Anda di halaman 1dari 3

Bersyukur itu kunci kesuksesan: Tafsir ayat syukur

Surat Ibrahim ayat 7:

‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي‬
‫لَ َش ِدي ٌد‬

Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian


memaklumatkan, “Sesungguhnya jika kalian
bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepada kalian; dan jika kalian
mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Konteks ayat ini adalah menceritakan bangsa


Yahudi, kaum yang paling banyak mendapat nikmat dari Allah namun mereka jugalah kaum yang
paling tidak pandai bersyukur. Allah menceritakan tentang Nabi Musa ketika ia mengingatkan
kaumnya kepada hari-hari yg mereka alami dan nikmat-nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada mereka.
Yaitu ketika Allah menyelamatkan mereka dari cengkeraman Fir’aun dan para pengikutnya, serta dari
siksaan dan penghinaan yang mereka alami. Fir’aun menyembelih anak laki-laki mereka yang
dijumpainya, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka, lalu Allah menyelamatkan
mereka dari semuanya itu. Hal tersebut merupakan nikmat yang paling besar. Tetapi sayang, bangsa
Yahudi melupakan semua nikmat yang Allah berikan. Mereka menjadi bangsa yang kufur nikmat.

Maka Allah ingatkan Nabi Muhammad dan umat beliau untuk pandai-pandai bersyukur. Jangan
meniru kesalahan bangsa Yahudi. Inilah konteks surat Ibrahim ayat 7 di atas.

Ibn Katsir dalam kitab Tafsirnya menyodorkan kisah nyata sebagai implementasi ayat di atas:

“diriwayatkan oleh Imam Ahmad al-Musnad ada seorang pengemis yang diberi sebutir kurma oleh
Nabi, namun pengemis tersebut menolak karena merasa pemberian itu hanya sebutir biji kurma.
Datang pengemis lain, Nabi berikan sebutir biji kurma. Terdengar ucapan terima kasih dan rasa syukur
mendapat pemberian dari Nabi meski hanya sebutir kurma. Mendengar rasa syukur pengemis kedua
ini, maka Nabi tambahkan 40 dirham untuknya.”

Orang yang bersyukur adalah orang yang tahu berterima kasih. Bukan sekedar banyak atau sedikitnya
rejeki yang kita peroleh, tapi renungkan sejenak: yang memberi kita rejeki itu adalah Sang Maha
Agung. Ini saja sudah pantas membuat kita bersyukur karena sedikit atau banyak kita masih
diperhatikan dan diberi rejeki oleh Allah swt. Alhamdulillah

1. Orang yang bersyukur akan jauh lebih produktif.

Kenapa? Karena mereka tahu memanfaatkan resources dan peluang yang ada. Orang yang selalu
mengeluh akan menghabiskan waktunya menyesali diri. Berlama-lama dalam nestapa membuat kita
tidak siap menangkap peluang berikutnya. Tidak bisa move on. Orang yang bersyukur akan
memanfaatkan apa yang dimiliki saat ini, sekecil apapun itu, sebagai bekal untuk terus maju.

2. Orang yang bersyukur itu lebih bahagia dan optimis.

Sementara orang yang pesimis akan sibuk meratapi kegagalan dan nyinyir akan kesuksesan orang lain,
orang yang pandai bersyukur emosinya akan lebih stabil, sigap mencari solusi, melokalisir persoalan
bukan melebarkannya kemana-mana, dan taktis mengatur strategi. Dengan segala keterbatasannya,
orang yang bersyukur akan membuat skala prioritas.
Siapapun tidak akan suka dengan orang yang selalu mengeluh, dan kalau dia punya problem seolah
hanya dia satu-satunya di dunia orang yang punya masalah, dan semua orang harus memperhatikan
masalahnya. Orang seperti ini tidak akan produktif berkarya, dan tidak akan bertambah nikmat dari
Allah.

3. Bersyukur itu manfaatnya akan kembali kepada kita.

Al-Qur’an sudah memberi sinyal yang teramat jelas:

‫َولَقَ ْد آتَ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ أَ ِن ا ْش ُكرْ هَّلِل ِ ۚ َو َم ْن يَ ْش ُكرْ فَإِن َّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِه ۖ َو َم ْن َكفَ َر فَإ ِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد‬

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Dalam hadis Qudsi : Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang pertama dari kalian dan yang
terakhir dari kalangan umat manusia dan jin semuanya berdiri di suatu lapangan, kemudian mereka
meminta kepada-Ku, lalu Aku memberi kepada setiap orang apa yang dimintanya, tiadalah hal itu
mengurangi kerajaan-Ku barang sedikit
pun, melainkan sebagaimana
berkurangnya laut bila dimasukkan sebuah
jarum ke dalamnya.

Perbendaharaan Allah amat luas.


Bersyukur pada pemberianNya itu tidak
akan menambah sesuatupun di sisiNya,
tapi justru akan menambah rahmatNya
untuk kita. Kita yang membutuhkan
syukur, bukan Allah Swt.

Khutbah 2 :

ْ‫ َم ن‬،‫ت أَ عْ َم ال َِن ا‬ِ ‫ش ُر ْو ِر أَ ْن فُ سِ َن ا َو ِم ْن َس ِّي َئ ا‬


ُ ‫اهلل ِم ْن‬
ِ ‫وذ ِب‬ ُ ‫إِ نَّ ْال َح ْم َد هَّلِل ِ َن حْ َم ُد هُ َو َن سْ َت ِع ْي ُن ُه َو َن سْ َت ْغ فِ ُر ْه َو َن ُع‬
‫ك لَ ُه‬ َ ‫ َو أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِ لَ َه إِ الَّ هللاُ َو حْ دَ هُ الَ َش ِر ْي‬. ‫ي لَ ُه‬
َ ‫ُض لَّ لَ ُه َو َم ْن يُضْ لِ ْل َف الَ َه ا ِد‬ ِ ‫َي ْه ِد ِه هللاُ َف الَ م‬
‫ أَ مَّا َب عْ ُد ؛‬.ِ‫ص حْ ِب ه‬ َ ‫الس الَ ُم َع لَ ى م َُح َّم ٍد َو َع لَ ى آل ِِه َو‬
َّ ‫الص الَ ةُ َو‬ َّ ‫ َو‬. ‫َو أَ ْش َه ُد أَ نَّ م َُح م ًَّد ا َع ْب ُد هُ َو َر ُس ْو لُ ُه‬

Hadirin Jamaah Jumat rohimakumullah….

Allah berfirman dalam QS al-Baqarah: 152

‫فَ ْاذ ُكرُونِي أَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َواَل تَ ْكفُرُو ِن‬

“Ingatlah kepadaKu, niscaya Aku ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaKu, dan jangan kufur (dari
nikmatKu).”

Konsep syukur yang begitu dahsyat di atas, sayangnya begitu tiba ditengah-tengah kita menjadi
dipalingkan maknanya. “Syukurin loe!” walhasil kata “syukur” berubah menjadi negatif, seolah
bersyukur itu sama dengan mengejek kegagalan orang lain. Kita seolah mensyukuri kegagalan orang
lain. Mungkin ini sebabnya kita sulit menjadi bangsa yang maju karena kita keliru menerapkan makna
syukur.
Kita diperintah oleh Tuhan untuk menyebarkan nikmat yang kita peroleh sebagai tanda syukur (QS. al-
Duha: 11). Dengan menyebarkannya, maka kita telah berbagi kebahagiaan dan energi positif ini akan
menular kepada orang lain.

Tahadduts bin ni’mah ini berbeda dengan ujub, kesombongan diri atau sekadar pamer, karena niat
dan tujuannya berbeda sama sekali. Apalagi, bersyukur itu tidak harus menunggu nikmat yang ‘ruaarr
biasa’ (seperti kalau kita mau pamer atau menyombongkan diri). Apa yang kita raih, sekecil apapun,
patut disyukuri, dan diceritakan (dengan penuh rasa syukur).

Do not underestimate what you already have (Jangan meremehkan apa yang anda miliki). Dalam
bahasa agama, alhamdulillah ‘ala kulli hal (Puji Tuhan dalam segala kondisi)

Tapi, alih-alih menebar energi positif, mengapa kita jutsru sering mendapati reaksi negatif dari mereka
yang menerima berita baik tentang kita? Inilah penyakit kronis SMS (Senang Melihat orang lain Susah
dan Susah Melihat orang lain Senang) yang harus kita lawan. Mau diartikulasikan sedemikian rupa dan
mau ditutupi dengan kata-kata bersayap sekalipun, orang lain bisa merasakan kok, bagaimana reaksi
negatif yang kita lontarkan.

Jadi, apa jalan keluarnya? Sederhana saja. Rasul mengingatkan, “Perumpamaan kalian dalam hal kasih
sayang itu bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan, maka sekujur badan
akan merasakan panas dan demam” (HR Muslim). Mafhum mukhalafahnya ialah kalau ada anggota
tubuh yang senang, maka sekujur tubuh juga seharusnya senang!

Karena itu, saran saya, kalau ada kawan yang dapat kenikmatan atau dapat rezeki, maka kita pun
sebaiknya segera ikut bersujud syukur. Cara praktis ini bukan saja akan memadamkan penyakit hati,
seperti iri hati dan dengki terhadap rezeki orang lain, tapi juga menebarkan energi positif.

“Ente yang dapat rezeki, ane bakalan ikut sujud syukur berterima kasih pada Tuhan yang telah
memberi ente kenikmatan tersebut. Ente bertahadduts bin ni’mah, ane bersujud syukur. Sekarang,
rasakan ademnya hati kita semua. Subhanallah!”

Imam al-Ghazali juga memgingatkan kita semua bahwa cara bersyukur kepada Allah itu lewat hati,
dengan lisan dan dengan amal perbuatan. Mari kita memaafkan kesalahan hari kemarin, bersyukur
pada apa yang diraih hari ini, dan berdoa untuk masa depan yang lebih baik. Itulah cara
menyempurnakan hidup menujuNya agar kita selalu menjadi hambanya yang bersyukur.

‫ب‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع َق ِر ْي‬ ِ ‫ت األَ ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َو ْاألَ ْم َوا‬
َ ‫ت إِ َّن َك‬ ِ ‫ت َوا ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوا ْل ُم ْسلِ َما‬ِ ‫اغف ِْر لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َوا ْل ُم ْؤ ِم َنا‬
ْ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ان َواَل ت َْج َع ْل فِ ْي قُلُ ْوبِنَا ِغاًّل لِلَّ ِذيْنَ آ َمنُوا َربَّنَا إِنَّ َك‬ َ َ‫ َربَّنَا ا ْغفِ ْر لَنَا وَإِل ِ ْخ َوانِنَا الَّ ِذيْن‬: ,ِ‫ال َّد َع َوات‬
ِ ‫سبَقُ ْونَا بِاإْل ِ ْي َم‬
ْ ‫َر ُءوفٌ َر ِحي ٌم ; َربَّنَا ه َْب لَنَا ِمنْ أَ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعيُ ٍن َو‬
‫اج َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِيْنَ إِ َما ًما‬

ً‫سنَة‬
َ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح‬

‫سنَةً َوقِنَا‬
َ ‫َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح‬

َ ‫َع َذ‬
‫اب النَّار‬

Anda mungkin juga menyukai