Anda di halaman 1dari 5

Mensyukuri Nikmat Mendatangkan Rahmat

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi wakhdahu laa syarikalah. Wassholatu


wassalamu ala man laa nabiyya ba’dah. Wa’ala aalihi wa ash
khabibi hudatul ummah. Waman tabi’ahum ilaa yaumil qiyamah.
Amma Ba’du.

Kepada yang terhonnat para alim ulama, para pejabat


pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah,
para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Mengawali pertemuan ini, marilah kita panjatkan puji
syukur kehadirat kepada Allah swt. Tuhan sekalian alam.
Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad saw yang telah menunjukan
kita pada jalan yang lurus, jalan yang menuju kebahagiaan dan
keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Saudara, hadirin dan hadirat sekalian yang saya
muliakan.
Bersyukur menjadi sebuah kewajiban bagi kita, sebagai
orang yang beriman. Karena tak ada barang sedetikpun dari
hidup yang kita lalui terlepas dari nikmat Allah swt. Bukankah
setiap saat, setiap menit, bahkan setiap detik, kita selalu
memanfaatkan dan menikmati fasilitas serta anugerah Allah
swt. Tanpa anugerah dan fasilitas dari Allah itu, dapatkah
jantung kita berdetak, darah kita mengalir, mata kita melihat,
telinga kita mendengar? Betapa besar anugerah dan nikmat
Allah dari mulai yang terkecil sampai yang besar, dari yang
terlihat mata maupun yang tak terlihat, yang hanya dapat
dijangkau dan dijamah oleh rasa dan mata hati. Andai kita
mencoba untuk menghitung anugerah dan nikmat Allah, tentu
kita tidak akan mampu menghitungnya. Allah swt berfirman:

‫ص ْو َها اِۗ َّن ال ٰلّهَ لَغَ ُف ْوٌر َّر ِحْي ٌم‬


ُْ‫حُت‬ ‫اَل‬ ِ
‫ه‬ ٰ ‫واِ ْن َتعدُّوا نِعمةَ ال‬
‫ل‬
ّ َْ ْ ُ َ
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya
kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. (QS. An Nahl: 18)
Begitu besar dan banyaknya nikmat dan Karunia Allah
swt yang diberikan kepada kita, maka kita hanya dapat memuji
syukur, mensucikan dan mengagungkan atas kemaha besaran
dan kemaha murahan Allah swt, menfungsikan kenikmatan itu
menurut apa yang dikehendaki-Nya serta beribadah kepada-
Nya.
Ungkapan rasa syukur menjadi begitu penting yang harus
senantiasa ditumbuhkan dan dijaga dalam diri. Sebab dengan
bersyukur, kita akan selalu ingat kepada yang memberi, serta
untuk apa seharusnya kenikmatan itu digunakan. Sehingga kita
tidak salah dalam menggunakan kenikmatan yang telah
diberikan kepada kita. Yaitu menggunakan dan menfungsikan
kenikmatan dan anugerah Allah swt itu pada misi kebaktian dan
ketaatan sesuai dengan yang dikehendaki Allah, agar Ia ridha
dan semakin menambahkan anugerah dan kenikmatan kepada
kita.
Allah swt menegaskan dalam firman-Nya:
‫لَ ِٕى ْن َش َك ْرمُتْ اَل َ ِزيْ َدنَّ ُك ْم َولَ ِٕى ْن َك َف ْرمُتْ اِ َّن َع َذايِب ْ لَ َش ِديْ ٌد‬
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS.
Ibrahim: 7)

Ayat tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa sungguh


Allah akan menambah kenikmatan kepada orang yang mau
mensyukuri nikmat Allah swt yang telah dianugerahkan
kepadanya secara benar. Sungguh tak bermoral dan tak tahu
diri, orang yang tidak mau bersyukur kepada Allah swt. Apalagi,
sebagaimana telah kita ketahui bahwa sesungguhnya manfaat
dari sikap bersyukur itu akan kembali kepada orang yang
bersyukur itu sendiri, dan sedikitpun Tuhan tidak akan
mengambil keuntungan dan tidak pula mendapatkan kerugian
dari sikap hamba-Nya, apakah dia bersyukur atau bahkan justru
sebaliknya.
Oleh sebab itu, sebagai makhluk yang dha'if, kita harus
pandai-pandai bersyukur dan mengabdi serta beribadah hanya
kepada Allah swt selalu memohon pertolongan kepada-Nya.
Pengabdian dan penghambaan kita kepada-Nya harus
dilaksanakan dengan ikhlas hanya karena Allah swt semata.
Allah berfirman:
ِ ِ‫ومٓا اُِمر ْٓوا اِاَّل لِيعب ُدوا ال ٰلّه خُمْل‬
‫صنْي َ لَهُ الدِّيْ َن ەۙ ُحَن َفاۤءَ َويُِقْي ُموا‬ َ ُْ َ ُ ََ
‫ك ِديْ ُن الْ َقيِّ َم ۗ ِة‬ ِ َّ ‫الص ٰلو َة َويُْؤ تُوا‬
َ ‫الز ٰكو َة َو ٰذل‬ َّ
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan menunaikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus." (QS. Al Bayyinah: 5)
Dengan begitu, perasaan syukur itu tumbuh secara
dalam, yang selanjutnya akan merefleksi pada tingkat
kematangan ritual dan perilaku sosial dalam realitas kehidupan
sehari-hari.
Marilah kita terus menerus berusaha mensyukuri segala
nikmat dan karunia Allah yang telah dicurahkan kepada kita
dengan seoptimal mungkin. Kita gunakan umur kita, harta
benda kita, kesehatan dan kemampuan yang kita miliki untuk
berbakti kepada Allah, memberikan kemaslahatan pada diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bersyukur yang benar
sesuai dengan fungsi dan tujuan nikmat itu diberikan, yaitu
untuk ketaatan dan kebaktian kepada Allah. Secara tegas Allah
memberikan jaminan dengan memberikan tambahan anugerah
dan kenikmatan yang lebih baik, serta kelak memperoleh
kebahagiaan di akhirat dan terhindar dari siksa neraka.
Saudara, hadirin sekaliaan yang saya muliakan !
Demikianlah, pidato yang saya sampaikan pada
kesempatan kali ini, semoga kita bernar-benar menjadi muslim
yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Sehingga Dia akan
semakin menambah nikmat-Nya kepada kita, amin ya
rabbala'lamiin, akhirnya terima kasih atas perhatiannya dan
mohan maaf atas segala kesalahan dan kekhilafannya.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai