2020/2021
KATA PENGANTAR
penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Rasulullah SAW diutus bukan hanya sebagai Nabi dan Rasul. Bukan pula
hanya sebagai panglima perang yang hebat atau kepala rumah tangga yang ideal.
Tetapi beliau juga mengemban tugas dan fungsi yang jauh lebih penting yaitu
sebagai pengajar sekaligus pendidikumat sehingga masyarakat Arab jahiliyah
pada waktu itu mengalami pencerahan hingga ke tingkat peradaban yang paling
tinggi. Beliau bersabda: “Allah tidak mengutusku sebagai orang yang kaku dan
keras, tetapi Allah mengutusku sebagai pendidik dan mempermudah” (HR.
Muslim).
Hadis di atas mengisyaratkan dua hal penting yaitu:
1) Rasulullah SAW adalah pendidik yang lebih mengedepankan fleksibilitasdalam
mendidik, artinya tidak kaku dan tidak pula keras(ruhamâ’ bainahum); dan
2) Rasulullah SAW adalah pendidikyang senantiasa memper-mudah.Selanjutnya
poin yang disebutkan terkhir ini menjadi pembahasan utama dalam tulisan ini.
Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan dalam
sabdabeliau: “Bermudah-mudahlah dan janganlahkalian bersusah-susah, berilah
kabar gembira dan janganlah kalian saling memberikan kabar yang menakutkan”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Tampak jelas dari kedua hadis di atas bahwa di antara kunci utama
keberhasilan Rasulullah SAW sebagai pendidik adalah karena beliau senantiasa
memberi kemudahan-kemudahan bagi para sahabat yang beliau didik. Kemudahan
tersebut terintegrasi ke dalam metode dan teknik-teknikyang beliau gunakan pada
saat mendidik sehingga tidak heran jika cara mendidik Rasulullah SAW yang
memudahkan itu oleh para ahli pendidikan Islam dijadikan sebagai salah satu
prinsip utama dalam memilih metode pendidikan.
Dalam konsep dan konteks orang tua sebagai pendidik utama dan pertama
bagi anak-anaknya, secara prinsipil eksistensial orang tua menjadi strategis dalam
pandangan teologis, keluarga menempati posisi yang terjaga guna mendapatkan
rahmat Allah dan menjauhi laknat AllahSWT. Oleh karena itu, dalam prespektif
Islam keluarga adalah sebuah institusi pembinaanyang juga secara internal
memiliki aspek tanggung jawab. Amanah ini kelakakan di minta pertanggung
jawabannya diakhirat dihadapan mahkamah IlahiRabbi atas pelaksanaan
pembinaan keluarga.Untuk menjalankan fungsi keluarga sebagai institusi
pembinaan padajalur pendidikan di luar sekolah secara bertanggung jawab, maka
peranan orang tua sangat dibutuhkan, yaitu bagaimana orang tua dapat
menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat diteladani anggota keluarga,
khususnya putra putrinya di rumah sehingga dapat memberi pengaruh terhadap
pembinaan keluarga, terutama pada anak-anaknya.
Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan dan dilakukan, karena kehidupan
rumah tangga cukup memberikan pengaruh pada proses pengenalan, penerimaan,
perjalanan pembentukan prilaku anak. Melalui peran orang tua dalam
hubungannya dengan peciptaan suasana nilai pendidikan keagamaan.
Nurcholis mengemukakan bahwa: Pendidikan Agama dalam rumah tangga
jelas melibatkan peran orang tua serta keseluruhan anggota keluarga dalam upaya
menciptakan suasana keagamaan yang baik dan benar dalam keluarga,olehkarena
itu, keteladanan orang tuayang utama adalah peran tingkah laku, teladan dan pola
pola hubungan dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai–nilai
keagamaan yang menyeluruh. Implementasi peran orang tua dengan
menampakkan unsur keteladanan memberikan arti bahwa dimensi pendidikan
yang melibatkan tingkah laku untuk dicontoh lebih efektif dari pada bahasa
ucapan. Oleh karena itu, kualitas ucapan yang banyak tanpa disertai dengan
teladan tidak akan banyak memberikan sumbangan dalam memberikan pengaruh
posistif terhadap kepribadian anak,sehingga seharusnya antara ucapan dan
perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari yang terbangun dalam lingkungan
keluarga yang di perlihatkan orang tua harus sejalan. Bila terjadi kontradiksi,
maka pada diri anak akan mengalami gejolak secara psikologis.Berdasarkan nilai
dan tata laku orang tua yang dapat mencerminkan keteladanan, maka secara
langsung dan tidak langsung akan memberikan pengaruh pada perkembangan
kepribadian anak dikemudian hari. Kondisi demikian lebih mudah diikuti dan
diterima mengingat anak memiliki ikatan emosional dan ruang interaksi yang
intensif dalam kehidupan keluarga.Karena itu apa yang terjadi dan terus
berlangsung dalam lingkungan keluarga memiliki korelasi positifbagi
kemungkinan anak untuk menirunya.
Ada beberapa petunjuk yang beliau ajarkan: lakukan pendidikan dengan hikmah,
kebijaksanaan, nasihat dan diskusi yang baik (Q.S. An Nahl: 125), berpaling dari
ajaran yang salah, memberii pendidikan kepada mereka yang salah dengan kata-
kata yang benar (Q.S. An Nisa: 63), konsekuen dalam pendirian yang benar, tidak
mengikuti hawa nafsu, adil dan menunjukkan identitas Muslim (Q.S. Asy
Syu’ara: 15, Yusuf: 108), tidak merasa rendah diri (Q.S. Al Furqan: 63), tidak
putus asa (Q.S. Yusuf: 87), keberhasilan proses pendidikan ditentukan oleh Allah
(Q.S. Al Anfal: 63).
Beberapa pusat kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh beliau ialah: rumah
tempat tinggal, tempat khusus (baitul arqam), masjid, suffah/bangunan di sekitar
masjid.
3) Perintah untuk menyimak dan diam secara tidak langsung, Ubadah bin al-
Shamith berkata, “Rasulullah SAWpernah bersabda, ‘Ambillah dariku! Ambillah
dariku! Allah telah memberikan jalan keluar bagi mereka tentang perzinaan yang
dilakukan seorang perjaka dengan seorang gadis, maka cambuklah sebanyak
seratus kali cambukan dan diasingkan selama setahun. Adapun seorang duda
dengan janda, maka dicambuk sebanyak seratus kali dan dirajam” (HR. Abu
Dawud).Jika diperhatikan, kalimat Rasulullah SAW“Ambillah dariku! Ambillah
dariku!” terdapat ungkapan yang bernada permintaan memperhati-kan dan
menarik perhatian untuk dapat mendengarkan apa yang akan beliau sampaikan.
Selain itu juga terdapat keistimewaan lainnya, yaitu berupa pengulangan.Kedua,
berinteraksi secara aktif (active interaction),baik melalui pendengaranmaupun
pandangan.
1) Berbicara tidak terlalu cepat hingga berlebihan dan tidak pula terlalu lamban
hingga membosankan. Aisyah berkata, “Rasulullah SAWtidak berbicara seperti
cara kalian berbicara. Beliau berbicara dengan ucapanyang terdapat jeda di
dalamnyasehingga orang yang duduk bersamanya akan dapat mengingat ucapan
beliau” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).Ucapan yang tidak terlalu cepat bertujuan
untuk menjaga agar informasi yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan
baik oleh peserta didik, serta terhindar dari kesamaran dan gangguan.
2) Berbicara tidak terlalu banyak (bertele-tele) dan tidak terlalu bernada puitis.
1)Kontak mata (eye contact) dalam mengajar; interaksi melalui pandangan antara
guru dengan peserta didiknya merupakan hal yang penting agar guru dapat
menguasai peserta didiknya. Hal itu juga dapat membantu peserta didikmemahami
berbagai permasalahan dan ilmu pengetahuanyang disampaikan oleh
gurunya.Jabir bin Abdulullah berkata, “Seorang pria datang menemui Rasulullah
SAW ketika beliau sedang menyampaikan khutbah Jumat. Beliau bertanya,
‘Apakah engkau telah melaksanakan shalat, wahai Fulan?’ Ia menjawab, ‘Belum.’
Beliau kembali berkata, ‘Berdiri dan rukuklah!’” (HR. Al-Bukhari).
2)Memanfaatkan ekspresi wajah. Hal ini akan membantu guru dalam mewujud-
kan tujuanpembelajaran. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAWpernah melihat ludah pada arah kiblat. Hal itu membuat beliau marah hingga
kemarahannya terlihat pada wajah beliau. Beliau pun berdiri dan mengelapnya
dengan tangan beliau. Lalu beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian apabila
berdiri melakukan shalat, ia sedang bermunajat kepada Rabbnya atau Rabbnya
berada di antara dirinya dan arah kiblat. Maka dari itu, janganlah salah seorang
dari kalian membuang ludah ke arah kiblatnya. Akan tetapi menghadaplah ke arah
kiri atau ke bawah telapak kakimu” (HR. Al-Bukhari).
Kesebelas, focus and point basic; Metode ini akan lebih efektif jika
dilakukan dengan cara from global to detail, yaitu menyampaikan gambaran garis
besarnya terlebih dahulu kemudian menjelaskan rinciannya.Dari Abu
HurairahRasulullah SAWbersabda, “Tujuh golongan menusia yang akan
mendapatkan naungan dari-Nya, yaitu seorang imam yang adil, seorang pemuda
dewasa yang selalu beribadah kepada Rabbnya, seorang pria yang hatinya selalu
terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka
berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang pria yang dibujuk oleh wanita yang
memiliki kedudukan dan cantik, akan tetapi ia berani mengatakan, ‘Aku takut
kepada Allah’, seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga
tangan kirinya sendiri tidak mengetahui apa yang disedekah kan oleh tangan
kanannya, dan terakhir seseorang yang berzikir kepada Allah di tempatyang sunyi
hingga mengeluarkan air mata” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ketigabelas, metode tanya jawab (question and answer method); Teknik
bertanya adalah metode yang baik untuk menarik perhatian pendengar dan
membuat pendengar siap terhadap apayang akan disampaikan kepadanya.
Pertanyaan terkadang bisa dilontarkan di awal pembicaraan dan di
pertengahannya, tergantung situasi dan kondisi.Rasulullah SAWbersabda,
“Tidaklah kalian ingin aku beritahukan dosa yang paling besar?” Kami berkata,
“Ya, wahai Rasulullah”.Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka
kepada orang tua”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim). Kata “tidakkah” pada hadis
tersebut adalah pertanyaan untuk mengingatkan dan menarik perhatian pendengar
untuk menyimak apa yang dikatakan dan memahaminya dengan baik.
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan yang memudahkan seperti yang dipraktikkan oleh Rasulullah
SAW terhadap para sahabat di awal-awal Islam memiliki makna yang jauh lebih
luas dari istilah yang digunakan. Pendidikan yang memudahkan meliputi setiap
usaha sadar Rasulullah SAW yang mencakup berbagai model, pendekatan,
metode dan teknik-teknik yang beliau gunakan dalam mendidik.
Tujuannya tidak lain adalah agar peserta didik dapat dengan mudah
memahami ilmu-ilmu agama yang ditransfer oleh Rasulullah SAW (kognitif),
menghayati nilai-nilai dan norma yang diinternalisasikan oleh Rasulullah (afektif)
serta mengamalkan praktik amaliyah yang didemonstrasikan oleh Rasulullah
SAW (psikomotor).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tirmidzi, Muhammad bin Isa al-Tsaurah bin Musa bin al-Dhahhakal-Bughni,
Sunan al-Tirmidzi. Maktabah Dahlan, Indonesia.
Al-Nadwi, Abu Hasan Ali al-Hasani. 2007. Sirah Nabawiyyah: Sejarah Lengkap
Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta: Mardhiyah Press.
IbnHanbal, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad. 1998. Musnad Ahmad bin
Hanbal, Beirut: Alam al-Kutub.