PEMBAHASAN
A. IMPLEMENTASI 5 KIC
Kualitas insan cita HMI merupakan dunia cita yakni ideal yang terwujud
oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu
pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas
tersebut sebagai mana dirumuskan dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah
sebagai berikut:
1
2.Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis,Pencipta
2
ada dilema antara dirinya sebagai warga bangsa dan dirinya sebagai
muslim.Insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya
pembangunan nasional bangsa ke dalam suksesnya peruangan umat
Islam Indonesia dan sebaliknya.
Insan Cita: ber-Iman, ber-Ilmu, dan ber-Amal. Insan dengan lima kualitas
di atas: (1) akademis, (2) pencipta, (3) pengabdi, (4) bernafaskan Islam, dan (4)
bertanggungjawab, juga disebut dengan manusia yang “ber-iman, ber-ilmu, dan
ber-amal”. “Bernafaskan Islam” dapat dikate- gorikan sebagai “ber-iman”.
Sementara “akademis” dan “pencipta” dapat digolongkan ke dalam “ber-ilmu”.
Sementara “pengabdi” dan “bertang- gungjawab” dapat diklasifikasikan ke
dalam bentuk “amal”.
3
Insan Cita: Muslem-Intelektual-Profesional (Akhlakul Karimah). Dalam
konsep perkaderan HMI, “insan cita” yang beriman-berilmu- beramal disebut
dengan insan “berakhlakul karimah”. Mereka ini memiliki tiga ciri: muslem,
intelektual, professional.Jika ketiga unsur ini secara seimbang telah menjadi
bagian dari kepribadiannya, maka baru menjadi profil ideal seorang kader.
“Muslem” adalah karakter kader yang beriman; yang kuat fungsi afeksi,
motivasi, sifat-sifat terpuji, serta kesadaran mental spiritual lainnya.
4
memasuki medan perjuangan untuk mewujudkan masyarakat yang baldatun
taybatun warabbul ghafur.
Masa depan HMI yang cerah dan gemilang tidak datang begitu
saja,dihadiahkan di atas baki emas. Tetapi masa depan yang cerah dan gemilang
itu baru bisa di capai, tergantung kepada pengemudi kendali organisasi sejak dari
Pengurus Komisariat ,Koordinator Komisariat Cabang,Badan Koordinasi,
Pengurus Besar bahkan anggota dan Alumni HMI seluruhnya.
5
Beberapa faktor yang menghambat implementasi 5 KIC terhadap
kader,antara lain :
6
kita sebagi kader selama ini dengan alasan yang bertingkat lebih bawah”menjaga
integrasi umat”.Sangatlah bersyukur bahwa rupanya sidang pleno BADKO HMI
Jawa Tengah pada pertengahan April 1969 yang lalu agaknya lebih mempunyai
pandangan yang bersih,dengan kesimpulan : Masalah utama umat Islam bukanlah
desintegrasi,tapi kebodohan yang sudah begitu lama mencekam,baik kebodohan
dalam bentuk sikap mental maupun kebodohan dalam intelektualitas.
Begitu kencang angin yang menerpa tubuh HMI,begitu banyak pisau tajam
yang menghunus nadi-nadi HMI.Dengan begitu banyak dinamika yang terjadi
baik itu dari internal dan eksternal,terlebih lagi kader-kader yang harus bangkit
untuk membenahi diri dalam organisasi ini.
Salah satu sosok pemimpin yang bias menjadi panutan bagi seluruh kader
HMI yang bercita-cita menjadi pemimpin masa depan Indonesia adalah Nurcholis
Majid. Kualitas yang dibentuknya dari proses perjalanan ke berbagai negara
7
diabdikan untuk Indonesia walaupun ia pernah diminta mengabdi di Universitas
Chicago Amerika Serikat. Calon pemimpin masa depan Indonesia harus
mengadopsi semangatnya. Melakukan pencerahan-pencerahan dan terus berjuang
tak kenal lelah membawa Islam Indonesia menjadi agama yang modern sekaligus
sebagai lokomotif pembangunan negara yang berkeadaban.
Hal-hal inilah yang perlu di terapkan oleh setiap kader,maka dari itu ada
beberapa hal yang harus di pahami oleh kader agar mampu menyegarkan kembali
pengimplementasian terhadap 5 kic yang sesungguhnya. Maka dari itu, perlu dan
sangat penting adanya karakter pencipta dan pengabdi pada diri setiap pemimpin
agar seyogyanya juga mampu menciptakan dan mengabdi. Karakter pencipta dan
pengabdi ini erat hubungannya dengan kualitas insan cita Himpunan Mahasiswa
Islam. Substansi pada karakter pencipta dan pengabdi ini meliputi tiga hal, yaitu:
1.Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk
sesama umat manusia.
Jika dilihat dari substansi karakter pencipta dan pengabdi di atas, harusnya
kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam dapat menjadi pemimpin masa depan
yang ideal untuk Indonesia. Kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam memiliki
dasar pemikiran yang kuat untuk memimpin bangsa menuju masa depan yang
lebih baik. Karakter pencipta dan pengabdi sudah teraktualisasi sejak orde baru.
Aktualisasi tersebut dibuktikan oleh goresan-goresan sejarah pergerakan
Himpunan Mahasiswa Islam.
Manifestasi dari kualitas insan cita itu memang harus dimulai dari
sebuah gerakan intelektual dan itu menjadi pilihan utama, namun bukan dengan
gerakan tipu muslihat berupa penindasan. Harusnya persoalan intelektual,
8
sebagaimana tercermin dalam ajaran islam, secara formulatif adalah faktor paling
determinatif, dalam mempengaruhi dan mengarahkan aspek-aspek penting
kehidupan manusia lainnya.Karena itu pilihan pendekatan yang ditempuh
Himpunan Mahasiswa Islam dalam rangka mewujudkan cita-citanya untuk
“masyarakat yang diridhoi Allah SWT, bukan saja pilihan yang tepat bagi
eksistensinya sendiri, tetapi sekaligus juga mengisi sebuah “kekosongan” bentuk
atau manifestasi gerakan Islam.
Ketika berhasil memiliki karakter akademis dan pencipta, kader-kader
maupun alumni Himpunan Mahasiswa Islam juga harus memiliki karakter
pengabdi yang benar-benar berorientasi melawan penindasan dan bukan menjadi
penindas walaupun jalan yang ditempuh sangat terjal. Tugas-tugas sebagai
pengabdi memang memerlukan keuletan dan ketabahan. Di samping itu juga
sebagai pejuang harus menyadari bahwa perjuangan itu memerlukan waktu yang
panjang karena umur dari perjuangan itu lebih panjang dari umur manusia yang
melakukannya.
Insan cita HMI adalah mereka yang berkemampuan akademis, bersikap
hidup kreatif, berwatak pengabdi dan bernafaskan Islam. Semua itu adalah cita-
cita HMI yang harus di capai oleh semua kader HMI agar menjadi semua kader
HMI menjadi manusia harapan dan sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
“Khoirunnas anfa’uhum lin naas” sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat
bagi manusia lainnya. Dalam hal ini Insan Cita HMI adalah manusia yang
bermanfaat bukan yang di manfaatkan.Dan HMI harus mampu mewujudkan
syarat-syaratnya sebagai Organisasi kader :
a) Mendidik anggota yang sadar bukan penurut.
b) Mengutamakan kejernihan rasio dari pada kehangatan agitasi dan
demagogi, yang karenanya tak akan bersikap isolatif dan membuka diri
bagi dialog dan segala ide.
c) Pimpinannya secara periodik terus bergantian.
d) Anggota-anggota mendapat saluran untuk meningkatkan diri bahkan
“distimulir (dipaksa)” untuk meningkatkan diri.
e) Tidak mengutamakan besarnya jumlah anggota melainkan tingginya
kualitas anggota.
9
f) Daya kreasi dan semangat kritis anggota di hormati dan kemerdekaan
jiwa dirangsang.
g) Dihidupkan kompetisi diantara anggota.
h) Membangkitkan semangat percaya pada diri sendiri dan membunuh
setiap bantuk pembeoan.
i) Penghormatan terhadap “nilai-nilai pribadi”, right to dissent duty to
answer dan pengikisan prinsip-prinsip “identification with the whole”.
j) Pengurus lalu mengikuti kemajuan yang diperoleh tiap-tiap anggota.
k) Anggota-anggotanya ialah mereka yang masih punya potensi untuk
mengembangkan diri.
l) Struktur organisasi dan mekanismenya diatur sesuai dengan tujuan dari
proses pengkaderannya.
m) Selalu mengadakan eksperimen-eksperimen bagi pengembangan
pikiran-pikiran baru.
n) Sesuai dengan funsgsinya yaitu pengembangan individu maka
anggotanya merupakan suatu flux (constant flow) dan karenanya tidak
permanen.
HMI berhasil menciptakan kultur atau budaya organisasi yang mantap dan
mapan. Itu merupakan modal yang sangat berharga bagi kader-kader HMI dalam
memperbaiki diri dan organisasi hingga HMI menjadi produsen pemimpin-
pemimpin masa depan Indonesia, tentu saja yang berkualitas, baik, dan melawan
penindasan.
10
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Implementasi 5 kic : Kualitas insan cita HMI merupakan dunia cita yakni
ideal yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman
dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan.
Insan Cita: ber-Iman, ber-Ilmu, dan ber-Amal. Insan dengan lima
kualitas di atas: (1) akademis, (2) pencipta, (3) pengabdi, (4) bernafaskan Islam,
dan (4) bertanggungjawab, juga disebut dengan manusia yang “ber-iman, ber-
ilmu, dan ber-amal”. “Bernafaskan Islam” dapat dikate- gorikan sebagai “ber-
iman”. Sementara “akademis” dan “pencipta” dapat digolongkan ke dalam “ber-
ilmu”. Sementara “pengabdi” dan “bertang- gungjawab” dapat diklasifikasikan
ke dalam bentuk “amal”.Faktor yang menghambat implementasi 5 kic terhadap
kader antara lain:Kemampuan akademis dan tingkat kreatifitas, kurangnya rasa
keikhlasan terhadap sesama, kurangnya pemberlakuan islam sebagai nafas
kehidupan serta tidak mampu bertanggungjawab.
B.SARAN
Dengan membuat makalah ini pembaca dapat mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk membangkitkan kembali penerapan 5 kic terhadap perkaderan
HMI. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan . Oleh
karena itu, penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan
arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan masalah
berikutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12