Anda di halaman 1dari 8

Hadirin yang berbahagia, 

pada kesempatan yang luar biasa ini, penceramah


memohon izin berdiri di sini untuk membawakan ceramah tentang bersyukur beserta

dalilnya. Mudah-mudahan ceramah tentang bersyukur yang penceramah bawakan

mengingatkan kembali kepada kita betapa pentingnya untuk selalu bersyukur.


Hadirin yang berbahagia, pernahkan Anda memuji Allah saat memperoleh rezeki
dari arah yang tidak terduga? Atau pernahkah Anda memuji Allah subhanahu

wata'ala saat berhasil melalui suatu kesulitan

Bila Anda pernah mengalaminya maka sesungguhnya apa yang Anda lakukan

hanyalah salah satu unsur dari perbuatan syukur. Mengapa demikian? Karena, syukur

yang ada di dalam ajaran Islam tidak hanya sekedar memuji Tuhan atas karunia yang

diberikan, akan tetapi lebih dari itu.

Lalu, sesungguhnya seperti apakah bersyukur yang sempurna menurut ajaran Islam?

Di dalam agama Islam, bersyukur itu tidak hanya diucapkan dengan lisan. Akan tetapi

bersyukur itu yang pertama adalah dengan hati, yang kedua dengan lisan, dan yang

ketiga adalah dengan perbuatan.

Bersyukur dengan hati adalah sadar dan mengetahui bahwa segala karunia yang kita
peroleh sesungguhnya berasal dari Allah subhanahu wata'ala, serta menyadari akan

nikmat-nikmat yang diberikan dan tidak melupakannya.


Bersyukur dengan lisan adalah memuji dan menyanjung Allah subhanahu wata'ala selaku

Tuhan yang memberikan nikmatnya kepada kita dengan mengucapkan kalimat tahmid.

Sedangkan bersyukur dengan anggota badan ialah merealisasikan kesyukuran kita

dengan melaksanakan ibadah dan amal shalih karena Allah semata.


Hadirin yang berbahagia, setelah kita mengetahui bahwasanya ternyata
bersyukur itu haruslah dengan hati, lisan dan perbuatan, maka sudahkah kita

melakukannya dalam kehidupan sehari-hari?

Faktanya, masih sedikit diantara kita yang benar-benar bersyukur kepada


Allah subhanahu wata'ala. Jangankan bersyukur dengan perbuatan, bersyukur dengan

hati dan lisan saja sangat jarang kita lakukan, apalagi dengan perbuatan
Di dalam Al-Quran, Allah subhanahu wata'ala telah berfirman :

‫ِي ال َّش ُك ْو ُر‬


َ ‫َو َقلِ ْي ٌل مِّنْ عِ َباد‬

Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur.

[QS. Saba’ ayat 13]

Pada ayat di atas, Allah sendiri yang menyatakan bahwa hamba-Nya yang banyak

bersyukur itu sangatlah sedikit. Dan memang demikianlah faktanya.

Buktinya masih banyak diantara kita yang lebih banyak mengeluhnya dibandingkan

ingat dan menyadari betapa banyak nikmat yang Allah berikan. Kita selalu menuntut ini

dan itu, mengeluhkan dan menyalahkan keadaan, sehingga lupa dan tidak sadar bahwa

Allah telah memberikan banyak hal kepada kita.

Apabila hati kita saja belum mampu menyadari nikmat-nikmat yang Allah berikan, lalu

bagaimana mungkin kita bisa bersyukur dengan lisan dan perbuatan?


Hadirin yang berbahagia, saya yakin dan berhusnudzon bahwa banyak diantara
kita adalah orang yang rajin beribadah dan senantiasa beramal sholih.

Tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita melakukan hal demikian adalah

dalam rangka bersyukur atas karunia yang Allah berikan?

Ataukah kita melakukannya karena hanya sebuah kebiasaan?

Atau bahkan mungkin kita melakukannya karena keterpaksaan?

Bila ibadah dan amal sholih yang kita jalankan adalah karena kesadaran dan

kesyukuran kita akan nikmat-nikmat dari Allah, maka pasti kita akan ringan dalam

menjalankannya bahkan penuh dengan rasa bahagia.

Sebaliknya, bila itu semua kita lakukan karena keterpaksaan maka kita akan berat

dalam menjalankannya.

Hadirin yang berbahagia, pada ceramah tentang bersyukur ini, penceramah ingin


membawakan sebuah kisah Bani Isroil di dalam surat Al-Baqarah.

Dikisahkan bahwa Bani Isroil adalah salah satu kaum yang diberikan banyak
kenikmatan oleh Allah subhanahu wata'ala.

Ketika Firaun mengejar dan hendak menyiksa mereka, Allah belahkan lautan untuk

mereka agar mereka bisa lolos dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Tatkala mereka

sudah berhasil menyeberangi lautan, Firaun dan bala tentaranya yang masih berada di

tengah lautan ditenggalamkan oleh Allah tanpa sisa.


Namun bukannya bersyukur, mereka malah melakukan perbuatan maksiat. Mereka

menyembah patung anak lembu yang dibuat oleh Samiri dari emas ketika Nabi mereka

yaitu Musa diutus oleh Allah untuk menerima Taurat selama empat puluh hari.

Karena perbuatan tersebut, Nabi Musa yang baru pulang menerima taurat tak kuasa

menahan amarah. Singkat cerita, Nabi Musa memerintahkan mereka untuk bertaubat
kepada Allah ta'ala. Oleh karena Allah Maha Menerima taubat, maka Allah menerima

taubat mereka agar mereka bersyukur.


Setelah kejadian tersebut, Nabi Musa ingin bertemu kembali dengan Allah ta'ala. Beliau

memilih tujuh puluh orang terbaik dari Bani Israil untuk bertemu Allah ta'ala. Namun,

ketika mereka mendengar percakan antara Nabi Musa dengan Allah mereka malah
mengatakan : "Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah

dengan jelas!" Ucap mereka dengan lancang.

Oleh karena perbuatan mereka yang lancang kepada Allah, maka Allah pun

menyambarkan halilintar kepada mereka hingga tewas. Atas permintaan Nabi Musa,

Allah hidupkan mereka kembali untuk memberinya kesempatan sekali lagi agar mereka

mau bersyukur.

Tidak sampai disitu saja nikmat yang Allah turunkan kepada mereka. Ketika mereka

kepanasan karena sengatan matahari, Allah juga memberikan naungan kepada mereka

agar mereka tidak kepanasan.

Selain itu, Allah juga turunkan “manna” dan “salwa” untuk makanan mereka agar

mereka tidak perlu repot-repot mengolah makanan. Dan tentunya masih banyak lagi

kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka selain yang barusan saya ceritakan.
Namun, lagi-lagi bukannya mereka bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut, mereka

malah kufur bahkan membunuh setiap para Nabi yang datang untuk membimbing

mereka. Akhirnya Allah pun murka kepada mereka. Allah juga menimpakan kehinaan

dan nista kepada mereka.

Hadirin yang berbahagia, dari kisah bani Isroil yang penceramah sampaikan,


ternyata disitu kita belajar bahwa Allah itu sangatlah baik kepada hamba-Nya. Bahkan

Allah banyak sekali memberikan kesempatan lagi dan lagi agar kita menyadari betapa

banyak nikmat yang telah Ia berikan. Hanya saja kita sebagai hamba-Nya lebih banyak

lupa dibandingkan ingat dan bersyukur atas kebaikan-Nya.


Hadirin yang berbahagia, salah satu tips yang hendak penceramah berikan agar
kita bisa senantiasa bersyukur adalah dengan melihat orang yang saat ini berada
dibawah kita. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫ َفِإ َّن ُه َأجْ دَ ُر َأنْ اَل َت ْزدَ رُوا نِعْ َم َة هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم‬،‫ظرُوا ِإلَى َمنْ ه َُو َف ْو َق ُك ْم‬
ُ ‫ َواَل َت ْن‬،‫ظرُوا ِإلَى َمنْ ه َُو َأسْ َف َل ِم ْن ُك ْم‬
ُ ‫ا ْن‬

Lihatlah orang yang ada di bawah kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian.

Karena sesungguhnya hal itu lebih pantas agar kalian tidak merasa kurang terhadap nikmat yang

Allah berikan.

[HR. Tirmidzi]

Bisa jadi dengan kita melihat orang yang saat ini sedang berada dibawah kita, kita

tersadar bahwa ternyata apa yang Allah berikan saat ini merupakan nikmat yang

banyak.
Setelah kita ingat dan tersadar, cobalah untuk mensyukuri nikmat tersebut dengan

memuji-Nya dan memperbanyak ibadah kepada-Nya. Agar nikmat yang saat ini telah

Allah berikan ditambah lagi oleh Allah dengan nikmat yang lebih melimpah.

Bisa jadi Allah tahan nikmat tersebut kepada kita karena Allah tidak mau bila kita

diberikan nikmat yang lebih banyak kita justru semakin ingkar, sombong, tidak puas,

dan juga tamak.

Di dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi

wasallam bersbada :

‫َمنْ لَ ْم َي ْش ُكر ْال َقلِ ْي َل لَ ْم َي ْش ُكر ْال َك ِثي َْر‬

Barang siapa yang belum mensyukuri nikmat yang sedikit, maka belum mensyukuri nikmat yang

banyak.

[Shahih Targhib]

Oleh karena itu hadirin yang berbahagia, syukurilah nikmat apapun yang Allah


berikan meskipun itu nikmat yang sedikit. Sadarilah bahwa apapun yang saat ini kita

peroleh dan kita capai adalah nikmat dari Allah subhanahu wata'ala. Jangan sampai kita

lupa dan lalai dari nikmat-nikmat tersebut, sehingga membuat hati kita lupa untuk

bersyukur.

Yang terakhir hadirin, pada materi ceramah tentang bersyukur ini, penceramah ingin

menyampaikan salah satu contoh teladan yang patut kita jadikan keteladanan dalam

bersyukur, yaitu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam


Beliau itu meskipun sudah diampuni dosa-dosanya oleh Allah subhanahu wata'ala akan tetapi

sangat luar biasa dalam menjalankan ibadah dan amal sholeh.

Suatu ketika beliau pernah melaksanakan shalat malam dengan waktu yang sangat lama hingga

kaki beliau membengkak. Padahal seandainya beliau itu tidak melakukan hal yang demikian

tetap saja dosa beliau juga sudah diampuni oleh Allah.

Ketika beliau ditanya mengapa melakukan hal demikian maka beliau pun menjawab :

َ ‫َأ َفاَل ُأحِبُّ َأنْ َأ ُك‬


‫ون َع ْب ًدا َش ُكورً ا‬

“Apakah tidak boleh jika aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”

Dari kisah tersebut dapat kita pahami bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi

wasallam melaksnakan ibadah dan amal sholeh adalah dalam rangka bersyukur kepada Allah

atas nikmat yang diberikan.

Oleh karena itu hadirin, sudahkah kita seperti beliau dalam mensyukuri nikmat-nikmat dari

Allah? Sudahkah kita bersyukur dengan hati, lisan dan perbuatan kita? Apabila belum mari kita

berusaha untuk senantiasa bersyukur atas nikmat apapun yang diberikan.

Demikian ceramah tentang bersyukur beserta dalilnya yang dapat penceramah sampaikan.

Semoga ceramah tentang bersyukur kepada Allah ini dapat menyadarkan kepada kita agar

senantiasa bersyukur kepada Allah ta’ala. Amin ya Robbal Alamin.

Kurang lebihnya penceramah mohon maaf. Akhirul kalam…

ِ ‫َواَل َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬


‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬
    

Anda mungkin juga menyukai