Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan
mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Semisal
Qarun yang berkata,
ِإنَّ َما ُأوتِيتُهُ َعلَى ِع ْل ٍم ِع ْن ِدي
“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu
yang aku miliki” (QS. Al-Qashash: 78).
Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah
yang husna. Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang
dilakukan oleh hamba-Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat
satu amalan pun. Allah Ta’ala berfirman,
ر.ٌ ِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َش ُكو
1
“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).
Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini dengan
riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa,
dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan
ganjarannya” (Tafsir Ath Thabari, 21/531).
Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini, “Maksudnya adalah memberi
membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak” (Tafsir Al-
Qur’an Al-Azhim, 8/141).
Senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas limpahan nikmat
Allah, walau cobaan datang dan rintangan menghadang, itulah sifat para Nabi
dan Rasul Allah yang mulia. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi
Nuh ‘Alaihissalam,
.ذرية من حملنا مع نوح إنه كان عبدا شكور
“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.
Sesungguhnya Nuh adalah hamba yang banyak bersyukur” (QS. Al-Isra: 3).
Dan inilah dia sayyidul anbiya, pemimpin para Nabi, Nabi akhir zaman,
Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, tidak luput dari syukur walaupun
telah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda Aisyah Radhiallahu’anha,
قالت. قام حتى تفطَّر رجاله، إذا صلَّى، م.َ َّكان رسو ُل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسل
ُغفِر لك ما تق َّدم من ذنبك وما تأ َّخ َر ؟. وقد، يا رسو َل هللاِ ! أتصن ُع هذا: ُعائشة
فقال ” يا عائشةُ ! أفال أكونُ عبدًا شكورًا
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau
berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya,
‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-
dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang?
Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi
hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).
3
Buah Manis dari Syukur
4
وسنجزي الشاكرين
“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran”
(QS. Al Imran: 145).
Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari
Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan
kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki
baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari, 7/263).
5
“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS.
Adh-Dhuha: 11).
Namun tentu saja tidak boleh takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum
atas diri sendiri).
3. Qana’ah
Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita membuat kita
selalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa
tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi
kenikmatan kepadanya sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
الناس
ِ و كن قنِعًا تكن أ ْش َك َر، الناس
ِ كن َو ِرعًا تكن أعب َد
“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling
berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba
yang paling bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Ibni Majah).
4. Sujud Syukur
Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur ketika mendapat
kenikmatan yang begitu besar adalah dengan melakukan sujud syukur.
7
كان رسول هللا صلى هللا عليه:عن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي هللا عنه قال
وسلم إذا جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ شاكرا هلل
“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang
menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah” (HR. Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al-Albani
dalam Irwaul Ghalil).
5. Berdzikir
Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Ada
beberapa dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus
mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك ال:من قال حين يصبح
ومن قال ذلك حين يمسي، فقد أدى شكر يومه. فلك الحمد ولك الشكر،شريك لك
فقد أدى شكر ليلته
“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin
au biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu
wa lakasy syukru.”
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang
Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh
nikmat itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan
ucap syukur hanya untuk-Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang
mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa
syukur” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-
Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).
8
ْ ُب ثُ َّم ِم ْن ن
طفَ ٍة ثُ َّم َسوَّاكَ َر ُجاًل ٍ َأ َكفَرْ تَ بِالَّ ِذي َخلَقَكَ ِم ْن تُ َرا
“Apakah engkau kufur kepada Dzat yang telah menciptakanmu dari tanah
kemudian mengubahnya menjadi nutfah lalu menjadikanmu sebagai
manusia?” (QS. Al-Kahfi: 37).
Allah Ta’ala yang menciptakan kita, menghidupkan kita, dari Allah sematalah
segala kenikmatan, maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita bersyukur
kepada selain Allah. Dan telah kita ketahui bersama bahwa syukur adalah
ibadah. Dan ibadah hanya pantas dan layak kita persembahkan kepada Allah
semata. Tidak ada sekutu baginya. Allah Ta’ala juga berfirman,
َبَ ِل هَّللا َ فَا ْعبُ ْد َو ُك ْن ِمنَ ال َّشا ِك ِرين
“Beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah hamba yang bersyukur”
(QS. Az-Zumar: 66).
Sumber: https://muslim.or.id/30031-jadilah-hamba-allah-yang-bersyukur.html
10