Anda di halaman 1dari 2

CARA BERSYUKUR AKAN SEGALA NIKMAT

ِ ‫ْـــــــــــــــــــــم هَّللا ِ الرَّحْ ٰ َم ِن الر‬


‫َّحيم‬ ِ ‫بِس‬

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َواِ ْذ تَا َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َشكَرْ تُ ْم اَل َ ِز ْي َدنَّـ ُك ْم َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذا بِ ْي لَ َش ِد ْي ٌد‬

wa iz ta-azzana robbukum la-ing syakartum la-aziidannakum wa la-ing kafartum inna 'azaabii lasyadiid

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat
berat.""

(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

Peringatan Allah di atas bisa disimpulkan

1. Jika bersyukur maka Allah akan tambah

2. 2. Jika mengingkarinya atau tidak pandai mensyukurinya maka Nikmat itu akan akan menjadi Azab
semata.

Bersyukur kepada Allah itu ada tiga cara, yaitu bersyukur dengan hati, dengan lisan, dan bersyukur
dalam sikap perilaku (perbuatan) :

1. Bersyukur dengan hati

Bersyukur di dalam hati ialah dengan cara membentuk keyakinan dan keinginan dalam diri untuk
menjalani kebajikan-kebajikan yang telah diperintahkan dan tidak gampang memperlihatkan bentuk
nikmat yang telah Allah berikan padanya terhadap setiap orang.

2. Bersyukur dengan lisan

Adapun syukur dengan lisan yaitu dengan memperbanyak puji syukur kepada Allah sambil membaca
Alhamdulillah.
3. Bersyukur dalam dalam sikap prilaku (Perbuatan)

Adapun bersyukur dalam bentuk sikap tingkah laku dan perbuatan adalah dengan menjadikan nikmat-
nikmat yang telah Allah berikan padanya sebagai sarana amal ibadah serta menjaga diri sedapat
mungkin dari tercebur dalam maksiat.

Ketahuilah…

Seseorang tidak dikatakan bersyukur selagi belum mampu menjadikan nikmat yang telah ia terima
sebagai sarana untuk mahabbah (mencintai Allah) bukan untuk kesenangan-kesenangan yang bersifat
pribadi, bila ia menjadikan nikmatNya justru sebagai sarana terhadap hal-hal yang Allah murkai
sesungguhnya ia benar-benar telah mengkufuri nikmatNya sebagaimana bila ia menganganggurkan
nikmat tersebut karena artinya ia telah menyia-menyiakan kesempatan yang telah Allah berikan
padanya untuk menggapai kehidupan bahagia.

(Sumber: Syarh al-Hikam al-‘Athooiyyah hal 64 dan Mau’izhoh al-Mu’miniin Min Ihyaa ‘Uluum ad-Diin
I/420)

ٰ
َ ‫ال َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ﷺ اَللّهُ َّم‬
۞ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم ْ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫۞ َو َعلَى‬

𝒜𝓁𝓁𝒶𝒽𝓊𝓂𝓂𝒶 𝒮𝒽ℴ𝓁𝓁𝒾 𝒶𝓁𝒶𝒶 𝒮𝒶𝓎𝓎𝒾𝒹𝒾𝓃𝒶 ℳ𝓊𝒽𝒶𝓂𝓂𝒶𝒹

Anda mungkin juga menyukai