud syukur atau dengan melafalkan dzikir. Andaikan ada bentuk lain ritual
rasa syukur yang baik untuk dilakukan tentu sudah dicontohkan oleh Rasulullah
8/9
Shallallahu’alaihi Wasallam serta para sahabat. Lebih lagi sahabat Nabi yang paling
fasih dalam urusan agama, paling bersyukur diantara ummat Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam, yang mereka jumlahnya puluhan ribu dan di antara
mereka ada yang masih hidup satu abad setelah Rasulullah wafat, sebanyak dan selama
itu tidak ada seorang pun yang terpikir untuk membuat ritual semacam perayaan hari
ulang tahun, ulang tahun pernikahan, syukuran rumah baru, sebagai bentuk rasa
syukur mereka. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ﺲ َﻋﻠَْﯿِﻪ أَْﻣُﺮﻧَﺎ َﻓُﻬَﻮ َرﱞد‬


َ ‫َﻣْﻦ َﻋِﻤَﻞ َﻋَﻤًﻼ ﻟَْﯿ‬

“Barang siapa yang melakukan amalan (ibadah) yang tidak berasal dari kami, maka
amalan tersebut tertolak” (HR. Bukhari no.20, Muslim no.4590).

Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas segala
nikmat-Nya.

Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa huni ‘ibadatika


“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba yang
senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”

***

Disarikan artikel berjudul ‘Asy Syukru’ karya Syaikh Dr. Mihran Mahir Utsman
hafizhahullah dengan beberapa tambahan. Artikel asli:
http://www.saaid.net/Doat/mehran/51.htm

Penyusun: Yulian Purnama


Artikel: Muslim.or.id

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan
klik disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

9/9

Anda mungkin juga menyukai