Terbentuknya pribadi Muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya
dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
(Tujuan PMII, Pasal 4 AD/ART)
I. PENGANTAR
Di antara mereka ada yang menjadi tokoh utama sejarah, ada tokoh kedua, ada
tokoh ketiga dan seterusnya. Namun yang pasti, kader-kader itu mewakili
sebuah keyakinan bahwa adalah tugas manusia untuk mendorong atau menarik
masyarakat dan bangsanya menuju arah yang lebih maju dan beradab. Bukan
hanya meyakini tujuannya, mereka juga bergerak melakukan sesuatu. Bukan
pula hanya asal melakukan sesuatu, mereka melakukan sesuatu berdasar pada
pengetahuan dan keawasan membaca situasi zaman. Mereka melakukan
sesuatu dengan sebuah keyakinan, pengetahuan dan ketrampilan yang handal.
Perlu rupanya kita membuka lagi buku sejarah Islam, sejarah bangsa Yahudi,
dan umat Kristiani untuk mengaca bagaimanakah kader-kader itu. Atau kita
boleh simak bagaimana Amerika berdiri, Eropa berkembang, China dan Jepang
menjadi besar. Malah, harus kita baca dan dengarkan lagi perjuangan tokoh-
tokoh di Papua, Sulawesi, Jawa, Kalimantan dan Sumatera sejak zaman pra-
kolonial hingga pasca kolonial. Kita mesti menyimak semua itu untuk
mendapatkan gambaran historis bagaimanakah sosok kader, atau
bagaimanakah profil seorang manusia yang dididik di dalam lingkungannya
untuk sebuah tugas perjuangan.
PMII adalah salah satu lingkungan itu, sebuah lingkungan yang kecil.
Lingkungan lebih besar yang melahirkannya adalah NU, dan lingkungan lebih
besar lagi yang menjadi tempat hidup dan tidurnya adalah masyarakat dan
bangsa Indonesia. Dari semesta pengetahuan yang direguk PMII mengenai
situasi dunia, situasi bangsa dan situasi daerah, tidak berlebihan apabila PMII
bertekad mengadabkan, memajukan dan memenangkan bangsanya. Dengan
tekad itu, PMII membutuhkan individu-individu yang tergerak untuk melakukan
sesuatu setelah melihat kenyataan bangsa.
Namun karena individu-individu semacam itu jarang didapat secara gratis, PMII
harus mengadakannya melalui proses rekayasa. Rekayasa itu adalah pendidikan
atau pengkaderan. Sebab itulah PMII dibentuk bukan untuk merekrut anggota
sebanyak-banyaknya melainkan dibentuk untuk menciptakan kader. PMII
mencita-citakan untuk membentuk seorang individu menjadi pribadi Muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan
bertanggung jawab mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-
cita kemerdekaan Indonesia.
Tujuan itu adalah pilihan historis kita, sebagaimana para tokoh sejarah di
sepanjang zaman telah memilih tujuan mereka. Dengan segenap tenaga,
pikiran, perasaan dan tindakan, tidak ada kata untuk menolak tujuan itu. Juga
tidak boleh ada keraguan untuk menjawab pertanyaan: Apa Tujuan Gerakan
PMII? Ke arah tujuan itulah segenap proses berorganisasi dan proses
pendidikan-pengkaderan PMII diarahkan.
II. REFLEKSI KADERISASI
Semua itu pertanyaan faktual, artinya relevan untuk diajukan. Soalnya adalah
bahwa menata pertanyaan sesuai dengan proporsinya masing-masing, jarang
terjadi. Lalu mengurutkan, memahami kembali dan mengakumulasikan
jawaban-jawaban sebagaimana telah diberikan dari Kongres ke Kongres, juga
jarang dilakukan.
Ketika kita (PMII) berada di tengah situasi otoritarianisme Orde Baru, PMII
sepuas-puasnya mereguk khazanah intelektual dan mengambil inspirasi gerakan
serta kosakata Marxian. Ternyata pilihan tersebut ampuh sebagai jalan
mengetahui bahwa orang-orang PMII beserta organisasinya, adalah bagian dari
masyarakat pinggiran bangsa ini yang secara sistematis memang dipelihara
untuk tetap di pinggir. Lebih dari itu, pilihan tersebut juga ampuh untuk
membangkitkan radikalisme kita, sehingga PMII berani mengisi garis depan
perjuangan melawan negara sampai akhir dekade 1990.
Saat itu, tujuan PMII dan tujuan kaderisasi seolah-olah telah terumuskan dalam
bentuk final, konkrit dan mewujud secara material: membela rakyat tertindas.
Di tengah situasi zaman itu, struktur permukaan dari kenyataan yang dihadapi
mahasiswa memang mudah menciptakan situasi psikologis yang sarat dengan
heroisme.
Situasi tersebut persis terjadi saat inspirasi gerakan dan kosakata Marxian
belum disadari sepenuhnya sebagai sumber energi-eksternal pada masanya,
yakni situasi nasional dekade 1990. Dengan kalimat lain, kita masih cenderung
‘kiri’ dalam kosakata dan sedikit ‘kiri’ dalam pikiran, namun kita ingin ‘kanan’
juga. Ambang antara ‘kiri’ dan ‘kanan’ inilah yang harus kita atasi.
Maka kita harus mengingat kembali tujuan dasar kaderisasi PMII, atau untuk
apakah kaderisasi PMII dilakukan? Melihat kembali dan merekonstruksi tujuan
ini penting, mengingat telah demikian banyak input intelektual dan pengalaman
gerakan yang dipunyai PMII. Begitu banyaknya sehingga tujuan kaderisasi kita
sering tak terbaca dan teringat, tergantikan dengan ‘bahasa-bahasa’ lain.
Intensitas pergaulan dan kompetisi kita dengan organisasi ‘kiri’ dan organisasi
‘kanan’ kerap menimbulkan sikap ‘kecil hati’ di satu sisi dan terlalu ‘merasa
besar diri’ di sisi yang lain. Bahkan kadang-kadang muncul sikap reaksioner.
Pada hakikatnya sebutan KADER adalah ditujukan bagi individu yang telah
memenuhi kualitas-kualitas tertentu. Seperti apakah mereka? Jawabannya dapat
kita simak dalam Tujuan PMII. Tujuan PMII menegaskan bahwa PMII didirikan
untuk membentuk sebuah pribadi yang dengan segala kapasitas pribadinya yang
terasah, kemudian mengarahkan semua kualitas pribadinya bagi
kepentingan masyarakat danbangsa.
Namun nama itu memiliki kandungan yang lebih dalam dan luas dari 6 (enam)
kualitas di atas. Kedalaman itu dapat difahami dan direnungkan di ayat-ayat
darimana sumber nama itu berasal. Maka untuk mencapai kualitas di atas,
setiap individu Anggota PMII wajib memahami dan merenungkan 15 rangkaian
Ayat Suci Al-Qur’an yang menjelaskan dan mengilustrasikan
bagaimanakah Kader Ulul Albabitu.
Q.S al-Baqarah (2: Dan dalam hukum qisas itu terdapat (jaminan)
179) kehidupan bagimu wahai Ulul Albab, agar kamu
bertaqwa.
Q.S al-Baqarah (2: Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah
197) mengetahuinya. Berbekallah, karena sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah
kepada-Ku wahai Ulul Albab!
Q.S. al-Baqarah (2: Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia
269) Kehendaki. Barang siapa yang dianugerahi hikmah,
sungguh-sungguh ia telah dilimpahi karunia yang
banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran
kecuali Ulul Albab.
Q.S. Ali-Imran (3: 7, Dia-lah yang Menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu
8) (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang
muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (al-Qur’an) dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-
orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan,
mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk
mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali
Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam
berkata, “Kami beriman kepadanya (al-Qur’an),
semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali Ulul Albab. (Mereka
berdo’a), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau
Berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau
Maha Pemberi.”
Q.S. Ali-Imran Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
(3: 190, 191) pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagiUlul Albab. (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha
Suci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka”.
Q.S. al-Mai’dah Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan
(5: 99, 100) (amanat Allah), dan Allah Mengetahui apa yang kamu
tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan.
Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama (antara) yang
buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
keburukan itu menarik hatimu, maka bertaqwalah
kepada Allah wahai Ulul Albab.”
Q.S. al-Ra’du Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
(13: 19 – 20) Diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama
dengan orang yang buta? Hanya Ulul Albab saja yang
dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang yang
memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian.
Q.S. Ibrahim (14: (Al Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi
52) manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya,
agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang
Maha Esa dan agar Ulul Albab mengambil pelajaran.
Q.S. Shaad (38: 29) Kitab (Al Qur’an) yang Kami Turunkan kepadamu penuh
berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan
agarUlul Albab mendapat pelajaran.
Q.S. Shaad (38: 43) Dan Kami Anugerahi dia (dengan mengumpulkan
kembali) keluarganya dan Kami Lipatgandakan jumlah
mereka, sebagai rahmat dari kami dan pelajaran
bagiUlul Albab.
Q.S. az-Zumar (39: (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung)
9) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam
dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sebenarnya hanya Ulul Albab yang
dapat menerima pelajaran.
Q.S. az-Zumar Dan orang-orang yang menjauhi Thagut (yaitu) tidak
(39: 17, 18) menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka
pantas mendapat berita gembira; sebab itu
sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-
hambaku, (yaitu) mereka yang mendengarkan
perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah Diberi
petunjuk oleh Allah dan mereka itulah Ulul Albab.
Q.S. az-Zumar (39: Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah
21) menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi
sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu
ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-
macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu
engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
Dijadikan-Nya hancur berderai. Sungguh, pada yang
demikian itu terdapat pelajaran bagi Ulul Albab.
Q.S. al-Mu’min Dan sungguh, Kami telah Memberikan petunjuk kepada
(40: 53, 54, 55) Musa; dan Mewariskan Kitab (Taurat) kepada Bani
Israil, untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi Ulul
Albab. Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji
Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu
dan bertasbihlah seraya memuji Tuhan-mu pada waktu
petang dan pagi.
Q.S. at-Talaq Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang
(65: 8, 9, 10, 11) mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-
Nya, maka Kami Buat perhitungan terhadap penduduk
negeri itu dengan perhitungan yang ketat, dan Kami
Azab mereka dengan azab yang mengerikan. Sehingga
mereka merasakan akibat yang buruk dari
perbuatannya, dan akibat perbuatan mereka itu adalah
kerugian yang besar. Allah menyediakan azab yang
keras bagi mereka, maka bertakwalah kepada Allah
wahai Ulul Albab! (yaitu) orang-orang yang beriman.
Sungguh, Allah telah Menurunkan peringatan
kepadamu, (dengan mengutus) seorang Rasul yang
membacakan ayat-ayat Allah kepadamu yang
menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia
Mengeluarkan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya.
Manusia yang bertaqwa kepada Allah tidak memiliki rasa takut kepada selain-
Nya. Maka dalam pikiran, perasaan dan tindakan, manusia yang bertaqwa
sesungguhnya merdeka dari rasa takut. Satu-satunya yang ia takuti hanya
Allah. Rasa takut muncul karena khawatir melanggar Kehendak-Nya (Q.S al-
Baqarah,
2: 179, 197; Al-Maidah, 5: 99-100; Q.S. at-Talaq, 65: 8, 9, 10, 11).
2. Manusia yang beriman
4. Manusia yang setia dengan Janji Allah SWT dan tidak melanggar
perjanjian dengan-Nya
Manusia yang setia dengan Janji Allah SWT dan tidak melanggar perjanjian
denganNya adalah manusia yang hanya berharap dan meminta kepadaNya.
Sementara dia melakukan secara total apa yang dia harus lakukan sebagai
manusia, sebagai hamba (‘abdullah) sekaligus sebagai khalifah (khalifatullah), ia
melepaskan harapan dan ketergantungan dari apa yang dia lakukan. Semua
kembali diserahkan kepadaNya. Maka manusia yang setia tidak merasa kecewa
atas urusan duniawi dan senantiasa menatap kenyataan dengan optimis. (Q.S.
al-Ra’du (13: 19 – 20).
Sistem Pengkaderan PMII mengenal tiga bentuk pengkaderan yang berkait satu
dengan yang lain yaitu Pengkaderan Formal (MAPABA, PKD, PKL), Pengkaderan
Informal dan Pengkaderan Non-Formal (pelatihan-pelatihan). Satu jenis
pengkaderan menopang dan menentukan pengkaderan yang lain. Namun di luar
tiga jenis pengkaderan tersebut, satu faktor lain yang juga sangat menentukan
adalah kebiasaan sehari-hari kader dan iklim keorganisasian PMII secara umum
dan PMII setempat atau yang kami sebut lingkungan sehari-hari organisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku dan kebiasaan akan muncul lebih jujur
dan natural. Bagi kader baru, hal ini sangat berpengaruh bagi perkembangan diri
serta persepsi mereka terhadap PMII. Artinya bila lingkungan sehari-hari
organisasi tampak nyaman dan kondusif bagi pengembangan diri, seorang kader
(terlebih anggota baru) akan lebih mantap untuk aktif di PMII. Selain itu, dalam
lingkungan sehari-hari itulah sesungguhnya totalitas kader dalam menjalani
proses pergerakan tengah diuji. Sistem Pengkaderan PMII diilustrasikan dalam
bagan di halaman sebelumnya.
A. PENGKADERAN FORMAL
Penyelenggara
MAPABA diselenggarakan oleh Pengurus Rayon atau Pengurus Komisariat.
Penyelenggara MAPABA melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi
pelaksanaan MAPABA secara umum.
Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan MAPABA adalah:
1) Doktrinasi, yaitu pemahaman serta pembekalan keyakinan dan faham PMII,
2) Persuasi, yaitu pendekatan positif untuk meyakinkan dan menarik minat lebih
lanjut anggota baru PMII
Peserta
Peserta MAPABA adalah mahasiswa baru (semester pertama) atau maksimal
mahasiswa semester empat. Pembatasan tersebut dimaksudkan agar nantinya
anggota lebih memiliki kesempatan untuk berkembang.
Kurikulum MAPABA
Demikian ini adalah materi-materi MAPABA:
1. Bina Suasana 90 menit
2. Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial (MW)) 120 menit
3. Keorganisasian PMII (MW) 120 menit
4. Nilai Dasar Pergerakan (MW) 120 menit
5. Islam Indonesia (MW) 120 menit
6. Studi Gender dan Kelembagaan KOPRI (MW) 120 menit
7. Sejarah Negara Bangsa Indonesia (MW) 120 menit
8. Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia (MP) 120 menit
9. Antropologi Kampus (MLP) 120 menit
10. Sejarah PMII Lokal (MLP) 120 menit
11. Kajian Disiplin Ilmu (Fakultas/Jurusan) (MLP) 120 menit
12. General Review dan RTL 120 menit
13. Evaluasi 90 menit
Total Waktu 1530
menit
Keterangan
Pembaiatan Anggota
Pembaiatan adalah acara pengambilan ikrar peserta MAPABA untuk bergabung
dan bersetia dalam organisasi PMII. Pembaiatan dilakukan setelah seluruh
rangkaian acara dalam kegiatan MAPABA usai dilaksanakan. Pelaksanaannya
dilakukan di antara sessi terakhir dan acara penutupan.
Follow Up MAPABA
Follow Up atau tindak lanjut MAPABA adalah serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan bagi Anggota Baru untuk membimbing, mengarahkan cara-cara
berorganisasi dan untuk memperdalam nilai-nilai dan prinsip dasar organisasi
PMII.
Kegiatan Follow Up terbagi dua yaitu kegiatan yang dirancang bersama melalui
kesepakatan alumni MAPABA dan kegiatan Follow Up MAPABA yang dirancang
oleng Pengurus Rayon atau Pengurus Komisariat. Untuk mengarahkan
ketrampilan dan pemahaman Anggota Baru, diselenggarakan kegiatan wajib
yaitu:
Penyelenggara
PKD diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat atau Pengurus Cabang.
Penyelenggara PKD melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi pelaksanaan
PKD secara umum.
Model Pendekatan
PKD diselenggarakan bagi mahasiswa yang telah menjadi Anggota PMII. Untuk
itu secara umum dalam PKD digunakan pendekatan partisipatoris yang
menekankan keaktifan peserta untuk mengungkapkan pengalaman,
pengetahuan dan gagasannya sesuai materi yang diberikan.
Peserta
Peserta PKD adalah anggota PMII maksimal semester tujuh.
Seleksi
Seleksi dimaksudkan untuk menyaring peserta sehingga PKD dapat berlangsung
sesuai tujuan dengan tujuan PKD dan tujuan diadakannya pengkaderan. Seleksi
juga dimaksudkan untuk menjaga konsistensi semakin tinggi jenjang
Pengkaderan Formal, semakin tinggi pula kualitas pengkaderan yang
dilaksanakan.
Dalam seleksi diperlakukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat umum
mengikuti PKD adalah:
1) Mengikuti kegiatan-kegiatan Follow Up Mapaba.
2) Mengikuti minimal satu kegiatan Pengkaderan Non Formal bagi alumni Peserta
MAPABA.
Kurikukulum PKD
1. Pra-Kurikula 180 menit
2. Paradigma PMII (MW) 240 menit
3. Strategi Pengembangan PMII (MW) 150 menit
4. Pengorganisiran Kampus (MW) 150 menit
5. Sejarah Gerakan PMII Lokal (MW) 120 menit
6. Aswaja Sebagai Manhaj al-Fikr (MW) 150 menit
7. Islam Sebagai Teologi Pembebasan (MW) 150 menit
8. Analisis Sosial (MW) 150 menit
9. Analisis Wacana (MP) 150 menit
10. Studi Advokasi Kebijakan dan Anggaran (MW) 150 menit
11. Rekayasa Sosial/Teknologi/Genetika (MP) 150 menit
12. Sumber Daya Ekonomi Maritim (MP) 150 menit
13. Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa (MP) 150 menit
14. Ilmu Bumi Kampus (MP) 150 menit
15. Studi Banding Keprofesian (MW) 240 menit
16. General Review dan RTL 150 menit
17. Evaluasi 90 menit
Total Waktu 2670 menit
Keterangan
MW : Materi Wajib, yaitu materi yang wajib disampaikan dalam PKD
MP : Materi Pilihan, yaitu materi yang lebih baik disampaikan dalam
PKD
Pembaiatan Kader
Pembaiatan adalah acara pengambilan ikrar peserta PKD sebagai Kader Baru
PMII. Pembaiatan dilakukan setelah seluruh rangkaian acara dalam kegiatan
PKD usai dilaksanakan. Pelaksanaannya dilakukan di antara sessi terakhir dan
acara penutupan.
Follow Up PKD
Follow Up atau tindak lanjut PKD adalah serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan bagi/oleh Kader Baru PMII dalam durasi waktu tertentu. Follow
Up dapat diselenggarakan oleh Penyelenggara PKD dengan sasaran khusus
Kader Baru atau diselenggarakan oleh Kader Baru itu sendiri.
Penyelenggara
PKL diselenggarakan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Koordinator Cabang
dan dapat juga diselenggarakan oleh Pengurus Besar. Penyelenggara PKL
melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi dan mengarahkan pelaksanaan PKL
secara umum.
Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam PKL adalah pendekatan partisipatoris.
Pendekatan ini menekankan keaktifan peserta untuk mengungkapkan
pengalaman, pengetahuan dan pendapatnya.
Peserta
Peserta adalah kader PMII yang memenuhi syarat untuk mengikuti PKL.
Seleksi
Seleksi adalah tahap penyaringan (screening) calon peserta untuk menjadi
peserta PKL. Selain itu seleksi merupakan pengumpulan informasi yang
bermanfa’at bagi Fasilitator untuk mengetahui profil peserta PKL.
Tujuannya adalah
1) Menyaring kader untuk menjadi peserta PKL
2) Mengumpulkan bahan bagi data base kader PMII
3) Sebagai informasi dini bagi fasilitator mengenai profil kader peserta PKL
Kurikulum PKL
1. Prakurikula 180 menit
2. Membedah PMII Perspektif Ideologi (MW) 150 menit
3. Membedah PMII Perspektif Organisasi (MW) 150 menit
4. Membedah PMII Perspektif Strategi dan Gerakan (MW) 150 menit
5. Membedah PMII Perspektif Kepemimpinan (MW) 150 menit
6. Panel Materi Ke-PMII-an: Melihat Gerak PMII Secara Total 180 menit
(MW)
7. Peta Pemikiran dan Gerakan Islam (MW) 150 menit
8. Menghayati Kembali Pokok Keimanan Islam (MW) 150 menit
9. Panel Materi Keislaman (MW) 180 menit
10. Geopolitik, Geoekonomi dan Geostrategi (MW) 240 menit
11. Sejarah Masyarakat Indonesia (MW) 180 menit
12. Strategi Kebijakan Pembangunan Berbasis Maritim (MW) 150 menit
13. Panel materi Keindonesiaan (MW) 180 menit
14. Analisis Isu dan Media (MP) 180 menit
15. Teknik Lobby dan Membangun Jaringan (MW) 180 menit
16. Community Organizing (MW) 180 menit
17. Manajemen Asset Daerah (MW) 150 menit
18. General Review dan RTL 180 menit
19. Evaluasi 120 menit
Total Waktu 3180 menit
Keterangan
MW : Materi Wajib, yaitu materi yang wajib disampaikan dalam PKL
MP : Materi Pilihan, yaitu materi yang lebih baik disampaikan dalam
PKL
Follow Up PKL
Follow Up atau tindak lanjut PKL adalah serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan bagi/oleh Kader Mujtahid. Follow Up dapat diselenggarakan
oleh Penyelenggara PKL atau diselenggarakan oleh kader itu sendiri. Follow Up
bertujuan untuk menjaga, memperdalam dan mengembangkan pemahaman
Kader atas materi-materi PKL. Selain itu Follow Up bertujuan untuk
mengembangkan ketrampilan khusus bagi Kader Mujtahid.
Kegiatan Follow Up Wajib
Selain kegiatan yang dirancang bersama oleh alumni PKL, terdapat Follow Up
wajib diikuti oleh Kader Mujtahid. Kegiatan wajib itu ialah Pelatihan Human
Relation. Pemilihan Pelatihan Human Relation sebagai follow up wajib ini didasari
beberapa pertimbangan.
B. PENGKADERAN INFORMAL
Bekal pengetahuan dan ketrampilan spesifik kader secara ideal juga berfungsi
untuk memudahkan proses distribusi kader di ruang-ruang strategis di luar PMII.
Diharapkan dalam jangka panjang penumpukan kader PMII di ruang politik dan
LSM dapat dikurangi, tanpa kehabisan suplay di dua ruang tersebut.
Masih bisa kita lihat dari sekian banyak kegiatan Pengkaderan Non Formal yang
PMII adakan, sebagian besar belum mampu mengasah pengetahuan dan
ketrampilan khusus kader. Selain itu setelah sebuah pelatihan diadakan PMII
tampak kurang sigap menindaklanjuti hasil pelatihan baik dalam hal jaringan,
atau variasi tugas dan kegiatan lanjutan bagi kader. Padahal jaringan, tugas dan
kegiatan lanjutan tersebut sangat penting sebagai pra-syarat bagi mungkinnya
proses distribusi kader.
Fakta tersebut tidak berarti membatalkan nilai penting Pengkaderan Non Formal,
melainkan justru menjadi pijakan faktual untuk mempertimbangkan secara
serius setiap bentuk Pengkaderan Non Formal yang akan untuk diselenggarakan.
Tentu saja bentuk Kursus dapat menjadi Pelatihan dan begitu sebaliknya.
Sebagai misal, Pelatihan Kewirausahaan, dengan pertimbangan materi pelatihan
yang cukup banyak, dapat dirubah menjadi kursus. Perubahan semacam itu
dimungkinkan dilakukan. Beberapa istilah juga sering digunakan
seperti sekolah (untuk kursus) atau training (istilah Inggris dari Pelatihan),
variasi istilah semacam itu terkadang juga penting untuk mencegah kejemuan
kader mendengar istilah-istilah tertentu. Hanya harus diingat bahwa tujuan
besar dari kedua macam ragam Pengkaderan Formal tersebut adalah membekali
kader dengan pengetahuan dan ketrampilan yang bersifat spesifik atau khusus.
Sehingga dengan bekal tersebut nantinya seorang kader PMII mampu
menjalankan missi organisasi pergerakan dengan baik.
V. REKOMENDASI
A. Materi Kaderisasi
Materi kaderisasi harus diperiksa kembali relevansinya dengan situasi mutakhir.
Beberapa hal berikut harus menjadi pertimbangan dalam merumuskan materi
kaderisasi:
1. Keseimbangan proporsi antara materi dengan orientasi pengembangan skill,
pengetahuan, mentalitas-religiusitas-ideologi dalam kaderisasi formal.
2. Mempertegas materi-materi wajib dan materi-materi pilihan, serta melengkapi
materi-materi kaderisasi dengan kurikulum dan referensi.
3. Menyusun tim instruktur.
B. Sistem Pengkaderan
Tiga jenis model kaderisasi (formal, informal dan nonformal) berorientasi
untuk mencapai Tujuan Organisasi sebagaimana tercantum di pasal 4 Anggaran
Dasar Organisasi. Untuk itu frekuensi dan kedalaman diskusi mengenai Tujuan
Organisasi harus ditingkatkan, untuk memandu proses berjalannya tiga jenis
kaderisasi.
Review Kurikulum harus dilakukan secara reguler dan matang untuk
memastikan kurikulum kaderisasi formal tetap berada dalam konteks kenyataan.
Motif reaktif dan sikap reaksioner terhadap fenomena baru harus dijauhkan dari
setiap upaya review kurikulum, untuk menjaga kurikulum dari labilitas situasi
yang mudah dipengaruhi oleh trend. Kurikulum harus menopang Tujuan
Organisasi, bersifat jangka panjang, sejajar dengan konteks dan mewadahi
seluruh minat dan latar belakang akademik.
Ketersediaan fasilitator atau instruktur kaderisasi harus menjadi perhatian
serius Pengurus Besar. Karena itu, selama 2 hingga 4 tahun mendatang PB, PKC
maupun PC harus melakukan pelatihan keinstrukturan secara berkala guna
memenuhi stok instruktur kaderisasi yang diperlukan oleh PMII. Target yang
hendak dicapai adalah tersedianya 10 orang instruktur kaderisasi di setiap
cabang PMII yang bekerja untuk menghidupakan dan mendinamisir gerak
kaderisasi organisasi.
Pengembangan variasi kaderisasi non formal harus mendapat perhatian
bersama. Berbagai macam pelatihan dan kegiatan pengembangan potensi dan
kapasitas anggota harus diadakan dengan memperhatikan perkembangan
konteks. Kaderisasi non formal merupakan ujung tombak kaderisasi dalam
menciptakan profil kader yang memiliki kehandalan dan ketrampilan teknis.
C. Pendukung Kaderisasi
Semua pengurus PMII diseluruh tingkatan harus membangun komitmen
bersama untuk memberikan dukungan kepada PB PMII menerapkan sanksi tegas
organisasi kepada setiap cabang yang tidak mampu melakukan kaderisasi formal
(MAPABA dan PKD) minimal sekali dalam 1 tahun kepengurusannya maupun
pengkaderan informal dan non-formal sebagai syarat melakukan pengkaderan
formal untuk diturunkan statusnya.
Kepengurusan PMII di semua level harus kembali menjadikan kampus
sebagai basis-basis kaderisasi utama PMII. Untuk itu, sejumlah kegiatan
kaderisasi yang berorientasi pada penguasaan basis-basis aktifitas kampus
harus menjadi prioritas program kaderisasi di semua lini.
Selain itu, guna menjamin bahwa PMII akan mampu berperan di era pasar
bebas yang sangat bergantung pada ketrampilan-ketrampilan profesional, maka
penguasaan kampus-kampus umum berbasis eksakta maupun ilmu-ilmu
ekonomi dan tekhnokratik harus ditingkatkan.
Seluruh pengurus di tiap jenjang kepengurusan harus menciptakan situasi
yang kondusif bagi berlangsungnya proses kaderisasi. Baik kaderisasi formal,
informal maupun non-formal.
D. Sekolah Kader
Sekolah kader ialah format kaderisasi formal baru yang memiliki tujuan spesifik.
Sekolah Kader bertujuan untuk mendidik dan melatih calon-calon Pengurus
Komisariat, Pengurus Cabang dan Pengurus Koordinator Cabang dalam hal
kepemimpinan dan keinstrukturan. Setelah mengikuti Sekolah Kader, setiap
peserta diharap memiliki wawasan dan ketrampilan khusus dalam bidang
kepemimpinan, mengatur/mengurus organisasi, dan menjadi seorang instruktur
kaderisasi.
Sekolah Kader diselenggarakan oleh tiga institusi yaitu Pengurus Cabang,
Pengurus Koordinator Cabang dan Pengurus Besar. Pembagian dan pembedaan
ketiganya adalah sebagai berikut.