Anda di halaman 1dari 194

FILSAFAT PENDIDIKAN

ISLAM
1

H. MARAGUSTAM SIREGAR, PROF.


DR. M.A.
MENCETAK PEMBELAJAR MENJADI INSAN
PARIPURNA
(FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM)

BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
2

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dikuasai oleh Barat


Globalisasi Informasi yang membawa
visi dan misi
Sekularisme: Suatu paham yang
memisahkan dunia dan akhirat,
memisahkan kehidupan dunia dan
kehidupan agama. Pengamalan agama
adalah masalah pribadi

BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
3

Liberalisme: faham freedom of choice

(kebebasan memilih) yang meliputi freedom


of worship (kebebasan dalam hal
peribadatan), ownership (kepemilikan),
politics (politik), and ekspression
(berekspresi). Liberalisme ini juga melanda
kepada keluarga, sehingga sangat sulit
anggota keluarga diatur, dibimbing, disuruh
beribadah dan lain-lain demi atas nama
liberalisme

BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
4

Hedonisme: kebahagiaan adalah

kesenangan. Kesenangan itu berkat


gerakan yang lemah gemulai,
sedangkan rasa sakit berkat gerakan
kasar. Kesenangan sesaat yang
dinikmati itulah yang dihargai. Suatu
perbuatan disebut baik sejauh dapat
menyebabkan kesenangan dan
memberi kenikmatan.

BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
5

Krisis etika dan moral sebagai akibat dari kurang

efektifnya proses sosialisasi atau internalisasi


sikap-sikap dan nilai-nilai Islam dalam proses
pembelajaran atau akibat dipisahkannya urusan
agama dan dunia.
Terjadinya inefisiensi eksternal berupa tidak
dipakainya keluaran pendidikan Islam pada pasar
tenaga kerja. Kalaupun dipakai, pekerjaan itu
berbeda dengan pendidikan yang diperoleh di
bangku kuliah (missmatch).

BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
6

Nilai-nilai Islam yang diberikan dalam

lembaga pendidikan tidak sesuai dengan


realitas sosial yang ada. Pembelajar menjadi
bingung ketika nilai dan norma yang
diterima di lembaga pendidikan sangat jauh
berbeda dengan prilaku masyarakat.
Krisis keteladanan dari pemegang kendali
dalam masyarakat, seperti orang tua, tokoh
masyarakat, pemerintah, dan para guru.

BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
7

Kurang sepadannya sistem

penghargaan (reward system)


masyarakat terhadap orang-orang
yang mengamalkan ajaran
agamanya.

PENDIDIK

SUMBER
BELAJAR

PESERTA
DIDIK

VISI PENDIDIKAN NASIONAL


9

Visi Pendidikan Nasional menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas


adalah:
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah .
Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut,
Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan:
INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF
(Insan Kamil / Insan Paripurna)

INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF


DAN KOMPETITIF
Cerdas
Spiritual

Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan


memperkuat keimanan, ketakwaan
10 dan akhlak mulia termasuk budi pekerti
luhur dan kepribadian unggul.

Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan


apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta
kompetensi untuk mengekspresikannya.
Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang:
membina dan memupuk hubungan timbal balik;
Cerdas
demokratis;
Emosional
empatik dan simpatik;
dan Sosial
menjunjung tinggi hak asasi manusia;
ceria dan percaya diri;
menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta
berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban
warga negara.
Cerdas
Intelektual

Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan


kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi;
Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif;

Cerdas
Kinestetik

Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat,
bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas;
Aktualisasi insan adiraga;

INSAN INDONESIA CERDAS


KOMPREHENSIF DAN
KOMPETITIF
11

Kompetitif

Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan


Bersemangat juang tinggi
Mandiri
Pantang menyerah
Pembangun dan pembina jejaring
Bersahabat dengan perubahan
Inovatif dan menjadi agen perubahan
Produktif
Sadar mutu
Berorientasi global
Pembelajar sepanjang hayat

PENGERTIAN FILSAFAT
12

Pengertian Filsafat : (1) berpikir bebas, (2) radikal,

(3) sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu


termasuk pendidikan Islam.

PENGERTIAN TARBIYAH
13

Kata tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu: (1) raba;

(2) rabiya; dan (3) rabba. Kata raba - yarbu,


dengan arti nama- yanmu, yang berarti bertambah;
tumbuh menjadi besar. Kata rabiya yarba,
dengan wazan khafia-yakhfa, artinya naik, menjadi
besar/dewasa, tumbuh, berkembang. Kata rabbayarubbu, dengan arti: aslahahu (memperbaikinya),
tawalla amrahu (mengurusi perkaranya,
bertanggung jawab atasnya), sasahu (melatih;
mengatur; memerintah), qama alaihi (menjaga,
mengamati, membantu), raahu (memelihara,
memimpin).

TARBIYAH DARI SEGI ETIMOLOGIS


14

Tiga asal kata tarbiyah yakni raba; rabiya; dan rabba.


Kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni:
1. al-nama: bertambah, berkembang dan tumbuh menjadi besar

sedikit demi sedikit,


2. Aslahahu: memperbaiki pembelajar jika proses
perkembangan menyimpang dari nilai-nilai Islam,
3. tawalla amrahu yang berarti mengurusi perkara pembelajar,
bertanggung jawab atasnya dan melatihnya,
4. raahu : memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi
yang dimiliki dan tabiatnya,
5. al-tansyiah :mendidik, mengasuh, dalam arti materi
(fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya).

TARBIYAH DARI ISTILAH


15

1.

Murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah


Allah, karena Dialah Pencipta fitrah, potensi
kekuatan dan kelemahan, dan Paling Tahu tentang
hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu
dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia
itu sesuai dengan cetakan Tuhan.

TARBIYAH DARI ISTILAH


16

2. Penumbuhan dan pengembangan secara sempurna

semua dimensi manusia baik materi, seperti


fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati,
kehendak, kemauan adalah tanggung jawab
manusia sebagai fungsi hamba Tuhan (QS. alDzariyat [51]:56) dan fungsi khalifah (QS. alBaqarah, [2]:30).

TARBIYAH DARI ISTILAH


17

3. Proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan

dasarnya dari Alquran-Sunnah dan berjalan sesuai


dengan sunnatullah yang digariskan-Nya.
4. Setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada
penumbuhan, pengembangan, perbaikan,
kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi
dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa
atau secara natural.

TARBIYAH DARI ISTILAH


18

5. Tarbiyah yang disengaja mengharuskan adanya

rencana yang teratur, sistimatis, bertahap,


berkelanjutan dan fleksibel.
6. Yang menjadi subjek sekaligus objek dalam
aktivitas tarbiyah adalah manusia. Untuk itu semua
aktivitas tarbiyah harus mengikuti fitrahnya tanpa
merampas hak-haknya sebagai manusia dan
hamba.

TARBIYAH DARI ISTILAH


19

7.

Kata tarbiyah tidak terbatas


pengertiannya sebagai sekedar
transfer ilmu, budaya, tradisi,
dan nilai tetapi juga
pembentukan kepribadian
(transformatif) yang dilakukan
secara bertahap.

KATA TAKLIM LEBIH LUAS


PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH
20

Pertama, ketika mengajarkan membaca Alquran

kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak


terbatas pada membuat mereka sekedar dapat
membaca, melainkan membaca dengan perenungan
yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung
jawab, penanaman amanah sehingga terjadi
pembersihan diri (tazkiyah) dari segala kotoran,
menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima
hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum
diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta
berguna bagi dirinya.

KATA TAKLIM LEBIH LUAS


PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH
21

Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada

pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka


atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun
pengetahuan yang lahir dari dongengan khayali dan
syahwat atau cerita-cerita dusta (QS. Al-Baqarah,
[2]:78):

(Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak
mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan
bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga).

KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD


TARIYAH
22

Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan


seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku
yang baik. Hal tersebut pada QS. Yunus, [10]:5):

(...Allah tidak menciptakan yang demikian itu


melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tandatanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui).

KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD


TARIYAH
23

Dalam ayat ini mencakup berbagai aspek antara

lain : ilmu falak yang di dalamnya mencakup teoritis


dan praktik. Mencakup juga aspek pembuktian
bahwa Allah SWT adalah Pencipta. Dengan demikian
kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang
hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan
kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa.

ISTILAH TAKDIB
24

Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan

(ilm), pengajaran (taklim) dan pengasuhan yang


baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup
beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan
yang saling berkait, seperti ilm (ilmu), adl
(keadilan), hikmah (kebajikan), aml (tindakan),
haqq (kebenaran), natq (nalar) nafs (jiwa), qalb
(hati), aql (akal), maratib dan derajat (tatanan
hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab).

SEBAB PEMILIHAN KATA TARBIYAH UNTUK


PENDIDIKAN ISLAM:
25

tarbiyah ternyata dapat diperluas dari makna


semantiknya,
2. tarbiyah lebih umum dapat di terima oleh
masyarakat terutama masyarakat muslim di
Indonesia,
3. nilai sosial atau istilah tarbiyah lebih umum
diterima dalam situasi lokal tertentu daripada
terma taklim dan takdib.
1.

HAKIKAT PENGERTIAN ISLAM


26

Islam: penyerahan diri kpd Allah, dan dengan (1)

menyerahkan diri kepadaNya maka ia memperoleh


(2) keselamatan dan (3) kedamaian

PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


27

Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem

filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban


filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak
bertentangan dengan Islam untuk dijadikan
pedoman dalam lapangan pendidikan.

FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (1)


28

1.

Teori umum bagi pendidikan, sepanjang filsafat


pendidikan Islam tersebut mengarah pada apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan itu baik dari
segi teoritik maupun dari segi pelaksanaannya.

PENGOLAHAN SUMBER FPI (1)


29

Alquran
2. Sunnah
3. Hasil Ijtihad
1.

PENGOLAHAN SUMBER FPI (2)


30

Khusus mengenai Ijtihad ini:


1. Hasil kajian ilmiah yang betul mengenai watak

manusia, pertumbuhan jasmani, intelektual, emosi,


spritual, kebutuhan-kebutuhan dan proses
pertumbuhannya.
2. Nilai-nilai dan tradisi-tradisi sosial yang baik dan
yang islami, yang tidak menghalangi kemajuan
mengikuti semangat zaman dan keperluankeperluan peradaban, sosial, ekonomi dan politik.

PENGOLAHAN SUMBER FPI (3)


31

3. Hasil-hasil penyelidikan dan kajian-kajian pendi

dikan dan psikologi yang berkaitan dengan sifatsifat, proses pendidikan, dan tujuan-tujuan
pendidikan dan fungsi-fungsinya sangat penting.
4. Prinsip-prinsip yang menjadi dasar filsafat politik,
ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh negara,
perjanjian-perjanjian, prinsip-prinsip organisasi
regional dan internasional kemana bergabung
negara Islam itu, selama perjanjian dan prinsip itu
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (2)


32

2. Kritik terhadap asumsi-asumsi yang dipegangi oleh


para pendidik dan tenaga kependidikan, jika
pegangan filsafat pendidikannya tidak menjiwai
nilai-nilai Islam baik dalam pembentukan teori,
konsep maupun dalam proses praktiknya. Sangat
tidak benar kalau pendidik tidak mempunyai filsafat
pendidikan Islam sewaktu dia menjalankan tugas
profesionalnya.

FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (3)


33

3. Evaluasi terhadap kesenjangan-kesenjangan,


pertentangan-pertentangan, antara teori dan
praktiknya, antara satu teori dengan teori lainnya,
antara satu metode dengan metode lainnya sehingga
bila dapat ketidak cocokan, atau tidak sinkrun, maka
dengan segera dapat diperbaiki.

FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (4)


34

4. Analisis terhadap konsep-konsep dan istilahistilah pendidikan. Banyak istilah dalam lapangan
pendidikan yang harus didefinisikan dan
dikembangkan, ditafsirkan dan dianalisis. Agar
istilah-istilah, konsep-konsep dan ide-ide yang
berkembang itu sinkrun, dan menjadi kesamaan
persepsi di kalangan pendidikan dan tenaga
kependidikan, maka perlu dianalisis, diselaraskan,
dikaitkan satu dengan yang lain menjadi jalinan
yang harmonis dan teratur.

FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (5)


35

5. Normatif. Filsafat pendidikan dijadikan sebagai


penentu arah, pedoman, petunjuk, pembimbing
asas-asas, prinsip-prinsip, teori dan praktik
pendidikan.

RUANG LINGKUP FPI


1. Ontologi (Metafisika) (1)
36

FPI berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar,


sistematik, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan.
Maka Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah:
Metafisika (Ontologi): cabang filsafat yg ingin mencari
dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada (being).
Dalam Islam hal ini dibicarakan dalam Ilmu Tauhid.
Dasar-dasar pembahasan metafisika ialah (1) Tuhan,
manusia dan alam dilihat dari pendidikan Islam.
Being ada dua: menciptakan dan diciptakan, ada yg
menyebabkan dan ada yang diakibatkan.

Metafisika (2):
37

Setiap proses penciptaan, selalu ada beberapa

factor yg menentukan adanya penciptaan; 1)


adanya pencipta (subyek), 2) adanya ciptaan
(obyek), 3) adanya bahan yg dipakai, 4) adanya
tujuan, 5) adanya proses (ruang dan waktu).
Tahapan ada, yaitu ada yang konkrit dan ada
abstrak (ghaib). Ada konkrit dapat dilihat, diraba,
dirasa, diukur dlsb. Sedangkan ada abstrak hanya
dapat dilihat dg penglihatan ghaib antara lain
melalui konsep.

Metafisika (3):
38

Ada yg ada dapat disandarkan kepada eksistensi

Tuhan dan ada disandarkan kepada eksistensi


manusia. Jika terjadi konflik antara ada
disandarkan kpd Tuhan dan ada disandarkan kpd
manusia, dalam konsep Islam harus dimenangkan
oleh Eksistensi Tuhan.
Jika terjadi konflik antara otoritas manusia
(kultur) terhadap alam (nature) maka seharusnya
manusia tidak harus mempunyai otoritas mutlak
terhadapnya. Karena manusia tidak terlibat
mengadakan alam itu sendiri.

Metafisika (4):
39

Yang Nyata (realitas) : sesuatu yang berada pada

sesuatu yg merupakan bagian dari yg ada itu


sendiri. Realitas selalu berdimensi ruang dan
waktu, karenanya selalu mengandung pluralitas
dan relativitas. Filsafat Islam memandang realitas
pada hakikatnya adalah spiritual. Hakikat spritual
dari relitas terdapat pada adanya dinamika dan
perubahan, yang secara kodrati selalu terjadi dan
akan terus terjadi, dan merupakan suatu
sunnatullah.

2. Epistemologi (1):
40

Metode memperoleh Ilmu secara umum: (1)

melalui Kasbi/Khushuli dan (2)


Ladunni/Khudhori.
Kasbi: cara berpikir metodik, konsisten dan
bertahap melalui proses observasi, research,
eksprimen dan penemuan.
Ladunni: proses pencerahan ruhaniyah manusia
dan karenanya kehadiran cahaya Ilahi dalam
qalbu manusia. Dengan sinaran Ilahiy, qalbu
manusia dapat membaca dg jelas dan terserap
dalam kesadaran intelek, seakan-akan orang
memperoleh ilmu dari Tuhan langsung.

Epistemologi (2):
41

Kebenaran Ilmu: ilmu yg kasbi relatif

kebenarannya sedangkan ilmu Allah pasti


kebenarannya.
Tujuan memperoleh Ilmu: 1) ilmu untuk
kenikmatan 2) ilmu untuk ilmu, 3) ilmu
mengembangkan peradaban 4) ilmu untuk sarana
mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Islam
sebagai central poin ialah yang keempat untuk
memayungi tujuan 1,2 dan 3.
Sarana Peroleh Ilmu: melalui inderawi dan
potensi-potensi internal manusia (nafs, akal, qalb,
dan lain-lain).

3. Aksiologi (1) :
42

Ialah: cabang filsafat mencari hakikat nilai-nilai


(value). Nilai bisa baik dan bisa pula jahat
yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan
tindakan seseorang (dataran aplikatif). Yang
baik itu ialah maruf dan yang jahat itu almunkar.
Axiologi (Brameld) ada tiga sasaran yakni:
moral conduct (tindak moral) melahirkan
Ethica; Esthetic expression (ekspresi
keindahan) melahirkan Esthetika; dan Sociopolitical life, (kehidupan sosia-politik),
melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.

Aksiologi (2) :
43

Hakikat baik dan jahat itu bersifat universal dan

absolute. Etika social misalnya harus berprinsip


persamaan dan kebersamaan; keadilan social;
keterbukaan dan musyawarah.
Etika agama membicarakan hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, dan manusia dengan kebudayaan.

Aksiologi (3):
44

Tiga Nilai Fundamental dalam FPI:


Nilai Sentral: ialah berada pada wilayah titik pusat

nilai yang menjadi sumber pengambilan keputusan


politik, hukum dan lainnya;
Nilai Sekuler: Sebagai penafsiran dan penerapan
nilai sentral;
Nilai Operasional yakni lahir dari tindakan seharihari yang merupakan pengewajanthan dari nilai
sekuler

Aksiologi (4):
45

Nilai sentral (inti) dalam Islam ialah marifatullah

berupa iman dan tauhid dan mardatillah. Ada tiga


tauhid menurut Ibnu Taimiyah:
(1) tauhid Ulu>hiyah ialah bahwa Allah Maha Tunggal
yang paling berhak di sembah, ditaati, dan dipatuhi;
(2) tauhid Rububiyah, ialah Allah yang Maha Esa itu
yang menciptakan, mengatur perkara-perkaranya
dan yang mendidiknya, dan
(3) tauhid al-Asma> wa al-Sifah ialah bahwa tiaptiap yang berlaku di alam ini bersumber dari
perbuatan dan pengaturan Allah, dan kepada-Nya
setiap kesudahan akhir, dan daripada-Nya pula
bermula setiap sesuatu

Aksiologi (5):
46

Nilai sekuler terdiri dari enam hubungan:


1.Dengan Allah: ubudiyah dan istikhlaf;
2.Dengan Masyarakat: taa>wun, ada>lah

dan ihsa>n;
3. Kehidupan dunia: ibtila>
4. Dengan Ilmu: hubungan fard} ain dan
kifa>yah
5. Kehidupan akhirat: masu>liyah dan jaza>
6. Dg Alam: hubungan taskhi>r dan
pembelajaran

Aksiologi (6)
47

Hubungan manusia dengan Tuhan adalah

hubungan antara hamba dengan Majikan,


makhluk dan Khaliq, ciptaan dan Pencipta.
Hubungan manusia dengan sesamanya
hubungan adalah dan ihsan. Yakni hubungan
patner yang mengemban amanah khalifah dari
Tuhan; sederajat, sama-sama ciptaan dan
karenanya sama dihadapan Tuhan kecuali tindak
amal perbuatannya (taqwanya). Perbedaan hak
dan kewajiban adalah karena perbedaan tugas
dan profesinya sehingga melahirkan taklif
(pembebanan) yang lebih. Maka dalam agama
dikenal ada Wajib ain dan wajib kifayah.

Aksiologi (7):
48

Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan

pengelola (pemimpin) dan yang dikelola (dipimpin). Alam


merupakan medan emperik bagi manusia untuk
kemakmuran manusia dan alam bagian dari dirinya.
Kesalahan pengelolaan akan berakibat fatal bagi kehidupan
manusia.
Hubungan manusia dengan ciptaannya (kebudayaan)
adalah manusia pada dasarnya memegang otiritas dan
kekuasaan yang penuh, artinya manusia bertanggungjawab
untuk apa semua ciptaannya itu akan diperbuat, dan
ciptaannya sepenuhnya bergantung pada
manusia.Kebudayaan sebagai alat bukan sebagai yang
dipertuhankan.

Aksiologi (8):
49

Nilai Operasional diwujudkan dalam:


1. al-wajiba>t (hal-hal yang diwajibkan);
2. al-manduba>t (hal-hal yang disunatkan);
3. Al-mahruma>t (hal-hal yang diharamkan);
4. Al-makruha>t (hal-hal yang dimakruhkan);
5. Al-jaiza>t (hal-hal yang diperbolehkan).

STRUKTUR IDE DASAR FPI (buku: hal 48)


50

Pertama: Akidah tentang Alam (cosmocentris)

Yang dimaksud dengan nilai-nilai


(struktur) ide dasar pendidikan Islam ialah
ide dasar yang menjadi titik tolak dalam
membangun isi dan substansi persoalanpersoalan pendidikan Islam.
Struktur ide itu ialah kepercayaan thd
alam, kehidupan dan manusia

STRUKTUR IDE DASAR FPI


51

Alam ialah seluruh makhluk ini baik alam fisik


maupun alam sosial. Dengan kata lain, alam ialah
selain Allah.
1. Alam ini diciptakan Allah sebagai satu-satunya
penciptanya, Pencipta seluruh isi kandungannya
dan Pencipta sistemnya.

STRUKTUR IDE DASAR FPI


52

2. Alam ini diciptakan dengan penuh


keteraturan dan sifatnya pasti
(exact).
3. Sifat alam (sunnatullah) ini
adalah tetap, tidak pernah
berubah (immutable)

STRUKTUR IDE DASAR FPI


53

4. Alam ini dengan segala sunnatullahnya

diciptakan Allah untuk dipelajari dan


diteliti baik secara individu maupun
kerjasama kolektif melalui berbagai
kemampuan yang dimiliki manusia dan
rekayasanya
5. Eksistensi alam ini berdasar pada
undang-undang kausaliltas (sebab
akibat).

STRUKTUR IDE DASAR FPI


54

6. Karena alam ini sifatnya pasti, tidak

pernah berubah, dan teratur, maka sifat


alam ini objektif. Artinya, sunnatullah ini
berlaku sama bagi semua individu dan
kelompok, tidak peduli apakah ia muslim
atau non muslim, asalkan menjalankan
sesuai dengan sunnatullah, maka pasti
akan terjadi atau tidak terjadi.

STRUKTUR IDE DASAR FPI


55

7.

Bahwa dalam mempelajari,


memanfaatkan, mengolah alam ini
haruslah dengan ilmu yang benar
disertai dengan iman. Tanpa ilmu dan
iman yang benar, maka pemanfaatan
alam ini akan tidak sesuai dengan
ekosistem dan hukum kausalitas.
Karenanya berakibat negatif kepada
manusia.

STRUKTUR IDE DASAR FPI


56

Kedua: Akidahterhadap kehidupan:


1. Hakikat kehidupan dunia ini adalah sarana
mencari bekal menuju akhirat dan tempat
tinggal sementara (terminal), bukan tempat
yang abadi/tujuan akhir.
2. Kehidupan ini sebagai ujian dan labolatorium
serta pendidikan bagi manusia.
3. Ujian bertujuan meningkatkan kualitas
keimanan seseorang.

STRUKTUR IDE DASAR FPI


57

4. Kehidupan

manusia seperti gelombang


laut dan dalam bahasa agama disebut
al-iman yazid wa yanqus
5. Setiap prilaku manusia pasti
dipertanggungjawabkan di hadapan
Tuhan.

STRUKTUR IDE DASAR FPI


58

6. Tujuan ujian adalah untuk


mengetahui tingkat kualitas manusia
sebagai hamba dan sekaligus sebagai
khalifah.
7. Setiap perilaku manusia menghadapi
gelombang ujian ini akan
dipertanggung jawabkannya.

STRUKTUR IDE DASAR FPI


59

8.

Hasil akhir dari perjalanan hidup


manusia menghadapi ujian sangat
bervariasi dan hasil konkretnya ada
di hari pembalasan segala amal. Jika
amal seseorang baik, maka pasti
balasannyapun baik pula. Sebaliknya
jika amalnya jelek, maka balasannya
akan jelek pula.

E. HAKIKAT MANUSIA (1) Proses Kejadian :


60

Asal kejadian manusia pertama ialah persenyawaan


antara Tin (QS. Sajadah (32:7; Al-Muminun
(23):12); Turab (QS. Al-Hajj (22):5; Ali Imran
(3):59; Shal-shal dan Fakhhar (Ar-Rahman
(55):14; dan Hamain Masnun (QS. Al-Hijr (15):26);
dan al-Ruh.
Asal kejadian manusia pasca Adam melalui proses
biologik melalui pasangan laki-laki dan perempuan
(QS. Al-Muminun (23): 12-14).

HAKIKAT MANUSIA (2)


Perangkat Jati Diri MANUSIA
61

Hakikat Insan dilihat dari dua kata kunci dalam Al-

Quran yakni Al-Insan dan Al-Basyar.


Al-Insan yg btk jamaknya al-nas dpt dilihat dari
segi akar katanya dari anasa (melihat, mengetahui
dan minta izin). Dari sini manusia dapat
mengambil pelajaran dari apa yg ia lihat,
mengetahui apa yang benar dan apa yang salah,
dan terdorong untuk meminta izin menggunakan
sesuatu yg bukan miliknya.
Al-Insan dari akar kata : nasiya (lupa)
menunjukkan adanya kaitan yg erat antara
manusia dg kesadaran dirinya. Manusia lupa thd
susuatu hal, disebabkan ia kehilangan kesadaran
thd sesuatu.

HAKIKAT MANUSIA (3)


PENGERTIAN MANUSIA
62

Al-Insan dari akar kata : Al-Uns atau anisa (jinak),

menunjukkan pada dasarnya manusia itu jinak, dapat


menyesuaikan diri dg realitas hidup dan lingkungannya.
Al-Basyar disebut untuk semua makhluk baik laki-laki
maupun perempuan, baik secara individual maupun
kolektif. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah
yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh
yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Untuk itu
kata basyar mengacu kepada manusia dari aspek
lahiriyahnya dan mempunyai bentuk tubuh yg sama.
Manusia dilihat dari insan maka perkembangan dan
pertumbuhannya sangat tergantung pengembangan
diri, lingkungan termasuk pendidikan dan kebudayaan.
Sedangkan manusia dari kata basyar sangat tergantung
pada alam (apa yg dimakan dan diminumnya).

HAKIKAT MANUSIA (4):


POTENSI MANUSIA
63

Nafs sinonimnya insan atau al-fard mengacu kpd dzat


manusiawi secara keseluruhan QS. Al-Baqarah (2): 48;
Ali Imran (3): 185, Al-Maidah (5): 45).
Al-Jism (QS. Al-Baqarah (2): 247; Al-Munafiqun (63):
4). Al-Jism mengacu kepada persyaratan imamah atau
menjadi penguasa pemerintahan ialah ilmu dan
kekuatan fisik.
Akal disebutkan dalam bentuk kata kerja yang mengacu
kepada unsur pemikiran manusia dan akal sebagai
penopang agama dan tiang agama. Menurut al-Aqqad
bhw al-lubbu adalah akal yang mampu mengetahui dan
memahami; akal merupakan sumber pengetahuan dan
pemahaman yg terdapat di dalam otak manusia. (QS. AlBaqarah (2): 73, 163-164).

HAKIKAT MANUSIA (5)


POTENSI MANUSIA
64

Al-Qolb (Al-Fuad, Shadr dan Shudur) yang juga


menunjuk kpd al-qalb (Al-Hajj (22): 32; Al-Maidah
(5):41). Iman bersemayan di Qalbu. Kata ini digunakan
berkaitan dengan emosi dan akal, tidak menunjuk kpd
unsur-unsur biologis. Ia merupakan dasar bagi fitrah yg
sehat, perasaan, iman, kemauan, kontrol, pemahaman
dan alat marifah ke ilmu.
Ruh : tidak didapat batasannya dalam al-Quran. Ruh
dikaitkan dl arti pembawa wahyu yakni Jibril, rahasia
Ilahi yg dengannya tanah liat kering menjadi manusia,
pemberi hidup, dan Al-Quran. (QS. Al-Hajj (22): 29; AsSajadah (32):7-9; As-Syura (42):52; As-Syuara (26):193;
An-Nahl (16):102, Al-Hijr (15): 28-29; Al-Isra (17):85).

HAKIKAT MANUSIA (6)


Potensi Manusia
65

Fitrah:
Kata fitrah dan segala bentuk kata jadiannya dalam

Alquran tertera pada 19 ayat dalam 17 surat. Dari


segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata alfathr yang bentuk pluralnya fithar yang dapat
berarti cara penciptaan, sifat pembawaan sejak lahir,
sifat watak manusia, agama dan sunnah.

HAKIKAT MANUSIA (7)


Potensi Manusia
66

Pengertian Fitrah dari segi istilah: sistem aturan

atau potensi yang diciptakan kepada setiap makhluk


sejak keberadaannya baik ia makhluk manusia
ataupun yang lainnya. Seperti bawaan dasar manusia
cenderung kepada agama tauhid, kebenaran,
keadilan, wanita, harta benda, anak dan lain-lain.

F. PERPORMANCE MANUSIA (1)


67

Rasional: Berangkat dari keragaman potensi


manusia yang misteri; fungsi manusia; pengaruh
lingkungan maka tampilannya menjadi Makhluk
paradoksal: Ia bukan malaikat, bukan iblis dan
bukan pula hewan apalagi syetan. Tetapi manusia
mencakup semua itu. Artinya, manusia itu
memiliki sifat-sifat kehewanan, keiblisan, dan
kemalaikatan. Menurut Murtadha Muthahari
perbedaan mendasar antara manusia dan hewan
terletak pada iman dan ilmu.

PERPORMANCE (2)
68

Dr. Alexis Carrel: manusia adalah makhluk yang

misterius, karena derajat keterpisahan manusia dari


dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yg
demikian tinggi terhadap dunia yang ada di luar
dirinya. Implikasi dari padadoksal tersebut manusia
menampakkan sifat-sifat positif dan sifat-sifat
negatif. Sifat-sifat positif itu ditunjukkan dengan
tugas-tugas manusia di bumi dan sifat-sifat negatif
tersebut antara lain:

PERPORMANCE (3)
69

Putus

asa (Hud:9)
Tidak berterima kasih (Ibrahim:34)
Berkeluh kesah (Al-Maarij:19)
Amat kikir (Al-Maarij:22)
Membantah (Al-Kahfi:54)
Melampaui batas (Al-Alaq:6-7)
Purbasangka (al-Najm:23) dan lain-lain

H. KEDUDUKAN MANUSIA
70

Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian


alam(Al-Jumat:10; Al-Baqarah: 60).
Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, AlAnam:168).
Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling
mulia (At-Tin:4, Al-Isra:70).
Sebagai hamba Allah (Adz-Dzariyat: 56, Ali
Imran:83).
Sebagai Khalifah di bumi (Al-Baqarah: 30, AlAnam: 165).
Sebagai Makhluk educandum dan educandus
(Al-Baqarah:31, Al-Alaq:1-5 dan Luqman: 13).

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (1)


SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH
71

Menurut Ibnu Qayyim bahwa ibadah menuntut

dua dasar utama: (1) kecintaan dan kerendahan


hati dan (2) ketundukan. Manusia sebagai abdi
Tuhan tidaklah cukup hanya menunjukkan
ketundukan dan kepasrahan tanpa disertai dengan
rasa cinta. Sebaliknya siapa saja yang betul-betul
mencinta-Nya tanpa disertai dengan kepasrahan
dan ketundukan, maka dia bukanlah seorang abdi
Tuhan. Seseorang akan benar-benar menjadi
hamba Allah jika dia telah mengintegrasikan
dalam dirinya dua sisi yakni kecintaan dan
ketundukan kepada-Nya.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (2)


HAMBA DAN KHALIFAH
72

Menurut Syekh Nawawi bahwa manusia sebagai abdi

Tuhan diaktualisasikan dalam tiga bentuk yaitu pertama,


menunjukkan kerendahan diri atas Kemaha Esaan Tuhan,
kesendirian-Nya dalam menciptakan makhluk dan yang
berhak dijadikan tempat beribadah hanya kepada-Nya
bukan kepada yang lain. Kedua, manusia sebagai hamba
Tuhan selalu mengagungkan perintah-Nya dan
menunjukkan kasih sayang terhadap makhluk-Nya. Ketiga
manusia sebagai abdi Tuhan diberikan potensi-potensi
berpengetahuan, dan karenanya ia disuruh beribadah
kepada-Nya.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (3)


HAMBA DAN KHALIFAH
73

Khalifah: Atas fenomena simbolik (Al-Baqarah: 30-34)

dapat ditarik suatu gambaran bahwa (1) posisi manusia


lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhlukmakhluk-Nya yang lain termasuk malaikat, (2) keunggulan
Adam bukan terletak pada prestasi yang bersifat material
seperti fisik, asal usul kejadian dan lain-lain, tetapi yang
bersifat immaterial yakni berupa kapabilitas pengetahuan
yan ditampilkan Adam. Jika fungsi-fungsi kemanusiaannya
tidak dijalankan maka derajat ketinggian itu akan turun
menjadi kehinaan dan kenistaan.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (4)


HAMBA DAN KHALIFAH
74

1. Pengertian Khalifah
Dalam Kamus Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-Alam
disebutkan bahwa khalifah merupakan bentuk mufrad
(tunggal), yang jamataksirnya ialah khulafa dan
khalaaif. Maknanya ialah seseorang yang menggantikan
orang lain dan menempati tempat orang lain tersebut.
Menurut Jumhur Ulama dan para ahli tafsir, baik dari
kalangan ulama salaf maupun khalaf mengatakan bahwa
Allah menjadikan Adam sebagai pengganti dari orang
yang sebelumnya yang lebih dulu menempati bumi
sebelum Adam, yaitu jin. Ada juga yang mengatakan
mereka adalah para malaikat yang lebih dahulu
menempati bumi sebelum jin dan Adam.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (5)


HAMBA DAN KHALIFAH
75

Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah

ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan


demikian kurang tepat apabila penyandaran
khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika
dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan
karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi
Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya
eksistensi absolut dan sementara manusia
eksistensinya relatif. Namun jika yang
dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi
makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu
tidak ada persoalan.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (6)


HAMBA DAN KHALIFAH
76

2. Tugas-tugas khalifah
Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk
lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab
yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi
khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya.
Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini
menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan
keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas
kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada
manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia
terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan malaikat.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (7)


HAMBA DAN KHALIFAH
77

Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat

risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung


kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu
kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas
samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu
pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi
pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang
buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas
kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini
dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj
(kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (8)


HAMBA DAN KHALIFAH
78

Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah

ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan


demikian kurang tepat apabila penyandaran
khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika
dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan
karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi
Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya
eksistensi absolut dan sementara manusia
eksistensinya relatif. Namun jika yang
dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi
makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu
tidak ada persoalan.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (9)


HAMBA DAN KHALIFAH
79

2. Tugas-tugas khalifah
Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk
lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab
yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi
khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya.
Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini
menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan
keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas
kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada
manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia
terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan malaikat.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (10)


HAMBA DAN KHALIFAH
80

Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat

risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung


kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu
kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas
samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu
pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi
pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang
buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas
kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini
dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj
(kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (11)


HAMBA DAN KHALIFAH
81

Syarat adanya Pertanggung jawaban:


(1) dibebani hukum (mukallaf),
(2) mengetahui,
(3) kemampuan
(4) dalam keadaan sadar.

KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (12)


HAMBA DAN KHALIFAH
82

Ada dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung


jawab:
1. Tidak diminta untuk mempertanggungjawabkan
apa yang tidak diketahui atau tidak mampu
melakukannya;
2. tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa
yang tidak dilakukuannya dan dikatakannya,
sekalipun hal tersebut diketahuinya.

NILAI FUNDAMENTAL HUBUNGAN


MANUSIA DG KHALIQ DAN LAINNYA
83

1.
2.
3.
4.
5.

Hubungan manusia dg Khaliq adalah hubungan


ubudiah dan istikhlaf
Hubungan manusia dg manusia: hubungan
taawaun, adalah, dan ihsan
Hubungan manusia dg akhirat: hubungan
masuliyah dan jaza;
Hubungan manusia dg alam: hubungan taskhir;
Hubungan manusia dg kehidupan : hubungan
Ibtila

HAKIKAT HERIDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN SDM (1)
84

Hereditas merupakan kecenderungan alami cabang-

cabang untuk meniru sumber mulanya dalam


komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya
menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang
dari sumbernya.
Lingkungan ialah lingkungan alam dan lingkungan
sosial.
Pengembangan SDM dl pendidikan ialah usaha sadar
agar sdm atau potensi-potensi manusia tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan
kapasitasnya tujuan pendidikan Islam.

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN SDM (2)
85

Kehidupan sosial ialah kehidupan saling pengaruh.

Setiap individu mempengaruhi dan dipengaruhi


lingkungan sekitar terutama lingkungan pergaulan.
Hubungan-hubungan antarmanusia, baik individu
maupun antarkelompok, tingkat keharmonisan yang
dirasakan oleh masyarakat, serta tingkat kemampuan
lingkungan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan
individu, semuanya bisa mempermudah atau
mempersulit proses pendidikan dalam rangka
pembentukan kepribadian.
Hubungan antara manusia mengandung: kedalaman
emosi dan kedalaman pikiran

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN SDM (4)
86

Menurut Morris L.Bigge (Learning

Theories for Teachers) ada empat sifat


dasar moral manusia dan hubungannya
dengan alam sekitar yaitu bad-active,
good-active, neutral-passif dan
neutral interactif

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN
SDM (5)
87

Teori bad-active ialah bawaan dasar

manusia itu jelek, yang tidak ada


harapan baik dari mereka. Sekiranya
manusia dibiarkan berkembang maka
yang tampil adalah kejelekannya saja.
Maka fungsi pendidikan adalah
mengusahakan pengekangan terhadap
sifat dasar ini dan melatih bagianbagian jiwa ke arah yang baik.

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN SDM (6)
88

Teori good-active :dasarnya bawaan

manusia itu baik yang sekiranya


dibiarkan tumbuh tanpa dipengaruhi,
maka akan tampil sifat-sifat baiknya.
Sehingga implikasinya dalam
pendidikan ialah penyiapan sumbersumber belajar sedemikian rupa agar
perkembangan bawaan itu optimal.

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN SDM (7)
89

Teori neutral-passive : pada


dasarnya manusia itu bersifat
netral, yang potensial untuk tidak
baik dan tidak pula buruk, dan
menerima pengaruh luar apa
adanya. Karakter seseorang
apakah baik atau jelek, sangat
tergantung pada polesan alam
lingkungannya.

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN


DAN PENGEMBANGAN SDM (8)
90

Teori neutral-interactive, adalah hampir

sama dengan neutral-passive, hanya saja


pengaruh dunia luar terhadapnya ada proses
kerjasama atau interaktif. Berarti
pendidikan, tidak akan dapat seratus persen
mencetak anak didik sesuai dengan yang
dikehendaki, karena peserta didik dapat
memberi respon atau dialektis terhadap
pengaruh luar. Keempat teori pendidikan ini
bersifat antropocentris.

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN SDM (9)
91

Sebagai kelanjutan dari teori-teori

ini memunculkan tiga teori dasar


dari Barat yaitu teori emperisme,
nativisme dan konvergensi.

HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN


PENGEMBANGAN SDM DL TEORI FITRAH (10)
92

1.
2.
3.
4.

DIBICARAKAN SECARA TERSENDIRI


fatalis-pasif
netral-pasif
positif-aktif
dualis-aktif

FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM


PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DALAM ISLAM (11)
93

1. Faktor heriditas: mewarisi sifat-sifat dari

kedua orang tuanya, baik moral (alkhalqiyah), fisik (al-jismiyah) maupun


intelektual (al-aqliyah), sejak masa
kelahirannya;
2. Lingkungan terutama lingkungan sosial;
3. kehendak bebas manusia, akan mampu
mengalahkan pengaruh faktor al-warisah
dan lingkungan;
4. Bi Aunillah (atas pertolongan Allah).

BAB IV: ALIRAN FPI: KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA


PENDIDIKAN (1) hal. 87
94

1.

Kesadaran magis :
terbentuk pada masyarakat yang masih mempercayai
hal-hal yang supranatural.
meyakini bahwa kekuatan terbesar yang mempengaruhi
kehidupan mereka adalah hal-hal yang gaib, mistis,
supranatural (luar alam).
Untuk itu hal-hal gaib ini harus di-tundukkan dengan
sesajen dan doa-doa/mantra/jampi-jampi/komatkamit.

KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA


PENDIDIKAN (2)
95

2. Kesadaran naif.
masyarakat yang memandang bahwa setiap

ketidakadilan sosial berakar dari kelemahan


manusia.
masyarakat dengan kesadaran naif terbentuk
pada masyarakat yang percaya bahwa kekuatan
natural (alam) adalah kekuatan terbesar yang
mempengaruhi segala masalah di dunia ini.
Untuk itu kekuatan alam harus ditundukkan oleh
tangan manusia.

KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA


PENDIDIKAN (3)
96

3. Kesadaran kritis.
masyarakat yang menyadari bahwa kekacauan di

dunia ini diciptakan oleh sistem yang dibuat oleh


manusia itu sendiri.
masyarakat kritis adalah masyarakat yang
keyakinannya telah bergeser dari kepercayaan
kekuatan terbesarnya kepada alam menuju kekuatan
manusia.
Untuk itu kekuatan manusia yang menjelma pada
sistem ini harus ditundukkan dengan ilmu dan
kesadaran kritis.

PARADIGMA PENDIDIKAN (1)


97

1. Sistem pendidikan:
yang memandang realitas luar sebagai sesuatu

yang given, telah berlaku dari sononya, tidak


bisa/perlu dirubah, bahkan perlu dilestarikan.
Inilah sistem pendidikan yang pro status quo.
Para ahli filsafat pendidikan mengistilahkannya
dengan Pendidikan Konservatif.
Pendidikan konsevatif ini lazim diberlakukan
pada negara-negara dengan rezim yang otoriter.

PARADIGMA PENDIDIKAN (2)


98

2.

Paradigma liberal.
memandang bahwa ketidakadilan sosial terjadi
karena kelalaian manusia itu sendiri.
Kalau ada pengangguran maka itu adalah
kesalahan manusianya yang kurang kreatif, tidak
berjiwa wirausaha dan malas.
Kalau ada kemiskinan kota (poor urban) itu
disebabkan karena manusianya yang malas
berusaha di desa dan maunya hidup enak saja di
kota

PARADIGMA PENDIDIKAN (3)


99

3. Paradigma pendidikan kritis.


pendidikan harus secara utuh meresapi dan menyatu di

tengah-tengah masyarakatnya.
Paradigma ini memandang akar ketidakadilan sosial
adalah sistem yang berlaku pada masyarakat itu.
Sistem itu dapat berupa sistem politik (yang otoriter dan
anti demokrasi), sistem sosial (yang melestarikan kastakasta dan menghambat laju mobilitas sosial), sistem
ekonomi (yang kapitalistik, dan anti kerakyatan) sistem
budaya (yang patriaki dan anti egaliter), bahkan sistem
pendidikan itu sendiri (yang menjadi alat pengukuh
kekuasaan dan pro status quo).

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (1)


100

1.

2.
3.

4.

Fatalis-pasif yang direfresentasikan oleh Ibn Mubarak


(wafat 181 H), Syekh Abdul Qadir Jailani (wafat 561 H),
dan Al-Azhari;
Netral-pasif yang diwakili oleh Ibnu Abd al-Barr (wafat
362 H);
Positif-aktif yang direpresentasikan oleh Ibnu Taimiyah,
Ibnu Qayyim al-Jauziyah (klasik), Muhammad Ali alShobuni, Mufti Muhammad Syafii, Ismail Raji al-Faruqi,
Mohammad Asad, Syah Waliyullah (kontemporer); dan
Dualis-aktif yang tokohnya ialah Sayyid Qutub dan Ali
Shariati.

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (2)


101

Fatalis-pasif: setiap individu, melalui ketetapan Allah


SWT adalah baik atau jahat secara asal, baik
ketetapan semacam ini terjadi secara semuanya
atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Faktorfaktor eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap
penentuan nasib seseorang karena setiap individu
terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan
sebelumnya oleh Allah SWT.
Dasarnya: hadis Nabi SAW dari Abdullah Ibnu
Masud berkata, Rasulullah SAW bersabda
(mengomentari) firman Allah SWT, Dan ingatlah
ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam
dari sulbi mereka (QS. Al-Ara>f [7]: 172).

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (3)


102



Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam

dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (4)


103

Netral-pasif: anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan


sempurna, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya,
tanpa kesadaran akan iman atau kufur, baik atau jahat. Ini
sama dengan teori tabularasa dari John Lock.
Manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada sesuatu
goresan apa pun. Pengetahuan manusia berbagai hal
termasuk kebaikan, keburukan, benar-salah, baik-buruk
dan indah-tidak indah dan lain-lain diperolehnya dari
polesan lingkungan. Manusia berpotensi menjadi baik bila
pengaruh luar terutama orang tuanya mengajarkan
demikian.

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (5)


104

Sebaliknya berpotensi menjadi buruk bila

lingkungan terutama orang tuanya mengabaikan


nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan
terhadap anak atau justru mengajarkan keburukan
dan kejahatan terhadap anak. Prinsipnya ialah
bahwa mana yang lebih dominan dan intensif
mempengaruhi manusia (peserta didik), hal itulah
yang menentukan kepribadiannya, apakah ia
cerdas atau bodoh, kreatif atau jumud.

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (6)


105

Pandangan ini mengambil argumen dari QS.

Al-Nah}l (16): 78.






.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,


penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

)ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (7


106

Positif-aktif yakni bawaan dasar atau sifat


manusia sejak lahir adalah baik, sedangkan
kejahatan bersifat aksidental.
Para ahli yang berpandangan positif
membangun dasar argumennya dari:
1. QS. al-Ara>f (7):172:

.

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (8)


107

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan

anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil


kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

)ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (9


108

2. Hadis Nabi SAW:







)
(
Tidak dilahirkan seseorang kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah.

Maka orangtuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi,


Nasrani dan Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan
binatang ternak dengan sempurna. Apakah anda melihat sesuatu yang
?kurang

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (10)


109

Dualis-aktif: manusia sejak awalnya membawa sifat ganda. Di


satu sisi cenderung kepada kebaikan, dan di sisi lain
cenderung kepada kejahatan.
Menurut Qutub, dua unsur pembentuk esensial dari
struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah,
mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu
kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu
kecenderungan untuk mengikuti Tuhan dan kecenderungan
untuk tersesat.
Kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi dengan
pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu
Tuhan sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia
dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan.

ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF


ILMU PENDIDIKAN :
110

Berdasar pada ruang lingkup pembagian ilmu


dan
tujuan
memperoleh
ilmu,
Ridla
membagi aliran-aliran utama pemikiran
pendidikan Islam kepada tiga:
1. aliran al-muha>fiz (religius konservatif),
2. aliran al-diniy al-aqlaniy (religius rasional),
3. aliran al-z\araiiy (pragmatis instrumental).

RELIGIUS KONSERVATIF (1)


111

Konservatif: penafsiran terhadap realitas dunia

berpangkal dari ajaran agama sehingga semua yang


menyangkut tujuan belajar, pembagian ilmu yang
dicari oleh pembelajar, etika muallim dan mutaallim
dan lain sebagainya harus dibingkai dengan ajaran
agama.
Persoalan pendidikan cenderung bersikap murni
keagamaan. Memaknai ilmu dengan pengertian yang
lebih sempit, yakni hanya mencakup ilmu-ilmu yang
dibutuhkan saat sekarang (hidup di dunia) yang jelasjelas akan membawa manfaat kelak di akhirat.

RELIGIUS KONSERVATIF (2)


112

Aliran ini (konservatif) diwakili oleh Imam al Gazali,

Syekh al-Thusi, Ibnu Jamaah, Sahnun, Ibnu alHaitami dan al-Qabisi.

RELIGIUS KONSERVATIF (3)


113

Sikap dan kecenderungan agamis ini

menimbulkan implikasi-implikasi negatif


terhadap pendidikan:
term ilmu yang dalam al-Quran dan Sunnah
bersifat mutlak (cakupan yang luas) menjadi
muqayyad (terbatas/sempit) yakni terbatas
pada ilmu tentang Tuhan (ilm billah).

RELIGIUS KONSERVATIF (4)


114

Adanya antusiasme pendakian spiritual

mendorong pemikiran pendidikan Islam


konservatif ke arah pengabaian urusan dunia
dan dengan segala kemanfaatan dan
kenikmatannya dan mengabaikan bekerja
dan usaha-usaha memperoleh kemanfaatan
urusan dunia tersebut.

RELIGIUS KONSERVATIF (5)


115

Keterpakuan para ahli pendidikan muslim pada

ungkapan ilmu sebagai tujuan akhir pada zat


ilmu itu sendiri atau ilmu untuk ilmu (al-ilm
ga>yah fi z\a>tih) sehingga sebagian mereka
menjadikan ilmu eksklusif dari kemungkinan untuk
pelayanan bagi kehidupan kemanusiaan,
memperbaiki kehidupan manusia dan menambah
kebahagian masing-masing individu.

RELIGIUS KONSERVATIF (6)


116

Di sisisi lain dari aliran keagamaan konservatif ini

adalah rasa tanggung jawab keagamaan yang kuat


yang belum pernah ditemukan adanya rasa tanggung
jawab moral serupa pada generasi berikutnya.
Mereka sangat menjunjung tinggi persoalan belajar,
bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung
jawab moral yang sangat luhur.
Tugas-tugas mengajar untuk mencari rida (rela) Allah
SWT dan mendekatkan muallim (guru/pendidik)
kepada-Nya karena kebajikan-kebajikannya.

RELIGIUS KONSERVATIF (7)


117

Dengan aktivitas mengajar bukan sekedar tanggung

jawab kemanusiaan tetapi merupakan tangggung


jawab keagamaan yang sangat penting.

RELIGIUS RASIONAL (1)


118

Rasional sebenarnya tidak jauh berbeda dengan

aliran al-muhafiz dl hal kaitan antara pendidikan


dan tujuan akhir agamawi. Di antara tokoh aliran ini
antara lain kelompok Ikhwan al-Safa, al-Farabi, Ibnu
Sina dan Ibnu Miskawaih.

RELIGIUS RASIONAL (2)


119

Ikhwan al-Safa mengakui bahwa semua ilmu dan

sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya


menuju tuntutan akhirat dan tidak memberikan
makna sebagai bekal di sana, maka ilmu yang
demikian hanya menjadi bencana dan bukti
kesusahan bagi pemiliknya di akhirat. Namun
ketika aliran ini membicarakan persoalan
pendidikan seperti masalah ilmu dan belajar,
cenderung lebih rasional dan filosufis.

RELIGIUS RASIONAL (3)


120

Mereka membangun prinsip-prisip dasar pemikiran

kependidikan dari pemikiran tentang manusia,


pengetahuan dan pendidikan. Dipandang
pendidikan dari sudut pandangan akal bukan dari
segi amal. Pengetahuan semua dipelajari, bukan
secara naluri, dan semua pengetahuan melalui
pancaindera.

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (1)


121

Pragmatis instrumenatal, yang tokoh satu-satunya

ialah Ibnu Khaldun. Pandangannya tentang tujuan


pendidikan lebih banyak sisi pragmatis dan lebih
berorientasi pada tataran aplikatif-praktis.

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (2)


122

Dia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan

berdasar tujuan fungsionalnya, bukan


berdasar nilai substansialnya semata.

Ia membagi ragam ilmu yang perlu dimasukkan ke dalam

kurikulum pendidikan menjadi dua yakni (1) jenis ilmuilmu yang bersifat instrinsik (ilmu-ilmu syariah), seperti
tafsir, hadis, fikih, kalam, ontologi dan teologi dari cabang
filsafat. (2) jenis ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik
instrumental bagi ilmu jenis pertama, seperti bahasa Arab,
ilmu hitung dan sejenisnya.

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (3)


123

Merupakan ilmu naqliy dari orang yang

menghasilkannya. Jenis ilmu ini bersandar pada


warta otoritatif Syari (Tuhan dan Rasul-Nya).
Sedangkan akal pikiran manusia tidak mempunyai
peluang untuk mengintervensinya kecuali dalam
ruang lingkup cabang-cabangnya. Itupun masih
harus berada dalam kerangka dasar Pembuat Syari.
Bersifat alami bagi manusia, yaitu ilmu-ilmu yang
diperoleh manusia lewat bimbingan penalaran akal
pikirnya.

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (4)


124

Ruang lingkup persoalannya, prinsip-prinsip dan

metode pengembangannya sepenuhnya berdasar


pada daya penjelajahan akal manusia.

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (5)


125

Ibnu Khaldun membagi kemampuan berpikir ini

menjadi tiga tingkatan yaitu (1) al-aql al-tamyiz


(akal pemisah); (2) al-aql al-tarbiyyi (akal
eksprimental); dan (3) al-aql al-nazariy (akal
kritis).

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (6)


126

Tingkatan akal terbawah, karena kemampuannya

hanya terbatas pada mengetahui hal-hal yang


bersifat emperis inderawi. Konsep-konsep yang
dihasilkan taraf berpikir tingkat ini adalah deskripsi
atau penggambaran (al-tasawwurat). Tujuannnya
adalah menghasilkan kemanfaatan bagi manusia dan
menolak bahaya.

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (7)


127

Kemampuan berpikir yang menghasilkan berbagai

gagasan pemikiran dan berbagai etika dalam tatanan


pergaulan bersama dan hal ihwal mereka. Banyak
dari olah pikir pada tingkat menghasilkan kebenaran
(tasdiqat) yang disimpulkan dari eksprimen sedikit
demi sedikit secara berkelanjutan hingga mencapai
kesempurnaan hasil atau kegunaan.

PRAGMATIS INSTRUMENTAL (8)


128

Suatu proses berpikir yang menghasilkan ilmu atau asumsi

kuat akan hal meta empiris (abstrak-filosufis) yang


merupakan kompleksitas hubungan dari berbagai
tasawwur (penggambaran) dan tasdiq (pembenaran)
hingga membangun disiplin keilmuan tertentu. Yang
terpenting dari tingkat akal kritis ini ialah penggambaran
realitas (al-wujud) sebagaimana hakikatnya, jenis-jenisnya,
detailnya, sebab-sebabnya, dan ilat-ilatnya, dan daya
berpikir berkembang sempurna menjadi akal murni dan
jiwa yang tercerahkan. Di sinilah hakikat kemanusiaan.

ALIRAN FILSAFAT PEND. BARAT


129

Progresivisme
2. Esensialisme
3. Perenialisme
4. Rekonstruksionisme
1.

BAB IV: PEMIKIRAN PENDIDIKAN KALBU


130

Rasional (1) : Kenapa harus dibahas:

1. Kalbu/nurani yang tercerahkan selalu


mengarah kpd yang baik. Nabi SAW bersabda:




(Minta fatwalah kepada kedalaman kalbumu/jiwamu, Nabi

mengucapkannya tiga kali. Kebaikan itu ialah yang menenteramkan


jiwa/kalbu dan dosa itu ialah sesuatu yang menyusahkan jiwa/kalbu dan
kebimbangan di kalbu. Jika manusia meminta fatwa kepadamu, mintalah
fatwa kepada ke kedalaman kalbu/jiwamu).

RASIONAL (2)
131

2. Berpengaruh secara signifikan dalam


pembentukan perilaku. Nabi SAW bersabda:

( )
Ingatlah! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging, bila ia baik,

akan baiklah seluruh tubuh itu, dan bila ia rusak, rusaklah ia


seluruhnya. Itulah dia kalbu. (HR. Bukhari dan Muslim).

RASIONAL (3)
132

3. Jika ingin mempelajari tingkah laku


seseorang atau mengubahnya maka kita
harus memahami presepsinya dan
mengubah pandangan atau keyakinannya.
Demikian juga bila ingin melihat perbedaan
seseorang dengan yang lainnya maka harus
dilihat perilaku internalnya, karena
perbedaan individu satu dengan yang
lainnya adalah faktor internalnya (kalbu).

RASIONAL (4)
133

4. Hakikat muslim itu didahului dengan iman.


Iman letaknya di kalbu. Iman merupakan
cahaya yang menerangi jalan seseorang agar
berprilaku lurus di jalan kebajikan serta
mendapat nikmat di hari kemudian.
5. Yang diminta pertanggungjawaban ialah isi
kalbu bukan nafsu.
6. Niat itu letaknya di kalbu.

PENGERTIAN KALBU (1)


134

Pengertian:
Menurut bahasa: Kalbu berasal dari bahasa

Arab yakni qalaba (membalik).


Membalikkan yang atas di bawah, atau
menjadikan yang dalam di luar atau
membalikkan senang menjadi susah, cinta
menjadi benci, yang semuanya itu
merupakan pengertian kalbu.

PENGERTIAN KALBU (2):


135

Imam al-Ghazali:
Spiritualitas kalbu ia berupa sesuatu yang

lathifah (halus), bersifat Robbaniyah


(Ketuhanan) dan kerohanian yang ada
hubungannya dengan jasmani. Kalbu yang
halus itulah hakikat manusia yang dapat
menangkap segala rasa, mengetahui dan
mengenal segala sesuatu.

PENGERTIAN KALBU (3):


136

Kalbu adalah salah satu gejala dari

perangkat hakikat manusia yang asasi,


karena iman bersemayam di dalam
kalbu (QS. Al-Hajj [22]:32) dan sebagai
alat untuk memperoleh ilmu (QS. AlHajj [22]:46 dan al-Anam [6]:25).

KARAKTERISTIK KALBU (1)


137

Pertama: Kalbu berfungsi sebagai alat

marifah, memiliki pemahaman dalam diri


manusia dan akal. Pengertian ini
ditunjukkan oleh firman Allah QS. Qaf
(50):37: Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat peringatan bagi
orang-orang yang mempunyai kalbu atau
yang menggunakan pendengarannya,
sedang dia menyaksikannya.

KARAKTERISTIK KALBU (2)


138

Kedua: Penyebab kalbu seseorang

tenteram ialah dengan berdzikir.


Dalam QS. ar Raad (13):28 disebutkan:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan
kalbu mereka menjadi tenteram
dengan dzikrullah. Ingatlah hanya
dengan dzikrullah kalbu menjadi
tenteram.

KARAKTERISTIK KALBU (3)


139

Ketiga: Penyebab kalbu seseorang

tertutup/dikunci mati atau berpenyakit


atau keras adalah karena kedengkian,
kesombongan dan menentang kebenaran.
Hal tersebut tersirat dalam Alquran. Allah
telah mengunci mati kalbu (qulubihim)
dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup (QS.al-Baqarah [2]: 7 ).

KARAKTERISTIK KALBU (4)


140

Dalam kalbu mereka (qulubihim) ada

penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya


(QS.al-Baqarah [2]: 7 dan 10). Dan diantara
mereka ada orang yang mendengarkan
(bacaan)mu, padahal Kami telah
meletakkan tutupan di atas kalbu mereka
(qulubihim) sehingga mereka tidak
memahaminya dan (Kami letakkan)
sumbatan di telinganya. (QS. Al-Anam
[6]:25).

KARAKTERISTIK KALBU (5)


141

Keempat: Dalam kalbu ada macam-macam

lammah (lintasan/bisikan); yang


menyuruh kepada yang baik (lammah
malakiyyah)/lammah muthmainnah;
bisikan maksiat (lammah syaithaniyyah
atau lammah ammarah bissu); dan bisikan
yang labil (lammah lawwamah); yang
terkadang ingin berbuat baik dan disaat lain
senang berbuat mungkar. Ini sesuai dengan
isyarat QS. Al-Hajj (22): 53-54.

KARAKTERISTIK KALBU (6)


142

Kelima: Kalbu merupakan salah satu gejala dari

perangkat hakikat manusia yang asasi, karena


iman (QS.al-Maidah [5]:41), rafah wa rahmah
(rasa santun dan kasih sayang) (QS. [al-Hadid
[57]:27), hidayah (QS. al-Tagabun [64]:11) dan
takwa (QS. Al-Hajj [22]: 32) bersemayam dalam
kalbu.

( )

KARAKTERISTIK KALBU (7)


143

Keenam; Kalbu secara etimologi pada dasarnya

bersifat labil dan suka bolak balik kecuali yang


dapat bimbingan Ilahi. Seperti keterusikan kalbu
Nabi Ibrahim, tentang bagaimana cara Tuhan
menghidupkan yang telah mati.
Peristiwa ini bukanlah keraguan Nabi Ibrahim
tentang hari kiamat. Karena ketidak tahuannya,
maka ia ingin melihat dengan mata telanjang
bagaimana cara Tuhan menghidupkan yang mati,
sekalipun hal itu rahasia Ilahi, demi
menenteramkan kalbunya.

METODE PENDIDIKAN KALBU (1)


144

Metode dzikrullah (berdzikir kepada Allah) secara

terus menerus. Dzikir dapat berupa dalam kalbu


dan lisan; kalbu saja, dan lisan saja.
Istighfar dan bertobat . Hakikat tobat ialah secara
totalitas kembali kepada Allah. Nabi istighfar dan
tobat minimal 70 kali setiap hari sekalipun beliau
mashum (terpelihara) dari dosa. Sebelum bertobat
dimulai dengan istighfar. Para pendosa jika ingin
istighfar dan tobat harus memenuhi 3 syarat jika
dosa itu berhubungan dengan Allah. Jika dosa
berkaitan dengan manusia ada 4 syarat.

METODE PENDIDIKAN KALBU (2)


145

Berdoa (memohon sesuatu kepada Tuhan).

Seseorang berdoa pada hakikatnya penyerahan diri


kepada Sang Pencipta tentang permohonannya;
dan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa
mengabulkan doa. Doa dapat merubah nasib.
Semua doa pasti dikabulkan dalam arti; (1) apa
yang diminta diberikan langsung; (2) apa yang
diminta tidak diberikan tapi diberikan dalam
bentuk lain, seperti ketenangan hidup, jauh dari
keburukan dan lain-lain; (3) ditangguhkan dengan
memberi ganjaran kepada yang berdoa.

METODE PENDIDIKAN KALBU (3)


146

Melatih diri selalu husnudzdzan (berpikir positif),

dan menghindari suudzdzan (prasangka buruk


atau berpikir negatif).
Berpikir positif perlu latihan dengan cara (1)
mempertimbangkan baik dan buruk setiap
perilaku, (2) berpikir positif menyehatkan
jiwa/mental dan raga; (3) berpikir positif akan
membuka diri dengan realitas; (4) berpikir positif
memperbanyak teman dan karib; (5) berpikir
positif meringankan langkah dalam setiap
aktivitas.

KALBU DAN TANGGUNGJAWAB


147

Bertanggung jawab adalah beban

(taklif) yang dipikul oleh seseorang,


atau kelompok mengenai akibat
sesuatu yang dilakukannya, baik karena
konsep atau gagasan, perkataaan dan
perbuatannya ataupun karena tidak
berbuat apa-apa yang dibebankan
kepadanya

TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (1)


148

1.

manusiawi ialah perbuatan yang dikuasai oleh


manusia, yang secara sadar di bawah kontrolnya,
dan dengan sengaja dikehendakinya baik
perkataan maupun perbuatannya. Maka si pelaku
bertanggungjawab atas perbuatan dan perkataan
tersebut. Dan prilaku macam inilah yang
dibicarakan oleh agama.

TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (2)


149

2. Perbuatan manusia ialah aktivitas yang dilakukan

manusia secara kebetulan baik perkataan maupun


perbuatan, tetapi ia tidak menguasainya karena
tidak mengontrolnya dengan sadar, tidak
menghendekainya dengan sengaja. Dan atas
perbuatan dan perkataan semacam ini, manusia
tidak perlu bertanggung jawab atau dimaafkan.
Begitu seseorang ingat kembali, maka waktu itu
pula dia memikul tanggungjawab atas perkataan
dan perbuatannya.

PRASYARAT TANGGUNGJAWAB
150

Manusia diberi potensi-potensi sebagai pra syarat

memikul tanggung jawab


Disamping manusia diberikan berbagai potensi, juga
diberikan wewenang
Diberi kebebasan dl hal ghairu mahdhah;
Diberi sarana dan norma-norma (ayat-ayat Ilahiyah,
ayat-ayat Insaniyah dan ayat-ayat kauniyah)
sehingga layak memikul tanggung jawab;

LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (1)


151

mencapai batas taklif (dewasa) baik laki-laki


maupun perempuan;
2. berakal, maksudnya mengetahui dan menyadari
alias tidak lupa apa yang diperbuat dan dikatakan
serta mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh
perbuatan dan perkataan tersebut baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain;
1.

LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (2)


152

3. mempunyai kebebasan dan tidak mendapat

paksaan ketika melakukan perbuatannya atau


ketika mengucapkan perkataannya;
4. mempunyai kemampuan untuk mengutarakan
perkataannya atau melakukan perbuatannya.

PERBEDAANKALBU YG TERCERAHKAN DAN KALBU YANG GELAP YG BLM


TERCERAHKAN DL TINDAK KEJAHATAN
153

Kalbu yg belum tercerahkan:


1. Belum ada celah untuk itu,
2. Takut diketahui dan malu;
3. Takut sanksi hukum dunia;
4. Merusak karier;
5. Belum ada peluang.

KALBU YG TERCERAHKAN
154

Kalbu yg tercerahkan:
1. Mensyukuri nikmat Tuhan utk memayungi ya lain;
2. Takut siksa api neraka;
3. Tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatan di

akhirat;
4. Malu terhadap Tuhan dan manusia;
5. Takut sanksi hukum dunia;
6. Merusak karier.

SEBAB-SEBAB NORMA DITAATI


155

hukum atau aturan itu memerintahkan sesuatu yang


secara pribadi menguntungkan;
2. ada ancaman hukuman menyebabkan sebaiknya
menaati dan dipertanggung jawabkan;
3. subjek merasakan suatu perasaan wajib atau
kewajiban moral.
1.

Kedua alasan pertama tidak dapat menjamin ketaatan pada


hukum/aturan karena hukum hanya ditaati selama
menguntungkan atau selama kewaspadaaan pemberi
sanksi tidak dapat dihindari. Kecuali yang spiritualitas
kalbunya baik.

BAB V: FILSAFAT PENDIDIKAN KELUARGA DAN KOMPONEN PENDIDIKAN


ISLAMKOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM :
156

Pengertian Pendidikan Keluarga: Pendidikan yang

dilaksanakan dalam keluarga (terdiri dari bapak,


ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya yang
menjadi tanggung jawab kedua orang tua).
Pendidikan keluarga sebagai pendidikan utama
dan pertama sesuai dengan QS. A-Tahrim: 6 dan
hadis Nabi tentang fitrah serta Sisdiknas
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan (pasal 1 poin 13 UU No
20 Tahun 2003).

DASAR PENDIDIKAN KELUARA


157



KENAPA PENTING PENDD KELUARGA


158

1. Dalam keluarga hubungan antara anak dan orang

tua bersifat hubungan langsung, alami tidak


dibuat-buat;
2. Dalam keluarga pertama-tama anak memperoleh
terbentuknya tahap-tahap awal proses sosialisasi;

KENAPA PENTING PENDD KELUARGA


159

3. Melalui interaksi dalam keluarga, anak

memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, emosi, sikap,


dan keterampilan.
4. Dasar-dasar kelakuan dan kebiasaaan tertanam
sejak dini di dalam keluarga;
5. Sikap hidup serta kebiasaan-kebiasaan anak
tertanam dalam keluarga;
6. Anak menyerap adat istiadat dan prilaku kedua
orangtuanya dengan cara bertaklid dengan cara
meniru atau mengikuti dengan tidak tahu apa
dasar, bukti dan alasannya, disertai rasa puas.

TUGAS KELUARGA DL PEND KLRG


160

bertanggung jawab menyelamatkan faktor-faktor


ketenangan, cinta kasih, serta kedamaian dalam
rumah, dan menghilangkan segala macam
kekerasan, kebencian, serta antagonisme;
2. keluarga harus mengawasi proses-proses
pendidikan;
3. para orang tua harus menerapkan langkah-langkah
sebagai tugas mereka, seperti kriteria tingkah laku,
kewajiban berkumpul, memberikan kepahaman
kepada anak-anak bahwa ayah mereka mempunyai
aktivitas pribadi, kelemah lembutan.
1.

KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR


161

memiliki wawasan pengetahuan yang luas baik


pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang
mencukupi untuk menghindari kesalahan strategi
dalam mendidik anak;
2. mengalokasikan waktu yang cukup bersama keluarga
dalam penanaman pembentukan kepribadian muslim,
memberikan teladan sikap dan prilaku sehari-hari;
3. mendampingi dan memonitoring anak dalam
berintekrasi dengan lingkungan sosial budaya,
terutama pergaulan sosial anak dalam rangka
internalisasi nilai-nilai spiritual keagamaan;
1.

KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR


162

4. menciptakan suasana terbuka, musyawarah, diskusi


dan dialog dalam keluarga tentang berbagai segi
kehidupan aktual, termasuk tayangan berbagai
media, seperti televisi, intenet sehingga terhindar
dari sikap-sikap kemunafikan.

JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA:


163

mendatangkan guru privat agama pada waktu usia


anak di bawah dua belas tahun untuk mengajarkan
nilai-nilai dasar Islam, termasuk cara membaca
Alquran dan Hadis;
2. menyekolahkan anak sejak dari SMP sampai SMU di
lembaga-lembaga Islam semacam pesantren modern
yang saat ini sudah banyak memiliki sekolah-sekolah
umum yang berkualitas;
3. memasukkan anak sejak pendidikan anak dini sampai
sekolah menengah atas di lembaga-lembaga
pendidikan yang memakai lebel Islam;
1.

JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA:


164

4. Orang tua harus melakukan jaringan komunikasi

intensif dengan pihak sekolah dimana putraputrinya sekolah;


5. Mengikutkan anak dalam kegiatan keagamaan atau
majelis taklim atau group seni Islami, yang di
adakan di kampung atau di masjid-masjid.

AHDAP (TUJUAN)
TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (1)
165

Fungsi Tupen menurut Ahmad D. Marimba:


1. Mengakhiri Usaha
2. Mengarahkan usaha. Tanpa tujuan kegiatan
pendidikan tdk akan efisien
3. Sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuantujuan lain (berikutnya)
4. Memberi nilai (sifat) pada usaha itu.

AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (2)


2. Hasan Langgulung
166

Tujuan Pendidikan Islam harus


mengakomodasikan tiga fungsi utama
dari agama:
1. fungsi spiritual (akidah dan iman);
2. fungsi psikologis (tingkah laku/tindak
moral);
3. fungsi sosial (aturan hubungan
kemanusiaan).

AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (3)


CIRI-CIRI AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH
167

1.
2.
3.
4.

5.

Khalifah :memakmurkan dan mengolah


bumi sesuai dengan amanah Tuhan;
Pelaksanaan khalifah dl rangka ibadah;
Berakhlak mulia;
Membina, mengarahkan,
menumbuhkembangkan dan mengolah
seluruh potensi manusia shg ia memiliki
ilmu, keterampilan dan akhlak
mahmudah;
Kebahagiaan hidup di dunia akhirat secara
seimbang.

L. HAKIKAT PENDIDIK (1)


1. S. Nasution
168

Tugas pendidik ada tiga bagian:


1. mengkomunikasikan pengetahuan
(memiliki pengetahuan yang
mendalam);transfer of knowledge
2. sebagai model dl bid. studi yg
diajarkannya;
3. menjadi model sebagai pribadi, apakah ia
berdisiplin, cermat berpikir, mencintai
pelajarannya.(transformatif)

HAKIKAT PENDIDIK (2)


2. Athiyah al-Abrasyi
169

Tujuh sifat pendidik:


1.
2.

3.
4.

Zuhud
Memiliki jiwa bersih ( tubuhnya, jauh dari dosa,
bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, pamer,
dengki, permusuhan, dll
Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya, sama kata
dan prilaku, dan jujur
Pemaaf;

HAKIKAT PENDIDIK (3)


2. Athiyah al-Abrasyi
170

5.

6.
7.

Dpt menempatkan diri sebagai bapak/ibu


sebelum ia menjadi seorang guru (mencintai
murid sebagaimana ia mencintai anaknya,
memikirkan keadaan muridnya sebagaimana ia
memikirkan anaknya sendiri)
Mengetahui bakat, minat, tabiat dan watak
murid-muridnya;
Menguasai bidang studi yg akan diajarkannya;

HAKIKAT PENDIDIK (4)


3. Syekh Nawawi:
171

Akhlak/sifat Muallim menurut Syaikh Nawawi alBantani ada 17 :


1. Menerima pertanyaan-pertanyaan murid dengan
penuh kesabaran;
2. Selalu bermurah hati dalam berbagai hal;
3. Merendahkan diri di depan teman duduknya;
4. Tidak sombong, kecuali kepada orang yang
terang-terangan zalim untuk memperingatkan
kezalimannya, karena sombong kepada orang
yang sombong itu adalah shadaqah sebagaimana
tawadhu (merendah diri) kepada orang yang
tawadhu;

HAKIKAT PENDIDIK (5)


3. SYEKH NAWAWI
172

Bersikap tawadhu ketika berada di tengahtengah acara pertemuan;


6. Mencegah dari bercanda dan senda gurau;
7. Ramah kepada murid ketika mengajar dan tidak
menyuruh tergesa-gesa kepada murid yang tidak
pandai bertanya;
8. Memperbaiki anak yang tidak cerdas dengan
pengajaran yang baik;
9. Tidak marah dan tidak menyindir murid yang
bodoh;
5.

HAKIKAT PENDIDIK (6)


3. SYEKH NAWAWI
173

10. Tidak merasa segan untuk berkata tidak tahu atau


11.
12.
13.

14.

Allah Yang Maha Tahu, jika suatu masalah belum


dikuasainya;
Mendorong semangat kepada yang bertanya agar
pertanyaannya dapat dipahami dan persoalannya
dapat dijawab dengan baik;
Dapat menerima alasan orang lain dan
mendengarkan, walaupun alasan itu berasal dari
musuh/tidak sepaham;
Mengikuti haq (kebenaran), dan kembali kepada
haq ketika melakukan kesalahan dalam berbicara
atau keyakinan, walaupun haq itu berasal dari orang
yang lebih rendah;
Mencegah murid dari setiap ilmu yang
membahayakan agama seperti ilmu sihir dan
astrologi;

HAKIKAT PENDIDIK (7)


3. SYEKH NAWAWI
174

15. Mencegah murid dari keinginan untuk

menggunakan ilmu yang bermanfaat bukan


karena Allah;
16. Mencegah murid dari kesibukan dengan
fardhu kifayah sebelum menyelesaikan fardhu
ain;
17. Menginstrosfeksi diri sendiri lebih dahulu,
sebelum memerintahkan orang lain
mengerjakan kebaikan, dan sebelum melarang
orang lain agar menjauhi keburukan dengan
melaksanakan perintah syara dan menjauhi
larangannya, agar murid mengambil teladan
darinya.

HAKIKAT PESERTA DIDIK


Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (1)
175

Memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela


dan sifat buruk, sebab, ilmu itu bentuk peribadatan
hati, shalat rohani (sirr), dan pendekatan batin
kepada Allah.
2. Menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniawi
dan sebaiknya jauh dari kampung halaman. Sebab,
bergelut dengan kesibukan-kesibukan duniawi
dapat memalingkan konsentrasi belajarnya,
sehingga kemampuan menguasai ilmu yang
dipelajari menjadi tumpul.
1.

Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (2)


176

3. Tidak membusungkan dada (takabbur) terhadap orang

alim (ahli ilmu termasuk guru), melainkan bersedia patuh


dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan
nasihatnya. Sebab, pasien (dalam hal ini peserta didik)
sudah seharusnya mematuhi apa yang menjadi nasihat
dokter (analogi guru).
4. Bagi pembelajar pemula dalam menuntut ilmu hendaknya
menghindarkan diri dari mengkaji berbagai macam
pemikiran dan tokoh, baik menyangkut ilmu-ilmu duniawi
maupun ilmu-ilmu ukhrawi. Sebab, hal ini dapat
mengacaukan pikiran, membuat bingung dan memecah
konsentrasinya dalam belajar.

Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (3)


177

Tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang


terpuji, selain bersedia mempelajarinya hingga tahu apa
orientasi dari disiplin ilmu tersebut.
6. Dalam mendalami suatu disiplin ilmu, peserta didik tidak
melakukannya sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan
memprioritaskan yang terpenting.
7. Pembelajar tidak beranjak mendalami tahap ilmu
berikutnya hingga ia benar-benar menguasai tahap ilmu
sebelumnya. Sebab, ilmu-ilmu itu bersinambung secara
linier, atau sama lain saling terkait.
5.

Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (4)


178

8. Pembelajar hendaknya mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan ia dapat memperoleh ilmu yang paling


mulia. Kemuliaan itu dapat di lihat dari dua sisi yakni (a)
keutamaan hasil dan (b) terpercaya landasan
argumennya.
9. Tujuan menuntut ilmu ialah pembersihan batin dan
menghiasinya dengan keutamaan serta mendekatkan diri
kepada Allah serta meningkatkan spiritualnya ke posisi
yang tinggi yakni posisi para malaikat dan orang-orang
yang dekat kepada-Nya. Bukan bertujuan untuk mencari
kedudukan, kekayaan, dan popularitas.

Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (5)


179

9. Pembelajar harus mengetahui hubungan ilmu-ilmu

yang dikajinya dengan orientasi yang dituju,


sehingga dapat memilah dan memilih ilmu mana
yang harus diprioritaskan dalam hubungannya
dengan urusan dunia dan akhirat.

M. KOMPETENSI PENDIDIK(1)
180

Definisi: seperangkat pengetahuan, keterampilan,

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan


dikuasai oleh pendidik/guru atau dosen dalam
melakukan tugas keprofesionalan.

KOMPETENSI PENDIDIK (2)


181

Paedagogik: kemampuan mengelola pembelajaran peserta


didik;
Kepribadian: kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
bagi peserta didiknya;
Profesional: kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam;
Sosial: kemampuan berkomunikasi dan berintekrasi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali, dan masyarakat sekitar.

HAKIKAT METODE PEND. ISLAM (1)


DEFINISI:
182

Cara yg terencana dan tepat guna untuk


menyampaikan materi pendidikan kepada
peserta didik agar mampu memberi kesan
mendalam kpd mereka, sehingga terlihat
dalam pribadi mereka.
Fungsinya mengantarkan suatu tujuan
kepada obyek sasaran dengan cara yg sesuai
dg perkembangan obyek tersebut.

METODE PEND. ISLAM (2)


183

Al-Syaibani: Ada empat menjadi dasar pertimbangan dl

penggunaan metode pendidikan Islam:


Agama: sesuai dg Al-Quran, Sunnah Nabawi, sahabat
dan tabiin dan Salaf al-Shalih.
Biologis: kebutuhan jasmani dan perkembangan usia
anak.
Psikologis: motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap,
keinginan, kesediaan, bakat dan intelektual peserta didik.
Sosial: kebutuhan sosial di lingkungan peserta didik.

PERTIMBANGAN DL MENGGUNAKAN METODE


184

1.
2.
3.
4.
5.

Tujuan yang hendak dicapai


Kapabilitas pendidik;
Keadaan peserta didik;
Sarana pembelajaran yang tersedia;
Materi pembelajaran

METODE PEND. ISLAM (3)


185

Paling tidak, pendidikan Islam merangkum


empat tujuan pokok dalam memberikan metode:
menolong peserta didik mengembangkan
kemampuan individualnya dl mencapai ilmu
kasbi dan ilmu ladunni, learning how to learn
(proses belajar bagaimana belajar):aspek
kognitif dan afektif
membiasakan belajar melakukan (learning how
to do) menjadi prilakunya efektif dan efisien:
aspek psikomotorik

METODE PEND. ISLAM (4)


186

bertanggung jawab untuk belajar menjadi (learning to


be), siap menjadi dirinya sendiri, membentuk sikap diri
bukan bayang-bayang orang lain. Aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.
belajar bagaimana berurusan dengan luar dirinya,
menjalin hubungan antar subyek (learning how to live
together). Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

MACAM-MACAM METODE
PEND. ISLAM (5)
187

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Uswatun Hasanah/teladan (QS. Al-Ahzab, 33:21).


Qashash
Nasihat
Pembiasaan
Targhib (ganjaran) dan Tarhib (hukuman)
Ceramah (khutbah/kuliah)
Diskusi dan dialog
Berdebat
Induksi dan Deduksi dan lain-lain

P. HAKIKAT EVALUASI
188

Definisi: kegiatan menilai yang terjadi dalam


kegiatan pendidikan baik secara kuantitatif
(mengukur) maupun kualitatif (evaluasi)
Dalam pendidikan pasti terjadi:
1. Input (bahan mentah)
2. Transfer dan Transformatif (memindahkan,
mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi)
3. Output (bahan jadi yang dihasilkan oleh transfer
dan transformasi)
4. Umpan balik (feed back)

KURIKULUM (1)
PENGERTIAN
189

Crow and Crow : kurikulum ialah rancangan pengajaran

yang isinya sejumlah mata pelajaran yg disusun secara


sistimatis yg diperlukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow
and Crow: Pengantar Ilmu Pendidikan).
Cakupan kkm :
ada bagian yg berkenaan dg tujuan yg ingin dicapai oleh
pbm
ada berisi pengetahuan, informasi-informasi, data,
aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman yg merup
bahan bagi penyusunan kkm yg isinya berupa mata
pelajaran yg kmd dimasukkan dl silabus.

KURIKULUM (2)
PENGERTIAN
190

bagian yg berisi metode atau cara menyampaikan mata

pelajaran tsb.
bagian yg berisi metode atau cara melakukan penilaian dan
pengukuran atas hasil pengajaran mata pelajaran tertentu.

KURIKULUM (3)
ASAS-ASAS
191

S. Nasution (Pengembangan Kurikulum):


Filosufis:berperan sbg penentu tujuan umum pend
Sosiologis (berperan memberikan dasar utk

menentukan apa saja yg akan dipelajari sesuai dg


kebutuhan masyakat, kebudayaan, perkemb. Ilmu
penget, dan teknologi)
Organisatoris (dasar dl bentuk bahan pelajaran itu
disusun, dan penentuan luas dan urutan mata
pelajaran)
Psikologis (memberikan berbagai prinsip ttg perkem.
peserta didik dl berbagai aspeknya, serta cara
menyampaikan pelajaran agar dapat dicerna dan
dikuasai sesuai dg tahap perkembangannya.

KURIKULUM (4)
PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM
192

As-Syabani, prinsip kurikulum pend. Islam:


1. pertautan yg sempurna dg agama, termasuk
ajarannya dan nilai-nilainya.
2. Menyeluruh pada tujuan-tujuan dan kandungan
kkm.
3. keseimbangan yg relatif antara tujuan-tujuan dan
kandungan kurikulum
4. prinsip perkaitan antara bakat, minat,
kemampuan, dan kebutuhan peserta didik serta
alam sekitar baik fisik maupun social budaya
5. pemeliharaan perbedaan individual baik dari segi
minat maupun bakatnya

KURIKULUM (5)
PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM
193

1.
2.

menerima perkembangan dan perubuhan sesuai dg


perkembangan zaman dan tempat
keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dg
pengalaman dan aktivitas yg terkandung dl kkm.

KOMPETENSI PENDIDIK
194

Profesional

Kepribadian

Paedagogik

Sosial

Anda mungkin juga menyukai