Anda di halaman 1dari 22

Khutbah Nabi Muhammad menjelang Ramadhan Dari Salmn al-Fris ra.

ia berkata bahwa Rasulullah SAW di akhir bulan Sya`ban berkhutbah kepada kami, beliau bersabda, "Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1. 000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu`). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan bukaan (ifthr) kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun." Kemudian para Sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan sebagai bukaan orang yang berpuasa." Rasulullah SAW berkata, " Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan bukaan dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau sedikit susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka." (HR Baihaq) Khutbah Nabi SAW yang diriwayatkan dari seorang Sahabat mulia, Salmn al-Fris di atas mengandung (secara implisit) beberapa stimulan dalam menyongsong bulan Ramadhan. Nabi SAW dalam khutbahnya tersebut menginginkan agar umat Islam benar-benar memahami kualitas tamu agung yang akan mendatangi umat Islam ini. Stimulan dalam khutbah di atas dapat dijabarkan dalam beberapa poin: Pertama, bulan Ramadhan merupakan bulan yang agung dan penuh keberkahan. Keagungan dan keberkahan bulan ini dapat dilihat dari penghormatan Allah terhadapnya. Allah menurunkan Al-Quran di dalamnya. Selain itu, ada sebuah fenomena yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan bulanbulan yang lainnya, di mana hati setiap Mukmin tergerak untuk bersedekah lebih banyak, membaca AlQuran lebih getol, dan qiyamullail. Sehingga dapat dikatakan bahwa Ramadhan merupakan musim seminya Al-Quran. Lebih dari itu semua, keagungan dan keberkahan Ramadhan karena memiliki satu malam yang nilai ibadah di dalamnya lebih baik dari 1.000 bulan, yakni malam Laitul Qadar. Hal ini secara gamblang dijelaskan oleh Allah SWT: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran pada malam Laitul Qadar. Tahukah kalian apa Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbitnya fajar." (Qs. Al-Qadr [97]: 1-5). Sungguh, malam Lailatul Qadar itu merupakan bonus ibadah bagi setiap Mukmin. Secara matematis, 1.000 bulan itu sekitar 84 tahun. Padahal umur manusia (umat Islam) jarang yang mencapai angka itu. Tapi, jika ibadah pada malam Lailatul Qadar itu benar-benar (dilakukan) karena mengharap ridha Allah, maka nilainya lebih baik dari ibadah yang dilakukan selama 1.000 bulan. Oleh karena itu, Nabi SAW memberikan contoh bagaimana agar setiap Muslim bersungguh-sungguh beribadah di sepuluh akhir Ramadhan. Dalam Hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra. beliau bersabda, "Carilah malam Lailatul Qadar itu pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan." (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam bab keutamaan Lailatul Qadar/2020). Oleh karenanya, beliau menganjurkan agar setiap Mukmin yang berpuasa dapat menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan (perhitungan), "barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan (perhitungan), maka dosanya yang telah lalu diampuni." (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam bab keutamaan Lailatul Qadar/2014).

Kedua, pelipatgandaan pahala kebaikan. Ramadhan merupakan bulan yang menjadikan nilai seorang hamba berlipat-lipat. Pahala sunnah dinilai sebagai pahala amal yang wajib, yang dikerjakan pada bulan lain. Bahkan, satu kebaikan dibalas dengan 70 kebaikan. Luar biasa! Ketiga, bulan kesabaran. Proses imsk yang dilakukan bagi setiap orang yang puasa, mulai terbit fajar hingga terbenam matahari merupakan sebuah proses pembentukan karakter sabar. Satu perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Pada bulan inilah setiap Mukmin yang berpuasa digembleng untuk menjadi seorang yang ulet dan tahan uji. Sehingga Nabi SAW menyatakan bahwa balasan sabar adalah surga. Hal ini sangat paralel dengan firman Allah: "Jadikanlah sabar dan shalat itu sebagai penolong kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (Qs. Al-Baqarah [2]: 153). Keempat, Ramadhan merupakan bulan semangat sosial. Seorang yang melakukan puasa merupakan orang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Empati mereka benar-benar tampak nyata. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan bersedekah dan berderma pada bulan Ramadhan sangat fenomenal. Maka tidak heran, jika sejak awal puasa, para ulama membolehkan pembayaran zakat fitrah. Ini merupakan bentuk konkret dari kepekaan sosial. Karena ternyata, seorang Mukmin yang berpuasa diajak langsung praktek merasakan lapar dan dahaga, sebagaimana yang dirasakan oleh para fakirmiskin. Bahkan, orang yang memberikan bukaan kepada orang yang berpuasa akan menjadi ampunan dosa, dibebaskan dari api neraka dan memperoleh pahala seperti pahala orang yang melakukan puasa itu sendiri. Lebih untung lagi, ternyata pahala yang berpuasa itu tidak berkurang sedikitpun. Kelima, Ramadhan memiliki tiga bagian penting: rahmat, ampunan (maghfirah) dan pembebasan dari api neraka. Tentunya, untuk memperoleh ketiga substansi puasa tersebut, seorang Mukmin harus benar-benar memurnikan niat dan membulatkan ikhtiarnya: untuk mempersembahkan ibadah yang terbaik kepada Allah. Dengan demikian, seorang Mukmin tidak bisa bertindak pragmatis: memilah dan memilih bagian dari ketiga substansi tersebut. Ia harus dilalui secara berurutan. Dengan demikian, pembebasan dari api neraka tidak akan tercapai, sebelum diperolah maghfirah Allah SWT. Dan maghfirah ini tidak akan direngkuh, sebelum mendapatkan rahmat (kasih sayang) Allah SWT. Ketiga subtansi itu tidak bisa dipisahkan, karena puasa merupakan hak prerogatif Allah, "Setiap amalan Anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Puasa adalah milik-Ku dan aku (sendiri) yang akan membalasnya." (Hadits Qudsi. Hadits Qudsi ini diriwayatkan dari Abdullah ibn Muhammad, dari Hisym, dari Ma`mar, dari az-Zuhr, dari Ibnu al-Musayyab, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW). Khutbah Nabi SAW adalah khutbah yang ditujukan kepada kita. Seolah-olah beliau berdiri di hadapan kita: memberikan tuntunan dalam menyambut sang tamu agung. Kita berharap khutbah beliau menjadi pedoman komplit sebelum sang tamu agung datang ke hadapan kita. Dengan demikian, lahir dan batin kita telah siap menerima kehadirannya. Wallhu a`lamu bi as-shawb!

Khutbah Jum'at: Ramadhan dan Kemerdekaan Hakiki Ada keistimewaan Ramadhan 1432 H di Indonesia. Yakni bertepatannya Ramadhan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-66, mengingatkan kita dengan kemerdekaan Republik Indonesia yang juga bertepatan dengan bulan Ramadhan. Karenanya ada Korelasi Ramadhan dengan Kemerdekaan Hakiki. Harapannya, semoga kaum muslimin menyadari bahwa kemerdekaan dari penjajahan Belanda bukanlah kemerdekaan yang final, dan Ramadhan merupakan momentum bagi perbaikan diri dan bangsa untuk meraih kemerdekaan yang sesungguhnya KHUTBAH PERTAMA Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Merupakan nikmat yang sangat besar dan tiada tara, bahwa hari ini kita dipertemukan Allah Azza wa jalla dengan Ramadhan dalam keadaan Islam dan Iman. Dengan pertemuan ini kita mendapatkan kesempatan besar untuk mendapat ampunan dari Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosadosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Juga dalam sabdanya yang lain, saat redaksi shama (puasa) diganti dengan qaama (qiyamullail): Barangsiapa yang qiyam (lail) Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Maka ini adalah kesempatan besar, sekaligus nikmat yang agung. Akan tetapi, peluang besar ini juga menjadi sebuah kecelakaan bagi orang-orang yang menyia-nyiakannya sehingga ia keluar dari Ramadhan tanpa ampunan dari Rabb-nya. Maka malaikat Jibril pun mendoakan dengan diamini Rasulullah: Celakalah seorang yang memasuki bulan Ramadhan namun dia tidak diampuni (HR. Hakim dan Thabrani) Maka sejarah umat bicara. Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan dan kaum muslimin menuai kemenangan yang gemilang. 313 pasukan Islam berhasil mengalahkan 1000 pasukan kafir Quraisy yang bersenjatakan lengkap. Kemenangan gemilang pertama yang diraih umat Islam ini kemudian menjadi penguat eksistensi kaum muslimin di Madinah dan pembuka bagi kemenangan-kemenangan Islam berikutnya. Adakah pakar militer saat itu yang bisa memprediksi bahwa Rasulullah dan para sahabatnya bisa memenangkan peperangan? Dan kemenangan jihad ini terjadi di bulan Ramadhan! 650 tahun kemudian juga terjadi peperangan yang dikenal dengan nama Ain Jaluth. Pasukan Islam melawan pasukan Tartar. Dua tahun sebelumnya Tartar di bawah pimpinan Hulako Khan telah menyerang Baghdad. Maka, bulan-bulan berikutnya adalah masa penderitaan dan kekalahan kaum muslimin, jatuhnya Baghdad, serta terbunuhnya khalifah. Hingga akhirnya jihad dikumandangkan yang terkenal dengan sebutan Perang Ain Jaluth. Kaum muslimin berhasil menuai kemenangan atas Tartar. Dan ini juga terjadi pada bulan Ramadhan. Masih banyak sejarah jihad yang dimenangkan kaum muslimin di bulan Ramadhan. Pada Ramadhan tahun 15 Hijrah, terjadi perang Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia ditumbangkan. Pada Ramadhan tahun 53 H, umat Islam memasuki pulau Rhodes di Eropa. Pada bulan Ramadhan tahun 91 H, umat Islam memasuki selatan Andalusia. Pada Ramadhan tahun 92 H., umat Islam keluar dari Afrika dan membuka Andalusia dengan komandan Thariq bin Ziyad. Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Jika Ramadhan telah menjadi bulan jihad, maka mari kita berdiri untuk memandangi wajah negeri ini. Sudahkah ia merdeka secara hakiki? Dan sudahkah kita mendapatkan kemerdekaan hakiki sebagai umat Islam Indonesia? Kemerdekaan pertama yang harus dimiliki oleh manusia adalah kemerdekaan dari segala bentuk peribadatan kepada selain Allah. Jika seorang manusia masih dicekam ketakutan kepada sesama

manusia, atau makhluk lain, lalu bisakah ia disebut merdeka? Padahal manusia sama derajatnya di sisi Allah. Yang membedakan hanyalah ketaqwaannya.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa (QS. Al-Hujurat : 13) Jika dengan sesama manusia saja tidak boleh menghamba, maka bagaimanakah kiranya orang yang menghamba kepada makhluk lain selain manusia yang kedudukannya lebih rendah. Baik itu makhluk hidup, makhluk ghaib, maupun materi seperti harta dan kekuasaan. Kemerdekaan pertama adalah kemerdekaan aqidah. Bahwa kita hanya beribadah kepada Allah, takut kepada Allah, dan berharap hanya pada Allah. Bertauhid dengan benar. Sehingga seorang mukmin tidak lagi memiliki kekhawatiran dan ketakutan, ia merdeka! 1111111111111111 Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,Setidaknya ada empat persiapan bagi kaum muslimin untuk menghadapai bulan Ramadhan, khususnya Ramadhan 1432 H ini. Persiapan pertama, adalah persiapan ruhiyah. Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas. Pengokohan aqidah adalah pondasi utama dalam persiapan ruhiyah ini. Tanpa aqidah yang benar, bisa jadi seseorang justru terjatuh dalam syirik. Dan kesyirikan selamanya takkan berbuah keikhlasan. Aqidah yang benar adalah kuncinya. Karenanya surat di dalam Al-Qur'an yang kesemuanya membahas aqidah dinamakan surat Al-Ikhlas. Membersihkan hati atau tazkiyatun nafs juga hal yang urgen dilakukan dalam menyambut tamu Allah yang istimewa ini. Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya: Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya (QS. Asy-Syams : 9) Maka dalam waktu 2-3 hari ke depan kita perlu melakukan evaluasi diri (muhasabah) apakah penyakitpenyakit aqidah masih menjangkiti diri kita. Selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu. Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT. Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosadosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Jama'ah jumat yang dirahmati Allah, Persiapan kedua adalah persiapan fikriyah. Agar Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, I'tikaf, zakat, dan sebagainya.

Untuk itu kita bisa mengkaji Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq, Fiqih Puasa-nya Dr. Yusuf Qardahawi, dan lain-lain. Kita pun bisa mengikuti taklim di lingkungan kita, baik majelis taklim yang diadakan di masjid, di pondok pesantren, maupun tempat-tempat yang lain. Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar? Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda :

Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq 'Alaih) Selanjutnya, persiapan yang kita perlukan adalah persiapan jasadiyah. Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya. Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar'i dalam hadits nabi:

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, dll) Persiapan keempat adalah persiapan maliyah. Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakat maal-nya. Bahkan, jika kita mampu berumrah di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa; seperti nilai haji bersama Rasulullah SAW. Rasulullah mencontohkan bahwa beliau yang begitu dermawan di hari-hari biasa, bertambah sangat dermawan di bulan Ramadhan mengalahkan angin yang berhembus. - - - -

Rasulullah SAW adalah orang yang paling murah hati, lebih-lebih ketika bertemu Jibril di bulan Ramadhan. Beliau bertemu Jibril pada pada setiap malam bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur'an. Maka sifat murah hati Rasulullah melebihi hembusan angin (HR. Bukhari) Kedermawanan Rasulullah SAW bertambah hebat ketika bulan Ramadhan. Ini mengajarkan kepada

umat beliau bahwa Ramadhan sebagai bulan yang paling utama dengan pelipatgandaan pahala amal kebajikan hendaklah dioptimalkan dengan memperbanyak infaq dan meningkatkan kualitasnya. KHUTBAH KEDUA { { } [.]17 07 : * } [ . : 102]

Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah, Semoga dengan empat periapan itu, persiapan ruhiyah, persiapan fikriyah, persiapan jasadiyah dan persiapan maaliyah, menjadikan kita optimal dalam menghadapi Ramadhan nanti. Sehingga kita pun keluar dari ramadhan dengan predikat taqwa.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah : 183) : . . . . . . . . . . . .

Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-

penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu. Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.

Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosadosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, persiapan kedua dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan fikriyah. Agar Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, i'tikaf, zakat, dan sebagainya. Untuk itu kita bisa mengkaji Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq, Fiqih Puasa-nya Dr. Yusuf Qardahawi, dan lain-lain. Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar? Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda :

Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq 'Alaih) Persiapan ketiga dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan jasadiyah.

Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya. Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar'i dalam hadits nabi:

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)

Persiapan keempat dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan maliyah, persiapan harta. Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakatnya. Bahkan, jika kita mampu berumrah di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa; seperti nilai haji bersama Rasulullah SAW.

KHUTBAH KEDUA 111111111 Khutbah Jumat: Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba Syaban 1432 H telah membersamai kita hampir setengahnya, artinya kita makin dekat dengan Ramadhan. Karena Syaban telah kita bahas pada edisi sebelumnya, demikian pula persiapan menyambut Ramadhan, Khutbah Jumat edisi 13 Syaban 1432 H yang bertepatan dengan 15 Juli 2011 ini, Bersama Dakwah memilih tema Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. *** KHUTBAH PERTAMA . . * Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Hari ini kita hampir berada di pertengahan bulan Syaban. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan yang mulia. Ini merupakan bagian dari nikmat Allah yang besar. Bahwa kita insya Allah akan mendapatkan kesempatan berjumpa dengan tamu istimewa yang penuh keutamaan baik malam maupun siangnya. Mungkin karena itulah, sebagian orang-orang shalih berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan. Ya Allah, berkahilan kami di bulan Rajab dan Syaban, serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan Ya Allah, berkahilan kami di bulan Rajab dan Syaban, serta berkahilah kami di bulan Ramadhan Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Salah satu hal yang perlu disiapkan seorang mukmin dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan ruhiyah. Agar saat memasuki Ramadhan jiwa kita relatif lebih bersih dan tidak terkotori dengan penyakit ruhani. Tazkiyatun nafs. Penyucian jiwa. Salah satunya adalah dengan jiwa pemaaf. Di sini perlu ditegaskan bahwa saling memaafkan sebelum Ramadhan secara khusus tidak ada hadits shahih yang menjelaskan bahwa Rasulullah dan para sahabat membiasakannya. Sebagaimana juga tidak ada hadits shahih yang menjelaskan saling memaafkan di awal syawal. Namun, memaafkan adalah salah satu bentuk tazkiyatun nafs, penyucian jiwa, yang bisa dilakukan kapan saja. Maka,

memasuki Ramadhan dengan telah memaafkan orang lain adalah keniscayaan bagi kita, sehingga kita berpuasa dan beribadah di bulan Ramadhan dalam keadaan jiwa yang bersih dan mulia. Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Di dalam Al-Quran, banyak sekali firman Allah yang memerintahkan kita untuk memaafkan atau menunjukkan keutamaan maaf. Setidaknya pada tujuh surat Allah SWT berfirman mengenai memaafkan itu. Diantaranya adalah pada surat Ali Imran ayat 134 dan surat An-Nisa ayat 149. Kita mulai dari surat An-Nisa ayat 149. Allah SWT berfirman: Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa : 149) Menjelaskan ayat ini, Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran mengatakan, Demikianlah manhaj tarbawi mengangkat jiwa yang beriman dari kaum muslimin ke tingkatan yang lain. Pada tingkatan pertama dibicarakan kepada mereka tentang kebencian Allah SWT terhadap tindakan mengucapkan perkataan buruk secara terang-terangan, dan diberinya keringanan bagi orang yang dianiaya untuk menyuarakan perkataan jelek secara terang-terangan itu terhadap orang yang berbuat zalim kepadanyaagar kezaliman yang yang dilakukan terhadap dirinya diketahui orang lan. Pada tingkatan kedua, diangkatnya mereka seluruhnya untuk melakukan kebaikan dan diangkatnya jiwa orang yang dizalimi kalau dapat menyadari untuk memaafkandan berlapang dada terhadap yang bersangkutan- sesuai dengan kemampuannya. Ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi dan lebih bersih. Dengan demikian, akan tersebarlah kebaikan di kalangan masyarakat muslim kalau mereka mau mengutamakan hal ini. Sehingga, ia dapat memainkan peranannya di dalam mendidik jiwa dan menyucikannya manakala mereka menyembunyikannya, karena kebaikan itu adalah kebaikan di saat rahasia dan di saat terang-terangan. Pada waktu itu, tersebar pula rasa saling memaafkan diantara sesama manusia, sehingga tidak ada jalan untuk menyuarakan suara buruk. Hanya saja kepemaafan itu hendaknya dari orang yang mampu melakukan pembalasan namun ia memaafkannya, bukan timbul dari ketidakmampuan. Hendaklah yang demikian itu dilakukan karena meniru akhlak Allah, yang berkuasa melakukan pembalasan tetapi Dia memaafkan, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa : 149) Demikianlah. Memaafkan merupakan tingkatan kedua, tingkatan yang lebih tinggi dan lebih bersih. Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Di surat Ali Imran Allah SWT berfirman: * Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran : 133-134) Salah satu karakter orang bertaqwa yang telah disediakan ampunan dan surga bagi mereka adalah memaafkan sesama. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat 134 tersebut menjelaskan, Yaitu selain menahan diri, tidak melampiaskan kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap seseorang. Hal ini merupakan akhlak yang paling sempurna. Karena itulah dalam akhir ayat disebutkan, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran : 134) Dalam tafsir yang sama, Ibnu Katsir mengengahkan tiga hadits keutamaan orang-orang memaafkan.

Pertama, bertambah kemuliannya Rasulullah SAW bersabda, Tiada harta yang berkurang karena shadaqah, Allah tidak menambah seorang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tiada orang yang tawadhu karena Allah melainkan Allah mengangkat (derajat)nya (HR. Muslim) Kedua, dibangunkan bangunan mulia di surga dan diringgikan derajatnya Barangsiapa yang menginginkan bangunan untuknya (di surga) dimuliakan, dan derajatnya ditinggikan, hendaklah ia memaafkan orang yang berbuat aniaya kepadanya (HR. Hakim) Ketiga, dimudahkan masuk surga Apabila hari kiamat tiba, ada seruan yang memanggil, Di manakah orang-orang yang suka memaafkan orang lain? Kemarilah kalian kepada Tuhan kalian dan ambillah pahala kalian! Dan sudah seharusnya bagi setiap orang muslim masuk surga bila ia suka memaafkan. Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Rasulullah SAW memberitahu para sahabat bahwa sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga. Tak lama kemudian datang seorang laki-laki Anshar, tanpa banyak bicara. Tiga kali kejadian seperti itu berulang, hingga salah seorang sahabat sangat penasaran dan ingin belajar darinya. Ia pun meminta izin bertamu dan bermalam. Namun setelah tiga malam, tidak ada yang istimewa. Shalat malamnya biasa, amal yaumiyahnya biasa juga. Merasa tidak berhasil menemukan rahasianya ia pun pamit pulang sambil menceritakan niat sebenarnya. Tidak ada rahasia pada diri dan amalku, jawab lelaki itu dengan terus terang, Aku tidak memiliki keistimewaan apapun, kecuali bahwa aku tidak pernah menyimpan hasrat dalam hati untuk menipu sesama dan menaruh rasa dengki kepada seseorang lantaran kebaikan yang telah diberikan Allah kepadanya, aku maafkan semua orang. Mendengar jawaban lelaki itu, sahabat tadi berkata, Inilah yang telah mengangkat derajat Anda menjadi penghuni surga sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW. Semoga Allah memudahkan kita untuk memiliki jiwa pemaaf dan segera memaafkan sesama sebelum Ramadhan tiba. 2 Responses to Khutbah Jumat: Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba 111111111Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan Masuk Kategori: HOT NEWS Selain memerintah shaum, dalam menyambut menjelang bulan Ramadhan, Rasulullah selalu memberikan beberapa nasehat dan pesan-pesan. Inilah azimat Nabi tatkala memasuki Ramadhan. Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafasnafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeruNya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya. Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah! Allah taala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin. Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian. Rasulullah meneruskan: Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air. Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kai-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaanNya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmatNya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain. Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: Aku berdiri dan berkata: Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini? Jawab Nabi: Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah. Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.

Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang. Para sahabat berkata, Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka. Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga. (HR. Ibnu Huzaimah). sumber: Hidayatullah.com 1111111 Khutbah Jumat: Menyambut Ramadhan 1432 H - Gerhana bulan semalam menandakan bahwa kita tengah berada di pertengahan Rajab 1432 H. Artinya, kurang dari 1,5 bulan lagi kita akan berjumpa dengan tamu istimewa; Ramadhan. Karenanya, untuk khutbah Jum'at edisi 15 Rajab 1432 H yang bertepatan dengan 17 Juni 2011 ini, Bersama Dakwah memilih tema "Menyambut Ramadhan 1432 H". *** KHUTBAH PERTAMA * . .

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Hari demi hari kita lalui, hingga kita bertemu dengan Jum'at kembali. Sebuah hari yang agung, sayyidul ayyam, yang penuh dengan barakah dari Allah SWT. Maka keimanan yang dianugerahkannya kepada kita, ditambah dengan kesehatan yang kita miliki merupakan nikmat yang luar biasa besarnya. Terhadap segala nikmat yang dianugerahkan Allah Azza Wa Jalla, berlaku sebuah kaidah pelipatgandaan. Syaratnya: mensyukuri nikmat-nikmat itu.

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7) Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Gerhana bulan yang terjadi kemarin malam, menandakan bahwa hari ini kita tengah berada di pertengahan bulan Rajab 1432 H. Ini artinya, tidak lama lagi kita akan berjumpa dengan tamu agung, tamu istimewa; Ramadhan yang mulia. Ada dua buah do'a yang hampir sama. Yang satu sampai kepada kita melalui Imam Ahmad dan yang satu melalui Al Baihaqi dan Thabrani.

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan (HR. Ahmad). Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan (HR. Al-Baihaqi dan Thabrani). Hadits yang kedua ini, yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, umumnya adalah hadits yang lebih populer dan lebih kita hafal daripada yang pertama. Namun, hadits ini dinilai dha'if oleh Al-Albani. Meskipun, hadits kedua itu adalah hadits dha'if, dan kita tidak berani memastikan bahwa itu adalah doa Rasulullah SAW yang diajarkannya kepada para sahabat beliau, setidaknya kita kemudian mengetahui bahwa itu adalah doa orang-orang shalih. Doa yang menyadarkan kita betapa orang-orang shalih terdahulu biasa menyambut Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya; bahkan ketika masih berada di bulan Rajab. Maka, semangat menyambut Ramadhan itulah yang juga harus ada dalam jiwa kita, bahwa di pertengahan Rajab 1432 H ini, kita telah menyediakan ruang suka cita dalam dada kita untuk bertemu dengan Ramadhan. Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Lalu bagaimana bentuk penyambutan kita kepada Ramadhan, khususnya Ramadhan 1432 H yang akan datang? Tentu, kita tidak boleh menyambut Ramadhan dengan ritual-ritual khusus yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW, karena itu justru akan menjerumuskan kita ke dalam bid'ah. Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa mengerjakan amalan (ibadah) yang tidak ada perintahnya dariku, maka ia tertolak. (HR. Bukhari) Jika di satu sisi sebagian masyarakat kita yang jumlahnya semakin berkurang, alhamdulillahmenyambut Ramadhan dengan ritual yang tidak pernah diperintahkan Rasulullah, sebagian lain yang

jumlahnya jauh lebih besar- acuh tak acuh dengan Ramadhan, bersikap biasa seolah-olah tak ada yang istimewa, atau bahkan kurang suka Ramadhan karena beratnya puasa. Kita berlindung kepada Allah dari keduanya. Bagi muslim yang ideal, menyambut Ramadhan adalah sebuah kenikmatan tersendiri, namun ia menyambutnya dengan proporsional. Dalam suka cita, ia mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga bisa beramal di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Ada empat persiapan yang kita perlukan dalam menyambut bulan Ramadhan, khususnya Ramadhan 1432 H ini: Pertama, persiapan ruhiyah Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas. Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:

Sungguh

beruntunglah

orang

yang

menyucikan

jiwanya

(QS.

Asy-Syams

9)

Maka dalam waktu satu setengah bulan ke depan kita perlu melakukan evaluasi diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam diri kita. Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal, namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita. Tak peduli sebesar apapun amal kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka amalamal kita tidak akan diterima.

Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al Zumar: 65) Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakitpenyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu. Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT. Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosadosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, persiapan kedua dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan fikriyah. Agar Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah

puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, i'tikaf, zakat, dan sebagainya. Untuk itu kita bisa mengkaji Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq, Fiqih Puasa-nya Dr. Yusuf Qardahawi, dan lain-lain. Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar? Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq 'Alaih) Persiapan ketiga dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan jasadiyah.

Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya. Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar'i dalam hadits nabi:

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim) Persiapan keempat dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan maliyah, persiapan harta. Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakatnya. Bahkan, jika kita mampu berumrah di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa; seperti nilai haji bersama Rasulullah SAW. Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah, Salah satu tuntunan Allah SWT adalah mensegarakan amal kebaikan dan upaya mendapatkan ampunan. Sebagaimana firman-Nya:

Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Ali Imran : 133) Maka demikian pula kita mensegerakan diri dalam menyambut Ramadhan dengan persiapan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan maaliyah kita. Semoga dengan upaya kita mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan 1432 H ini, Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan, lalu memberikan taufiq kepada kita untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan itu. Selama sebulan penuh kita beramal di bulan suci lagi mulia itu, dis KHUTBAH JUM'AT INI BISA DIDOWNLOAD DI SINI

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Hari demi hari kita lalui, hingga kita bertemu dengan Jum'at kembali. Sebuah hari yang agung, sayyidul ayyam, yang penuh dengan barakah dari Allah SWT. Maka keimanan yang dianugerahkannya kepada kita, ditambah dengan kesehatan yang kita miliki merupakan nikmat yang luar biasa besarnya. Terhadap segala nikmat yang dianugerahkan Allah Azza Wa Jalla, berlaku sebuah kaidah pelipatgandaan. Syaratnya: mensyukuri nikmat-nikmat itu. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7) Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Gerhana bulan yang terjadi kemarin malam, menandakan bahwa hari ini kita tengah berada di pertengahan bulan Rajab 1432 H. Ini artinya, tidak lama lagi kita akan berjumpa dengan tamu agung, tamu istimewa; Ramadhan yang mulia. Ada dua buah do'a yang hampir sama. Yang satu sampai kepada kita melalui Imam Ahmad dan yang satu melalui Al Baihaqi dan Thabrani.

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan (HR. Ahmad).

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan (HR. Al-Baihaqi dan Thabrani).

Hadits yang kedua ini, yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, umumnya adalah hadits yang lebih populer dan lebih kita hafal daripada yang pertama. Namun, hadits ini dinilai dha'if oleh Al-Albani. Meskipun, hadits kedua itu adalah hadits dha'if, dan kita tidak berani memastikan bahwa itu adalah doa Rasulullah SAW yang diajarkannya kepada para sahabat beliau, setidaknya kita kemudian mengetahui bahwa itu adalah doa orang-orang shalih. Doa yang menyadarkan kita betapa orang-orang shalih terdahulu biasa menyambut Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya; bahkan ketika masih berada di bulan Rajab. Maka, semangat menyambut Ramadhan itulah yang juga harus ada dalam jiwa kita, bahwa di pertengahan Rajab 1432 H ini, kita telah menyediakan ruang suka cita dalam dada kita untuk bertemu dengan Ramadhan. Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Lalu bagaimana bentuk penyambutan kita kepada Ramadhan, khususnya Ramadhan 1432 H yang akan datang? Tentu, kita tidak boleh menyambut Ramadhan dengan ritual-ritual khusus yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW, karena itu justru akan menjerumuskan kita ke dalam bid'ah. Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa mengerjakan amalan (ibadah) yang tidak ada perintahnya dariku, maka ia tertolak. (HR. Bukhari) Jika di satu sisi sebagian masyarakat kita yang jumlahnya semakin berkurang, alhamdulillahmenyambut Ramadhan dengan ritual yang tidak pernah diperintahkan Rasulullah, sebagian lain yang jumlahnya jauh lebih besar- acuh tak acuh dengan Ramadhan, bersikap biasa seolah-olah tak ada yang istimewa, atau bahkan kurang suka Ramadhan karena beratnya puasa. Kita berlindung kepada Allah dari keduanya. Bagi muslim yang ideal, menyambut Ramadhan adalah sebuah kenikmatan tersendiri, namun ia menyambutnya dengan proporsional. Dalam suka cita, ia mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga bisa beramal di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Ada empat persiapan yang kita perlukan dalam menyambut bulan Ramadhan, khususnya Ramadhan 1432 H ini:Pertama, persiapan ruhiyahPersiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas. Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:

Sungguh

beruntunglah

orang

yang

menyucikan

jiwanya

(QS.

Asy-Syams

9)

Maka dalam waktu satu setengah bulan ke depan kita perlu melakukan evaluasi diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam diri kita. Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal, namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita. Tak peduli sebesar apapun amal kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka amalamal kita tidak akan diterima.

Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al Zumar: 65) Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakitpenyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu. Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT. Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosadosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih) Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, persiapan kedua dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan fikriyah. Agar Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, i'tikaf, zakat, dan sebagainya. Untuk itu kita bisa mengkaji Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq, Fiqih Puasa-nya Dr. Yusuf Qardahawi, dan lain-lain. Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar? Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq 'Alaih) Persiapan ketiga dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan jasadiyah.

Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya. Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga

kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar'i dalam hadits nabi:

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim) Persiapan keempat dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan maliyah, persiapan harta. Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakatnya. Bahkan, jika kita mampu berumrah di bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa; seperti nilai haji bersama Rasulullah SAW. KHUTBAH KEDUA Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah, Salah satu tuntunan Allah SWT adalah mensegarakan amal kebaikan dan upaya mendapatkan ampunan. Sebagaimana firman-Nya: Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Ali Imran : 133) Maka demikian pula kita mensegerakan diri dalam menyambut Ramadhan dengan persiapan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan maaliyah kita. Semoga dengan upaya kita mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan 1432 H ini, Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan, lalu memberikan taufiq kepada kita untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan itu. Selama sebulan penuh kita beramal di bulan suci lagi mulia itu, disertai dengan rahmat dan ampunan Allah SWT, hingga menjadikan kita diridhai-Nya lalu dianugerahi surga. . . .

. . . . .

[Khutbah Jum'at edisi 15 Rajab 1432 H bertepatan dengan 17 Juni 2011 M; Bersama Dakwah] 11111111111111111Oleh Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim Wahai kaum muslimin, hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya. Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah taala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan. Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit Imam Abu Bakr Az Zuri rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah [ ], yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.[1] Abu Bakr Az Zuri menyitir firman Allah taala berikut, () Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), Maka katakanlah: Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang. (At Taubah: 83). Renungilah ayat di atas baik-baik! Ketahuilah, Allah taala tidak menyukai keberangkatan mereka dan Dia lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan dan niat mereka yang tidak lurus lagi. Namun, bila seorang bersiap untuk menunaikan suatu amal dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah terlalu mulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati-hatilah dari mengalami nasib menjadi orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah taala yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman berupa tertutupnya hati dari hidayah. Allah taala berfirman,

)( Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (Al Anam: 110). Persiapkan Amal Shalih dalam Menyambut Ramadhan Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan dan ingin diterima amalnya serta dihapus segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan. Allah taala berfirman, () Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu. (At Taubah: 46). Harus ada persiapan! Dengan demikian, tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak mempersiapkan bekal untuk berangkat menyambut Ramadhan. Oleh sebab itu, dalam ayat di atas mereka dihukum dengan berbagai bentuk kelemahan dan kehinaan disebabkan keengganan mereka untuk melakukan persiapan. Sebagai persiapan menyambut Ramadhan, Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Syaban. Aisyah radhiallahu anhu berkata, Saya sama sekali belum pernah melihat rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Syaban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh. Dalam riwayat lain, Beliau berpuasa di bulan Syaban, kecuali sedikit hari.[2] Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan melebihi puasanya di bulan Syaban, dan beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, meeka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan, Mereka (para sahabat) berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan.[3] Tindakan mereka ini merupakan perwujudan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan, permohonan dan bentuk ketawakkalan mereka kepada-Nya. Tentunya, mereka tidak hanya berdoa, namun persiapan menyambut Ramadhan mereka iringi dengan berbagai amal ibadah. Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan, Rajab adalah bulan untuk menanam, Syaban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.[4] Sebagian ulama yang lain mengatakan, Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Syaban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadhan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum mukminin. (Oleh karena itu), mereka yang menghitamkan catatan amal mereka hendaklah bergegas memutihkannya dengan taubat di bulan-bulan ini, sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tesebut.[5] Wahai kaum muslimin, agar buah bisa dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Rajab dan Syaban, semua itu untuk menanam amal shalih di bulan Rajab dan diairi di bulan Syaban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di

bulan Ramadhan, karena lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-hari Ramadhan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan yang sebaik-baiknya. Jangan Lupa, Perbarui Taubat! Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.[6] Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan. Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah taala berfirman, )( Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An Nuur: 31). Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, Saya memohon ampun kepada Allah, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat. Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatanketaatan di sebelas bulan lainnya. Wahai kaum muslimin, mari kita persiapkan diri kita dengan memperbanyak amal shalih di dua bulan ini, Rajab dan Syaban, sebagai modal awal untuk mengarungi bulan Ramadhan yang akan datang sebentar lagi. Ya Allah mudahkanlah dan bimbinglah kami. Amin. Waffaqaniyallahu wa iyyakum.

Anda mungkin juga menyukai