Anda di halaman 1dari 19

SISTEM KADERISASI PMII

 
Terbentuknya pribadi Muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya
dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
(Tujuan PMII, Pasal 4 AD/ART)

I.        PENGANTAR

Sepanjang sejarah dunia, di bangsa manapun maupun keyakinan serta agama


apapun, selalu ada orang-orang unggul yang membimbing atau memimpin
masyarakatnya ke arah yang lebih beradab, lebih manusiawi, dan lebih maju
secara budaya, sosial dan ekonomi. Ada dari mereka yang tercatat dalam
halaman-halaman buku sejarah, yang lain hanya tersebut dalam cerita lesan,
dan ada pula yang bahkan tidak diingat-diketahui oleh siapapun. Di bangsa,
keyakinan atau agama mereka masing-masing, mereka adalah kader.

Di antara mereka ada yang menjadi tokoh utama sejarah, ada tokoh kedua, ada
tokoh ketiga dan seterusnya. Namun yang pasti, kader-kader itu mewakili
sebuah keyakinan bahwa adalah tugas manusia untuk mendorong atau menarik
masyarakat dan bangsanya menuju arah yang lebih maju dan beradab. Bukan
hanya meyakini tujuannya, mereka juga bergerak melakukan sesuatu. Bukan
pula hanya asal melakukan sesuatu, mereka melakukan sesuatu berdasar pada
pengetahuan dan keawasan membaca situasi zaman. Mereka melakukan
sesuatu dengan sebuah keyakinan, pengetahuan dan ketrampilan yang handal.

Perlu rupanya kita membuka lagi buku sejarah Islam, sejarah bangsa Yahudi,
dan umat Kristiani untuk mengaca bagaimanakah kader-kader itu. Atau kita
boleh simak bagaimana Amerika berdiri, Eropa berkembang, China dan Jepang
menjadi besar. Malah, harus kita baca dan dengarkan lagi perjuangan tokoh-
tokoh di Papua, Sulawesi, Jawa, Kalimantan dan Sumatera sejak zaman pra-
kolonial hingga pasca kolonial. Kita mesti menyimak semua itu untuk
mendapatkan gambaran historis bagaimanakah sosok kader, atau
bagaimanakah profil seorang manusia yang dididik di dalam lingkungannya
untuk sebuah tugas perjuangan.

PMII adalah salah satu lingkungan itu, sebuah lingkungan yang kecil.
Lingkungan lebih besar yang melahirkannya adalah NU, dan lingkungan lebih
besar lagi yang menjadi tempat hidup dan tidurnya adalah masyarakat dan
bangsa Indonesia. Dari semesta pengetahuan yang direguk PMII mengenai
situasi dunia, situasi bangsa dan situasi daerah, tidak berlebihan apabila PMII
bertekad mengadabkan,  memajukan dan memenangkan bangsanya. Dengan
tekad itu, PMII membutuhkan individu-individu yang tergerak untuk melakukan
sesuatu setelah melihat kenyataan bangsa.

Namun karena individu-individu semacam itu jarang didapat secara gratis, PMII
harus mengadakannya melalui proses rekayasa. Rekayasa itu adalah pendidikan
atau pengkaderan. Sebab itulah PMII dibentuk bukan untuk merekrut anggota
sebanyak-banyaknya melainkan dibentuk untuk menciptakan kader. PMII
mencita-citakan untuk membentuk seorang individu menjadi pribadi Muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan
bertanggung jawab mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-
cita kemerdekaan Indonesia.

Tujuan itu adalah pilihan historis kita, sebagaimana para tokoh sejarah di
sepanjang zaman telah memilih tujuan mereka. Dengan segenap tenaga,
pikiran, perasaan dan tindakan, tidak ada kata  untuk menolak tujuan itu. Juga
tidak boleh ada keraguan untuk menjawab pertanyaan: Apa Tujuan Gerakan
PMII? Ke arah tujuan itulah segenap proses berorganisasi dan proses
pendidikan-pengkaderan PMII diarahkan.

II.      REFLEKSI KADERISASI

Kita sering mendapati diri ada di tengah belantara pertanyaan, gugatan,


ketidakpuasan sekaligus kebingungan mengenai kaderisasi. Semuanya campur
aduk tak tertata, antara pertanyaan mendasar dengan pertanyaan teknis.
Pertanyaan Apa tujuan kaderisasi kita? Untuk apa kaderisasi kita? terlontar
bersamaan dengan pertanyaan: bagaimana metodenya? Apa isi materinya? Apa
sajakah buku-buku referensinya? Bagaimana distribusi kader nanti? Siapa
instruktur dan pematerinya?

Semua itu pertanyaan faktual, artinya relevan untuk diajukan. Soalnya adalah
bahwa menata pertanyaan sesuai dengan proporsinya masing-masing, jarang
terjadi. Lalu mengurutkan, memahami kembali dan mengakumulasikan
jawaban-jawaban sebagaimana telah diberikan dari Kongres ke Kongres, juga
jarang dilakukan.

Ketika kita (PMII) berada di tengah situasi otoritarianisme Orde Baru, PMII
sepuas-puasnya mereguk khazanah intelektual dan mengambil inspirasi gerakan
serta kosakata Marxian. Ternyata pilihan tersebut ampuh sebagai jalan
mengetahui bahwa orang-orang PMII beserta organisasinya, adalah bagian dari
masyarakat pinggiran bangsa ini yang secara sistematis memang dipelihara
untuk tetap di pinggir. Lebih dari itu, pilihan tersebut juga ampuh untuk
membangkitkan radikalisme kita, sehingga PMII berani mengisi garis depan
perjuangan melawan negara sampai akhir dekade 1990.

Saat itu, tujuan PMII dan tujuan kaderisasi seolah-olah telah terumuskan dalam
bentuk final, konkrit dan mewujud secara material: membela rakyat tertindas.
Di tengah situasi zaman itu, struktur permukaan dari kenyataan yang dihadapi
mahasiswa memang mudah menciptakan situasi psikologis yang sarat dengan
heroisme.

Sementara zaman berubah dengan cepat, kampanye demokrasi dan slogan


reformasi melahirkan desentralisasi; ruang kompetisipun terbuka sangat lebar.
Gerakan ekstraparlementer tidak lagi menjadi domain utama gerakan
mahasiswa. Kita bertemu dengan organisasi ‘kanan’ yang secara ‘tiba-tiba’
mendominasi ruang opini gerakan mahasiswa. Bersamaan dengan itu kita
menemukan bahwa ‘rival’ lama kita ternyata masih tetap bertahan dan masih
eksis. Pada saat itu, kita merasa kehilangan sifat ‘kanan’ kita: kita kurang
Islami, kurang menghargai simbol dan seterusnya.

Situasi tersebut persis terjadi saat inspirasi gerakan dan kosakata Marxian
belum disadari sepenuhnya sebagai sumber energi-eksternal pada masanya,
yakni situasi nasional dekade 1990. Dengan kalimat lain, kita masih cenderung
‘kiri’ dalam kosakata dan sedikit ‘kiri’ dalam pikiran, namun kita ingin ‘kanan’
juga. Ambang antara ‘kiri’ dan ‘kanan’ inilah yang harus kita atasi.

Maka kita harus mengingat kembali tujuan dasar kaderisasi PMII, atau untuk
apakah kaderisasi PMII dilakukan? Melihat kembali dan merekonstruksi tujuan
ini penting, mengingat telah demikian banyak input intelektual dan pengalaman
gerakan yang dipunyai PMII. Begitu banyaknya sehingga tujuan kaderisasi kita
sering tak terbaca dan teringat, tergantikan dengan ‘bahasa-bahasa’  lain.
Intensitas pergaulan dan kompetisi kita dengan organisasi ‘kiri’ dan organisasi
‘kanan’ kerap menimbulkan sikap ‘kecil hati’ di satu sisi dan terlalu ‘merasa
besar diri’ di sisi yang lain. Bahkan kadang-kadang muncul sikap reaksioner.

III.    PROFIL KADER PMII

Pada hakikatnya sebutan KADER adalah ditujukan bagi individu yang telah
memenuhi kualitas-kualitas tertentu. Seperti apakah mereka? Jawabannya dapat
kita simak dalam Tujuan PMII. Tujuan PMII menegaskan bahwa PMII didirikan
untuk membentuk sebuah pribadi yang dengan segala kapasitas pribadinya yang
terasah, kemudian mengarahkan semua kualitas pribadinya bagi
kepentingan masyarakat danbangsa.

KUALITAS KADER PMII

1.    Bertaqwa kepada Allah SWT


2.    Berbudi luhur
3.    Berilmu
4.    Cakap
5.    Bertanggung jawab mengamalkan ilmunya, dan
6.    Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

PMII memproyeksikan pengkaderannya untuk meraih 6 (enam) kualitas di atas.


Lalu apa nama pendek bagi 6 (enam) kualitas di atas? Atau, apa nama pendek
bagi“pribadi Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu,
cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”? Nama pendek itu
adalah Kader Ulul Albab. Dengan kata lain, ketika kita menyebut Kader Ulul
Albab, pada saat yang sama kita tengah meresapi 6 (enam) kualitas kader PMII
di atas. Itulah yang disebut sebagai citra diri atau PROFIL KADER PMII.

Namun nama itu memiliki kandungan yang lebih dalam dan luas dari 6 (enam)
kualitas di atas. Kedalaman itu dapat difahami dan direnungkan di ayat-ayat
darimana sumber nama itu berasal. Maka untuk mencapai kualitas di atas,
setiap individu Anggota PMII wajib memahami dan merenungkan 15 rangkaian
Ayat Suci Al-Qur’an yang menjelaskan dan mengilustrasikan
bagaimanakah Kader Ulul Albabitu.

Ayat-Ayat yang mengandung nama Ulul Albab adalah sebagai berikut:

Q.S al-Baqarah (2: Dan dalam hukum qisas itu terdapat (jaminan)
179) kehidupan bagimu wahai Ulul Albab, agar kamu
bertaqwa.
Q.S al-Baqarah (2: Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah
197) mengetahuinya. Berbekallah, karena sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah taqwa.  Dan bertaqwalah
kepada-Ku wahai Ulul Albab!
Q.S. al-Baqarah (2: Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia
269) Kehendaki. Barang siapa yang dianugerahi hikmah,
sungguh-sungguh ia telah dilimpahi karunia yang
banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran
kecuali Ulul Albab.
Q.S. Ali-Imran (3: 7, Dia-lah yang Menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu
8) (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang
muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (al-Qur’an) dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-
orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan,
mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk
mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali
Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam
berkata, “Kami beriman kepadanya (al-Qur’an),
semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali Ulul Albab. (Mereka
berdo’a), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau
Berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau
Maha Pemberi.”
Q.S.  Ali-Imran Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
(3: 190, 191) pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagiUlul Albab. (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha
Suci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka”.
Q.S. al-Mai’dah Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan
 (5: 99, 100) (amanat Allah), dan Allah Mengetahui apa yang kamu
tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan.
Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama (antara) yang
buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
keburukan itu menarik hatimu, maka bertaqwalah
kepada Allah wahai Ulul Albab.”
Q.S. al-Ra’du Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
(13: 19 – 20) Diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama
dengan orang yang buta? Hanya Ulul Albab saja yang
dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang yang
memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian.
Q.S. Ibrahim (14: (Al Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi
52) manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya,
agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang
Maha Esa dan agar Ulul Albab mengambil pelajaran.
Q.S. Shaad (38: 29) Kitab (Al Qur’an) yang Kami Turunkan kepadamu penuh
berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan
agarUlul Albab mendapat pelajaran.
Q.S. Shaad (38: 43) Dan Kami Anugerahi dia (dengan mengumpulkan
kembali) keluarganya dan Kami Lipatgandakan jumlah
mereka, sebagai rahmat dari kami dan pelajaran
bagiUlul Albab.
Q.S. az-Zumar (39: (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung)
9) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam
dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sebenarnya hanya Ulul Albab yang
dapat menerima pelajaran.
Q.S. az-Zumar Dan orang-orang yang menjauhi Thagut (yaitu) tidak
(39: 17, 18) menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka
pantas mendapat berita gembira; sebab itu
sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-
hambaku, (yaitu) mereka yang mendengarkan
perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah Diberi
petunjuk oleh Allah dan mereka itulah Ulul Albab.
Q.S. az-Zumar (39: Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah
21) menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi
sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu
ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-
macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu
engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
Dijadikan-Nya hancur berderai. Sungguh, pada yang
demikian itu terdapat pelajaran bagi Ulul Albab.
Q.S. al-Mu’min Dan sungguh, Kami telah Memberikan petunjuk kepada
(40: 53, 54, 55) Musa; dan Mewariskan Kitab (Taurat) kepada Bani
Israil, untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi Ulul
Albab. Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji
Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu
dan bertasbihlah seraya memuji Tuhan-mu pada waktu
petang dan pagi.
Q.S. at-Talaq Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang
 (65: 8, 9, 10, 11) mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-
Nya, maka Kami Buat perhitungan terhadap penduduk
negeri itu dengan perhitungan yang ketat, dan Kami
Azab mereka dengan azab yang mengerikan. Sehingga
mereka merasakan akibat yang buruk dari
perbuatannya, dan akibat perbuatan mereka itu adalah
kerugian yang besar. Allah menyediakan azab yang
keras bagi mereka, maka bertakwalah kepada Allah
wahai Ulul Albab! (yaitu) orang-orang yang beriman.
Sungguh, Allah telah Menurunkan peringatan
kepadamu, (dengan mengutus) seorang Rasul yang
membacakan ayat-ayat Allah kepadamu yang
menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia
Mengeluarkan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya.

Dari ayat-ayat di atas dapat ditangkap beberapa gambaran tentang manusia Ulul


Albab sebagai berikut.

1. Manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT

Manusia yang bertaqwa kepada Allah tidak memiliki rasa takut kepada selain-
Nya. Maka dalam pikiran, perasaan dan tindakan, manusia yang bertaqwa
sesungguhnya merdeka dari rasa takut. Satu-satunya yang ia takuti hanya
Allah. Rasa takut muncul karena khawatir melanggar Kehendak-Nya (Q.S al-
Baqarah,
2: 179, 197; Al-Maidah, 5: 99-100; Q.S. at-Talaq, 65: 8, 9, 10, 11).
2. Manusia yang beriman

Manusia yang beriman tidak memiliki keraguan dan memelihara kebingungan


dalam berproses dan hidup sehari-hari. Keyakinannya terhadap Allah SWT
mengatasi keraguan yang membiaskan pandangannya dari kenyataan dan
tantangan duniawi. Maka dalam pikiran, perasaan dan tindakan, manusia yang
beriman sesungguhnya merdeka dari rasa ragu. Satu-satunya keraguan adalah
keraguan apakah pikiran, perasaan dan tindakannya telah melanggar
Keyakinannya kepada Allah SWT.  (Q.S. at-Talaq, 65: 8, 9, 10, 11).

3. Manusia yang selalu mengingat Allah SWT di setiap saat

Yakni manusia yang menjadikan dzikir sebagai nafas sehari-harinya. Mengingat


Allah SWT adalah mengakui dan mengikatkan diri pada Keabadian, kepada Yang
Maha Kuasa, dan kepada Yang Maha Menciptakan. Keterikatan hati manusia
semacam itu adalah hanya kepadaNya. Bukan kepada apa yang ia duduki dan
yang ia inginkan. Maka tidak ada rasa kehilangan apabila perubahan
memaksanya untuk bergeser, dan tidak ada rasa ragu apabila perubahan
memintanya untuk bertindak. (Q.S.  Ali-Imran, 3: 190, 191).

4. Manusia yang setia dengan Janji Allah SWT dan tidak melanggar
perjanjian dengan-Nya

Manusia yang setia dengan Janji Allah SWT dan tidak melanggar perjanjian
denganNya adalah manusia yang hanya berharap dan meminta kepadaNya.
Sementara dia melakukan secara total apa yang dia harus lakukan sebagai
manusia, sebagai hamba (‘abdullah) sekaligus sebagai khalifah (khalifatullah), ia
melepaskan harapan dan ketergantungan dari apa yang dia lakukan. Semua
kembali diserahkan kepadaNya. Maka manusia yang setia tidak merasa kecewa
atas urusan duniawi dan senantiasa menatap kenyataan dengan optimis. (Q.S.
al-Ra’du (13: 19 – 20).

5. Manusia yang mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia,


perjalanan alam semesta dan dari ayat-ayatNya

Manusia yang mengambil pelajaran ialah manusia yang menatap kenyataan


secara kompleks, secara keseluruhan, secara komprehensif. Ia membaca
bagaimana bangsa-bangsa terdahulu tumbang dan berdiri dan mengambil
pelajaran dari itu. Ia juga mengamati bagaimana semesta berjalan, menjalankan
hukum-hukumNya yang berlaku pula bagi manusia dan mengambil hikmah dari
semua itu. Manusia semacam itu peka dan tidak berhenti dalam memahami apa
yang disampaikanNya dalam Kitab Suci dan pada alam semesta. Manusia yang
mengambil pelajaran senantiasa hati-hati dan awas terhadap kenyataan,
sebagai panduan mereka untuk menjalani kehidupan. (Q.S. al-Baqarah, 2: 269;
Q.S. Ali-Imran, 3: 7, 8;  Q.S. al-Ra’du, 13: 19 – 20;  Q.S. Ibrahim, 14: 52; Q.S.
Shaad, 38: 29; Q.S. Shaad, 38: 43; Q.S. az-Zumar, 39:9; Q.S. az-Zumar, 39:
21; Q.S. al-Mu’min, 40: 53, 54, 55).
Dari ayat-ayat di atas dan penjabarannya dalam lima butir tersebut tergambar
bahwa Kader Ulul Albab bukanlah sosok pasif yang menyerah pada keadaan. Ia
juga bukan sosok yang akan berpikir dan bertindak dengan sembarangan. Iman-
Taqwa dan pengetahuan mutlak dimiliki Kader Ulul Albab. Dari keduanya, Kader
Ulul Albabdituntut untuk menguasai kemampuan khusus, cakap dan terampil,
sehingga dia mampu menjalankan  peran dan tugasnya sebagai manusia di
tengah kenyataan bangsanya. 

IV.    SISTEM PENGKADERAN PMII

Sistem Pengkaderan PMII adalah totalitas upaya pembelajaran yang dilakukan


secara terarah, terencana, sistemik, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan
untuk mengembangkan potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap,
memperkuat karakter, mempertinggi harkat dan martabat, memperluas
wawasan, dan  meningkatkan kecakapan insan-insan pergerakan agar menjadi
manusia yang muttaqin, beradab, berani, santun, cerdik-cendekia, berkarakter,
terampil, loyal, peka, mampu dan gigih menjalankan roda organisasi dalam
segala upaya pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangannya.

Sistem Pengkaderan PMII

Sistem Pengkaderan PMII mengenal tiga bentuk pengkaderan yang berkait satu
dengan yang lain yaitu Pengkaderan Formal (MAPABA, PKD, PKL), Pengkaderan
Informal dan Pengkaderan Non-Formal (pelatihan-pelatihan). Satu jenis
pengkaderan menopang dan menentukan pengkaderan yang lain. Namun di luar
tiga jenis pengkaderan tersebut, satu faktor lain yang juga sangat menentukan
adalah kebiasaan sehari-hari kader dan iklim keorganisasian PMII secara umum
dan PMII setempat atau yang kami sebut lingkungan sehari-hari organisasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku dan kebiasaan akan muncul lebih jujur
dan natural. Bagi kader baru, hal ini sangat berpengaruh bagi perkembangan diri
serta persepsi mereka terhadap PMII. Artinya bila lingkungan sehari-hari
organisasi tampak nyaman dan kondusif bagi pengembangan diri, seorang kader
(terlebih anggota baru) akan lebih mantap untuk aktif di PMII. Selain itu, dalam
lingkungan sehari-hari itulah sesungguhnya totalitas kader dalam menjalani
proses pergerakan tengah diuji. Sistem Pengkaderan PMII diilustrasikan dalam
bagan di halaman sebelumnya.

A.      PENGKADERAN FORMAL

1.       MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru)


Pengertian dan Tujuan
Masa Penerimaan Anggota Baru atau MAPABA adalah fase orientasi dan pengenalan awal PMII
kepada mahasiswa dalam rangka rekruitmen mahasiswa untuk menjadi anggota PMII. Tujuan
MAPABA adalah untuk merekrut anggota.

Anggota pasca MAPABA disebut Mu’takid, yakni anggota yang:


1)      Merasa butuh untuk berorganisasi
2)      Memiliki keyakinan dan loyalitas bahwa PMII adalah organisasi mahasiswa dan
organisasi mahasiswa Islam yang paling tepat untuk memperjuangkan idealisme
mahasiswa;
3)      Mengikuti Ahlusunnah wal-Jama’ah (ASWAJA) sebagai prinsip pemahaman,
pengamalan dan penghayatan Islam Indonesia.

Penyelenggara
MAPABA diselenggarakan oleh Pengurus Rayon atau Pengurus Komisariat.
Penyelenggara MAPABA melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi
pelaksanaan MAPABA secara umum.

Surat Keputusan Keanggotaan


Surat Keputusan (SK) Keanggotaan ialah surat resmi yang ditandatangani dan
dikeluarkan oleh Pengurus Komisariat untuk melegalisasi status keanggotaan
seorang mahasiswa yang telah mengikuti MAPABA. SK Keanggotaan diserahkan
kepada calon anggota setelah calon anggota dibaiat menjadi ANGGOTA PMII. 
SK Anggota ini penting diadakan untuk mengukuhkan seorang mahasiswa
sebagai Anggota PMII.

Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan MAPABA adalah:
1)      Doktrinasi, yaitu pemahaman serta pembekalan keyakinan dan faham PMII,
2)      Persuasi, yaitu pendekatan positif untuk meyakinkan dan menarik minat lebih
lanjut anggota baru PMII

Peserta
Peserta MAPABA adalah mahasiswa baru (semester pertama) atau maksimal
mahasiswa semester empat. Pembatasan tersebut dimaksudkan agar nantinya
anggota lebih memiliki kesempatan untuk berkembang.

Kurikulum MAPABA
Demikian ini adalah materi-materi MAPABA:
1. Bina Suasana 90 menit
2. Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial (MW)) 120 menit
3. Keorganisasian PMII (MW) 120 menit
4. Nilai Dasar Pergerakan (MW) 120 menit
5. Islam Indonesia (MW) 120 menit
6. Studi Gender dan Kelembagaan KOPRI (MW) 120 menit
7. Sejarah Negara Bangsa Indonesia (MW) 120 menit
8. Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia (MP) 120 menit
9. Antropologi Kampus (MLP) 120 menit
10. Sejarah PMII Lokal (MLP) 120 menit
11. Kajian Disiplin Ilmu (Fakultas/Jurusan) (MLP) 120 menit
12. General Review dan RTL 120 menit
13. Evaluasi 90 menit
Total Waktu     1530
menit
Keterangan

MW               : Materi Wajib yaitu materi yang wajib disampaikan dalam


MAPABA
MP                 : Materi Pilihan yaitu materi yang lebih baik bila disampaikan
MLP               : Muatan Lokal Pilihan yaitu materi-materi yang lebih baik apabila    
disampaikan semua, namun boleh dipilih beberapa saja.

Pembaiatan Anggota
Pembaiatan adalah acara pengambilan ikrar peserta MAPABA untuk bergabung
dan bersetia dalam organisasi PMII. Pembaiatan dilakukan setelah seluruh
rangkaian acara dalam kegiatan MAPABA usai dilaksanakan. Pelaksanaannya
dilakukan di antara sessi terakhir dan acara penutupan.

Follow Up MAPABA
Follow Up atau tindak lanjut MAPABA adalah serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan bagi Anggota Baru untuk membimbing, mengarahkan cara-cara
berorganisasi dan untuk memperdalam nilai-nilai dan prinsip dasar organisasi
PMII.

Kegiatan Follow Up terbagi dua yaitu kegiatan yang dirancang bersama melalui
kesepakatan alumni MAPABA dan kegiatan Follow Up MAPABA yang dirancang
oleng Pengurus Rayon atau Pengurus Komisariat. Untuk mengarahkan
ketrampilan dan pemahaman Anggota Baru, diselenggarakan kegiatan wajib
yaitu:

1)      Kursus Bahasa Asing (Inggris/ Mandarin/ Arab dll.)


2)      Kursus Epistemologi
3)      Pelatihan Manajemen Forum

Kursus Bahasa Asing dimaksudkan untuk membekali kader dengan kemampuan


bahasa asing yang semakin mendesak dipenuhi saat ini.

Kursus Epistemologi dimaksudkan untuk mengkaji dan memperkaya wawasan


Anggota Baru mengenai struktur dasar pengetahuan, yang akan sangat
berpengaruh pada pola pikir dan pola sikap.

Pelatihan Manajemen Forum merupakan pelatihan pertama bagi Anggota dalam


mengelola forum. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan Anggota
dengan kegiatan-kegiatan formal, baik rapat maupun diskusi, serta teknik dan
persiapan untuk berpartisipasi di dalamnya.

2.       PKD (Pelatihan Kader Dasar)


Pengertian dan Tujuan
Pelatihan Kader Dasar adalah fase penananaman nilai-nilai dan pembentukan
militansi anggota untuk menjadi kader PMII. Dengan mengikuti PKD, secara
formal seorang Anggota telah syah Kader PMII. PKD merupakan fase kedua
dalam Pengkaderan Formal PMII dan diselenggarakan antara empat bulan
hingga enam bulan setelah MAPABA.

Secara umum PKD bertujuan membentuk kader Mujahid yakni kader militan dan


memiliki komitmen terhadap nilai-nilai pergerakan. Untuk seterusnya,
kualifikasiMujahid ditandai oleh bagaimana seorang kader:

1)      Siap untuk memberikan/mewakafkan dirinya bagi kepentingan pergerakan


2)      Memiliki pengetahuan teoritik dan pengetahuan lapangan yang mumpuni.
3)       Memiliki kemampuan dan ketrampilan berorganisasi.

Penyelenggara
PKD diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat atau Pengurus Cabang.
Penyelenggara PKD melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi pelaksanaan
PKD secara umum.

Model Pendekatan
PKD diselenggarakan bagi mahasiswa yang telah menjadi Anggota PMII. Untuk
itu secara umum dalam PKD digunakan pendekatan partisipatoris yang
menekankan keaktifan peserta untuk mengungkapkan pengalaman,
pengetahuan dan gagasannya sesuai materi yang diberikan.

Harus dicatat bahwa pendekatan partisipatoris digunakan dengan tetap menjaga


konsistensi tujuan PKD dan tujuan materi.

Peserta
Peserta PKD adalah anggota PMII maksimal semester tujuh.

Seleksi
Seleksi dimaksudkan untuk menyaring peserta sehingga PKD dapat berlangsung
sesuai tujuan dengan tujuan PKD dan tujuan diadakannya pengkaderan. Seleksi
juga dimaksudkan untuk menjaga konsistensi semakin tinggi jenjang
Pengkaderan Formal, semakin tinggi pula kualitas pengkaderan yang
dilaksanakan.
                       
Dalam seleksi diperlakukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat umum
mengikuti PKD adalah:
1)      Mengikuti kegiatan-kegiatan Follow Up Mapaba.
2)      Mengikuti minimal satu kegiatan Pengkaderan Non Formal bagi alumni Peserta
MAPABA.

Syarat-syarat khusus dapat ditambahkan oleh penyelenggara sesuai dengan


ragam dinamika PMII setempat.

Kurikukulum PKD
1. Pra-Kurikula 180 menit
2. Paradigma PMII (MW) 240 menit
3. Strategi Pengembangan PMII (MW) 150 menit
4. Pengorganisiran Kampus (MW) 150 menit
5. Sejarah Gerakan PMII Lokal (MW) 120 menit
6. Aswaja Sebagai Manhaj al-Fikr (MW) 150 menit
7. Islam Sebagai Teologi Pembebasan (MW) 150 menit
8. Analisis Sosial (MW) 150 menit
9. Analisis Wacana (MP) 150 menit
10. Studi Advokasi Kebijakan dan Anggaran (MW) 150 menit
11. Rekayasa Sosial/Teknologi/Genetika (MP) 150 menit
12. Sumber Daya Ekonomi Maritim (MP) 150 menit
13. Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa (MP) 150 menit
14. Ilmu Bumi Kampus (MP) 150 menit
15. Studi Banding Keprofesian (MW) 240 menit
16. General Review dan RTL 150 menit
17. Evaluasi 90 menit
Total Waktu 2670 menit
Keterangan
MW               : Materi Wajib, yaitu materi yang wajib disampaikan dalam PKD
MP                 : Materi Pilihan, yaitu materi yang lebih baik disampaikan dalam
PKD

Pembaiatan Kader
Pembaiatan adalah acara pengambilan ikrar peserta PKD sebagai Kader Baru
PMII. Pembaiatan dilakukan setelah seluruh rangkaian acara dalam kegiatan
PKD usai dilaksanakan. Pelaksanaannya dilakukan di antara sessi terakhir dan
acara penutupan.

Follow Up PKD
Follow Up atau tindak lanjut PKD adalah serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan bagi/oleh Kader Baru PMII dalam durasi waktu tertentu. Follow
Up dapat diselenggarakan oleh Penyelenggara PKD dengan sasaran khusus
Kader Baru atau diselenggarakan oleh Kader Baru itu sendiri.

Follow Up bertujuan untuk menjaga, memperdalam dan mengembangkan


pemahaman Kader Baru PMII atas materi-materi PKD. Selain itu Follow Up
bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan khusus bagi Kader Baru.
       
Diantara kegiatan Follow Up PKD terdapat kegiatan yang sifatnya wajib
diselenggarakan dan diikuti oleh Kader Baru. Kegiatan wajib tersebut
dimaksudkan sebagai upaya pembekalan ketrampilan dasar bagi Kader Baru.
Kegiatan Follow Up yang wajib diselenggarakan untuk Kader Baru PMII adalah
sebagai berikut:

1)      Pelatihan Kefasilitatoran (Training of Trainer) 


2)      Pelatihan Kepemimpinan

Pelatihan Kefasilitatoran harus menjadi pelatihan wajib melihat PMII saat ini


membutuhkan banyak sekali instruktur bagi materi-materi pengkaderan.

Pelatihan Kepemimpinan menjadi follow up wajib dengan pertimbangan bahwa


secara massif kader PMII harus mulai memahami posisi dirinya sebagai
pemimpin.Pelatihan Kepemimpinan diarahkan untuk melatih dan mengasah
mental kepemimpinan kakder, sehingga mereka siap berperan sebagai
pemimpin baik formal maupun pemimpin informal.
3.       PKL (Pelatihan Kader Lanjut)
Pengertian dan Tujuan
Pelatihan Kader Lanjut adalah fase pengkaderan untuk membangun dan
memperkuat basis pengetahuan dan keterampilan yang akan menopang pilihan
gerak kader PMII untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. PKL
merupakan fase ketiga dalam proses Pengkaderan Formal PMII, diselenggarakan
secepat-cepatnya enam bulan setelah PKD dan selambat-lambatnya dua belas
bulan setelah PKD.

Lulusan PKL disebut Kader Mujtahid yang diharapkan:


1)      Mampu mengembangkan kualitas kepemimpinan pergerakan
2)          Mampu merancang strategi gerakan jangka pendek dan panjang
3)      Memiliki kematangan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku organisasi
4)          Mampu mengidentifikasi ruang gerak dirinya saat ini dan di masa yang akan
datang
5)      Berkembang sebagai subyek yang percaya pada kapasitas individunya 

Penyelenggara
PKL diselenggarakan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Koordinator Cabang
dan dapat juga diselenggarakan oleh Pengurus Besar. Penyelenggara PKL
melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi dan mengarahkan pelaksanaan PKL
secara umum.

Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam PKL adalah pendekatan partisipatoris.
Pendekatan ini menekankan keaktifan peserta untuk mengungkapkan
pengalaman, pengetahuan dan pendapatnya.

Sebagaimana dalam PKD, pendekatan partisipatoris dalam PKL digunakan


dengan tetap dalam koridor tujuan pengkaderan, tujuan PKL dan tujuan per
sessi.

Peserta
Peserta adalah kader PMII yang memenuhi syarat untuk mengikuti PKL.

Syarat-syarat umum peserta PKL adalah sebagai berikut:


1)      Telah mengikuti PKD, ditunjukkan dengan foto copu sertifikat PKD
2)      Telah mengikuti minimal satu kegiatan Pengkaderan Non Formal, ditunjukkan
dengan foto copy sertifikat
3)      Dinilai teruji dalam Pengkaderan Informal dan dinilai aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan oleh PMII, dibuktikan dengan surat rekomendasi
dari Ketua Komisariat (bila PKL diselenggarakan PC) atau Ketua Umum Cabang
(bila PKL diselenggarakan oleh PKC)
4)      Menyusun makalah dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan panitia.

Selain syarat-syarat di atas, bersama penyelenggara, panitia berhak menyusun


syarat-syarat khusus peserta PKL.

Seleksi
Seleksi adalah tahap penyaringan (screening) calon peserta untuk menjadi
peserta PKL. Selain itu seleksi merupakan pengumpulan informasi yang
bermanfa’at bagi Fasilitator untuk mengetahui profil peserta PKL.
Tujuannya adalah
1)      Menyaring kader untuk menjadi peserta PKL
2)      Mengumpulkan bahan bagi data base kader PMII
3)      Sebagai informasi dini bagi fasilitator mengenai profil kader peserta PKL

Dalam seleksi berlakuk ketentuan umum sebagai berikut:


1)      Seleksi diselenggarakan paling lambat tiga hari sebelum PKL dilaksanakan
2)      Penilaian dalam seleksi mengacu pada kelengkapan syarat administratig, hasil
wawancara dan presentasi makalah
3)      Proses seleksi dilakukan tim khusus yang ditunjuk atau diminta oleh
penyelenggara melalui Bidang Pengkaderan
4)      Fasilitator mendapatkan hasil seleksi selembat-lambatnya dua hari sebelum
pelaksanaan PKL

Kurikulum PKL
1. Prakurikula 180 menit
2. Membedah PMII Perspektif Ideologi (MW) 150 menit
3. Membedah PMII Perspektif Organisasi (MW) 150 menit
4. Membedah PMII Perspektif Strategi dan Gerakan (MW) 150 menit
5. Membedah PMII Perspektif Kepemimpinan (MW) 150 menit
6. Panel Materi Ke-PMII-an: Melihat Gerak PMII Secara Total 180 menit
(MW)
7. Peta Pemikiran dan Gerakan Islam (MW) 150 menit
8. Menghayati Kembali Pokok Keimanan Islam (MW) 150 menit
9. Panel Materi Keislaman (MW) 180 menit
10. Geopolitik, Geoekonomi dan Geostrategi (MW) 240 menit
11. Sejarah Masyarakat Indonesia (MW) 180 menit
12. Strategi Kebijakan Pembangunan Berbasis Maritim (MW) 150 menit
13. Panel materi Keindonesiaan (MW) 180 menit
14. Analisis Isu dan Media (MP) 180 menit
15. Teknik Lobby dan Membangun Jaringan (MW) 180 menit
16. Community Organizing (MW) 180 menit
17. Manajemen Asset Daerah (MW) 150 menit
18. General Review dan RTL 180 menit
19. Evaluasi 120 menit
Total Waktu 3180 menit
Keterangan
MW               : Materi Wajib, yaitu materi yang wajib disampaikan dalam PKL
MP                 : Materi Pilihan, yaitu materi yang lebih baik disampaikan dalam
PKL

Follow Up PKL
Follow Up atau tindak lanjut PKL adalah serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan bagi/oleh Kader Mujtahid. Follow Up dapat diselenggarakan
oleh Penyelenggara PKL atau diselenggarakan oleh kader itu sendiri. Follow Up
bertujuan untuk menjaga, memperdalam dan mengembangkan pemahaman
Kader atas materi-materi PKL. Selain itu Follow Up bertujuan untuk
mengembangkan ketrampilan khusus bagi Kader Mujtahid.
       
Kegiatan Follow Up Wajib
Selain kegiatan yang dirancang bersama oleh alumni PKL, terdapat Follow Up
wajib diikuti oleh Kader Mujtahid. Kegiatan wajib itu ialah Pelatihan Human
Relation. Pemilihan Pelatihan Human Relation sebagai follow up wajib ini didasari
beberapa pertimbangan.

Pertama, setiap Kader Mujtahid diharapkan telah memiliki gambaran bidang


yang akan digeluti seusai paripurna sebagai mahasiswa. Masing-masing mereka
telah memiliki minat yang berbeda dari masa ketika menjadi Kader PKD.
Sehingga diperlukan Pelatihan yang secara umum dapat mempertemukan
masing-masing bidang, sekaligus berguna untuk menambah keterampilan.

Kedua, human relation tetap menjadi kunci penting dalam gerakan, apapun


bidang yang digeluti oleh masing-masing kader. Perkembangan Teknologi
Informasi di Indonesia belum sampai menyingkirkan wilayah hubungan antar
manusia sebagai ruang strategis dalam interaksi sosial. Human relation
bermanfa’at bagi kader peminat advokasi, politik, wirausaha, dakwah, jurnalistik
dan lain sebagainya.

B. PENGKADERAN INFORMAL

Pengkaderan informal berangkat dari filosofi bahwa pada hakikatnya setiap


ruang, setiap waktu dan setiap kegiatan (atau bahkan tanpa kegiatanpun), pada
dasarnya dapat menjadi medium dan kesempatan mendidik diri. Pendidikan atau
dimaknai identik dalam hal ini dengan pengkaderan, bukan saja di dalam forum
pelatihan, ruang kelas dengan kurikulum tertentu; melainkan dalam ruang
sehari-hari setiap manusia, setiap anggota dan kader.

Pengkaderan Informal pada dasarnya adalah setiap bentuk kegiatan organisasi,


yang dalam pelaksanaannya bukan sekedar untuk mencapai tujuan kegiatan itu
sendiri, melainkan juga direkayasa untuk menguji dan melatih setiap
anggota/kader atau sekelompok anggota/kader tertentu. Namun Pengkaderan
Informal juga dapat terjadi dalam kegiatan sehari-hari yang nuansa (resmi)
organisatorisnya bahkan tidak ada. Pengkaderan informal, berbeda dengan
pengkaderan formal, tidak memiliki sebuah kurikulum khusus, karena kegiatan-
kegiatannya melekat dan mensenyawa dengan aktivitas harian PMII setempat.

Pengkaderan Informal, karena melekat dengan aktivitas harian PMII setempat,


sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter/watak, mentalitas,
perilaku dan kebiasaan anggota/kader. Oleh sebab itu proses Pengkaderan
Informal sesungguhnya sangat tergantung dengan dinamika PMII setempat
sekaligus kreatifitas anggota/kader PMII khususnya pengurus.

Pra-syarat dasar proses Pengkaderan Informal adalah keawasan terhadap situasi


dan setiap kegiatan. Pengurus, dalam hal ini sebagai pengelola anggota, mesti
awas terhadap situasi dan kegiatan, baik situasi maupun kegiatan senantiasa
dapat menjadi bahan pelajaran untuk mematangkan karakter dan mentalitas
anggota/kader.

Berikut ini kami sampaikan beberapa contoh ragam kegiatan Pengkaderan


Informal.

Ragam Kegiatan Pengkaderan Informal

1 Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam diskusi-


diskusi yang diadakan PMII.
2 Melibatkan anggota/kader dalam kepanitiaan acara yang
diselenggarakan oleh PMII.
3 Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam
agenda-agenda PMII di publik (demonstrasi, bakti sosial, study
banding dll.)
4 Membentuk kelompok-kelompok diskusi, minat dan bakat
(pecinta alam, kelompok seni-sastra dll.) sesuai dengan
kebutuhan anggota/kader; dalam format small group atau
format yang lain.
5 Mendatangi anggota/kader baik ke kos atau kampus, atau
bahkan di rumahnya, mengajak diskusi ringan (ngobrol enak),
merangsang pikiran untuk tetap awas.
6 Mengajak anggota/kader mengunjungi PMII Cabang atau
Komisariat lain baik dalam suatu acara tertentu atau hanya
silaturrahim.
7 Mendorong dan memantau anggota/kader untuk terlibat dalam
kepanitiaan acara-acara yang diselenggarakan oleh kampus.
8 Mendorong dan memantau anggota/kader untuk terlibat di
organisasi-organisasi intra kampus (HMJ, UKM, BEM).
9 Mendelegasikan anggota/kader, dengan tetap didampingi, dalam
diskusi atau kegiatan yang diadakan oleh organisasi lain.
10 Memberikan tugas-tugas khusus kepada anggota/kader seperti
menggali informasi, menyebarkan opini dll. di luar PMII.
11 Menugaskan anggota/kader untuk menyelenggarakan sebuah
kegiatan lengkap dengan kepanitiaannya (bazar buku, bakti
sosial, donor darah, bedah buku, seminar dll.)

Catatan tambahan perlu kami sertakan bahwa dalam Pengkaderan Informal


tidak ada kegiatan yang bersifat mutlak. Selain itu mesti diperhatikan bahwa
setiap jenjang Pengkaderan Formal secara logis harus diikuti dengan
Pengkaderan Informal yang berbeda, yakni semakin meningkat dalam
kekerapan dan kualitasnya. Sehingga Pengkaderan Informal bagi alumni PKD
dan PKL tidak bisa disamakan dengan Pengkaderan alumni MAPABA. Bahkan
alumni kedua Pengkaderan Formal tersebut sudah saatnya untuk dibiasakan
melakukan Pengkaderan Informal alumni MAPABA secara terkoordinir dengan
pengurus.

C.    Pengkaderan Non Formal


Pengkaderan Non Formal adalah proses pengkaderan yang diarahkan untk
membangun ketrampilan dan pengetahuan khusus atau spesifik. Tujuannya
adalah untuk memberikan bekal kepada kader bagi kebutuhan yang muncul
dalam keorganisasian, kehidupan kampus dan masyarakat serta untuk
mengembangkan potensi diri kader. Sementara fungsi dari Pengkaderan ini
adalah untuk menopang dua Pengkaderan lainnya, sehingga dalam Pengkaderan
Formal di jenjang berikutnya (PKD atau PKL), seorang kader talah memiliki
wawasan cukup dan spesifikasi keahlian.

Bekal pengetahuan dan ketrampilan spesifik kader secara ideal juga berfungsi
untuk memudahkan proses distribusi kader di ruang-ruang strategis di luar PMII.
Diharapkan dalam jangka panjang penumpukan kader PMII di ruang politik dan
LSM dapat dikurangi, tanpa kehabisan suplay di dua ruang tersebut.
Masih bisa kita lihat dari sekian banyak kegiatan Pengkaderan Non Formal yang
PMII adakan, sebagian besar belum mampu mengasah pengetahuan dan
ketrampilan khusus kader. Selain itu setelah sebuah pelatihan diadakan PMII
tampak kurang sigap menindaklanjuti hasil pelatihan baik dalam hal jaringan,
atau variasi tugas dan kegiatan lanjutan bagi kader. Padahal jaringan, tugas dan
kegiatan lanjutan tersebut sangat penting sebagai pra-syarat bagi mungkinnya
proses distribusi kader.

Fakta tersebut tidak berarti membatalkan nilai penting Pengkaderan Non Formal,
melainkan justru menjadi pijakan faktual untuk mempertimbangkan secara
serius setiap bentuk Pengkaderan Non Formal yang akan untuk diselenggarakan.

Sebelum Pengkaderan Non Formal diselenggarakan, kerangka tindak lanjut


harus dimatangkan terlebih dahulu. Kemudian memastikan tersedianya jaringan
yang dapat dirangkul untuk bekerja sama dalam tindak lanjut tersebut. Selain
itu pertimbangan kebutuhan kader, kebutuhan pergerakan serta derajat
kemampuan penyelenggara dalam memfasilitasi sebuah pelatihan juga harus
dihitung.

Berikut ini kami sampaikan beberapa contoh kegiatan Pengkaderan Non


Formal  bagi alumni di setiap Jenjang Pengkaderan Formal.

Ragam Kegiatan Pengkaderan Non Formal

Pelatihan Manajemen Forum


Kursus Agama (Mengaji, Bacaan dan Tata Cara
Ibadah)
PASCA MAPABA Pelatihan Pembuatan Proposal
Pelatihan Tata Administrasi PMII
Pelatihan Manajemen
Kursus Bahasa Asing
Pelatihan Analisis Kebijakan Publik
Pelatihan Teknologi Informasi
Pelatihan Gender
Kursus Filsafat dan Teori Sosial
Pelatihan Jurnalistik
Pelatihan Advokasi
Pelatihan Analisis Sosial
Pelatihan Pemetaan Politik Kampus
PASCA PKD Pelatihan Monitoring Anggaran
Pelatihan Manajemen Konflik
Pelatihan Metode Penelitian
Pelatihan Manajemen Komunikasi
Pelatihan Manajemen Organisasi
Pelatihan Manajemen Aksi
Pelatihan Kepemimpinan
Pelatihan Kefasilitatoran
Kursus Politik
Pelatihan Kewirausahaan
Kursus Analisis Pasar Modal
PASCA PKL
Pelatihan Teknologi Industru Kecil
Pelatihan Legal Drafting
Pelatihan Agrobisnis
Pelatihan Community Organizer
Pelatihan Dakwah

Pemilahan kegiatan menurut jenjang Pengkaderan Formal ini dimaksudkan


untuk memudahkan dalam mengukur jalannya proses pengkaderan secara
umum. Namun pada dasarnya penilaian ketepatan sebuah Pelatihan/Kursus
diadakan, apakah untuk pasca Mapaba atau PKD dan PKL, sepenuhnya harus
didasarkan pada kondisi objektif Anggota/Kader.

Maksud dari Pelatihan dan Kursus adalah sebagai berikut:

KURSUS kami maksudkan sebagai kegiatan reguler yang diadakan secara rutin-


berkala. Sebagai contoh Kursus Bahasa Asing, Kursus Politik dan Kursus Analisis
Pasar Modal. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan lebih dari satu kali
pertemuan dalam waktu yang berbeda, dengan asumsi bahwa satu kali
pertemuan belum cukup untuk memenuhi tujuan diadakannya kegiatan
tersebut.

PELATIHAN kami maksudkan sebagai paket kegiatan yang diselenggarakan


dalam jangka waktu tertentu. Sebagai contoh Pelatihan Teknologi Informasi,
Pelatihan Advokasi dan Pelatihan Kewirausahaan. Kegiatan-kegiatan tersebut
diasumsikan cukup diselenggarakan beberapa hari (tiga hari atau lebih) untuk
mencapai tujuan khusus diadakannya pelatihan tersebut.

Tentu saja bentuk Kursus dapat menjadi Pelatihan dan begitu sebaliknya.
Sebagai misal, Pelatihan Kewirausahaan, dengan pertimbangan materi pelatihan
yang cukup banyak, dapat dirubah menjadi kursus. Perubahan semacam itu
dimungkinkan dilakukan. Beberapa istilah juga sering digunakan
seperti sekolah (untuk kursus) atau training (istilah Inggris dari Pelatihan),
variasi istilah semacam itu terkadang juga penting untuk mencegah kejemuan
kader mendengar istilah-istilah tertentu. Hanya harus diingat bahwa tujuan
besar dari kedua macam ragam Pengkaderan Formal tersebut adalah membekali
kader dengan pengetahuan dan ketrampilan yang bersifat spesifik atau khusus.
Sehingga dengan bekal tersebut nantinya seorang kader PMII mampu
menjalankan missi organisasi pergerakan dengan baik.

V.      REKOMENDASI

A.      Materi Kaderisasi
Materi kaderisasi harus diperiksa kembali relevansinya dengan situasi mutakhir.
Beberapa hal berikut harus menjadi pertimbangan dalam merumuskan materi
kaderisasi:
1.    Keseimbangan proporsi antara materi dengan orientasi pengembangan skill,
pengetahuan, mentalitas-religiusitas-ideologi dalam kaderisasi formal.
2.    Mempertegas materi-materi wajib dan materi-materi pilihan, serta melengkapi
materi-materi kaderisasi dengan kurikulum dan referensi.
3.    Menyusun tim instruktur.

B.      Sistem Pengkaderan
         Tiga jenis model kaderisasi (formal, informal dan nonformal) berorientasi
untuk mencapai Tujuan Organisasi sebagaimana tercantum di pasal 4 Anggaran
Dasar Organisasi. Untuk itu frekuensi dan kedalaman diskusi mengenai Tujuan
Organisasi harus ditingkatkan, untuk memandu proses berjalannya tiga jenis
kaderisasi.
         Review Kurikulum harus dilakukan secara reguler dan matang untuk
memastikan kurikulum kaderisasi formal tetap berada dalam konteks kenyataan.
Motif reaktif dan sikap reaksioner terhadap fenomena baru harus dijauhkan dari
setiap upaya review kurikulum, untuk menjaga kurikulum dari labilitas situasi
yang mudah dipengaruhi oleh trend. Kurikulum harus menopang Tujuan
Organisasi, bersifat jangka panjang, sejajar dengan konteks dan mewadahi
seluruh minat dan latar belakang akademik.
         Ketersediaan fasilitator atau instruktur kaderisasi harus menjadi perhatian
serius Pengurus Besar. Karena itu, selama 2 hingga 4 tahun mendatang PB, PKC
maupun PC harus melakukan pelatihan keinstrukturan secara berkala guna
memenuhi stok instruktur kaderisasi yang diperlukan oleh PMII. Target yang
hendak dicapai adalah tersedianya 10 orang instruktur kaderisasi di setiap
cabang PMII yang bekerja untuk menghidupakan dan mendinamisir gerak
kaderisasi organisasi.
         Pengembangan variasi kaderisasi non formal harus mendapat perhatian
bersama. Berbagai macam pelatihan dan kegiatan pengembangan potensi dan
kapasitas anggota harus diadakan dengan memperhatikan perkembangan
konteks. Kaderisasi non formal merupakan ujung tombak kaderisasi dalam
menciptakan profil kader yang memiliki kehandalan dan ketrampilan teknis.

C.      Pendukung Kaderisasi
         Semua pengurus PMII diseluruh tingkatan harus membangun komitmen
bersama untuk memberikan dukungan kepada PB PMII menerapkan sanksi tegas
organisasi kepada setiap cabang yang tidak mampu melakukan kaderisasi formal
(MAPABA dan PKD) minimal sekali dalam 1 tahun kepengurusannya maupun
pengkaderan informal dan non-formal sebagai syarat melakukan pengkaderan
formal untuk diturunkan statusnya.
         Kepengurusan PMII di semua level harus kembali menjadikan kampus
sebagai basis-basis kaderisasi utama PMII. Untuk itu, sejumlah kegiatan
kaderisasi yang berorientasi pada penguasaan basis-basis aktifitas kampus
harus menjadi prioritas program kaderisasi di semua lini.
         Selain itu, guna menjamin bahwa PMII akan mampu berperan di era pasar
bebas yang sangat bergantung pada ketrampilan-ketrampilan profesional, maka
penguasaan kampus-kampus umum berbasis eksakta maupun ilmu-ilmu
ekonomi dan tekhnokratik harus ditingkatkan.
         Seluruh pengurus di tiap jenjang kepengurusan harus menciptakan situasi
yang kondusif bagi berlangsungnya proses kaderisasi. Baik kaderisasi formal,
informal maupun non-formal.

D.      Sekolah Kader
Sekolah kader ialah format kaderisasi formal baru yang memiliki tujuan spesifik.
Sekolah Kader bertujuan untuk mendidik dan melatih calon-calon Pengurus
Komisariat, Pengurus Cabang dan Pengurus Koordinator Cabang dalam hal
kepemimpinan dan keinstrukturan. Setelah mengikuti Sekolah Kader, setiap
peserta diharap memiliki wawasan dan ketrampilan khusus dalam bidang
kepemimpinan, mengatur/mengurus organisasi, dan menjadi seorang instruktur
kaderisasi.
Sekolah Kader diselenggarakan oleh tiga institusi yaitu Pengurus Cabang,
Pengurus Koordinator Cabang dan Pengurus Besar. Pembagian dan pembedaan
ketiganya adalah sebagai berikut.

1.       Pengurus Cabang Menyelenggarakan Sekolah Kader Cabang


Sekolah Kader Cabang diselenggarakan bagi calon pengurus Komisariat. Calon-
calon Pengurus Komisariat dididik dan dilatih dengan materi-materi
kepemimpinan dan keinstrukturan dalam lingkup kampus.

2.       Pengurus Korcab Menyelenggarakan Sekolah Kader Provinsi


Sekolah Kader Cabang diselenggarakan bagi calon Pengurus Cabang. Output
yang diharapkan keluar dari Sekolah ini adalah pengurus cabang yang mengerti
bagaimana mengurus dan mengelola PMII di tingkat Kabupaten/Kota.

3.       Pengurus Besar Menyelenggarakan Sekolah Kader Nasional


Sekolah Kader Nasional diselenggarakan bagi calon-calon Pengurus Koordinator
Cabang. Sekolah ini mendidik kepemimpinan dan keinstrukturan dalam konteks
geografi lebih luas yaitu provinsi.

Materi-materi dasar dalam Sekolah Kader adalah materi Kepemimpinan dan


Keinstrukturan. Keduanya penting disampaikan sejak dini kepada calon-calon
pengurus di segala level mengingat selama ini banyak anggota atau kader yang
berangkat dari nol ketika dia menerima tanggung jawab sebagai pengurus.
Dengan adanya sekolah kader, diharapkan penguatan mental, pengetahuan dan
psikomotorik calon pengurus dapat lebih ditata dan mendapat orientasi yang
lebih tegas.

Anda mungkin juga menyukai