Anda di halaman 1dari 2

MENGEMBANGKAN LAYAR Oleh : H. Sofyan Siraj Abdul Wahab, Lc.

MM Dewan Penasehat Ikatan DaI Indonesia (IKADI) Riau

Berbicara dakwah dalam islam berarti berbicara tentang kehidupan itu sendiri, karena bagi seorang muslim yang memahami agamanya dengan baik dan komprehensif ia akan menemukan dalam setiap langkah hidupnya ada beban dakwah yang mesti dipikul. Pembawa beban dakwah disebut sebagai daI, dimana dan saat kapanpun sang daI mesti mampu mendistribusikan kesholihannya kepada orang lain tanpa mengenal suku dan latar belakang social. Karena dakwah adalah setiap jenak kehidupan, berbicara, diam, dan berbuatnya seorang daI adalah dakwah. Dakwah yang diemban adalah risalah milik Tuhan seluruh alam, Sang Pemilik Kebenaran, dan Allah swt telah menjadikan kebaikan dan keburukan sebagai sunnahtullah yang mesti ada. Maka seorang daI harus memiliki kemampuan berjuang menegakkan kebenaran di dalam dirinya dan di tengah-tengah masyarakat. Seorang daI memiliki kesadaran penuh terhadap tugasnya dan konsekuensi yang akan ia terima sebagai resiko rencana. Namun resiko terbesar sekalipun tidak akan dapat menghentikannya. Begitu layar terkembang, perahu dakwah terus berlayar menuju tujuan amal islami walau ia tahu gelombang besar dan tajamnya karang akan siap merobek layar bahkan perahu mereka. Dakwah ibarat sebuah sumber mata air yang bebas dari kontaminasi serta siap membersihkan kotoran pada setiap kanal yang ia dilewati dan dakwah tidak akan mampu tegak sendirian kecuali dengan sinergi jiwa-jiwa yang ikhlas dan memiliki keberanian. Sinergi tersebut adalah sinergi dalam manhaj dan sinergi peran untuk mewujudkan tujuan dakwah itu sendiri. Untuk mewujudkan itu semua para duat mesti mengisi setiap pos-pos dalam kehidupan umat dan tidak bisa hanya berada pada satu pos. Masyarakat madani yang dibangun rasulullah saw di Madina adalah contoh yang bisa kita jadikan acuan untuk membangun umat kapan dan dimanapun daI berada, karena prinsip-prinsip sinergi yang telah beliau bangun, sehingga istilah ulama dan umara tidak kita temukan. Umara sekaligus juga ulama (dai) yang berjuang pada salah satu pos vital yang dimiliki umat. Sehingga politik hanya sebuah sarana dalam perjuanganuntuk tujuan dakwah itu sendiri. Sisi ekonomi adalah pos lain yang mesti dikuasai umat islam karena pos ini merupakan pos penting dalam perjuangan dakwah. Dan juga dalam bidang pengetahuan, sains dan teknologi umat islam harus ambil bagian. Kemunduran umat islam saat ini disebabkan pos-pos vital yang seharusnya dikuasai justru menjadi bagian yang terpisah dari dakwah. Ini adalah hasil karya musuh islam yang berhasil menukar singa menjadi kijang. Karena diakui atau tidak, saat ini merekalah

yang memimpin peradaban, mereka berhasil merubah tabiat islam dari subyek menjadi objek. Saudaraku, waktu yang berabad-abad sudah lebih dari cukup memberikan kepada kita pelajaran yang berharga tentang bagaimana bangkit dari berbagai keterpurukan. Sebab itu marilah kita bersatu membangun agama, masyarakat dan umat kita. Jangan mau terikat oleh wilayah teritorial dan konflik yang memang mereka pelihara. Saudaraku, para pemimpin umat islam diberbagai penjuru dunia jangan jual dirimu untuk tunduk kepada kaum imprealis kerena mereka tidak akan pernah menguntungkan kita sampai kapanpun yang ada hanya kepentingan mereka semata. Nah, untuk menjadi pemimpin dunia kita membutuhkan jiwa-jiwa yang cerdas, jiwa-jiwa yang merdeka, jiwa yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt semata. Dan salah satu isi pokok ajaran islam adalah mengajarkan tentang kemerdekaan jiwa, suatu hal yang mustahil kita meminta kemerdekaan kepada orang yang sesungguhnya terjajah. Bukankah ajaran agama kita mengajarkan untuk tegas kepada pelaku kebathilan? Yang haq selamanya akan menjadi haq tidak bisa di campur adukkan dengan kebathilan, amar maruf dan nahy mungkar harus ditegakkan. Seorang daI jangan memposisikan dirinya sebagai seorang bayi yang disukai oleh semua orang. Islam tidak mengajarkan kekerasan tetapi islam juga mengajarkan untuk tidak kompromi dengan kemaksiatan. Hanya takut popularitas anjlok, prisdip asasi dalam dakwah diabaikan, ini malah akan melahirkan bentuk kemaksiatan baru. Dakwah adalah sunnah nabi saw, inti dari dakwah adalah perubahan dan perubahan hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya kecerdasan. Untuk itu self develovement mesti dilakukan setiap saat. Karena menurut rasulullah saw seorang muslim yang ideal adalah muslim yang selalu memperbaiki diriagar dapat sedekat mungkin dengan kebenaran.pengembangan diri adalah suatu keniscayaan bagi seorang dai. pengembangan itu sendiri meliputi segala potensi yang ada dalam diri setiap kita yaitu : aqliyah (intelektual), ruhiyah (emosi dan jiwa), jasadiyah (fisik dan ekonomi). Dan tiga hal ini bukanlah suatu pilihanakan tetapi suatu yang berjalan beriringan satu sama lain. Karena jika hanya akal yang kita tonjolkan maka akan lahir firaun-firaun baru dengan penuh kesombongan, begitu juga jika kita hanya menonjolkan jiwa (ibadah mahdho) tak ubahnya kita seperti rahib-rahib Yahudi yang selalu mengurung diri. Kita akan menjadi qorun jika hanya mengumpulkan harta. Pribadi yang sempurna adalah pribadi yang mengembang seluruh potensi yang dianugrahkan kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai