Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar . Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-
Sajdah (32) :24)
Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang
akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah
suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah
pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“
Sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama Islam muncul di muka bumi, para nabi dan rasul
telah diutus untuk menyampaikan wahyu Alloh SWT dan syari’at-Nya kepada umat
manusia.Para rasul itu adalah orang-orang terpilih dari kalangan pemuda.Di antara mereka ada
yang diberi kemampuan luar biasa dalam berargumen dan berdebat, sebelum usianya genap
delapan belas tahun.
Nabi Ibrahim a.s., misalnya, seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an, adalah pemuda yang sering
berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan kepada patung-patung yang tidak dapat
bicara, memberi manfaat dan mudharat (QS Al-Anbiya:60-67). Kita juga ingat kisah Ashabul
Kahfi – yang tergolong pengikut Nabi Isa a.s. Mereka adalah anak-anak muda yang menolak
kembali agama nenek moyang mereka, menolak menyembah selain Alloh SWT. Mereka
bermufakat mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu gua, karena jumlah
mereka relatif sedikit yakni tujuh orang di antara masyarakat penyembah berhala. Fakta sejarah
ini terekam jelas dalam Al-Qur’an surat Al Kahfi ayat 9-26, yang di antaranya :
Demikian keadaan dan peran golongan pemuda. Kiprah mereka telah terukir indah dalam tinta
emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi besar suatu kehidupan. Terlebih
kelompok pemuda seperti mahasiswa; karena, selain diharapkan oleh umat, peranan mereka
pun sangat didambakan oleh kelompok masarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke arah
yang lebih baik. Posisi mereka sebagai “mahasiswa” memang menjadi peluang bagi mereka
untuk mengembangkan potensi sebesar-besarnya. Tidak heran jika perubahan sosial politik
diberbagai belahan dunia dipelopori oleh gerakan pemuda-mahasiswa. Sebagian sahabat yang
menyertai Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam – yang akhirnya berhasil menguasai
lebih dari dua pertiga belahan bumi – adalah para pemuda yang menjadi murid (mahasiswa)
Rasulullah SAW.
Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kahidupan manusia yang paling optimal. Dengan
kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda-mahasiswa memiliki
potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainya. Kepekaan yang tinggi
terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda mahasiswa. Pemikiran kritis mereka sangat
didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan
(agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka
juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat
estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak,
bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini.
Namun, potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam; ketajamannya tidak
menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang yang menggenggam pedang itu-
lah yang menentukannya. Pedang yang tajam terkadang digunakan untuk menumpas kebaikan
dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Sebaliknya, jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab, ketajaman pedang itu akan
membawa manfaat. Demikian juga dengan potensi mahasiswa. Potensi yang begitu hebat itu
bisa dipergunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan
dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-mahasiswa yang berjasa
menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang
mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan
kehidupan.
Jadi, potensi yang dimiliki oleh pemuda-mahasiswa haruslah diarahkan untuk menyokong dan
mempropagandakan nilai-nilai kebaikan. Seorang mahasiswa muslim tentunya akan berada di
garis depan untuk membela, memperjuangkan, dan mendakwahkan nilai-nilai Islam. Seorang
mahasiswa muslim tidak layak hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan di tengah
kemunduran umat yang sangat memprihatinkan ini. Seorang mahasiswa muslim jangan sampai
menjadi penghalang kemajuan Islam dan perjuangan kaum muslimin. Na’udzubillah.
Kita akui, pengaruh sistem kehidupan yang berlaku dalam suatu kurun kehidupan sangat
berpengaruh terhadap pemahaman dan perilaku manusia yang hidup pada zaman tersebut. Hal
ini berlaku pula bagi pemuda-mahasiswa. Format kehidupan mahasiswa sekarang, sedikit
banyak telah terpengaruh oleh sistem kehidupan yang berlaku sekarang, yaitu sistem demokrasi
kapitalis.
Kalau memperhatikan apa yang terjadi di kampus-kampus di negeri ini, secara umum, paling
tidak kita akan menemukan adanya beberapa kelompok mahasiswa muslim yang pemahaman
dan kecenderungannya relatif berlainan. Citra dan cita-cita mereka juga relatif berbeda sesuai
dengan landasan pemikiran yang mendasarinya.
Kelompok pertama adalah mereka yang merasa tidak puas dengan kondisi sekarang, lalu
melakukan berbagai perubahan. Mereka melihat bahwa sistem kehidupan yang berlaku
sekarang hanya melahirkan penderitaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan. Arah
perubahan yang mereka inginkan ada yang tidak terlepas dari format ideologi kapitalis, ada juga
yang terpengaruh ideologi sosialis.
Kelompok kedua adalah mereka yang acuh terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Yakni,
mereka yang tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat. Bagi mereka yang
penting selamat.
Kelompok ketiga adalah mereka yang ‘terbius’ sehingga terjerat dan terjerumus dalam bejatnya
sistem kehidupan masa kini. Sistem kapitalis yang mengagung-agungkan materi, telah
mencabut niali-nilai kehidupan lainnya, baik nilai-nilai akhlaq, kemanusiaan, dan kerohanian
(agama). Korban-korban sistem ini sudah cukup bergelimpangan.
Kelompok keempat adalah kelompok pemuda-mahasiswa yang peduli lingkungan dan sadar
akan kerusakan dan kebrobokan sistem yang ada akibat tidak diberlakukannya aturan Islam
dalam realitas kehidupan.Dengan pemahaman terhadap kenyataan seperti itu, disertai
pendalaman terhadap tsaqofah Islam, mereka melakukan perjuangan dakwah, menyeru umat
untuk kembali kepada Islam. Meskipun jumlahnya tidak terlampau besar, peranan mereka
sangat diharapkan umat untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat ke arah yang
Islami.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka”. (QS. At-Taubat : 111).
Berangkat dari fenomena diatas, HMI Komisariat STAI SYAMSUL ULUM Cabang Sukabumi,
bermaksud mengadakan kegiatan Basic Training (LK I), dengan mengangkat
tema“Rekonstruksi pemikiran dan reposisi jati diri HMI; Upaya Membentuk Kader
tercerahkan”
NAMA KEGIATAN
Kegiatan ini bernama Latihan Kader (LK) 1 Basic Training Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Komisariat STAI Syamsul ‘Ulum Tahun 2017.
TEMA KEGIATAN
Adapun tema kegiatan ini, adalah:
“Rekonstruksi pemikiran dan reposisi jati diri HMI; Upaya Membentuk
Kader tercerahkan”
TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Tujuan Umum
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
2. Tujuan Khusus
a. Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis
b. Adanya kesadaran akan fungsi dan peranannya dalam berorganisasi
c. Adanya kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai kader umat dan kader bangsa
TARGET KEGIATAN
1. Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
(menjalankan ibadah secara baik, teratur dan rutin)
2. Mampu meningkatkan kemampuan akademis (IPK) meningkat
3. Memiliki kesadaran akan tanggungjawab keumatan dan kebangsaan (berperan dalam
kehidupan masyarakat : kampus, rumah, dll.)
4. Memiliki kesadaran berorganisasi (aktif dalam kegiatan organsasi, kepanitiaan, dll.)
MATERI KEGIATAN
1. Sejarah Perjuangan HMI
2. Konstitusi HMI
3. Mission HMI
4. Islam Universal
5. Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI
6. Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi (KMO)
7. Materi Tambahan yang relevan dengan tema kegiatan
METODE KEGIATAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
4. Studi Kasus
5. Simulasi
6. Cerita
PESERTA KEGIATAN
Peserta kegiatan ini berjumlah sekitar 50 orang, terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang
terhimpun melalui seleksi yang ditentukan panitia
Hilman Fauzan
Ketua Umum
MANUAL ACARA
LATIHAN KADER I (BASIC TRAINING) HMI
KOMISARIAT STAI SYAMSUL ‘ULUM TAHUN 2017
KESEKRETARIATAN
No. Uraian Jumlah
1 Kertas HVS 4 x @ Rp 40.000,- Rp. 160.000,-
2 Penggandaan Proposal 15 eks x @ Rp. 5000,- Rp. 75.000,-
3 Surat Menyurat Rp. 150.000,-
4 Sertifikat 50 x @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
5 Map 50 x @ Rp. 2.000,- Rp. 100.000,-
6 Name Tag 50 x @ Rp. 5.000 Rp. 250.000,-
Jumlah Rp. 985.000,-
AKOMODASI
No. Jenis Jumlah
1. Sewa Tempat 3 hari Rp. 4.500.000,-
3 Transportasi Rp. 500.000,-
Jumlah Rp. 5.000.000,-
KONSUMSI
No. Uraian Jumlah
1. Snack (Pembukaan) 50 x @ Rp. 5.000,- Rp. 350.000,-
2 Makan Peserta 3 hari x3 x 50 Orang x Rp.4.500.000,-
@Rp.10.000,-
3. Makan Panitia 3 hari x3 x 20 Orang x @ Rp. Rp. 1.800.000,-
10.000,-
Jumlah Rp. 6.650.000,-
REKAPITULASI ANGGARAN
No. Uraian Jumlah
1. Kesektariatan Rp. 985.000,-,-
2. Akomodasi Rp. 5.000.000,-
3. Konsumsi Rp. 6.650.000,-
4. Publikasi dan Dokumentasi Rp. 410.0000.-
Jumlah Rp. 13. 045.000.-
Tiga belas juta empat puluh lima ribu rupiah
SUSUNAN PANITIA
LATIHAN KADER I (BASIC TRAINING) HMI
KOMISARIAT STAI SYAMSUL ULUM
TAHUN 2017