Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri
khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada
Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari
segala yang dilarang dan diharamkan.
Saat ini, kita berada pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, hari-hari yang dicintai
dan dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah,
kita sangat dianjurkan untuk melakukan dan memperbanyak amal-amal kebaikan.
Hadirin rahimakumullah,
Maknanya: “Demi waktu fajar. Demi sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah. Demi
hari arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) dan demi hari raya qurban” (QS al-Fajr: 1-3)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Bukhari, at-Tirmidzi, Abu
Dawud dan Ibnu Majah dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: yg artinya
Maknanya: “Tidak ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah selain
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
termasuk lebih utama daripada jihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab, “Termasuk
lebih utama dibandingkan jihad di jalan Allah kecuali orang yang berangkat jihad
dengan jiwa dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan sesuatu apapun dari jiwa dan
hartanya karena ia mati syahid di medan jihad” (HR al-Bukhari, Ahmad, at-Tirmidzi, Abu
Dawud dan Ibnu Majah).
Pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, terdapat hari yang paling utama sepanjang
tahun, yaitu hari arafah atau hari kesembilan Dzulhijjah yang tahun ini jatuh pada hari
jum’at tanggal 8 tahun 2022 yang lalu
Pada hari arafah, kita lebih ditekankan lagi untuk melakukan berbagai kebaikan serta
berpuasa dan memperbanyak doa pada hari tersebut.
Maknanya: “Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba dari neraka sebanyak
yang Ia bebaskan pada hari arafah” (HR Muslim)
Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Malik dalam al-Muwaththa’, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
: “Tidaklah syetan terlihat lebih terhina, lebih terusir, lebih ternista dan lebih marah
kecuali pada hari arafah” (HR Imam Malik)
Hal itu dikarenakan begitu banyak rahmat Allah yang turun pada hari arafah dan begitu
banyak pengampunan dosa yang Allah anugerahkan kepada para hamba-Nya pada
hari itu. Hal-hal semacam ini tentu sangat dibenci oleh syetan.
Hari arafah merupakan hari mustajabnya doa sebagaimana disabdakan oleh Baginda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
: “Doa yang paling utama adalah doa pada hari arafah dan sebaik-baik yang aku
dan para nabi sebelumku ucapkan adalah kalimat tauhid, yaitu
Terakhir, kami sampaikan bahwa malam hari raya Idul Adlha juga adalah salah satu
malam yang mustajab untuk memanjatkan doa kepada Allah subhanahu wa ta’ala
sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm:
Maknanya: “Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan:
Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam jum’at, malam hari raya Idul
Adlha, malam hari raya Idul Fithri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu
Sya’ban.”