Anda di halaman 1dari 5

TUNTUNAN AMALAN 10 HARI PERTAMA DZULHIJJAH

Dalil tentang keutamaan 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah :


  1. Firman Allah
ْ َْ ْ َ َ
   ‫ َوالفجر‬ ‫ال عشر‬ َ َ
ٍ ‫ولي‬
“Demi fajar dan malam yang sepuluh” (QS. Al Fajr :1-2)
Sebahagian besar ahli tafsir menafsirkan bahwa makna “Malam yang sepuluh”  adalah sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan sumpah Allah atas waktu tersebut menunjukkan
keagungan dan keutamaannnya (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:535 dan Zaadul Maad 1:56)

2. Diriwayatkan dari shahabat Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah bersabda :


“Tidak ada hari-hari yang di dalamnya amalan yang paling dicintai oleh Allah kecuali hari-hari
ini, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah” Para shahabat bertanya “Wahai Rasulullah,
apakah amal-amal shalih pada hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah dari pada jihad fii
sabilillah ?” Nabi bersabda : ”Ya, kecuali seseorang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan
hartanya kemudian tidak kembali dari jihad tersebut dengan sesuatu apapun” (HR. Bukhari)

3. Dan diriwayatkan dari Imam Ahmad  -rahimahullah- dari Ibnu Umar dari bersabda :
Tidak ada hari-hari yang lebih agung dan amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah padanya,
melebihi sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka perbanyaklah pada hari itu tahlil ,
Takbir dan Tahmid.

4. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Qurath Radhiyallahu Anhu beliau
berkata, Rasulullah bersabda : ”Hari yang paling afdhal / utama (dalam setahun) adalah hari
raya qurban (10 Dzuulhijjah)”  (HSR. Ibnu Hibban)

5. Jika seseorang bertanya :”Yang manakah yang lebih afdhal sepuluh terakhir di bulan
Ramadhan ataukah sepuluh awal bulan Dzulhijjah ?” Imam Ibnul Qayyim –rahimahullah-
berkata “Jika dilihat pada waktu malamnya,   maka   sepuluh   terakhir bulan Ramadhan lebih
utama dan jika dilihat waktu siangnya, maka sepuluh awal bulan Dzulhijjah lebih utama” (Lihat
Zaadul Ma’ad 1:57)

1
Amalan Yang Disyariatkan Pada Hari-hari Tersebut
1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah. Kedua ibadah inilah yang paling utama dilaksanakan
pada hari-hari tersebut, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits, Rasulullah bersabda :
”Umrah yang satu ke umrah yang lainnya merupakan kaffarat (penghapus dosa-dosa) diantara
keduanya, sedang haji mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali Syurga” (HR. Bukhari dan
Muslim)

2. Berpuasa pada hari-hari tersebut atau beberapa hari diantaranya (sesuai kesanggupan)
terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Tidak diragukan lagi bahwa ibadah puasa merupakan
salah satu amalan yang paling afdhal dan salah satu amalan yang dilebihkan oleh Allah dari
amalan-amalan shalih lainnya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasululllah
bersabda :
“Tidaklah seseorang berpuasa satu hari di jalan Allah melainkan Allah akan menjauhkan
wajahnya dari Neraka (karena puasanya) sejauh 70 tahun perjalanan” (HR. Bukhari dan
Muslim) Khusus tentang puasa Arafah, diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah  bersabda
”Berpuasa di hari Arafah ( 9 Dzulhijjah ) menghapuskan dosa tahun lalu dan dosa tahun yang
akan datang”

3.Memperbanyak takbir dan dzikir pada hari-hari tersebut. Sebagaimana firman Allah
ُ ‫َأ‬ َّ
َ ‫اس َم الله في َّيام َم ْعل‬ ُْ
ْ ‫َو َيذك ُروا‬
…‫ات‬ٍ ‫وم‬ ٍ ِ ِ
“…Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan..” (QS. Al Hajj:
28)
Tafsiran dari “Hari-hari yang telah ditentukan” adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah .
Oleh kerena itu para ulama kita menyunnahkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari
tersebut. Dan penafsiran itu dikuatkan pula dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
secara marfu’ :
“…maka perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid pada hari-hari tersebut” (HSR. Ath Thabrany)
Dan diriwayatkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radiyallahu Anhu ketika keduanya
keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah mereka berdua berakbir, maka
orang-orang pun ikut berakbir sebagaimana takbir mereka berdua (R. Bukhari) Dan Ishaq bin
2
Rahowaih –rahimahullah- meriwayatkan dari para ahli fiqh dari kalangan tabi’in bahwa
mereka –rahimahumullah- mengucapkan pada hari-hari tersebut :
ْ ْ ‫َ َأ ْ َ ُ َ َأ ْ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ ُ َأ ْ َ ُ ُ َأ‬
‫َهللا ك َب ْر َوهللِ ال َح ْم ُد‬ ‫اهللُ كبر اهللُ كبر ال ِإ له ِإ ال هللا و هللا كبر‬
Disunnahkan mengangkat suara saat bertakbir, baik ketika di pasar, rumah, jalan, masjid dan
tempat-tempat lainnya, Allah berfirman :
ُ َ َ َ َ َ َّ َُّ َ َّ ْ ُ ُْ
…‫ َو ِلتك ِملوا ال ِعدة َو ِلتك ِب ُروا الله على َما هداك ْم‬...
“…Dan hendaklah kalian mengagungkan Allah (dengan berakbir kepadaNya) atas petunjuk
yang Dia berikan kepadamu…” (QS. Al Baqarah :185).
Namun perlu diperhatikan bahwa takbir tidak boleh dilakukan secara berjama’ah yaitu 
berkumpul-kumpul lalu bertakbir secara serempak, karena hal tersebut tidak pernah
dikerjakan oleh para ulama salaf, namun hendaknya setiap orang bertakbir, bertahmid dan
bertasbih dengan apa saja yang mudah  baginya secara sendiri-sediri. Dan cara seperti ini
berlaku pula pada seluruh jenis dzikir dan do’a.

4. Bertaubat dan menjauhi kemaksiatan serta seluruh dosa agar mendapatkan maghfirah dan
rahmat dari Allah. Hal ini penting dilakukan karena kemaksiatan merupakan penyebab
ditolaknya dan jauhnya seseorang dari rahmat Allah, sebaliknya ketaatan merupakan sebab
kedekatan dan kecintaan Allah kepada seseorang. Rasulullah bersabda : ”Sungguh Allah itu
cemburu dan kecemburuan Allah apabila seseorang melakukan apa yang Allah haramkan
atasnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Memperbanyak amalan-amalan shalih berupa ibadah-ibadah sunnat seperti shalat, jihad,


membaca Al Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan yang semacamnya. Karena amalan tersebut
akan dilipatgandakan pahalanya jika dilakukan pada hari-hari tersebut, hingga ibadah yang
kecil pun jika dilakukan pada hari-hari tersebut akan  lebih  utama  dan  lebih dicintai oleh
Allah dari pada ibadah yang besar yang dilakukan pada waktu yang lain. Contohnya, jihad,
yang merupakan seutama-utama amal, namun akan dikalahkan oleh amal-amal shalih yang
dilakukan pada sepuluh hari pertama bulah Dzulhijjah, kecuali orang yang mendapat syahid.

6. Disyariatkan pada hari-hari tersebut bertakbir di setiap waktu, baik itu siang maupun malam,
terutama ketika selesai shalat berjama’ah di masjid. Takbir ini dimulai sejak Shubuh hari Arafah
3
(9 Dzulhijjah) bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji, sedang bagi jama’ah haji maka
dimulai sejak Zhuhur hari penyembelihan (10 Dzulhijjah) Adapun akhir dari waktu bertakbir
adalah pada hari terakhir dari hari-hari Tasyrik (13 Dzulhijjah)

7. Memotong hewan qurban (Udhiyah) bagi yang mampu pada hari raya qurban (10
Dzulhijjah) dan hari-hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Hal ini merupakan sunnah bapak kita
Ibrahim Alaihissalam  ketika Allah mengganti anak beliau dengan seekor sembelihan yang
besar. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi 
berqurban dengan dua komba jantan yang keduanya berwarna putih bercampur hitam dan
bertanduk, Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri sambil membaca
basmalah dan bertakbir
    
Bagi orang yang berniat untuk berqurban hendaknya tidak memotong rambut dan kukunya
sampai  dia  berqurban,  diriwayatkan dari Umu Salamah, Rasulullah  bersabda:
“Jika kalian telah melihat awal bulan Dzulhijjah dan salah seorang diantara kalian berniat
untuk menuyembelih hewan qurban maka hendaknya dia menahan rambut dan kukunya”
Diriwayat lain disebutkan:”Maka janganlah dia (memotong) rambut dan kuku-kukunya
sehingga dia berqurban”.
Kemungkinan larangan tersebut untuk menyerupai orang yang menggiring (membawa)
qurban sembelihan saat melakukan ibadah haji, sebagaimana firman Allah:
ُ َّ ْ ْ َُ َّ َ ُ
...‫وسك ْم حتى َي ْبلغ ال َهد ُي َم ِحله‬
ُ ْ َ َ
َ ‫ َوال تحلقوا ُر ُء‬...
ِ
“…Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebaelum qurban sampai di termpat
penyembelihannya…” (QS. Al Baqarah :196).
Namun demikian tidak mengapa bagi orang yang akan berqurban untuk mencuci atau
menggosok rambutnya meskipun terjatuh sehelai atau beberapa helai dari rambutnya.

8. Melaksanakan shalat ‘Ied berjama’ah sekaligus mendengarkan khutbah dan mengabil


manfaat darinya, yaitu sebagai hari kesyukuran dan untuk mengamalkan kebaikan. Karenanya
janganlah seseorang menjadikan hari ‘Ied untuk berbuat kejahatan dan kesombongan. Serta
jangan pula menjadikannya sebagai kesempatan untuk bermaksiat kepada Allah dengan
mendengarkan nyanyian-nyanyian, alat-alat yang melalaikan(seperti alat-alat musik) minuman
4
keras dan yang semacamnya. Karena perbuatan-perbuatan seperti itu  bisa menjadi penyebab
terhapusnya amal-amal shalih yang telah dikerjakan pada sepuluh hari pertama bulan tersebut
Dari seluruh yang telah dipaparkan dan dijelaskan di atas maka sudah sepantasnya bagi setiap
muslim dan muslimat untuk memanfaatkan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini dengan
penuh ketaatan kepada Allah memperbanyak dzikir dan syukur kepadaNya, melaksanakan
kewajiban-kewajiban dan menjauhi seluruh larangan serta memanfaatkan musim-musim ini
untuk menyambut segala pemberian Allah yang dengannya kita meraih keridhaan-Nya.
    
Semoga Allah senantiasa menujuki kita kepada jalan yang lurus dan memberikan taufiq agar
kita termasuk orang-orang yang memanfaatkan kesempatan emas seperi ini dengan baik, Amin
yaa Rabbal ‘Alamin
-Muh. Yusran Anshar, Lc-
Maraji’ : Risalah Fadhlu Ayyam Al’Asyr Min Dzilhijjah, Asy Syekh Abdulllah  bin Abdirrahman
Al Jibrin

Anda mungkin juga menyukai