Anda di halaman 1dari 2

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah memiliki banyak keutamaan yang harus diketahui oleh umat Islam. Bulan yang identik
dengan perayaan Idul Adha ini semestinya dirayakan dengan ibadah-ibadah sunnah untuk kejar keutamaannya.
Yuk, kita kulik satu-satu supaya wawasan keislaman kita semua semakin terbuka.
1. Allah mencintai sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijjah 
10 hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan momen yang Allah cintai. Keutamaannya tertera dalam Surat Al-
Fajr ayat 1 hingga 2.
ٍ َ‫َو ۡالفَ ۡج ۙ ِر َولَي‬
ۡ ‫ال ع‬
 ‫َش ۙ ٍر‬
Artinya:
Demi Fajar dan malam yang sepuluh
(Al-Fajr : 1-2)
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, malam ke sepuluh artinya 10 hari pertama di Bulan Dzulhijjah. Pada 10 hari
pertama yang dicintai Allah ini, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa, membaca Al-Quran, salat sunnah,
hingga bersedekah. Yuk, kumpulkan pahala sebanyak-banyaknya dengan ibadah istimewa tersebut!
2. Bulan Haji
Bulan Dzulhijjah dan Haji bagaikan saudara kembar yang tidak dapat dipisah. Pada bulan Dzulhijjah Allah
mengundang umat Islam untuk datang ke baitullah dalam rangka melaksanakan haji. Namun, haji tahun 2021
kembali dibatalkan karena pandemi Covid-19 yang belum selesai. Meskipun begitu, tetaplah berprasangka
baik kepada Allah dan jaga semangat ibadah di bulan Dzulhijjah, salah satunya dengan kurban.
3. Bulan haram untuk berperang
Kemuliaan yang lain yaitu Allah memuliakan bulan ini dengan haram berperang. Dzulhijjah merupakan salah
satu bulan yang diharamkan dari empat bulan lainnya, yaitu Muharam, Rajab, Dzulqadah.
Hal tersebut tertera dalam surat At-Taubah ayat 36:
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum
musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. 
(At-Taubah:36)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa umat Islam dilarang menganiaya dirinya sendiri, salah satunya dengan
berperang. Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang dimuliakan, maka dari itu umat Islam dianjurkan untuk
meningkatkan ketakwaan dengan ibadah.
4. Hari yang afdhal
Tidak sempurna jika tidak menyambut bulan Dzulhijjah dengan semangat karena bulan ini merupakan hari
yang afdhal. 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah merupakan hari yang mulia tertera dalam hadist Abdullah bin
Qurath Radhiyallaahu ‘anhuma.
Rasulullah SAW bersabda:
Hari yang paling afdhal atau utama (dalam setahun) adalah hari raya qurban (10 Dzuulhijjah).
(HR. Ibnu Hibban)
5. Memiliki waktu siang yang utama
Bulan Ramadhan dan Dzulhijjah memiliki kesamaan dalam waktu yang utama. Bedanya, Ramadhan memiliki
keutamaan pada malam hari, sementara keutamaan Dzulhijjah terletak pada siang hari.
Hal ini berdasarkan hadits berikut:
“Seseorang bertanya:”Yang manakah yang lebih afdhal sepuluh terakhir di bulan Ramadhan ataukah
sepuluh awal bulan Dzulhijjah ?” Imam Ibnul Qayyim –rahimahullah- berkata “Jika dilihat pada waktu
malamnya, maka sepuluh terakhir bulan Ramadhan lebih utama dan jika dilihat waktu siangnya, maka
sepuluh awal bulan Dzulhijjah lebih utama.”
(Lihat Zaadul Ma’ad 1:57)
Dengan keutamaan yang banyak, maka inilah ibadah untuk mendapatkan pahala dari bulan yang mulia ini,
yaitu:
1. Perbanyak Puasa untuk Meraih Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Perbanyak amalan shalih di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dengan berpuasa. Seperti yang diriwayatkan
dalam hadist.
“Tidak  ada hari dimana suatu amal shalih lebih dicintai Allah melebihi amal shalih yang dilakukan di
sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah). Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah termasuk
lebih utama dari jihad fii sabilillah? Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam menjawab “ termasuk lebih utama
disbanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan
tidak ada satupun yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh).“
(HR. Ahmad, Bukhari dan Turmudzi)
Amalan yang dilakukan selama 10 hari pertama Dzulhijjah menjadi amal yang sangat dicintai Allah. Pahalanya
dapat melebihi amal soleh yang dilakukan di luar batas waktu itu.
2. Puasa 9 Hari Pertama dan Puasa Arafah
Abu Qatadah  radliallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 ‫ والسنة لتي ه بعد‬، ‫ قبله‬ ‫صيام يو م عر فة أ حتسب على الل أن يكفّر السنة لتي‬
Artinya:
“…puasa hari arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus (dosa, pen.)
satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..”
(HR. Ahmad dan Muslim)
3. Perbanyak Dzikir, Takbir dan Tahlil untuk Raih Pahala Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Para ulama menganjurkan agar umat islam memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid pada bulan
Dzulhijjah. Takbir juga diucapkan setiap selesai sholat fardhu di masjid, pada hari raya idul Adha sampai hari
tasyrik di sore hari (saat sholat Ashar). Selain itu, ketika hendak perjalanan ke lapangan atau masjid untuk
sholat ied disunnahkan mengucapkan:
“Allahu akbar, allahu akbar, laa ilaha ilallah, walllahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.”
Hadist dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi Shalallahu alaihi wasalam bersabda.
“ Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang
dilakukan pada tanggal 1 – 10 dzulhijjah. Oleh karena itu perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan
tahmid pada hari itu.”
(HR. Ahmad)
Dalil anjuran memperbanyak zikir di sepuluh awal Dzulhijjah ini adalah,
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan…..”
(Surat Al-An’am ayat ayat 28)
 
4. Melaksanakan Shalat Idul Adha
Selain rangkaian ibadah diatas pada bulan Dzulhijjah, kita juga akan melaksanakan shalat Ied seperti Idul Fitri.
Rasullullah SAW bersabda:
“Dari Anas bin Malik radlhallahu ‘anhu, beliau mengatakan bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Dua hari apakah ini?” Mereka menjawab,
“Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman jahiliyah. Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada
kalian dengan dua hari yang lebih baik: Idul Fitri dan Idul Adha.”
(HR. An-Nasa’i, Abu Daud dan Ahmad)
5. Menyembelih Hewan Kurban
Tidak asing lagi perayaan hari raya Idul Adha diiringi dengan kurban, karena berkurban merupakan salah satu
ibadah dengan memiliki keutamaan yang sangat luar biasa. Adapun untuk jenis hewan yang dikurban harus
sesuai syariat,  boleh kambing ataupun sapi sesuai kemampuannya.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang memililki kelapangan namun dia tidak berkurban maka jangan mendekat ke masjid
kami.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah.)
Sesungguhnya Allah SWT berfirman  dalam Surat Al-Kausar ayat 2 yang artinya:
“Laksanakanlah salat untuk Rab-mu dan sembelihlah kurban.”
(QS. Al-Kautsar: 2)
“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah
‘Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-
tanduknya, kuku-kukunya dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada
Allah ‘Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.”
(HR. Ibnu Majah, At-Tirmidzi, Al-Hakim)
6. Mandi Sebelum Idul Adha
Sebelum beribadah menghadap kepada Allah SWT, kita wajib membersihkan diri dan pakaian kita dari debu,
kotoran ataupun najis. Hal ini agar ibadah yang dilakukan dalam keadaan suci dan dapat mudah diterima oleh
Allah SWT.
“Seorang lelaki bertanya kepada Ali radhiallahu’anhu tentang mandi, ia menjawab: ‘Mandilah setiap hari
jika engkau mau’. Lelaki tadi berkata: ‘bukan itu, tapi mandi yang benar-benar mandi’. Ali menjawab:
‘Mandi di hari Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah.”
(HR. Al Baihaqi)
7. Tidak Makan Sebelum Sholat Ied
Dalam hadist riwayat Ibnu Majah menerangkan bahwa,
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan terlebi dahulu,
dan tidak makan pada hari Idul Adha hingga beliau kembali dari shalat.”
(HR. Ibnu Majah)
Kemudian Ibnu Qudamah rahimahullah juga berkata,
“Imam Ahmad berkata: “Saat Idul Adha dianjurkan tidak makan hingga kembali dan memakan hasil
sembelihan qurban. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dari hasil sembelihan qurbannya.
Jika seseorang tidak memiliki qurban (tidak berqurban), maka tidak masalah jika ia makan terlebih
dahulu sebelum shalat ‘ied.”
(Al Mughni 2: 228)

Anda mungkin juga menyukai