Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan 1422H. Tradisi Rasulullah
sebagai utusan Allah pembawa risalah agama Islam dan sebagai kepala negara ada-
lah menyampaikan pidato (khutbah) pada akhir bulan Sya'ban guna menyambut
awal bulan Ramadhan serta menerangkan keutamaan dan keistimewaan bulan ini.
Para sahabat berkata: "Ya Rasululullah, tidak semua dari kami memiliki makanan
berbuka untuk orang-orang yang berpuasa".
Rasulullah saw. pun menjawab: "Allah memberikan pahala tersebut kepada orang
yang mem- berikan sebutir korma sekalipun atau sekedar seteguk air atau sehirup
susu. Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat,
pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.
Siapa saja yang meringankan beban dari orang yang dikuasainya (hamba sahaya
atau bawahannya), niscaya Allah mengampuni dosanya dan membebaskannya dari
api neraka. Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan ini. Dua
perkara yang dengannya kalian menyenangkan Tuhan kalian dan dua perkara lainnya
sangat kalian butuhkan.
Dua perkara yang kalian lakukan untuk menyenangkan Tuhan kalian adalah:
mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan kalian
memohon ampunan kepada- Nya. Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan
adalah kalian memohon surgaNya dan berlindung dari api neraka. Siapa saja yang
memberi minum kepada orang yang berpuasa niscaya Allah akan memberinya
minum dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasa haus lagi
sesudahnya hingga ia masuk surga".
13 Pesan Rasulullah
Pidato singkat Rasulullah saw. tersebut berisi sejumlah pesan penting yang
harus diperhatikan dan dilaksanakan, yaitu:
Pertama, bulan Ramadhan adalah bulan agung (syahrun 'azhim) yang penuh
berkah (syahrun mubarak). Pendeknya, Ramadhan adalah bulan yang paling top.
Oleh karena itu, kaum muslimin harus menyiapkan diri memasuki bulan ini dengan
penyambutan yang luar biasa. Tidak boleh mereka melewatkannya begitu saja atau
menjalaninya biasa-biasa saja.
Kedua, di dalam Ramadhan itu, terdapat suatu malam yang paling bernilai bagi
umat manusia, yaitu malam kemuliaan (lailatul qadar) yang nilainya lebih baik
daripada seribu bulan (sekitar 83 tahun 4 bulan). Imam Ibnu Jarir meriwayatkan
suatu hadits dari Mujahid yang mengatakan bahwa ada seorang lelaki Bani Israil
yang setiap malam selalu shalat hingga pagi hari, kemudian pada siang hari ia selalu
berjihad melawan musuh-musuh Allah hingga sore hari. Hal itu dilakukannya secara
terus-menerus selama seribu bulan. Lalu Allah SWT menurunkan firmanNya:
"Lailatul qadar (malam kemuliaan) itu lebih baik daripada seribu bulan" (QS. Al
Qadar 3). Jadi beramal shalih pada malam kemuliaan di bulan Ramadhan itu
pahalanya lebih baik dan lebih besar daripada pahala amalan orang Bani Israil
tersebut (lihat Asbabun Nuzul Surat Al Qadar dalam Tafsir Jalalain).
Ketiga, pada bulan ini Allah SWT mewajibkan shaum atau puasa sebulan penuh.
Pada bulan-bulan lain ibadah puasa hukumnya hanya sunnah dan bilangan harinya
tidak sampai sebulan penuh. Imam Bukhari dalam kitab Fathul Bari Juz IV/173
meriwayatkan hadits dari Aisyah r.a. yang berkata: "Rasulullah saw. kadang-kadang
terus-menerus berpuasa (sunnah) sampai-sampai kami mengatakan bahwa beliau
tidak berbuka. Kadang-kadang beliau terus-menerus berbuka sampai-sampai kami
mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa (sunnah). Saya tidak pernah melihat
Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan dan saya
tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa lebih dari bulan itu pada bulan Sya'-
ban". Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau saw. ibadah puasa Ramadhan
selama hidup sembilan kali, delapan kali sebulan penuh selama 29 hari dan sekali
selama 30 hari.
Keempat, selain mewajibkan puasa di siang hari, Allah SWT menganjurkan ibadah
sunnah di malam hari berupa shalat tarawih. Shalat tarawih ini adalah shalat malam
di bulan Ramadhan yang biasanya dan sebaiknya dikerjakan oleh kaum muslimin
secara berjamaah. Shalat tarawih secara serentak dipimpin satu imam di masa
sahabat pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab r.a. Secara santai
mereka melaksanakan dan menikmati ibadah yang khusus ada di bulan Ramadhan
itu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nasai dan Ahmad bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
Kelima, Allah SWT menawarkan pahala yang luar biasa kepada kaum muslimin yang
rajin ibadah di bulan Ramadhan. Yang melakukan amalan sunnah di bulan Ramadhan
dihargai sama dengan kalau ia lakukan amalan wajib di bulan lain.
Pelaku perbuatan fardlu di bulan itu dihargai seperti kalau ia lakukan itu sebanyak
70 kali di bulan lain. Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan kaum muslimin dapat
dikatakan panen pahala. Kalau ia melaksanakan shalat lima waktu terus menerus
selama sebulan dinilai oleh Allah SWT sebagai
melaksanakannya dalam 70 bulan. Sedangkan shalat-shalat sunnah seperti rawatib,
dluha, tahiyatul masjid, tarawih malam hari, dan lain-lain diganjar pahala setara
dengan shalat fardlu pada bulan lain. Yang membayar shodaqah dianggap sama
dengan membayar zakat pada bulan lain. Sedangkan yang membayar zakat dinilai
seperti 70 kali membayar zakat pada bulan lain.
Yang umrah di bulan Ramadhan mendapatkan pahala setara dengan yang pergi haji
(lihat kitab Hakadza Nashumu). Saking besarnya pahala, tidak heran kita membaca
sejarah kaum muslimin sejak masa Rasulullah saw. Tidak menghentikan ibadah pe-
rang jihad fi sabilillah yang sangat berat itu di bulan Ramadlan. Mereka tetap
berjihad dan berpuasa. Sebab jihad yang sangat tinggi nilainya disetarakan dengan
70 kali jihad di bulan lain. Ibadah puasa sendiri tak terhitung pahalanya dan Allah
sendiri yang akan membalasnya.
Kedelapan, bulan Ramadhan adalah bulan dimana Allah SWT menambahkan rizki-
Nya kepada seorang mukmin. Orang-orang mukmin yang sedang berpuasa dan
bekerja mencari nafkah hingga kepayahan, dengan rahmat Allah akan ditambah
rizkinya. Namun demikian rahmat Allah tidak menutup kemungkinan ditambahnya
rizki orang-orang miskin yang tidak bekerja atau tidak memiliki peker jaan.
Pada bulan Ramadhan biasanya mereka mendapatkan shodaqoh maupun zakat yang
lebih dari bulan-bulan lainnya.
Kedua belas, empat perkara yang dipesankan oleh Rasulullah saw. Agar diperba-
nyak kaum muslimin di bulan Ramadhan adalah dua perkara yang membuat Allah
SWT ridlo dan dua perkara yang sangat dibutuhkan kaum muslimin. Dua perkara
yang membuat Allah ridlo adalah syahadat dan istighfar. Dua perkara yang
dibutuhkan kaum muslimin adalah mereka memohon surga-Nya dan berlindung dari
api neraka. Jadi pada bulan Ramadhan ini kita dianjurkan memperbanyak membaca
kalimat "Asyhadu an lailaha illallah, Astaghfirullah, As'alukal jannata wa A'udzu bika
minan naar".
Ketiga belas, yang memberi minum kepada orang yang berpuasa mendapatkan
penghargaan yang tak terbayangkan olehnya, yakni mendapatkan minuman dari
telaga (haudl) Rasulullah saw. yang dia tidak merasa haus lagi sesudahnya hingga ia
masuk surga. Lebih-lebih peminumnya tentulah habis menjalani pemeriksaan di
pos-pos pemberhentian (mauqif) di padang mahsyar yang lamanya 500 tahun (lihat
HR. Abu Dawud yang sesuai dengan keterangan QS. Al Hajj 47).
Khatimah
Menyadari tujuan shaum Ramadhan yang tidak lain adalah penggemblengan dalam
rangka meningkatkan kadar ketaqwaan kita agar benar-benar lolos dalam ujian
kehidupan dunia ini dengan predikat muttaqin, maka hendaknya kita persiapkan diri
kita menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan ini sebaik-baiknya.
Janganlah sampai kita terjatuh pada perkara-perkara yang membatalkan atau
mensia-siakan puasa kita. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1422 H.
Semoga sukses!
(Muhammad Al Khaththath, Direktur PSKII).