Anda di halaman 1dari 5

‫‪Tiga Cara Mengungkapkan Syukur kepada Allah‬‬

‫‪Kamis, 05 Oktober 2017 12:30 Khutbah‬‬

‫‪Bagikan‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫ريم‪ ،‬أَ ْْش َهدُ أ َ ْْ ََ‬ ‫ي ال َك ِ‬ ‫سالَ ِم‪َ ،‬وأَ ْف َه َمنَا بِش َِر ْي َع ِة النَّ ِب ّ‬ ‫سبُ َل ال ّ‬ ‫اْل َح ْمدُ هللِ اْل َح ْمدُ هللِ الّذي َهدَانَا ُ‬
‫ع ْبدُهُ‬ ‫اِلَهَ إِ ََّ هللا َو ْحدَهُ َ ْش َِريك لَه‪ ،‬ذُو اْل َجال ِل َواإل ْكرام‪َ ،‬وأ َ ْْش َهدُ أَ ّْ َ‬
‫س ِيّدَنَا َونَ ِبيَّنَا ُم َح َّمدًا َ‬
‫صحابِ ِه َوالت َّابِعي ََ‬ ‫س ِيّدِنا ُم َح ّم ٍد وعلى اله وأ ْ‬ ‫علَى َ‬ ‫بار ْك َ‬ ‫س ِلّ ْم َو ِ‬
‫ص ِّل و َ‬ ‫َو َرسولُه‪ ،‬اللّ ُه َّم َ‬
‫ساْ إلَى َي ْو ِم الدِّي َ‪ ،‬أما بعد‪ :‬فيايها اإلخواْ‪ ،‬أوصيكم و نفسي بتقوى هللا وعاعته‬ ‫إح ِ‬ ‫ِب ْ‬
‫لعلكم تفلحوْ‪ ،‬قال هللا تعالى في القراْ الكريم‪ :‬أعوذ باهلل م َ الشيطاْ الرجيم‪ ،‬بسم‬
‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم‬
‫سدِيدًا‪ ،‬يُ ْ‬ ‫هللا الرحماْ الرحيم‪ :‬يَا أَيُّ َها الَّذِي ََ آَ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْو ًَ َ‬
‫ع ِظي ًما وقال تعالى يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْ ََ‬ ‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ًزا َ‬ ‫َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْ َ يُ ِطعِ هللا َو َر ُ‬
‫‪.‬آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَا ِت ِه َوََ تَ ُم ْوت ُ َّ َ ِإََّ َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْوَْ‬
‫صدق هللا العظيم‬
‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬

‫‪Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT, yakni dengan melaksanakan segala‬‬
‫‪perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Disamping itu marilah kita bersyukur kepada‬‬
‫‪Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, yang telah dilimpahkan kepada kita‬‬
‫‪sekalian sehingga siang ini kita dapat hadir di masjid ini, untuk melaksanakan shalat Jum’at‬‬
‫‪sebagai kewajiban.‬‬
Allah subhânahu wata’âlâ dalam Surat Luqman, ayat 12, berfirman:

‫أَ ِْ ا ْْش ُك ْر هللِ َو َم َ يَ ْش ُك ْر فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر ِلنَ ْف ِس ِه‬


Artinya: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.”

Allah subhânahu wata’âlâ memerintahkan agar kita semua bersyukur kepada-Nya. Perintah
ini tidak berarti bahwa Allah membutuhkan ungkapan syukur dari manusia. Tanpa manusia
bersyukur kepada-Nya, Allah tetaplah Tuhan yang Maha Kaya, Terpuji dan Berkuasa atas
seluruh alam ini. Perintah syukur itu sesungguhnya untuk kepentingan dan kebaikan
manusia sendiri sebab Allah akan menambah nikmat-Nya kepada manusia apabila manusia
bersyukur kepada-Nya sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Ibrahim, ayat 7:

َ َ‫عذَا ِبي ل‬
‫شدِيد‬ َ َّْ ‫ْش َك ْرت ُ ْم ََ ِزيدَنَّ ُك ْم َولَ ِئ ْ َ َكفَ ْرت ُ ْم ِإ‬
َ َ ْ ‫لَ ِئ‬
Artinya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat
pedih".

Jika kita ingkar atas nikmat-nikmat-Nya, maka Allah akan memberikan adzab yang pedih
atau sanksi yang berat. Adzab dari Allah subhânahu wata’âlâ bisa berupa siksaan di neraka
kelak. Bisa juga berupa guncangan mental yang membuat hidup di dunia ini tidak tenang.
Tentunya dapat kita saksikan dan rasakan bagaimana orang-orang yang tidak bersyukur
kepada Allah. Mereka mudah merasa iri atas nikmat yang diterima orang lain. Mengeluh dan
merasa tak puas dengan apa yang telah ada seringkali menghinggapi mereka. Hal seperti ini
sudah pasti membuat mereka hidup dalam ketidak tenteraman. Akibat selanjutnya mereka
bisa mengalami stres berkepanjangan.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Bersyukur kepada Allah subhânahu wata’âlâ sesungguhnya tidak cukup kalau hanya
mengucapkan “alhamdulillah” saja sebab setidaknya ada tiga cara mengungkapkannya
sebagai berikut:

1. Melalui Aktifitas Lisan

Dalam aktifitas lisan ini, ucapan “alhamdulillah” adalah hal minimal yang harus kita
lakukan. Aktifitas lain adalah berkata yang baik-baik. Orang yang bersyukur kepada Allah
akan selalu menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Mereka akan selalu
berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat orang lain tersakiti
hatinya. Orang-orang yang bersyukur tidak berkeberatan untuk meminta maaf atas
kesalahannya sendiri kepada orang lain sebagaimana mereka juga tidak berkeberatan
memaafkan kesalahan orang lain. Kepada Allah SWT, mereka senantiasa bersegera
memohon ampunan kepada-Nya.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Surat Ali Imran, ayat 133:

‫عواْ إِلَى َم ْغ ِف َرةٍ ِ ّم َ َّربِّ ُك ْم‬


ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬َ ‫َو‬
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu”

Memohon ampun, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia memang tidak
perlu ditunda-tunda. Lebih cepat tentu lebih baik. Betapa banyak kerugian yang timbul
akibat macetnya hubungan atau silaturrahim antar sesama saudara, kawan dan relasi, gara-
gara persoalan maaf-memaafkan belum terselesaikan.

2. Melalui Aktifitas Hati

Dalam aktifitas hati ini, bagaimana mengelola hati menjadi hal sangat penting. Aktifitas hati
terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam bentuk perasaan senang, ikhlas dan rela
dengan apa yang sudah ada. Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah mencapai bahagia
dalam hidupnya terlepas apakah mereka termasuk orang sukses atau belum sukses. Syukur
tidak mensyaratkan sukses dalam hidup ini sebab kenikmatan yang diberikan Allah SWT
kepada manusia takkan pernah bisa dihitung. Manusia takkan pernah mampu menghitung
seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya. Allah SWT
dalam surat Ar-Rahman, ayat 13, bertanya kepada manusia:

ِ ‫ي آَء َربِّ ُك َما ت ُ َك ِذّ َب‬


ْ‫ا‬ ِّ َ ‫فَبِأ‬
Artinya : “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Ayat tersebut diulang berkali-kali dalam ayat-ayat berikutnya dalam surat yang sama, yakni
Ar-Rahman. Pengulangan ini tentu bukan tanpa maksud. Allah menantang kepada manusia
untuk jujur dalam membaca dang menghitung kenikmatan yang telah Dia berikan.
Bagaimana kita bisa bisa bernapas, bagaimana kita bisa melihat dan mendengar serta
bagaimana kita bisa merasakan dengan panca indera kita? Dari pertanyaan-pertanyaan
seperti itu saja kita sudah tidak mampu menghitung berapa kenikmatan yang terlibat
didalamnya. Maka barangsiapa tidak bersyukur kepada Allah, sesungguhnya dia telah kufur
atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterimanya dari Allah SWT.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Orang-orang yang bersyukur kepada Allah tentu memiliki jiwa yang ikhlas dalam melakukan
dan menerima sesuatu. Orang-orang yang bersyukur tentu tidak suka berkeluh kesah atas
kekurangan-kekurangan atau hal-hal tidak menyenangkannya. Orang-orang bersyukur tentu
lebih sabar daripada mereka yang tidak bersyukur. Memang untuk bisa bersyukur kita perlu
kesabaran. Untuk bersabar kita perlu keikhlasan. Dengan kata lain, syukur, sabar dan ikhlas
sesungguhnya saling berkaitan. Maka dalam ilmu tasawuf, syukur adalah suatu maqom atau
tingkatan yang sangat tinggi yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang telah berhasil
mencapai kompetensi tinggi dalam hal spiritualitas. Dari sinilah kemudian muncul konsep
kecerdasan spiritual.
Kecerdasan ini hanya bisa dicapai melalui latihan-latihan yang sering disebut dengan
riyadhah. Hal ini berbeda dengan kecerdasan intelektual yang bisa diterima seseorang secara
genetis tanpa melaui latihan-latihan tertentu.

3. Melalui Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik atau perbuatan nyata terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam berbagai
bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya melibatkan diri sendiri. Yang terkait dengan
orang lain misalnya seperti berbagi rejeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam hidup bermasyarakat, kita sering menerima undangan syukuran. Ini adalah contoh
syukuran dalam bentuk perbuatan nyata dimana yang punya hajat berbagi rejeki kepada para
tamu dengan memberikan jamuan makan dan minum. Jamuan ini menjadi sedekah yang
tentu saja bernilai pahala. Undangan-undangan semacam ini tentu memilki dasar yang kalau
kita telusuri akan kita temukan dalam Al Qur’an, Surat Adh-Dhuha, ayat 11:

ْ ‫َوأَ َّما ِبنِ ْع َم ِة َر ِب َّك فَ َح ِد‬


‫ّث‬
Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.”

Perintah berbagi kenikmatan dengan orang lain dapat ditelusuri salah satunya melalui ayat
ini dengan maksud agar mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Ini
sering disebut dengan tahadduts binni’mah. Tentu saja tahadduts binni’mah ini baik. Hanya
saja perlu diingatkan agar pelaksanaannya tidak berlebihan dan harus dilakukan dengan niat
ikhlas. Yang dimaksud dengan ikhlas disini adalah tidak ada niat lain kecuali hanya untuk
beribadah kepada Allah SWT. Niat-niat lain seperti keinginan untuk pamer atau riya’ atas
apa yang telah dicapai sebagai keberhasilan harus benar-benar dihindari sebab riya’
merupakan akhlak yang tercela yang justru bisa menjauhkan kita dari Allah SWT.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Ungakapan syukur dalam bentuk perbuatan nyata dan hanya melibatkan diri sendiri bisa
diwujudkan dalam bentuk meningkatkan intensitas beribadah. Hal ini biasa dilakukan Nabi
Muhammad SAW secara istiqamah dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun beliau sudah
dijamin masuk surga, beliau tetap rajin beribadah melebihi siapapun di dunia ini hingga
kedua kaki beliau bengkak-bengkak. Semua ini beliau lakukan sebagai pengakuan dan
ungkapan rasa syukur atas semua kenikmatan yang beliau terima dari Allah SWT. Sekali
lagi, syukur memang sebuah tingkatan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT. Allah menyukai
orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada-Nya.

Mudah-mudahan kita semua selalu diberi-Nya kemudahan untuk bersyukur kepada Allah
SWT dan dicatat sebagai hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Semoga pula kelak di akherat
kita semua akan dukumpulkan dengan para syakirin. Amin, amin ya rabbal ‘alamin.
‫اآلمنِي َ‪َ ،‬وأ ْد َخلَنَا وإِيَّاكم فِي ُز ْم َرةِ ِع َبا ِد ِه ال ُمؤْ ِمنِيْ ََ ‪ :‬أعوذ‬
‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِم ََ الفَائِ ِزي َ ِ‬
‫باهلل م َ الشيطاْ الرجيم‪ ،‬بسم هللا الرحم َ الرحيم‪ :‬يَا أَيُّ َها الَّذِي ََ آ َمنُوا اتَّقُوا َّ‬
‫اَّللَ َوقُولُوا‬
‫قَ ْو ًَ َ‬
‫سدِيدًا‬
‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِك ْي ِم‪ .‬إنّهُ تَعاَلَى‬
‫آْ العَ ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َع ِن ْي َو ِإيّا ُك ْم ِباآليا ِ‬‫با َ َر َك هللاُ ِل ْي َولك ْم فِي القُ ْر ِ‬
‫َج ّواد َك ِريْم َم ِلك َب ٌّر َرؤ ُْوف َر ِحيْم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫لى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأ َ ْْش َهدُ أ َ ْْ ََ اِلَهَ ِإََّ هللاُ َوهللاُ َو ْحدَهُ ََ‬
‫ش ْك ُر لَهُ َع َ‬ ‫سانِ ِه َوال ُّ‬ ‫لى ِإ ْح َ‬ ‫ا َ ْل َح ْمدُ هللِ َع َ‬
‫ص ِّل َعلَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا‬ ‫إلى ِرض َْوانِ ِه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى َ‬ ‫ع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫س ِيّدَنَا ُم َح َّمدًا َ‬ ‫ْش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْْش َهدُ َّ‬
‫أْ َ‬
‫س ِلّ ْم ت َ ْس ِل ْي ًما ِكثي ًْرا‬
‫ص َحا ِب ِه َو َ‬‫ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ َ ْ‬
‫اس اِتَّقُوهللاَ فِ ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّْ هللاَ أ َ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر بَدَأ َ فِ ْي ِه ِبنَ ْف ِس ِه‬ ‫أ َ َّما بَ ْعدُ فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫صلُّ ْوا‬ ‫لى النَّ ِبى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْ ََ آ َمنُ ْوا َ‬ ‫صلُّ ْوَْ َع َ‬ ‫َوثَـنَى ِب َمآل ئِ َكتِ ِه ِبقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّْ هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫س ِلّ ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‬ ‫س ِيّدِنا َ ُم َح َّم ٍد ‪َ .‬علَ ْي ِه َو َ‬‫س ِلّ ْم َو َعلَى آ ِل َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َ‬ ‫الل ُه َّم َ‬
‫ع َمر‬ ‫الرا ِْش ِديْ ََ أ َ ِبى َب ْك ٍر َو ُ‬ ‫اء َّ‬ ‫ض اللّ ُه َّم َ‬
‫ع ِ َ اْل ُخلَفَ ِ‬ ‫ار َ‬ ‫س ِل َك َو َمآل ِئ َك ِة اْل ُمقَ َّر ِبيْ ََ َو ْ‬ ‫َو َعلَى ا َ ْنبِيآ ِئ َك َو ُر ُ‬
‫ض‬ ‫ار َ‬ ‫اْ اِلَىيَ ْو ِم ال ِدّي ِْ َ َو ْ‬ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعيْ ََ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعيْ ََ لَ ُه ْم بِا ِْح َ‬
‫س ٍ‬ ‫ع ْ َ بَ ِقيَّ ِة ال َّ‬‫عثْ َماْ َو َع ِلى َو َ‬ ‫َو ُ‬
‫اح ِميْ ََ‬‫الر ِ‬ ‫َعنَّا َمعَ ُه ْم بِ َر ْح َمتِ َك يَا أ َ ْر َح َم َّ‬
‫ت الل ُه َّم أ َ ِع َّز‬‫ت اَََ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َواََْ ْم َوا ِ‬ ‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْ ََ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِم ِنيْ ََ َواْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬
‫ص َر ال ِدّيْ ََ‬ ‫ص ْر َم ْ َ نَ َ‬ ‫ص ْر ِعبَادَ َك اْل ُم َو ِ ّح ِديَّةَ َوا ْن ُ‬ ‫ش ِْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْ ََ َوا ْن ُ‬ ‫اْ ِإل ْسالَ َم َواْل ُم ْس ِل ِميْ ََ َوأ َ ِذ َّل ال ّ‬
‫عنَّا اْلبَالَ َء‬ ‫اخذُ ْل َم ْ َ َخذَ َل اْل ُم ْس ِل ِميْ ََ َو دَ ِ ّم ْر أ َ ْعدَا َء ال ِدّي ِْ َ َوا ْع ِل َك ِل َماتِ َك إِلَى يَ ْو َم ال ِدّي ِْ َ‪ .‬الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َ‬ ‫َو ْ‬
‫ط ََ َع ْ َ بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِلم َح ََ َما َ‬ ‫الزََ ِز َل َواْ ِلم َح ََ َو ُ‬ ‫َواْ َلوبَا َء َو َّ‬
‫آلخ َرةِ‬ ‫سنَةً َوفِى اْ ِ‬ ‫سائِ ِر اْلبُ ْلدَا ِْ اْل ُم ْس ِل ِميْ ََ عآ َّمةً يَا َربَّ اْل َعالَ ِميْ ََ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى الدُّ ْنيَا َح َ‬ ‫صةً َو َ‬ ‫خآ َّ‬
‫اإْ لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون ََّ َ ِم ََ اْل َخا ِس ِريْ ََ ‪.‬‬ ‫سنَا َو ْ‬ ‫ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ‬ ‫ار‪َ .‬ربَّنَا َ‬ ‫اب النَّ ِ‬‫عذ َ َ‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫َح َ‬
‫شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْل َب ْغي‬ ‫بى َو َي ْن َهى َع ِ َ اْلفَ ْح ِ‬ ‫ْتآء ذِي اْلقُ ْر َ‬ ‫اْ َو ِإي ِ‬ ‫س ِ‬ ‫ِع َبادَهللاِ ! ِإ َّْ هللاَ َيأ ْ ُم ُرنَا ِباْل َع ْد ِل َواْ ِإل ْح َ‬
‫لى نِعَ ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أ َ ْكبَ ْر‬ ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْوَْ َوا ْذ ُك ُروا هللاَ اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْْش ُك ُر ْوهُ َع َ‬ ‫يَ ِع ُ‬

‫‪Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta‬‬

Anda mungkin juga menyukai