Anda di halaman 1dari 4

AL - QUR’AN HADIST

“Syukur”

Disusun
Oleh

NAMA KELOMPOK
VIRA SAGITA
YOGI SAPUTRA
USWATUN HASANAH
TUTILIA
SUKMINI
SISKA WATI

KELAS : XI IPS 3

MADRASAH ALIYAH BAITULMAL PANCASILA


KECAMATAN NANGA PINOH
KABUPATEN MELAWI
TAHUN 2015
Makna syukur
Kata syukur (‫ ) ُش ُكوْ ر‬adalah bentuk mashdar dari kata kerja syakara – yasykuru --  syukran –
wa syukuran – wa syukranan (‫) َش َك َر – يَ ْش ُك ُر – ُش ْكرًا – َو ُش ُكوْ رًا– َو ُش ْك َرانًا‬. Kata kerja ini berakar
dengan huruf-huruf syin (‫)شيْن‬, ِ kaf (‫) َكاف‬, dan ra’ (‫) َراء‬, yang mengandung makna antara lain
‘pujian atas kebaikan’ dan ‘penuhnya sesuatu’.

Dalam Al-Quran kata "syukur" dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh
empat kali. Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya Maqayis Al-Lughah menyebutkan empat arti
dasar dari kata SYUKUR yaitu:
1. Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh.
Hakikatnya adalah merasa ridha atau puas dengan sedikit sekalipun, karena itu bahasa
menggunakan kata ini (syukur) untuk kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan
sedikit rumput. Peribahasa juga memperkenalkan ungkapan Asykar min
barwaqah (Lebih bersyukur dari tumbuhan barwaqah). Barwaqah adalah sejenis
tumbuhan yang tumbuh subur, walau dengan awan mendung tanpa hujan.
2. Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan
kalimatsyakarat asy-syajarat.
3. Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).
4. Pernikahan, atau alat kelamin.

ِ َّ‫ُون فِي ِه َما َكثِي ٌر ِم ْن الن‬


‫اس‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نِ ْع َمت‬
ٌ ‫َان َم ْغب‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل قَا َل النَّبِ ُّي‬ ٍ ‫ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
ِ ‫س َر‬
ُ ‫الصِّ َّحةُ َو ْالفَ َرا‬
‫غ‬
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua
kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu
luang”. (HR Bukhari, no. 5933)

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ ِ‫يل لَ ْم يَ ْش ُك ِر ْال َكث‬
  ‫ير‬ َ ِ‫َم ْن لَ ْم يَ ْش ُك ِر ْالقَل‬
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri
sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasansebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

)‫ َواِ َذ َامانَ ِس ْيتَنِى َك َف ْرتَنِى (رواه الطبرانى عن ابى هريرة‬,‫ك َماذَ َك ْرتَنِى َش َك ْرتَنِى‬ ِ
َ َّ‫ ان‬,‫ يَاابْ َن اَ َد َم‬: ‫الى‬
َ ‫قَا اهللُ َت َع‬
“Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “wahai anak Adam, bahwa selama engkau
mengingat Aku, berarti engkau mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan Aku, berarti
engkau telah mendurhakai Aku!”. (H.R Thabrani)

‫ الطاعم الشكر له من األجر كأجر الصائم‬: ‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫عن ابى عبد اهلل عليه السالم قال‬
‫شكر له من األجر كأجر المحروم القانعز‬
ّ ‫ والمعطى ال‬.‫ والمعافى الشكر له من األجر كأجر المبتلى الصبر‬.‫المحتسب‬
“Dari Abu Abdillah a.s, beliau berkata, “bahwa Rasulullah saw. bersabda, “orang yang
menyantap makanan dengan rasa syukur, maka dia diberi pahala, seperti orang yang
berpuasa menjaga dirinya. Orang yang sehat yang mensyukuri kesehatannya, maka dia
diberi pahala, orang yang menanggung penderitaan (jasmani)-nya dengan sabar. Dan orang
yang memberikan dengan rasa syukur, maka dia mendapat pahala yang sama dengan orang
yang menanggung kerugian dari menjaga diri”. (H.R Abu Hurairah dan al-Qudha’i)
 ‫م‬yْ ‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِن َشكَرْ تُ ْم ألَ ِزي َدنَّ ُك‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7).

ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكلُوا ِم ْن طَيِّبَا‬


َ‫ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم َوا ْش ُكرُوا هَّلِل ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم إِيَّاهُ تَ ْعبُ ُدون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya kalian
menyembah.” [QS Al Baqarah: 172]

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ
ُ‫ين َت ْعبُ ُدو َن م ْن ُدون اللَّه اَل مَيْل ُك و َن لَ ُك ْم ِر ْزقً ا فَ ْابَتغُوا عْن َد اللَّه ال ِّر ْز َق َو ْاعبُ ُدوه‬
َ ‫إ َّن الذ‬
‫َوا ْش ُك ُروا لَهُ إِلَْي ِه ُتْر َجعُو َن‬
“Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepada kalian. Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, sembahlah Dia, dan
bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan.” [QS Al
‘Ankabut: 17]

‫ِّث‬ َ ِّ‫َوأ ََّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬


ْ ‫ك فَ َحد‬
“dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” [QS Adh Dhuha:
11]

“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila
kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang
telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (QS. 43:13-14)

“maka dia (Sulaiman as.) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut
itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni’mat Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk
mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu
ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. 27:19)

“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan
sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata:
“Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?”
(Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepadaNya)?”(QS.6:53)

“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur
kepada manusia.”  (HR. Ath-Thabrani)
“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang
tadi) :“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah
kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan
makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun
keadaannya.” (HR. Abu Dawud)

“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang
bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang
lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang
lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR.
Tirmidzi)

“Sebaik-baik do’a adalah pada hari Arafat dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan juga
diucapkan oleh para nabi sebelum aku adalah ucapan:“Laa ilaaha illallahu wahdahu laa
syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ala kulli syaiin qodir.” (Tidak ada
Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala
kekuasaan dan pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa) (HR. Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai