Anda di halaman 1dari 34

BUKU PEDOMAN KADERISASI PMII

(PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA)


CABANG KUDUS

1
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman kaderisasi ini merupakan buku panduan sebagai acuan para kader PMII
dalam melaksanakan pendidikan kaderisasi baik dari segi formal, informal maupun non-formal
di organisasi PMII. Kehadiranya mempunyai makna strategis secara personal dan institusional.

Secara personal, ia memiliki dua makna. Pertama, makna informatif antara pengurus atau
panitia dalam pelaksanaan kegiatan. Kedua, pengayaan wawasan keilmuan di PMII.

Secara intitusional, ia memiliki dua makna pula. Pertama, penguatan jalinan emosional
antar kader dengan alumninya. Kedua, pengayaan data untuk pengembangan sistim kaderisasi
PMII dimasa mendatang.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, kami bersyukur atas selesainya buku
pedoman kaderisasi PMII dan sekaligus mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses penyelesaianya. Dan akhirnya, buku pedoman kaderisasi PMII ini kami
sajikan kepada semua pembaca, dengan harapan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kudus, September 2020

JULIANTO, S.E., M.H


Ketua TIM Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. 2
DAFTAR ISI ...................................................................................... 3
TIM PENYUSUN.................................................................................... 4
TUJUAN PMII......................................................................................... 5
REFLEKSI PERGERAKAN PMII......................................................... 6
REFLEKSI KADERISASI...................................................................... 7
PROFIL KADER PMII........................................................................... 9
SISTEM PENGKADERAN PMII........................................................... 15
PENGKADERAN FORMAL.................................................................. 16
PENGKADERAN INFORMAL.............................................................. 26
PENGKADERAN NON-FORMAL........................................................ 28
REKOMENDASI ................................................................................ 31
PENUTUP ............................................................................................ 35

3
Tim Penyusun :

Julianto, S.E., M.H


Ahmad Arofiq S.Sos
Sri Murtiningsih S.E
M Taufiq Nur Aziz S.Pd
Ahmad Yusron S.T
Ahmad Dzulfikar S.E
M. Izzul Hikam S.Pd
M. Syamsudin S.Ag
Johanto S.E
Mahmud Zakariya S.E
Imam Fahrudi S.H
Muh. Supriyanto S.T
Gatot Priambodo Agusta S.Pd
Faiz Fatwa S.T
Atho’urrahman S.H
Muhammad Azhari S.Sos
M. Choirul Anwar S.E
Hidayatul Ula S.H

4
 

Terbentuknya pribadi Muslim


yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya
dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
(Tujuan PMII, Pasal 4 AD/ART)

5
Refleksi Pergerakan Di PMII

Sepanjang sejarah dunia, di bangsa manapun maupun keyakinan serta agama apapun,
selalu ada orang-orang unggul yang membimbing atau memimpin masyarakatnya ke arah yang
lebih beradab, lebih manusiawi, dan lebih maju secara budaya, sosial dan ekonomi. Ada dari
mereka yang tercatat dalam halaman-halaman buku sejarah, yang lain hanya tersebut dalam
cerita lesan, dan ada pula yang bahkan tidak diingat-diketahui oleh siapapun. Di bangsa,
keyakinan atau agama mereka masing-masing, mereka adalah kader.

Di antara mereka ada yang menjadi tokoh utama sejarah, ada tokoh kedua, ada tokoh
ketiga dan seterusnya. Namun yang pasti, kader-kader itu mewakili sebuah keyakinan bahwa
adalah tugas manusia untuk mendorong atau menarik masyarakat dan bangsanya menuju arah
yang lebih maju dan beradab. Bukan hanya meyakini tujuannya, mereka juga bergerak
melakukan sesuatu. Bukan pula hanya asal melakukan sesuatu, mereka melakukan sesuatu
berdasar pada pengetahuan dan wawasan membaca situasi zaman. Mereka melakukan sesuatu
dengan sebuah keyakinan, pengetahuan dan ketrampilan yang handal.

Perlu rupanya kita membuka lagi buku sejarah Islam, sejarah bangsa Yahudi, dan umat
Kristiani untuk mengaca bagaimanakah kader-kader itu. Atau kita boleh simak bagaimana
Amerika berdiri, Eropa berkembang, China dan Jepang menjadi besar. Malah, harus kita baca
dan dengarkan lagi perjuangan tokoh-tokoh di Papua, Sulawesi, Jawa, Kalimantan dan Sumatera
sejak zaman pra-kolonial hingga pasca kolonial. Kita mesti menyimak semua itu untuk
mendapatkan gambaran historis bagaimanakah sosok kader, atau bagaimanakah profil seorang
manusia yang dididik di dalam lingkungannya untuk sebuah tugas perjuangan.

PMII adalah salah satu lingkungan itu, sebuah lingkungan yang kecil. Lingkungan lebih
besar yang melahirkannya adalah NU, dan lingkungan lebih besar lagi yang menjadi tempat
hidup dan tidurnya adalah masyarakat dan bangsa Indonesia. Dari semesta pengetahuan yang
direguk PMII mengenai situasi dunia, situasi bangsa dan situasi daerah, tidak berlebihan apabila

6
PMII bertekad mengadabkan,  memajukan dan memenangkan bangsanya. Dengan tekad itu,
PMII membutuhkan individu-individu yang tergerak untuk melakukan sesuatu setelah melihat
kenyataan bangsa.

Namun karena individu-individu semacam itu jarang didapat secara gratis, PMII harus
mengadakannya melalui proses rekayasa. Rekayasa itu adalah pendidikan atau pengkaderan.
Sebab itulah PMII dibentuk bukan untuk merekrut anggota sebanyak-banyaknya melainkan
dibentuk untuk menciptakan kader. PMII mencita-citakan untuk membentuk seorang individu
menjadi pribadi Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan
bertanggung jawab mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia.

Tujuan itu adalah pilihan historis kita, sebagaimana para tokoh sejarah di sepanjang
zaman telah memilih tujuan mereka. Dengan segenap tenaga, pikiran, perasaan dan tindakan,
tidak ada kata  untuk menolak tujuan itu. Juga tidak boleh ada keraguan untuk menjawab
pertanyaan: Apa Tujuan Gerakan PMII? Ke arah tujuan itulah segenap proses berorganisasi dan
proses pendidikan-pengkaderan PMII diarahkan.

REFLEKSI KADERISASI

Kita sering mendapati diri ada di tengah belantara pertanyaan, gugatan, ketidakpuasan
sekaligus kebingungan mengenai kaderisasi. Semuanya campur aduk tak tertata, antara
pertanyaan mendasar dengan pertanyaan teknis. Pertanyaan Apa tujuan kaderisasi kita? Untuk
apa kaderisasi kita? terlontar bersamaan dengan pertanyaan: bagaimana metodenya? Apa isi
materinya? Apa sajakah buku-buku referensinya? Bagaimana distribusi kader nanti? Siapa
instruktur dan pematerinya?

Semua itu pertanyaan faktual, artinya relevan untuk diajukan. Soalnya adalah bahwa
menata pertanyaan sesuai dengan proporsinya masing-masing, jarang terjadi. Lalu mengurutkan,
memahami kembali dan mengakumulasikan jawaban-jawaban sebagaimana telah diberikan dari
Kongres ke Kongres, juga jarang dilakukan.

7
Ketika kita (PMII) berada di tengah situasi otoritarianisme Orde Baru, PMII sepuas-
puasnya mereguk khazanah intelektual dan mengambil inspirasi gerakan serta kosakata Marxian.
Ternyata pilihan tersebut ampuh sebagai jalan mengetahui bahwa orang-orang PMII beserta
organisasinya, adalah bagian dari masyarakat pinggiran bangsa ini yang secara sistematis
memang dipelihara untuk tetap di pinggir. Lebih dari itu, pilihan tersebut juga ampuh untuk
membangkitkan radikalisme kita, sehingga PMII berani mengisi garis depan perjuangan
melawan negara sampai akhir dekade 1990.

Saat itu, tujuan PMII dan tujuan kaderisasi seolah-olah telah terumuskan dalam bentuk
final, konkrit dan mewujud secara material: membela rakyat tertindas. Di tengah situasi zaman
itu, struktur permukaan dari kenyataan yang dihadapi mahasiswa memang mudah menciptakan
situasi psikologis yang sarat dengan heroisme.

Sementara zaman berubah dengan cepat, kampanye demokrasi dan slogan reformasi
melahirkan desentralisasi; ruang kompetisipun terbuka sangat lebar. Gerakan ekstraparlementer
tidak lagi menjadi domain utama gerakan mahasiswa. Kita bertemu dengan organisasi ‘kanan’
yang secara ‘tiba-tiba’ mendominasi ruang opini gerakan mahasiswa. Bersamaan dengan itu kita
menemukan bahwa ‘rival’ lama kita ternyata masih tetap bertahan dan masih eksis. Pada saat itu,
kita merasa kehilangan sifat ‘kanan’ kita: kita kurang Islami, kurang menghargai simbol dan
seterusnya.

Situasi tersebut persis terjadi saat inspirasi gerakan dan kosakata Marxian belum disadari
sepenuhnya sebagai sumber energi-eksternal pada masanya, yakni situasi nasional dekade 1990.
Dengan kalimat lain, kita masih cenderung ‘kiri’ dalam kosakata dan sedikit ‘kiri’ dalam pikiran,
namun kita ingin ‘kanan’ juga. Ambang antara ‘kiri’ dan ‘kanan’ inilah yang harus kita atasi.

Maka kita harus mengingat kembali tujuan dasar kaderisasi PMII, atau untuk apakah
kaderisasi PMII dilakukan? Melihat kembali dan merekonstruksi tujuan ini penting, mengingat
telah demikian banyak input intelektual dan pengalaman gerakan yang dipunyai PMII. Begitu
banyaknya sehingga tujuan kaderisasi kita sering tak terbaca dan teringat, tergantikan dengan

8
‘bahasa-bahasa’  lain. Intensitas pergaulan dan kompetisi kita dengan organisasi ‘kiri’ dan
organisasi ‘kanan’ kerap menimbulkan sikap ‘kecil hati’ di satu sisi dan terlalu ‘merasa besar
diri’ di sisi yang lain. Bahkan kadang-kadang muncul sikap reaksioner.

PROFIL KADER PMII

Pada hakikatnya sebutan KADER adalah ditujukan bagi individu yang telah memenuhi
kualitas-kualitas tertentu. Seperti apakah mereka? Jawabannya dapat kita simak dalam Tujuan
PMII. Tujuan PMII menegaskan bahwa PMII didirikan untuk membentuk sebuah pribadi yang
dengan segala kapasitas pribadinya yang terasah, kemudian mengarahkan semua kualitas
pribadinya bagi kepentingan masyarakat dan bangsa.

KUALITAS KADER PMII

1.    Bertaqwa kepada Allah SWT


2.    Berbudi luhur
3.    Berilmu
4.    Cakap
5.    Bertanggung jawab mengamalkan ilmunya, dan
6.    Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

PMII memproyeksikan pengkaderannya untuk meraih 6 (enam) kualitas di atas. Lalu apa
nama pendek bagi 6 (enam) kualitas di atas? Atau, apa nama pendek bagi“pribadi Muslim yang
bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab
mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”?
Nama pendek itu adalah Kader Ulul Albab. Dengan kata lain, ketika kita menyebut Kader Ulul
Albab, pada saat yang sama kita tengah meresapi 6 (enam) kualitas kader PMII di atas. Itulah
yang disebut sebagai citra diri atau PROFIL KADER PMII.

Namun nama itu memiliki kandungan yang lebih dalam dan luas dari 6 (enam) kualitas di
atas. Kedalaman itu dapat difahami dan direnungkan di ayat-ayat darimana sumber nama itu
berasal. Maka untuk mencapai kualitas di atas, setiap individu Anggota PMII wajib memahami

9
dan merenungkan 15 rangkaian Ayat Suci Al-Qur’an yang menjelaskan dan mengilustrasikan
bagaimanakah Kader Ulul Albab itu.
Ayat-Ayat yang mengandung nama Ulul Albab adalah sebagai berikut:

Q.S al-Baqarah (2: 179) Dan dalam hukum qisas itu terdapat (jaminan) kehidupan
bagimu wahai Ulul Albab, agar kamu bertaqwa.
Q.S al-Baqarah (2: 197) Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya.
Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
taqwa.  Dan bertaqwalah kepada-Ku wahai Ulul Albab!
Q.S. al-Baqarah (2: Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia
269) Kehendaki. Barang siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh-
sungguh ia telah dilimpahi karunia yang banyak. Dan tidak
ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali Ulul Albab.
Q.S. Ali-Imran (3: 7, 8 ) Dia-lah yang Menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu
(Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,
itulah pokok-pokok Kitab (al-Qur’an) dan yang lain (ayat-
ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong pada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat
mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-
cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam
berkata, “Kami beriman kepadanya (al-Qur’an), semuanya
dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil
pelajaran kecuali Ulul Albab. (Mereka berdo’a), “Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada
kesesatan setelah Engkau Berikan petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu,
sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
Q.S.  Ali-Imran Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
(3: 190, 191) pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagiUlul
Albab. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka

10
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari
adzab neraka”.
Q.S. al-Mai’dah Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan (amanat
 (5: 99, 100) Allah), dan Allah Mengetahui apa yang kamu tampakkan dan
apa yang kamu sembunyikan. Katakanlah (Muhammad),
“Tidaklah sama (antara) yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka
bertaqwalah kepada Allah wahai Ulul Albab.”
Q.S. al-Ra’du Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
(13: 19 – 20) Diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan
orang yang buta? Hanya Ulul Albab saja yang dapat
mengambil pelajaran, (yaitu) orang yang memenuhi janji
Allah dan tidak melanggar perjanjian.
Q.S. Ibrahim (14: 52) (Al Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi
manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar
mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa
dan agar Ulul Albab mengambil pelajaran.
Q.S. Shaad (38: 29) Kitab (Al Qur’an) yang Kami Turunkan kepadamu penuh
berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agarUlul
Albab mendapat pelajaran.
Q.S. Shaad (38: 43) Dan Kami Anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)
keluarganya dan Kami Lipatgandakan jumlah mereka, sebagai
rahmat dari kami dan pelajaran bagiUlul Albab.
Q.S. az-Zumar (39: 9) (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan
berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sebenarnya hanya Ulul Albab yang dapat
menerima pelajaran.
Q.S. az-Zumar Dan orang-orang yang menjauhi Thagut (yaitu) tidak

11
(39: 17, 18) menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas
mendapat berita gembira; sebab itu sampaikanlah kabar
gembira itu kepada hamba-hambaku, (yaitu) mereka yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah Diberi
petunjuk oleh Allah dan mereka itulah Ulul Albab.
Q.S. az-Zumar (39: 21) Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah
menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-
sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-
Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya,
kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-
kuningan, kemudian Dijadikan-Nya hancur berderai. Sungguh,
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi Ulul Albab.
Q.S. al-Mu’min Dan sungguh, Kami telah Memberikan petunjuk kepada Musa;
(40: 53, 54, 55) dan Mewariskan Kitab (Taurat) kepada Bani Israil, untuk
menjadi petunjuk dan peringatan bagi Ulul Albab. Maka
bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya
memuji Tuhan-mu pada waktu petang dan pagi.
Q.S. at-Talaq Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang mendurhakai
 (65: 8, 9, 10, 11) perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, maka Kami Buat
perhitungan terhadap penduduk negeri itu dengan perhitungan
yang ketat, dan Kami Azab mereka dengan azab yang
mengerikan. Sehingga mereka merasakan akibat yang buruk
dari perbuatannya, dan akibat perbuatan mereka itu adalah
kerugian yang besar. Allah menyediakan azab yang keras bagi
mereka, maka bertakwalah kepada Allah wahai Ulul Albab!
(yaitu) orang-orang yang beriman. Sungguh, Allah telah
Menurunkan peringatan kepadamu, (dengan mengutus)
seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepadamu
yang menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia
Mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan

12
kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya.

Dari ayat-ayat di atas dapat ditangkap beberapa gambaran tentang manusia Ulul


Albab sebagai berikut.

1. Manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT

Manusia yang bertaqwa kepada Allah tidak memiliki rasa takut kepada selain-Nya. Maka
dalam pikiran, perasaan dan tindakan, manusia yang bertaqwa sesungguhnya merdeka dari rasa
takut. Satu-satunya yang ia takuti hanya Allah. Rasa takut muncul karena khawatir melanggar
Kehendak-Nya (Q.S al-Baqarah,
2: 179, 197; Al-Maidah, 5: 99-100; Q.S. at-Talaq, 65: 8, 9, 10, 11).

2. Manusia yang beriman

Manusia yang beriman tidak memiliki keraguan dan memelihara kebingungan dalam
berproses dan hidup sehari-hari. Keyakinannya terhadap Allah SWT mengatasi keraguan yang
membiaskan pandangannya dari kenyataan dan tantangan duniawi. Maka dalam pikiran,
perasaan dan tindakan, manusia yang beriman sesungguhnya merdeka dari rasa ragu. Satu-
satunya keraguan adalah keraguan apakah pikiran, perasaan dan tindakannya telah melanggar
Keyakinannya kepada Allah SWT.  (Q.S. at-Talaq, 65: 8, 9, 10, 11).

3. Manusia yang selalu mengingat Allah SWT di setiap saat

Yakni manusia yang menjadikan dzikir sebagai nafas sehari-harinya. Mengingat Allah
SWT adalah mengakui dan mengikatkan diri pada Keabadian, kepada Yang Maha Kuasa, dan
kepada Yang Maha Menciptakan. Keterikatan hati manusia semacam itu adalah hanya
kepadaNya. Bukan kepada apa yang ia duduki dan yang ia inginkan. Maka tidak ada rasa
kehilangan apabila perubahan memaksanya untuk bergeser, dan tidak ada rasa ragu apabila
perubahan memintanya untuk bertindak. (Q.S.  Ali-Imran, 3: 190, 191).

13
4. Manusia yang setia dengan Janji Allah SWT dan tidak melanggar perjanjian dengan-
Nya

Manusia yang setia dengan Janji Allah SWT dan tidak melanggar perjanjian denganNya
adalah manusia yang hanya berharap dan meminta kepadaNya. Sementara dia melakukan secara
total apa yang dia harus lakukan sebagai manusia, sebagai hamba (‘abdullah) sekaligus sebagai
khalifah (khalifatullah), ia melepaskan harapan dan ketergantungan dari apa yang dia lakukan.
Semua kembali diserahkan kepadaNya. Maka manusia yang setia tidak merasa kecewa atas
urusan duniawi dan senantiasa menatap kenyataan dengan optimis. (Q.S. al-Ra’du (13: 19 – 20).

5. Manusia yang mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia, perjalanan alam
semesta dan dari ayat-ayatNya

Manusia yang mengambil pelajaran ialah manusia yang menatap kenyataan secara
kompleks, secara keseluruhan, secara komprehensif. Ia membaca bagaimana bangsa-bangsa
terdahulu tumbang dan berdiri dan mengambil pelajaran dari itu. Ia juga mengamati bagaimana
semesta berjalan, menjalankan hukum-hukumNya yang berlaku pula bagi manusia dan
mengambil hikmah dari semua itu. Manusia semacam itu peka dan tidak berhenti dalam
memahami apa yang disampaikanNya dalam Kitab Suci dan pada alam semesta. Manusia yang
mengambil pelajaran senantiasa hati-hati dan awas terhadap kenyataan, sebagai panduan mereka
untuk menjalani kehidupan. (Q.S. al-Baqarah, 2: 269; Q.S. Ali-Imran, 3: 7, 8;  Q.S. al-Ra’du,
13: 19 – 20;  Q.S. Ibrahim, 14: 52; Q.S. Shaad, 38: 29; Q.S. Shaad, 38: 43; Q.S. az-Zumar,
39:9; Q.S. az-Zumar, 39: 21; Q.S. al-Mu’min, 40: 53, 54, 55).

Dari ayat-ayat di atas dan penjabarannya dalam lima butir tersebut tergambar
bahwa Kader Ulul Albab bukanlah sosok pasif yang menyerah pada keadaan. Ia juga bukan
sosok yang akan berpikir dan bertindak dengan sembarangan. Iman-Taqwa dan pengetahuan
mutlak dimiliki Kader Ulul Albab. Dari keduanya, Kader Ulul Albabdituntut untuk menguasai

14
kemampuan khusus, cakap dan terampil, sehingga dia mampu menjalankan  peran dan tugasnya
sebagai manusia di tengah kenyataan bangsanya. 

SISTEM PENGKADERAN PMII

Sistem Pengkaderan PMII adalah totalitas upaya pembelajaran yang dilakukan secara


terarah, terencana, sistemik, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan untuk mengembangkan
potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, mempertinggi harkat dan
martabat, memperluas wawasan, dan  meningkatkan kecakapan insan-insan pergerakan agar
menjadi manusia yangmuttaqin, beradab, berani, santun, cerdik-cendekia, berkarakter, terampil,
loyal, peka, mampu dan gigih menjalankan roda organisasi dalam segala upaya pencapaian cita-
cita dan tujuan perjuangannya.

Sistem Pengkaderan PMII mengenal tiga bentuk pengkaderan yang berkait satu dengan
yang lain yaitu Pengkaderan Formal (MAPABA, PKD, PKL), Pengkaderan Informal dan
Pengkaderan Non-Formal (pelatihan-pelatihan). Satu jenis pengkaderan menopang dan
menentukan pengkaderan yang lain. Namun di luar tiga jenis pengkaderan tersebut, satu faktor
lain yang juga sangat menentukan adalah kebiasaan sehari-hari kader dan iklim keorganisasian
PMII secara umum dan PMII setempat atau yang kami sebut lingkungan sehari-hari organisasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku dan kebiasaan akan muncul lebih jujur dan
natural. Bagi kader baru, hal ini sangat berpengaruh bagi perkembangan diri serta persepsi
mereka terhadap PMII. Artinya bila lingkungan sehari-hari organisasi tampak nyaman dan
kondusif bagi pengembangan diri, seorang kader (terlebih anggota baru) akan lebih mantap
untuk aktif di PMII. Selain itu, dalam lingkungan sehari-hari itulah sesungguhnya totalitas kader
dalam menjalani proses pergerakan tengah diuji. Sistem Pengkaderan PMII diilustrasikan dalam
bagan di halaman sebelumnya.

PENGKADERAN FORMAL

MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru)

15
Masa Penerimaan Anggota Baru atau MAPABA adalah fase orientasi dan pengenalan
awal PMII kepada mahasiswa dalam rangka rekruitmen mahasiswa untuk menjadi anggota PMII.
Tujuan MAPABA adalah untuk merekrut anggota.

Anggota pasca MAPABA disebut Mu’takid, yakni anggota yang:


1)  Merasa butuh untuk berorganisasi
2)  Memiliki keyakinan dan loyalitas bahwa PMII adalah organisasi mahasiswa dan organisasi
mahasiswa Islam yang paling tepat untuk memperjuangkan idealisme mahasiswa;
3)  Mengikuti Ahlusunnah wal-Jama’ah (ASWAJA) sebagai prinsip pemahaman, pengamalan
dan penghayatan Islam Indonesia.

Penyelenggara
MAPABA diselenggarakan oleh Pengurus Rayon atau Pengurus Komisariat.
Penyelenggara MAPABA melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi pelaksanaan MAPABA
secara umum.

Surat Keputusan Keanggotaan


Surat Keputusan (SK) Keanggotaan ialah surat resmi yang ditandatangani dan
dikeluarkan oleh Pengurus Komisariat untuk melegalisasi status keanggotaan seorang mahasiswa
yang telah mengikuti MAPABA. SK Keanggotaan diserahkan kepada calon anggota setelah
calon anggota dibaiat menjadi ANGGOTA PMII.  SK Anggota ini penting diadakan untuk
mengukuhkan seorang mahasiswa sebagai Anggota PMII.

Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan MAPABA adalah:
1)  Doktrinasi, yaitu pemahaman serta pembekalan keyakinan dan faham PMII,

16
2)  Persuasi, yaitu pendekatan positif untuk meyakinkan dan menarik minat lebih lanjut anggota
baru PMII

Peserta
Peserta MAPABA adalah mahasiswa baru (semester pertama) atau maksimal mahasiswa
semester empat. Pembatasan tersebut dimaksudkan agar nantinya anggota lebih memiliki
kesempatan untuk berkembang.
Kurikulum MAPABA
Demikian ini adalah materi-materi MAPABA:
1. Bina Suasana 90 menit
2. Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial (MW)) 120 menit
3. Keorganisasian PMII (MW) 120 menit
4. Nilai Dasar Pergerakan (MW) 120 menit
5. Islam Indonesia (MW) 120 menit
6. Studi Gender dan Kelembagaan KOPRI (MW) 120 menit
7. Sejarah Negara Bangsa Indonesia (MW) 120 menit
8. Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia (MP) 120 menit
9. Antropologi Kampus (MLP) 120 menit
10. Sejarah PMII Lokal (MLP) 120 menit
11. Kajian Disiplin Ilmu (Fakultas/Jurusan) (MLP) 120 menit
12. General Review dan RTL 120 menit
13. Evaluasi 90 menit
Total Waktu     1530 menit
Keterangan
MW               : Materi Wajib yaitu materi yang wajib disampaikan dalam MAPABA
MP                 : Materi Pilihan yaitu materi yang lebih baik bila disampaikan
MLP : Muatan Lokal Pilihan yaitu materi-materi yang lebih baik apabila    
disampaikan semua, namun boleh dipilih beberapa saja.
Pembaiatan Anggota
Pembaiatan adalah acara pengambilan ikrar peserta MAPABA untuk bergabung dan
bersetia dalam organisasi PMII. Pembaiatan dilakukan setelah seluruh rangkaian acara dalam
kegiatan MAPABA usai dilaksanakan. Pelaksanaannya dilakukan di antara sesi terakhir dan
acara penutupan.

Follow Up MAPABA

17
Follow Up atau tindak lanjut MAPABA adalah serangkaian kegiatan yang
diselenggarakan bagi Anggota Baru untuk membimbing, mengarahkan cara-cara berorganisasi
dan untuk memperdalam nilai-nilai dan prinsip dasar organisasi PMII.

Kegiatan Follow Up terbagi dua yaitu kegiatan yang dirancang bersama melalui
kesepakatan alumni MAPABA dan kegiatan Follow Up MAPABA yang dirancang oleh
Pengurus Rayon atau Pengurus Komisariat. Untuk mengarahkan ketrampilan dan pemahaman
Anggota Baru, diselenggarakan kegiatan wajib yaitu:

1)  Kursus Bahasa Asing (Inggris/ Mandarin/ Arab dll.)


2)  Kursus Epistemologi
3)  Pelatihan Manajemen Forum

Kursus Bahasa Asing dimaksudkan untuk membekali kader dengan kemampuan bahasa


asing yang semakin mendesak dipenuhi saat ini.

Kursus Epistemologi dimaksudkan untuk mengkaji dan memperkaya wawasan Anggota


Baru mengenai struktur dasar pengetahuan, yang akan sangat berpengaruh pada pola pikir dan
pola sikap.

Pelatihan Manajemen Forum merupakan pelatihan pertama bagi Anggota dalam


mengelola forum. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan Anggota dengan kegiatan-
kegiatan formal, baik rapat maupun diskusi, serta teknik dan persiapan untuk berpartisipasi di
dalamnya.
PKD (Pelatihan Kader Dasar)
Pengertian dan Tujuan
Pelatihan Kader Dasar adalah fase penananaman nilai-nilai dan pembentukan militansi
anggota untuk menjadi kader PMII. Dengan mengikuti PKD, secara formal seorang Anggota
telah syah Kader PMII. PKD merupakan fase kedua dalam Pengkaderan Formal PMII dan
diselenggarakan antara empat bulan hingga enam bulan setelah MAPABA.

18
Secara umum PKD bertujuan membentuk kader Mujahid yakni kader militan dan
memiliki komitmen terhadap nilai-nilai pergerakan. Untuk seterusnya, kualifikasi
Mujahid ditandai oleh bagaimana seorang kader:

1)  Siap untuk memberikan/mewakafkan dirinya bagi kepentingan pergerakan


2)  Memiliki pengetahuan teoritik dan pengetahuan lapangan yang mumpuni.
3)  Memiliki kemampuan dan ketrampilan berorganisasi.

Penyelenggara
PKD diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat atau Pengurus Cabang. Penyelenggara
PKD melalui Bidang Pengkaderan mengkoordinasi pelaksanaan PKD secara umum.

Model Pendekatan
PKD diselenggarakan bagi mahasiswa yang telah menjadi Anggota PMII. Untuk itu
secara umum dalam PKD digunakan pendekatan partisipatoris yang menekankan keaktifan
peserta untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan gagasannya sesuai materi yang
diberikan.

Harus dicatat bahwa pendekatan partisipatoris digunakan dengan tetap menjaga


konsistensi tujuan PKD dan tujuan materi.

Peserta
Peserta PKD adalah anggota PMII maksimal semester tujuh.

Seleksi
Seleksi dimaksudkan untuk menyaring peserta sehingga PKD dapat berlangsung sesuai
tujuan dengan tujuan PKD dan tujuan diadakannya pengkaderan. Seleksi juga dimaksudkan
untuk menjaga konsistensi semakin tinggi jenjang Pengkaderan Formal, semakin tinggi pula
kualitas pengkaderan yang dilaksanakan.
                       

19
Dalam seleksi diperlakukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat umum mengikuti PKD
adalah:
1)  Mengikuti kegiatan-kegiatan Follow Up Mapaba.
2)  Mengikuti minimal satu kegiatan Pengkaderan Non Formal bagi alumni Peserta MAPABA.

Syarat-syarat khusus dapat ditambahkan oleh penyelenggara sesuai dengan ragam


dinamika PMII setempat.

Kurikukulum PKD
1. Pra-Kurikula 180 menit
2. Paradigma PMII (MW) 240 menit
3. Strategi Pengembangan PMII (MW) 150 menit
4. Pengorganisiran Kampus  (MW) 150 menit
5. Sejarah Gerakan PMII Lokal (MW) 120 menit
6. Aswaja Sebagai Manhaj al-Fikr (MW) 150 menit
7. Islam Sebagai Teologi Pembebasan (MW) 150 menit
8. Analisis Sosial (MW) 150 menit
9. Analisis Wacana (MP) 150 menit
10. Studi Advokasi Kebijakan dan Anggaran (MW) 150 menit
11. Rekayasa Sosial/Teknologi/Genetika (MP) 150 menit
12. Sumber Daya Ekonomi Maritim (MP) 150 menit
13. Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa (MP) 150 menit
14. Ilmu Bumi Kampus (MP) 150 menit
15. Studi Banding Keprofesian (MW) 240 menit
16. General Review dan RTL 150 menit
17. Evaluasi 90 menit
Total Waktu 2670 menit
Keterangan
MW               : Materi Wajib, yaitu materi yang wajib disampaikan dalam PKD
MP                 : Materi Pilihan, yaitu materi yang lebih baik disampaikan dalam PKD

Pembaiatan Kader
Pembaiatan adalah acara pengambilan ikrar peserta PKD sebagai Kader Baru PMII.
Pembaiatan dilakukan setelah seluruh rangkaian acara dalam kegiatan PKD usai dilaksanakan.
Pelaksanaannya dilakukan di antara sessi terakhir dan acara penutupan.

Follow Up PKD

20
Follow Up atau tindak lanjut PKD adalah serangkaian kegiatan yang diselenggarakan
bagi/oleh Kader Baru PMII dalam durasi waktu tertentu. Follow Up dapat diselenggarakan oleh
Penyelenggara PKD dengan sasaran khusus Kader Baru atau diselenggarakan oleh Kader Baru
itu sendiri.

Follow Up bertujuan untuk menjaga, memperdalam dan mengembangkan pemahaman


Kader Baru PMII atas materi-materi PKD. Selain itu Follow Up bertujuan untuk
mengembangkan ketrampilan khusus bagi Kader Baru.
       
Diantara kegiatan Follow Up PKD terdapat kegiatan yang sifatnya wajib diselenggarakan
dan diikuti oleh Kader Baru. Kegiatan wajib tersebut dimaksudkan sebagai upaya pembekalan
ketrampilan dasar bagi Kader Baru. Kegiatan Follow Up yang wajib diselenggarakan untuk
Kader Baru PMII adalah sebagai berikut:

1)  Pelatihan Kefasilitatoran (Training of Trainer) 


2)  Pelatihan Kepemimpinan

Pelatihan Kefasilitatoran harus menjadi pelatihan wajib melihat PMII saat ini


membutuhkan banyak sekali instruktur bagi materi-materi pengkaderan.

Pelatihan Kepemimpinan menjadi follow up wajib dengan pertimbangan bahwa secara


massif kader PMII harus mulai memahami posisi dirinya sebagai pemimpin. Pelatihan
Kepemimpinan diarahkan untuk melatih dan mengasah mental kepemimpinan kakder, sehingga
mereka siap berperan sebagai pemimpin baik formal maupun pemimpin informal.

21
PKL (Pelatihan Kader Lanjut)
Pengertian dan Tujuan
Pelatihan Kader Lanjut adalah fase pengkaderan untuk membangun dan memperkuat
basis pengetahuan dan keterampilan yang akan menopang pilihan gerak kader PMII untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang. PKL merupakan fase ketiga dalam proses Pengkaderan
Formal PMII, diselenggarakan secepat-cepatnya enam bulan setelah PKD dan selambat-
lambatnya dua belas bulan setelah PKD.

Lulusan PKL disebut Kader Mujtahid yang diharapkan:


1)  Mampu mengembangkan kualitas kepemimpinan pergerakan
2)  Mampu merancang strategi gerakan jangka pendek dan panjang
3)  Memiliki kematangan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku organisasi
4)  Mampu mengidentifikasi ruang gerak dirinya saat ini dan di masa yang akan datang
5)  Berkembang sebagai subyek yang percaya pada kapasitas individunya 

Penyelenggara
PKL diselenggarakan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Koordinator Cabang dan
dapat juga diselenggarakan oleh Pengurus Besar. Penyelenggara PKL melalui Bidang
Pengkaderan mengkoordinasi dan mengarahkan pelaksanaan PKL secara umum.

Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam PKL adalah pendekatan partisipatoris. Pendekatan ini
menekankan keaktifan peserta untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
pendapatnya.

Sebagaimana dalam PKD, pendekatan partisipatoris dalam PKL digunakan dengan tetap
dalam koridor tujuan pengkaderan, tujuan PKL dan tujuan per sessi.

Peserta
Peserta adalah kader PMII yang memenuhi syarat untuk mengikuti PKL.

22
Syarat-syarat umum peserta PKL adalah sebagai berikut:
1)  Telah mengikuti PKD, ditunjukkan dengan foto copy sertifikat PKD
2)  Telah mengikuti minimal satu kegiatan Pengkaderan Non Formal, ditunjukkan dengan foto
copy sertifikat
3)  Dinilai teruji dalam Pengkaderan Informal dan dinilai aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh PMII, dibuktikan dengan surat rekomendasi dari Ketua Komisariat (bila
PKL diselenggarakan PC) atau Ketua Umum Cabang (bila PKL diselenggarakan oleh PKC)
4)  Menyusun makalah dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan panitia.

Selain syarat-syarat di atas, bersama penyelenggara, panitia berhak menyusun syarat-


syarat khusus peserta PKL.

Seleksi
Seleksi adalah tahap penyaringan (screening) calon peserta untuk menjadi peserta PKL.
Selain itu seleksi merupakan pengumpulan informasi yang bermanfa’at bagi Fasilitator untuk
mengetahui profil peserta PKL.

Tujuannya adalah
1)  Menyaring kader untuk menjadi peserta PKL
2)  Mengumpulkan bahan bagi data base kader PMII
3)  Sebagai informasi dini bagi fasilitator mengenai profil kader peserta PKL

Dalam seleksi berlaku ketentuan umum sebagai berikut:


1)  Seleksi diselenggarakan paling lambat tiga hari sebelum PKL dilaksanakan
2)  Penilaian dalam seleksi mengacu pada kelengkapan syarat administratif, hasil wawancara dan
presentasi makalah
3)  Proses seleksi dilakukan tim khusus yang ditunjuk atau diminta oleh penyelenggara melalui
Bidang Pengkaderan

23
4)  Fasilitator mendapatkan hasil seleksi selembat-lambatnya dua hari sebelum pelaksanaan PKL

Kurikulum PKL
1. Prakurikula 180 menit
2. Membedah PMII Perspektif Ideologi (MW) 150 menit
3. Membedah PMII Perspektif Organisasi (MW) 150 menit
4. Membedah PMII Perspektif Strategi dan Gerakan (MW) 150 menit
5. Membedah PMII Perspektif Kepemimpinan (MW) 150 menit
6. Panel Materi Ke-PMII-an: Melihat Gerak PMII Secara Total 180 menit
(MW)
7. Peta Pemikiran dan Gerakan Islam (MW) 150 menit
8. Menghayati Kembali Pokok Keimanan Islam (MW) 150 menit
9. Panel Materi Keislaman (MW) 180 menit
10. Geopolitik, Geoekonomi dan Geostrategi (MW) 240 menit
11. Sejarah Masyarakat Indonesia (MW) 180 menit
12. Strategi Kebijakan Pembangunan Berbasis Maritim (MW) 150 menit
13. Panel materi Keindonesiaan (MW) 180 menit
14. Analisis Isu dan Media (MP) 180 menit
15. Teknik Lobby dan Membangun Jaringan (MW) 180 menit
16. Community Organizing (MW) 180 menit
17. Manajemen Asset Daerah (MW) 150 menit
18. General Review dan RTL 180 menit
19. Evaluasi 120 menit
Total Waktu 3180 menit
Keterangan
MW               : Materi Wajib, yaitu materi yang wajib disampaikan dalam PKL
MP                 : Materi Pilihan, yaitu materi yang lebih baik disampaikan dalam PKL

Follow Up PKL
Follow Up atau tindak lanjut PKL adalah serangkaian kegiatan yang diselenggarakan
bagi/oleh Kader Mujtahid. Follow Up dapat diselenggarakan oleh Penyelenggara PKL atau
diselenggarakan oleh kader itu sendiri. Follow Up bertujuan untuk menjaga, memperdalam dan
mengembangkan pemahaman Kader atas materi-materi PKL. Selain itu Follow Up bertujuan
untuk mengembangkan ketrampilan khusus bagi Kader Mujtahid.
       
Kegiatan Follow Up Wajib
Selain kegiatan yang dirancang bersama oleh alumni PKL, terdapat Follow Up wajib
diikuti oleh Kader Mujtahid. Kegiatan wajib itu ialah Pelatihan Human Relation.

24
Pemilihan Pelatihan Human Relation sebagai follow up wajib ini didasari beberapa
pertimbangan.

Pertama, setiap Kader Mujtahid diharapkan telah memiliki gambaran bidang yang akan
digeluti seusai paripurna sebagai mahasiswa. Masing-masing mereka telah memiliki minat yang
berbeda dari masa ketika menjadi Kader PKD. Sehingga diperlukan Pelatihan yang secara umum
dapat mempertemukan masing-masing bidang, sekaligus berguna untuk menambah
keterampilan.

Kedua, human relation tetap menjadi kunci penting dalam gerakan, apapun bidang yang
digeluti oleh masing-masing kader. Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia belum
sampai menyingkirkan wilayah hubungan antar manusia sebagai ruang strategis dalam interaksi
sosial. Human relation bermanfa’at bagi kader peminat advokasi, politik, wirausaha, dakwah,
jurnalistik dan lain sebagainya.

PENGKADERAN INFORMAL
Pengkaderan informal berangkat dari filosofi bahwa pada hakikatnya setiap ruang, setiap
waktu dan setiap kegiatan (atau bahkan tanpa kegiatanpun), pada dasarnya dapat menjadi
medium dan kesempatan mendidik diri. Pendidikan atau dimaknai identik dalam hal ini dengan
pengkaderan, bukan saja di dalam forum pelatihan, ruang kelas dengan kurikulum tertentu;
melainkan dalam ruang sehari-hari setiap manusia, setiap anggota dan kader.

Pengkaderan Informal pada dasarnya adalah setiap bentuk kegiatan organisasi, yang
dalam pelaksanaannya bukan sekedar untuk mencapai tujuan kegiatan itu sendiri, melainkan juga
direkayasa untuk menguji dan melatih setiap anggota/kader atau sekelompok anggota/kader
tertentu. Namun Pengkaderan Informal juga dapat terjadi dalam kegiatan sehari-hari yang nuansa
(resmi) organisatorisnya bahkan tidak ada. Pengkaderan informal, berbeda dengan pengkaderan
formal, tidak memiliki sebuah kurikulum khusus, karena kegiatan-kegiatannya melekat dan
mensenyawa dengan aktivitas harian PMII setempat.

25
Pengkaderan Informal, karena melekat dengan aktivitas harian PMII setempat, sangat
berpengaruh terhadap perkembangan karakter/watak, mentalitas, perilaku dan kebiasaan
anggota/kader. Oleh sebab itu proses Pengkaderan Informal sesungguhnya sangat tergantung
dengan dinamika PMII setempat sekaligus kreatifitas anggota/kader PMII khususnya pengurus.

Pra-syarat dasar proses Pengkaderan Informal adalah keawasan terhadap situasi dan
setiap kegiatan. Pengurus, dalam hal ini sebagai pengelola anggota, mesti awas terhadap situasi
dan kegiatan, baik situasi maupun kegiatan senantiasa dapat menjadi bahan pelajaran untuk
mematangkan karakter dan mentalitas anggota/kader.

Berikut ini kami sampaikan beberapa contoh ragam kegiatan Pengkaderan Informal.

Ragam Kegiatan Pengkaderan Informal

1 Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam diskusi-


diskusi yang diadakan PMII.
2 Melibatkan anggota/kader dalam kepanitiaan acara yang
diselenggarakan oleh PMII.
3 Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam agenda-
agenda PMII di publik (demonstrasi, bakti sosial, study banding dll.)
4 Membentuk kelompok-kelompok diskusi, minat dan bakat (pecinta
alam, kelompok seni-sastra dll.) sesuai dengan kebutuhan
anggota/kader; dalam format small group atau format yang lain.
5 Mendatangi anggota/kader baik ke kos atau kampus, atau bahkan di
rumahnya, mengajak diskusi ringan (ngobrol enak), merangsang
pikiran untuk tetap awas.
6 Mengajak anggota/kader mengunjungi PMII Cabang atau
Komisariat lain baik dalam suatu acara tertentu atau hanya
silaturrahim.
7 Mendorong dan memantau anggota/kader untuk terlibat dalam
kepanitiaan acara-acara yang diselenggarakan oleh kampus.

26
8 Mendorong dan memantau anggota/kader untuk terlibat di
organisasi-organisasi intra kampus (HMJ, UKM, BEM,DEMA).
9 Mendelegasikan anggota/kader, dengan tetap didampingi, dalam
diskusi atau kegiatan yang diadakan oleh organisasi lain.
10 Memberikan tugas-tugas khusus kepada anggota/kader seperti
menggali informasi, menyebarkan opini dll. di luar PMII.
11 Menugaskan anggota/kader untuk menyelenggarakan sebuah
kegiatan lengkap dengan kepanitiaannya (bazar buku, bakti sosial,
donor darah, bedah buku, seminar dll.)

Catatan tambahan perlu kami sertakan bahwa dalam Pengkaderan Informal tidak ada
kegiatan yang bersifat mutlak. Selain itu mesti diperhatikan bahwa setiap jenjang Pengkaderan
Formal secara logis harus diikuti dengan Pengkaderan Informal yang berbeda, yakni semakin
meningkat dalam kekerapan dan kualitasnya. Sehingga Pengkaderan Informal bagi alumni PKD
dan PKL tidak bisa disamakan dengan Pengkaderan alumni MAPABA. Bahkan alumni kedua
Pengkaderan Formal tersebut sudah saatnya untuk dibiasakan melakukan Pengkaderan Informal
alumni MAPABA secara terkoordinir dengan pengurus.

PENGKADERAN NON-FORMAL
Pengkaderan Non Formal adalah proses pengkaderan yang diarahkan untk membangun
ketrampilan dan pengetahuan khusus atau spesifik. Tujuannya adalah untuk memberikan bekal
kepada kader bagi kebutuhan yang muncul dalam keorganisasian, kehidupan kampus dan
masyarakat serta untuk mengembangkan potensi diri kader. Sementara fungsi dari Pengkaderan
ini adalah untuk menopang dua Pengkaderan lainnya, sehingga dalam Pengkaderan Formal di
jenjang berikutnya (PKD atau PKL), seorang kader talah memiliki wawasan cukup dan
spesifikasi keahlian.

Bekal pengetahuan dan ketrampilan spesifik kader secara ideal juga berfungsi untuk
memudahkan proses distribusi kader di ruang-ruang strategis di luar PMII. Diharapkan dalam
jangka panjang penumpukan kader PMII di ruang politik dan LSM dapat dikurangi, tanpa
kehabisan suplay di dua ruang tersebut.

27
Masih bisa kita lihat dari sekian banyak kegiatan Pengkaderan Non Formal yang PMII
adakan, sebagian besar belum mampu mengasah pengetahuan dan ketrampilan khusus kader.
Selain itu setelah sebuah pelatihan diadakan PMII tampak kurang sigap menindaklanjuti hasil
pelatihan baik dalam hal jaringan, atau variasi tugas dan kegiatan lanjutan bagi kader. Padahal
jaringan, tugas dan kegiatan lanjutan tersebut sangat penting sebagai pra-syarat bagi mungkinnya
proses distribusi kader.

Fakta tersebut tidak berarti membatalkan nilai penting Pengkaderan Non Formal,
melainkan justru menjadi pijakan faktual untuk mempertimbangkan secara serius setiap bentuk
Pengkaderan Non Formal yang akan untuk diselenggarakan.

Sebelum Pengkaderan Non Formal diselenggarakan, kerangka tindak lanjut harus


dimatangkan terlebih dahulu. Kemudian memastikan tersedianya jaringan yang dapat dirangkul
untuk bekerja sama dalam tindak lanjut tersebut. Selain itu pertimbangan kebutuhan kader,
kebutuhan pergerakan serta derajat kemampuan penyelenggara dalam memfasilitasi sebuah
pelatihan juga harus dihitung.

Berikut ini kami sampaikan beberapa contoh kegiatan Pengkaderan Non Formal  bagi
alumni di setiap Jenjang Pengkaderan Formal.

Ragam Kegiatan Pengkaderan Non Formal

Pelatihan Manajemen Forum


Kursus Agama (Mengaji, Bacaan dan Tata Cara Ibadah)
Pelatihan Pembuatan Proposal
Pelatihan Tata Administrasi PMII
Pelatihan Manajemen
Kursus Bahasa Asing
PASCA MAPABA Pelatihan Analisis Kebijakan Publik
Pelatihan Teknologi Informasi
Pelatihan Gender
Kursus Filsafat dan Teori Sosial
Pelatihan Jurnalistik

28
Pelatihan Advokasi
Pelatihan Analisis Sosial
Pelatihan Pemetaan Politik Kampus
Pelatihan Monitoring Anggaran
Pelatihan Manajemen Konflik
Pelatihan Metode Penelitian
PASCA PKD Pelatihan Manajemen Komunikasi
Pelatihan Manajemen Organisasi
Pelatihan Manajemen Aksi
Pelatihan Kepemimpinan
Pelatihan Kefasilitatoran
Kursus Politik
Pelatihan Kewirausahaan
Kursus Analisis Pasar Modal
Pelatihan Teknologi Industru Kecil
PASCA PKL Pelatihan Legal Drafting
Pelatihan Agrobisnis
Pelatihan Community Organizer
Pelatihan Dakwah

Pemilahan kegiatan menurut jenjang Pengkaderan Formal ini dimaksudkan untuk


memudahkan dalam mengukur jalannya proses pengkaderan secara umum. Namun pada
dasarnya penilaian ketepatan sebuah Pelatihan/Kursus diadakan, apakah untuk pasca Mapaba
atau PKD dan PKL, sepenuhnya harus didasarkan pada kondisi objektif Anggota/Kader.

Maksud dari Pelatihan dan Kursus adalah sebagai berikut:

KURSUS, kami maksudkan sebagai kegiatan reguler yang diadakan secara rutin-berkala.


Sebagai contoh Kursus Bahasa Asing, Kursus Politik dan Kursus Analisis Pasar Modal.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan lebih dari satu kali pertemuan dalam waktu yang berbeda,
dengan asumsi bahwa satu kali pertemuan belum cukup untuk memenuhi tujuan diadakannya
kegiatan tersebut.

PELATIHAN, kami maksudkan sebagai paket kegiatan yang diselenggarakan dalam


jangka waktu tertentu. Sebagai contoh Pelatihan Teknologi Informasi, Pelatihan Advokasi dan
Pelatihan Kewirausahaan. Kegiatan-kegiatan tersebut diasumsikan cukup diselenggarakan

29
beberapa hari (tiga hari atau lebih) untuk mencapai tujuan khusus diadakannya pelatihan
tersebut.

Tentu saja bentuk Kursus dapat menjadi Pelatihan dan begitu sebaliknya. Sebagai misal,
Pelatihan Kewirausahaan, dengan pertimbangan materi pelatihan yang cukup banyak, dapat
dirubah menjadi kursus. Perubahan semacam itu dimungkinkan dilakukan. Beberapa istilah juga
sering digunakan seperti sekolah (untuk kursus) atau training (istilah Inggris dari Pelatihan),
variasi istilah semacam itu terkadang juga penting untuk mencegah kejemuan kader mendengar
istilah-istilah tertentu. Hanya harus diingat bahwa tujuan besar dari kedua macam ragam
Pengkaderan Formal tersebut adalah membekali kader dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang bersifat spesifik atau khusus. Sehingga dengan bekal tersebut nantinya seorang kader PMII
mampu menjalankan missi organisasi pergerakan dengan baik.

REKOMENDASI

A.  Materi Kaderisasi


Materi kaderisasi harus diperiksa kembali relevansinya dengan situasi mutakhir.
Beberapa hal berikut harus menjadi pertimbangan dalam merumuskan materi kaderisasi:
1.  Keseimbangan proporsi antara materi dengan orientasi pengembangan skill, pengetahuan,
mentalitas-religiusitas-ideologi dalam kaderisasi formal.
2.  Mempertegas materi-materi wajib dan materi-materi pilihan, serta melengkapi materi-materi
kaderisasi dengan kurikulum dan referensi.
3.  Menyusun tim instruktur.

B.  Sistem Pengkaderan


Tiga jenis model kaderisasi (formal, informal dan nonformal) berorientasi untuk
mencapai Tujuan Organisasi sebagaimana tercantum di pasal 4 Anggaran Dasar Organisasi.

30
Untuk itu frekuensi dan kedalaman diskusi mengenai Tujuan Organisasi harus ditingkatkan,
untuk memandu proses berjalannya tiga jenis kaderisasi.

         Review Kurikulum harus dilakukan secara reguler dan matang untuk memastikan
kurikulum kaderisasi formal tetap berada dalam konteks kenyataan. Motif reaktif dan sikap
reaksioner terhadap fenomena baru harus dijauhkan dari setiap upaya review kurikulum, untuk
menjaga kurikulum dari labilitas situasi yang mudah dipengaruhi oleh trend. Kurikulum harus
menopang Tujuan Organisasi, bersifat jangka panjang, sejajar dengan konteks dan mewadahi
seluruh minat dan latar belakang akademik.

         Ketersediaan fasilitator atau instruktur kaderisasi harus menjadi perhatian serius Pengurus
Besar. Karena itu, selama 2 hingga 4 tahun mendatang PB, PKC maupun PC harus melakukan
pelatihan keinstrukturan secara berkala guna memenuhi stok instruktur kaderisasi yang
diperlukan oleh PMII. Target yang hendak dicapai adalah tersedianya 10 orang instruktur
kaderisasi di setiap cabang PMII yang bekerja untuk menghidupakan dan mendinamisir gerak
kaderisasi organisasi.

         Pengembangan variasi kaderisasi non formal harus mendapat perhatian bersama. Berbagai
macam pelatihan dan kegiatan pengembangan potensi dan kapasitas anggota harus diadakan
dengan memperhatikan perkembangan konteks. Kaderisasi non formal merupakan ujung tombak
kaderisasi dalam menciptakan profil kader yang memiliki kehandalan dan ketrampilan teknis.

C.  Pendukung Kaderisasi


         Semua pengurus PMII diseluruh tingkatan harus membangun komitmen bersama untuk
memberikan dukungan kepada PB PMII menerapkan sanksi tegas organisasi kepada setiap

31
cabang yang tidak mampu melakukan kaderisasi formal (MAPABA dan PKD) minimal sekali
dalam 1 tahun kepengurusannya maupun pengkaderan informal dan non-formal sebagai syarat
melakukan pengkaderan formal untuk diturunkan statusnya.

         Kepengurusan PMII di semua level harus kembali menjadikan kampus sebagai basis-basis
kaderisasi utama PMII. Untuk itu, sejumlah kegiatan kaderisasi yang berorientasi pada
penguasaan basis-basis aktifitas kampus harus menjadi prioritas program kaderisasi di semua
lini.

         Selain itu, guna menjamin bahwa PMII akan mampu berperan di era pasar bebas yang
sangat bergantung pada ketrampilan-ketrampilan profesional, maka penguasaan kampus-kampus
umum berbasis eksakta maupun ilmu-ilmu ekonomi dan tekhnokratik harus ditingkatkan.

         Seluruh pengurus di tiap jenjang kepengurusan harus menciptakan situasi yang kondusif
bagi berlangsungnya proses kaderisasi. Baik kaderisasi formal, informal maupun non-formal.

D. Sekolah Kader
Sekolah kader ialah format kaderisasi formal baru yang memiliki tujuan spesifik. Sekolah
Kader bertujuan untuk mendidik dan melatih calon-calon Pengurus Komisariat, Pengurus
Cabang dan Pengurus Koordinator Cabang dalam hal kepemimpinan dan keinstrukturan. Setelah
mengikuti Sekolah Kader, setiap peserta diharap memiliki wawasan dan ketrampilan khusus
dalam bidang kepemimpinan, mengatur/mengurus organisasi, dan menjadi seorang instruktur
kaderisasi.

Sekolah Kader diselenggarakan oleh tiga institusi yaitu Pengurus Cabang, Pengurus
Koordinator Cabang dan Pengurus Besar. Pembagian dan pembedaan ketiganya adalah sebagai
berikut.

1. Pengurus Cabang Menyelenggarakan Sekolah Kader Cabang

32
Sekolah Kader Cabang diselenggarakan bagi calon pengurus Komisariat. Calon-calon
Pengurus Komisariat dididik dan dilatih dengan materi-materi kepemimpinan dan keinstrukturan
dalam lingkup kampus.

2.  Pengurus Koorcab Menyelenggarakan Sekolah Kader Provinsi


Sekolah Kader Koordinator Cabang diselenggarakan bagi calon Pengurus Cabang.
Output yang diharapkan keluar dari Sekolah ini adalah pengurus cabang yang mengerti
bagaimana mengurus dan mengelola PMII di tingkat Kabupaten/Kota.

3.  Pengurus Besar Menyelenggarakan Sekolah Kader Nasional


Sekolah Kader Nasional diselenggarakan bagi calon-calon Pengurus Koordinator
Cabang. Sekolah ini mendidik kepemimpinan dan keinstrukturan dalam konteks geografi lebih
luas yaitu provinsi.

Materi-materi dasar dalam Sekolah Kader adalah materi Kepemimpinan dan


Keinstrukturan. Keduanya penting disampaikan sejak dini kepada calon-calon pengurus di segala
level mengingat selama ini banyak anggota atau kader yang berangkat dari nol ketika dia
menerima tanggung jawab sebagai pengurus. Dengan adanya sekolah kader, diharapkan
penguatan mental, pengetahuan dan psikomotorik calon pengurus dapat lebih ditata dan
mendapat orientasi yang lebih tegas.

PENUTUP

Dalam penyusunan Buku pedoman kaderisasi PMII ini pastilah jauh dari kata sempurna,
untuk itu upaya berupa kritikan dan masukan sangat berarti bagi kami sebagai metode
penyempurnaan buku pedomoan kaderisasi di PMII ini.

33
Tentusaja di tiap-tiap wilayah pasti kondisinya berbeda-beda, namun semoga dengan
adanya buku pedoman kaderisasi PMII ini bisa sebagai acuan dan referensi kader-kader PMII
dalam menjalankan roda kaderisasi di organisasi PMII.

Kami dari tim penyusun buku pedoman kaderisasi PMII apabila terdapat salah penulisan
itu semua murni kesalahan dari kami yang jauh dari kata sempurna dan memohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Wallohul Muwafiq ‘Ila aqwamith Thariq

Wassalamualaikum Warahmatullahi wabaraktuh

34

Anda mungkin juga menyukai