Anda di halaman 1dari 11

ْ ‫ق لِي‬

 ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّدي ِْن‬ ِّ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلل الَّ ِذيْ أَرْ َس َل َرسُوْ لَهُ بِ ْالهُدَى َو ِدي ِْن ْال َحـ‬
‫ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ا‬
‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل اله إِالَّ هللا َوأَ ْشهَ ُد‬، َ‫ْل ُم ْش ِر ُكوْ ن‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أله َوأَصْ َحابِ ِه‬ َ ‫اللهم‬.‫أَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
‫ أما بعد‬.َ‫أَجْ َم ِع ْين‬
‫فياعبادـ هللا أوصيك‬
‫م ونفسى بتقوى هللا فقد فاز المتقون‬
, ‫ اتقو هللا حق تقاته والتموتن أال وأنتم مسلمون‬   
 
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah

Diberikan kesempatan untuk hadir di majelis yang


mulia ini adalah sebuah kurnia yang wajib disyukuri.
Setidaknya nikmat iman dan kesehatan sekaligus
kita rengkuh pada Jumat siang ini. Karena tidak
sedikit saudara kita yang gagal menerima keduanya
sekaligus. Ada yang memiliki hasrat dan keinginan
kuat untuk berangkat ke masjid, tapi ternyata
terhalang kesehatan. Demikian juga kaum muslimin
diberikan kesehatan, namun tanpa keimanan
sehingga tidak berkenan menghadiri panggilan
shalat Jumat berjamaah ini. Oleh sebab itu mari
dua nikmat tersebut kita syukuri dengan
1
meningkatkan takwallah yakni menjalankan
perintah dan menjauhi yang dilarang Allah SWT.
 
Jamaah Jum’at yang Berbahagia

Materi khutbah kali ini merupakan penjabaran dari


istilah rahmat dalam Q.S. Az-Zumar ayat 53: 
       
        
        
Artinya: Katakanlah hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. 
 
Sebuah kisah yang berdasarkan pada hadits
Rasulullah SAW dari cerita Malaikat Jibril: Sungguh
dahulu pernah ada seorang hamba (abid) yang
tinggal seorang diri di sebuah gunung paling tinggi
di dunia. Begitu tingginya gunung itu, sehingga aku
(Jibril) sering melaluinya ketika hendak turun dari
langit melaksanakan titah dari Yang Maha Kuasa.
2
Gunung itu tidak begitu luas, tetapi cukup lengkap
persediaan bahan makanan dan buah-buahan, juga
air terjun yang menyegarkan. Hal itu
mempermudah abid menjaga perut dari
kekosongan dan memudahkannya berwudhu
sehingga selalu dalam keadaan suci. 
 
Di atas gunung yang sangat indah itu, abid hidup
selama lima ratus tahun. Ia tidak punya kegiatan,
selain beribadah, bermunajat, berdoa, dan tidak
pernah terlintas di benaknya untuk berbuat dosa
dan mendurhakai-Nya. Salah satu doa yang
dikabulkan Allah adalah permohonannya setiap
saat untuk mati dalam keadaan sujud. Demikianlah,
akhirnya abid meninggal dunia dalam usia lima
ratus tahun. 
 
Setelah kematiannya Allah berfirman
kepadanya: Wahai hamba, karena rahmat-Ku, kau
akan segera Aku masukkan ke dalam surga.
Mendengar pernyataan tersebut si abid berubah
mukanya, terkesan tidak terima. Karena ia merasa
bahwa amal dan ibadahnya selama lima ratus

3
tahun tanpa dosa-lah yang menyebabkan layak
masuk ke surga. Bukan semata karena rahmat-Nya.
 
Demikian protes abid kepada Allah SWT. Mengerti
dengan yang dimaksud si abid, maka segeralah
Allah menugaskan seorang malaikat untuk
menghitung dan menimbang seluruh amal dan
ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa yang
diandalkannya sebagai modal meraih surga.
Kemudian ditimbangnya amal tersebut dengan
rahmat pemberian-Nya. Ternyata rahmat Allah
yang diberikan kepada abid yang terdapat dalam
mata (termasuk di dalamnya kemampuan melihat)
saja jauh lebih berat nilainya dibandingkan dengan
ibadahnya selama lima ratus tahun. Belum nikmat
anggota badan yang lain, otak, kaki, tangan, dan
seterusnya. Maka sesuai dengan protes yang
diajukannya, Allah pun memerintahkan malaikat
untuk menyeret si abid ke dalam neraka. Karena
nilai amal dan ibadahnya jauh lebih ringan dari
pada rahmat yang terdapat pada mata. 
 
Hadirin Rahimakumullah

4
Ketika itulah si abid baru sadar ternyata
kebergantungannya pada amal tidak dapat
menyelamatkannya. Segera ia meminta ampunan
dan mengakui akan segala kesalahan dan
kesombongannya. Ia terlalu mengandalkan amal
ibadahnya dan mengabaikan rahmat-Nya.   
 
Untung saja Allah mengampuninya dan sekali lagi
menanyakan kepada si abid: Apakah engkau masuk
surga ini karena amalmu? Si abid menjawab: Tidak
ya Allah Tuhanku, sungguh ini semua karena
rahmat-Mu. 

Jamaah Jumat Rahimakumullah


 
Cerita di atas membuktikan betapa hidup manusia
sangat tergantung pada rahmat Allah SWT sebagai
pengatur alam jagad raya. Dia-lah yang
menentukan semuanya. Ia berhak melakukan
apapun kepada makhluk. Sebagai Sang Pencipta,
sebagai Sang Maha Kuasa, Dia bebas menyiksa dan
mengganjar siapa saja yang Ia mau. Tidak ada yang
dapat membatasi gerak-Nya. Ketundukan atau
5
kedurhakaan kita kepada-Nya tidaklah mampu
menggeser kekuasaannya walau sedikit pun. Oleh
karena itulah hidup semua makhluk ini sungguh-
sungguh tergantung pada rahmat-Nya, bukan pada
kesalihan amal ibadah kita. 

Hadirin Rahimakumullah
Oleh karena itulah, kita diajari sebuah doa yang
sangat masyhur:

 ‫ واغفر لنا ياهللا‬,‫ارحمنا ياهللا الن رحمتك أرجى لنا من جميع أعمالنا‬
‫الن مغفرتك اوسع من ذنوبنا‬ 
 
Irhamna ya Allah, lianna rahmataka arja lana min
jami’i a’malina. Waghfir lana ya Allah, lianna
maghfirataka  ausa’u lana min dzunubina. 
 
Artinya: Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-
Mu lebih kami harapkan dari pada semua amal
kami. Dan ampunilah kami, karena pengampunan-
Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kami.  
 
Begitulah hendaknya, manusia sebagai hamba yang
lemah tidak dibenarkan terlalu merasa aman
6
dengan amal ibadah yang telah kita kerjakan.
Karena hal itu tidak serta merta mampu
menyelamatkan kita. Karena keselamatan dan
pertolongan itu terkandung dalam rahmat-Nya.
Dengan kata lain, sungguh merugi jika manusia
merasa nyaman dengan tumpukan dan
penjumlahan amal yang telah dilakukannya, dengan
harapan amal dan ibadah itu akan
menyelamatkannya dari api neraka. 

Hadirin Hafidzakumullah

Sebuah kisah masyhur dari kitab Nashaihul


Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani tentang Imam
al-Ghazali.
Diceritakan bahwa hujjatul  Islam  tersebut tampak
dalam mimpi, maka ia ditanya: Apa yang Allah
lakukan kepadamu?  Lalu ia menjawab: Allah
membiarkanku di hadapan-Nya, kemudian Allah
berfirman: Kenapa engkau dihadapkan kepada-Ku,
apa yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali)
menyebutkan segala amal-ibadahku. Tapi Allah
menjawab: Sesungguhnya Aku tidak menerima
semua amal ibadahmu, kecuali satu amal pada
7
suatu hari ketika kamu membiarkan seekor lalat
hinggap di atas tintamu dan meminum tinta itu
dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya
karena kasihan kepada lalat itu. Kemudian Allah
berfirman: Wahai malaikat, bawalah hamba-Ku ini
ke surga. 
 
Hadirin yang Dirahmati Allah

Fragmen Al-Ghazali ini menunjukkan kepada kita


bahwa posisi rahmat Allah itu sangat rahasia. Ia
bisa terdapat bentangan amal kita yang tidak kita
ketahui persisnya. Beratus-ratus kitab karya Al-
Ghazali, bertahun-tahun ibadahnya, tetapi rahmat-
Nya malah terdapat di tinta pada ujung penanya?
Bukankah secara logika ratusan karya itu lebih
bernilai? Tidak demikian. Rahmat-Nya tidak dapat
dikalkulasi, diprediksi dan diperinci karena rahmat
itu adalah hak prerogatif milik-Nya. 
 
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
 
Oleh karena itulah tidak dibenarkan bagi kita untuk
menilai rendah sebuah amal ibadah. Walaupun itu
8
sekadar menghindarkan duri dari tengah jalan.
Karena bisa saja amal itu yang dirahmati Allah. Kita
tidak boleh meremehkan amal walau sekecil
apapun siapa tahu itulah yang akan
menyelamatkan kita di akhirat nanti. 
 
Bukankah Sayyidina Umar masuk surga karena
sekadar menyelamatkan burung pipit yang
dibelinya dari seorang anak kecil yang menyiksa
burung tersebut? Cerita ini kemudian diabadikan
dengan sebutan kitab Usfuriyah. Begitu sebaliknya.
Kita tidak dibenarkan pula menyombongkan amal
ibadah walau sebesar apapun amal tersebut.
Karena belum tentu amal itu mengandung rahmat-
Nya. 
 
Jamaah Jumat yang Disayangi Allah
 
Dalam konteks kekinian, rahmat Allah dapat saja
berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin
saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak
jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita,
atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan
lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya.
9
Walhasil, sekecil apapun amal itu tidak boleh kita
sepelekan. Hal ini tentunya akan mengajak kita
memandang fenomena akan lebih hati-hati dan
tidak mudah berburuk sangka atau su’udzan.
Janganlah kita mudah buruk sangka dan
memandang remeh kepada pekerjaan orang lain.
Tukang sayur yang mangkal setiap pagi, tukang jual
kue basah, tukang ojek dan tukang lain yang sering
kita nikmati jasanya tanpa kita kenal profilnya
dengan dekat. Bahkan seringkali mereka yang kita
jadikan kambing hitam, bisa jadi pekerjaan
merekalah yang mengandung rahmat Allah
dibandingkan pekerjaan kita. 
 
Akhirul kalam, bahwasanya manusia tidak boleh
berputus asa untuk terus memburu rahmat Allah,
karena sesungguhnya rahmat itu amat luasnya.
Hanya kebanyakan manusia tidak memahami
hikmah di balik itu semua. 

Demikianlah khutbah Jumat kali ini semoga


membawa banyak manfaat. Minimal meyakinkan
pada kita agar tidak mudah memandang remeh

10
‫‪pada amalan kecil maupun menganggap ringan dan‬‬
‫‪tak bermakna amal orang lain.‬‬
‫‪ ‬‬
‫هدانا هللا واياكم أجمعين‪ ,‬أقول قول هذا وأستغفر هللا العظيم لى ولكم‪   ‬‬
‫‪  ‬ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم‬
‫‪ ‬‬

‫‪11‬‬

Anda mungkin juga menyukai