Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang.
Dalam dunia modern sekarang ini pergerakan pendidikan

memasuki

persaingan

yang

sangat

ketat.

Hal

ini

diperluka

kemampuan teoritis dan praktisi, dimana teori yang diperoleh di


bangku kuliah dan kemampuan praktek yang didapat dari PPL.
Praktik

Pengalaman

lapangan

PPL

merupakan

bentuk

penyelenggaraan perkuliahan yang pelaksanaannya merupakan


perpaduan

antara

pengetahuan

teoritis

dengan

pemahaman

praktis, antara belajar di bangku kuliah dengan belajar di dunia


kerja.Kegiatan yang melibatkan media dan sarana sebagai pusat
dan aktivitas pembelajaran praktik mahasiswa dengan bantuan
perusahaan,

lembaga

keuangan,

maupun

lembaga

keuangan

lainnya, serta berbagai struktur organisasi yang kelembagaannya


bersifat syariah.1
Praktek pengalaman lapangan yang di singkat dengan PPL
adalah kegiatan akademin yang dilaksanakan oleh mahasiswa
dalam jangka waktu dan alokasi tertentu yang ditetapkan dengan
perinsip belajar berkelanjutan yang memberikan makna langsung
kepada mahasiswa.
Praktek Pengalaman

Lapangan

merupakan

salah

satu

kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa S1 Program


1
1

Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri (IAIN)
Zawiyah Cot Kala Langsa. Namun Selain untuk memenuhi kewajiban
Akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi jembatan
penghubung antara dunia industri dengan dunia pendidikan serta
dapat menambah pengetahuan tentang dunia industri sehingga
mahasiswa akan mampu mengatasi persaingan di dunia kerja.2
Kegiatan yang sangat positif ini dapat melatih serta mendidik
mahasiswa sehingga terciptanya seorang insan yang unggul dan
maju dengan ilmu yang dimiliki sekaligus mempelajari hal-hal
lainnya yang didapatkan melalui pengalaman selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan, melalui kegiatan seperti ini tentunya
sangat membantu mahasiswa untuk mempersiapkan diri sebelum
memasuki dunia kerja yang nyata.
1.2

Tujuan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)


1. Melatih mahasiswa untuk menangani dan memecahkan
berbagai problem profesi bidang akademik yang ditekuni.
2. embangkitkan rasa memiliki dan meningkatkan penghayatan
terhadap lembaga-lembaga profesi dan instansi terkait.
3. Meninkatkan kualitas calon tenaga profesional di

bidang

Perbankan Syariah, profesional dan keilmuan.


4. Mengembangkan wawasan keterampilan tentang bidang profesi
Pernbankan Syariah, keilmuan dan penelitian.3

2 Tim Penyususn Buku Pedoman Mahasiswa PPL Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institusi Agama Islam Negeri Langsa, Pedoman Praktek Pengalaman
Lapangan Mahasiswa Prodi Pebankan Syarah, (Langasa :Tim Penyusun PPL,
2016) hal. 1
3 hal 2
2

1.3

Manfaat PPL.
Adapun yang menjadi manfaat dari kegiatan magang ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Melalui magang ini diharapkan akan bermanfaat bagi
pihak perusahaan sebagai masukan dalam menetapkan
kebijaksanaan yang dilakukan pihak perusahaan sebagai
bahan pertimbangan dalam memperbaiki kekurangan yang
ada.
2. Bagi Penulis
Disamping akan bisa bermanfaat bagi pihak perusahaan,
dengan adanya magang ini juga diharapkan dapat dijadikan
sebagai

masukan

penulis

dalam

mengimplementasikan

semua teori teori yang ada dan telah dipelajari terutama


yang berkaitan dengan kebijakasanaan kebijaksanaan
pelayanan

jasa

dan

menambah

pengetahuan

tentang

lembaga keuangan yang berdasarkan syariah islam.


3. Bagi Pembaca .
Selain bermanfaat bagi pihak perusahaan, magang ini
diharapkan agar dapat membantu pihak pembaca mengenai
permasalahan
mengatasi

yang

masalah

sedang
tersebut,

terjadi
serta

dan
agar

bagaimana
pembaca

mengetahui hal hal tentang lembaga keuangan syariah


khususnya Baitul Mal4.
1.4

Dasar Pemikiran

4
3

1. Keputusan Menteri Agama RI No. 353 Tahun 2014 tentang


pedoman penyusunan kurikulum Pendidikan Tinggi Agama
Islam.
2. Praktek

Pengalaman

Lapangan

merupakan

kegiatan

akademik terstruktur tetapi dilakukan dilur kelas (Tatap


Muka).
3. Pendidikan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa bersifat Akademik,
bukan profesional/keterampilan murni.
1.5

Ruang Lingkup Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)


Ruang lingkup kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)

mencangkup 2 bidang, yaitu:


1. Melaksanakan kegiatan

profesional

dilapangan

sesuai

dengan bidangnya yang merupakan Implementasi dari teori


yang didapatkan di kampus.
2. Mengadakan penelitian tentang berbagai problem bidang
masing-masing di lembaga yang bersangkutan.
1.6

Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)


Program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Perbankan

Syariah mencangkup:
1. Keterlibatan secara langsung dalam proses administraasi
(plaining organizing, actuating dan controlling) di lembaga
keuangan dan pemerintah.
2. Pengaplikasian teori dilapangan berkaitan dengan masalah
produksi, keuangan dan manajerial di lembaga keuangan
serta pelaporan.
3. Pemahaman mengenai

mediasi

sengketa lembaga keuangan.


4

dalam

menyelesaikan

4. Pemahaman atas prosedur pembiayaan dan upaya eksekusi


terhadap jaminan
1.7

Ketentuan Umum
1 Dalam PPL, mahasiswa ditentukan secara akademik lokasi dan
obyek PPL sesuai program studi dan talenta asing-masing.
2. PPL bersifat individu bukan kelompok sehingga laporan kegiatan
dibuat secara individu dan dipertanggungjawabkan secara
individu juga.
3. Mahasiswaharus

lebih

aktif

melakukan

kegiatan

Praktek

Pengalaman Lapangan (PPL) tanpa pantauan langsung dari


supervisor.
4. Supervisor bersifat pasif yakni hanya menerima konsultasi dan
laporan dari mahasiswamsecara periodik dikampus.
5. Supervisor melakukan kunjungan lapangan dan

hanya

mengantar, menjemput serta meminta laporan perkembangan


(progress report dari mahasiswa)
6. Supervisor memeriksa progress

report

yang

dibuat

oleh

mahasiswa yang bersifat harian.


7. Supervisor memberian nilai hasil terhadap PPL yang dilakukan
oleh mahasiswa5.
1.8

Ketentuan Teknis
1 Kegiatan PPL dimulai

dengan

acara

pengarahan

dan

pembekalan selama 2 hari.


2. Kegiatan PPL mempunyai nilai 4 SKS.
3. Mahasiswa tidak mencari perusahaan atau lokasi PPL secara
mandiri sesuai dengan ketentuan.
5 Tim Penyususn Buku Pedoman Mahasiswa PPL Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institusi Agama Islam Negeri Langsa, Pedoman Praktek Pengalaman
Lapangan Mahasiswa Prodi Pebankan Syarah, (Langasa :Tim Penyusun PPL,
2016) hal
5

4. Selama kegiatan PPL mahasiswa wajib menggunakan jaket


almamater atau yang menyesuaikan.
5. Setiap hari mahasiswa wajib hadir di lokasi PPL, ketidak hadiran
mahasiswa dilokasi PPL harus seizin pimpinan lembaga dan
ddosen supervisor.
6. Durasi waktu kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) 45
hari.
1.9

Waktu dan Lokasi


1 Praktek Pengalaman Lapamgan (PPL) dilaksanakan dengan dua
tahapan, mencangkup pembekalan dan pelaksanaan.
2. Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) mrngambil lokasi lembagalembaga keuangan dan pemerintahan.

1.10
Kriteria Lokasi PPL
1 Bentuk perusahaan jasa atau perdagangan (Koperasi dan
perbankan dan Baitulmal).
2. Kualifikasi perusahaan adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) atau
perusahaan berskala besar tetapi berbasis UKM.
3. Memiliki omset (penerimaan kotor ) minimal 30 juata perbulan
atau lebih.
4. Memiliki karyawan yang mencukupi, minimal 5 orang.
5. Menjual atau memproduksi barang yang unik dan dikenal luas
mmasyarakat.
6. Layak untuk dijadikan obyek PPL secara terbuka dan tidak
mengharap reward khususnya finansial.
1.11 Obyek Pantauan
Adapun yang menjadi obyek pantauan terhadap lokasi PPL
mahasiswa Perbankan Syariah adalah:
1. Manajemen produksi
2. Manajemen pemasaran
3. Manajemen keuangan
4. Manajemen SDM
6

5. Analisis laporan keuangan6.


1.12

Materi praktek
Mahasiswa perbankan syariah perlu melakukan kegiatan:
1. Melakukan inisiasi perusahaan dan menuliskan dalam
bentuk profil usaha
2. Melakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL) di bidang produdksi, pemasaran, keuangan, SDM
dan pelaporan.
3. Melakukan pengamatan dibidang produksi, pemasaran,
keuangan, SDM dan pelaporan.
4. Mengidentifikasi permasalahan

di

bidang

produksi,

pemasaran, keuangan, SDM dan pelaporan.


5. Memberikan alternatif solusi atas permasalahan dan
problematika di masing-masing bidang.
6. Melakukan konsultasi kepala suvervisor/pamong setiap
minggu berdasarkan obyek pantauan di atas.
7. Membuat laporan tertulis sesuai ketentuan.
1.13

Panitia Pelaksanaan
Organisasi pelaksana praktek pengalaman lapangan (PPL)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa adalah panitia


pelaksana yang terdiri dari :
1. Unsur tetap
a. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa
sebagai pengarah pelaksanaan program.
b. Wakil Dekan I Bidang Akademik yang bertannggung
jawab terhadap pelaksaan program.

6 Tim Penyususn Buku Pedoman Mahasiswa PPL Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institusi Agama Islam Negeri Langsa, Pedoman Praktek Pengalaman
Lapangan Mahasiswa Prodi Pebankan Syarah, (Langasa :Tim Penyusun PPL,
2016) hal 4-6
7

c. Ketua

program

studi,

melaksanakan

secara

tehnis

dilapangan terhadap kebijakan Dekan dan menyiapkan


semua

kegiatan

yang

berkaitan

dengan

praktek

pengalaman lapangan (PPL) meliputi pembekalan dan


pelaksanaan.
d. Sekertaris Jurusan/Prodi, bertanggung jawab terhadap
administrasi pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL).
e. Kepala Labolaturim bertanggung jawab terhadap lokasi
yang ditempati oleh mahasiswa PPL.
2. Unsur Tidak Tetap
a. Dosen Pembimbing (Supervisor lapangan), yang bertugas
memantau kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)
dilapangan.
b. Kepala dan

pamong

dilokasi

penelitian

bertugas

memberikan pengarahan dan ,asukan tentang tugas yang


harus dikerjakan oleh mahasiswa PPL.
c. Dosen
pembimbing
lapangan

yang

bertugas

membumbing mahasiswa antara 4-8 mahasiswa dalam


satuan kelompok, dengan tugas pokok, perencanaan
Praktek

Pengalaman

Praktek

Pengalaman

Lapangan
Lapangan

(PPL),
(PPL),

pelaksanaan
dan

evaluasi

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).


1.14

Penilaian
Kriteria penilaian alam Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)

berupa:
1. Prestasi mahasiswa dalam pembekalan, meliputi:
8

a. Disiplin dalam mengikuti rangkaian pembekalan


b. Kemampuan terhadap penguasaan materi pembekalan
2. Prestasi mahasiswa dilokasi, meliputi unsur:
a. Kemampuan dalam melaksanakan program Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL).
b. Kemampuan penyusunan laporan.
3. Prestasi Mahasiswa dalam menusun laporan, meliputi unsur:
a. Kelengkapan laporan.
b. Ketajaman dam menganalisa data.
4. Syarat peserta yang dapat di nilai:
a. Mengikuti pemnnbekalan dan melaksanakan kegiatan
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di lapangan secara
aktif.
b. Peseta dinyatakan gugur dan tidak berhak dinlai apabila
tidak memenuhi ketentuan pada point (1) aatau tidak
membuat laporan.
5. Unsur Penilai
a. Ketua Program Studi dan Pemateri pmbekalan, untuk
penilaian pembekalan.
b. Dosen Pembimbing (Supervisor
penilaian laporan.
c. Supervisor/pamong

lapangan,

lapangan),

untuk

untuk

penilaian

lapangan7.

7 Tim Penyususn Buku Pedoman Mahasiswa PPL Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institusi Agama Islam Negeri Langsa, Pedoman Praktek Pengalaman
Lapangan Mahasiswa Prodi Pebankan Syarah, (Langasa :Tim Penyusun PPL,
2016) hal 6-10
9

di

BAB II
PEMBEKALAN
2.1

Ringkasan Materi Setiap Narasumber


Adapun materi pembekalan PPL yang telah diikuti mahasiswa /i

IAIN ZCK LANGSA sebagai berikut:


1. Rabu, 15 Juni 2016, Interpreneur Leaderhip, disampaikan
oleh Dekan FEBI Iskandar Budiman.
Ciri-ciri pemimpin yang baik, 5 C:
a. Character; akhlak yang baik
b. Concept; memiliki wawasan dan programorganisasi yang
baik
c. Competence;

kemampuan

untuk

mengembangkan

organisasi
d. Connection; mampu meningkatkan jejaring kerja internal
dan eksternal
e. Comitment;

kemampuan

yang

kuat

untuk

mengembangkan organisasi
Ciri-ciri kepemimpinan Enterpreneurship, yaitu:
a. Memiliki visi dan semangat enterpreneurship
b. Memiliki komitmen yang kuat untuk menyelesaikan
masalah
c. Mampu menekan interes personal
d. Cepat melihat peluang
e. Orientasi ke masa depan
2 Rabu, 15 Juni 2016, Kompetensi dan Sumber Daya Insani,
disampaikan

oleh Kepala Baitul Mal Aceh Tamiang Sri

Hidayanti, Lc, MA
a. Zakat
Potensi zakat di Aceh 1,4 triliun dan yang sudah
terkumpul sebesar 250 M.
b. Zakat comunity development (zakat produktif)

10

Diperuntukan

untuk

orang-orang

yang

tidak

mempunyai modal di Aceh Tamiang, zakat yang sudah


terkumpul sekitar 7 M dari target sekitar 30-an M.
Penyusunan rancangan program penyaluran dana zakat
dan

infaq

tahun

2016

adalah

bentuk

dari

sistem

pengendalian intern Baitul Mal Aceh Tamiang didalam


melaksanakan peraturan Bupati Aceh Tamiang No.7 Tahun
2010 tentang tata kerja Baitul Mal8.
3. Rabu, 15 Juni 2016, Urgensi peran serta mahasiswa dalam
dunia kerja, disampaikan oleh Bapak Fahmi Hanafi.
a. Peran kerja mahasiswa pada saat PPL
Dapat membandingkan hal yang seharusnya di
pelajari antara teori dengan praktek kerja nyatanya. Da
so la da se (apa yang semestinya apa yang seharusnya).
Maksudnya teori dengan praktek itu berbeda.
b. Future leader (calon pemimpin masa depan)
1) Sistem yang di pakai dalam Perbankan Syariah adalah
sistem pasar.
2) Cara mengatasi inflasi versi syariah yaitu dengan
menggunakan skema musyarakah yaitu bagi hasil dan
adil

antara

bank

dan

nasabah

disetiap

keuntungan/bulan revenue sharing sistem, yang di


pakain di Indonesia.
3) Mahasiswa diharapkan memiliki skil9.

8 Materi Pembekalan PPL, Kompetensi dan Sumber Daya Insani, (Sri Hidayanti, Lc, MA)
9 Materi Pembekalan PPL, Urgensi peran serta mahasiswa dalam dunia kerja,
(Fahmi Hanafi)
11

4. Rabu, 15 Juni 2016, SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN


PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) , disampaikan oleh
Ibu Ainun Mardiah
Laporan yang dibuat dalam Laporan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) terdiri dari Laporan Individu dan Laporan
Kelompok.
a. Laporan Individu, dibuat oleh mahasiswa yang berisi
tentang

pengamatan

selama

pembekalan

dan

dilokasi PPL. Format Laporan Individu adalah sebagai


berikut :
1) Halaman Judul.
2) Lembar Pengesahan.
3) Kata Pengantar.
4) Daftar Isi, Daftar Gambar (jika ada), Daftar Tabel
(jika ada).
5) BAB I : Pendahuluan, memuat Latar Belakang,
Tujuan dan Manfaat.
6) BAB II : Pembekalan, berisi tentang struktur dan
ringkasan

materi

pembekalan

dan

analisa

terhadap materi tersebut.


7) BAB III : Pengamatan, terdiri dari gambaran Umum
Lokasi PPL (Sejarah pendirian, struktur organisasi,
jumlah tenaga kerja,dll)
8) BAB IV : Analisis Pengamatan (tugas, wewenang,
mekanisme dan prosedur jenis pekerjaan yang
diaamati maupun yang dilakukan.
9) BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran

12

b. Laporan Kelompok dibuat oleh

kelompok yang

dibawahi oleh seorang supervisor dan dikumpulkan


paling lambat seminggu setelah mahasiswa dijemput
oleh

supervisor.

Laporan

PPL

memuat

tentang

pengamatan mahasiswa selama pembekalan dan


dilokasi

PPL.

Laporan

Kelompok

disahkan

oleh

supervisor dan pamong. Format Laporan Kelompok


sama seperti laporan individu10.
2.2
Analisis Materi
Berdasarkan uraian materi pembekalan diatas dapat saya analisis
bahwa materi tentang interpreneur Leaderhip, Kompetensi dan
Sumber Daya Insani, Urgensi peran serta mahasiswa dalam dunia
kerja, dan Sistematika Penyusunan Laporan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) dapat memberikan rmanfaat bagi setiap peserta
PPL karena dapat memberikan pengetahuan.
Uraian materi pembekalan diatas juga sangat penting bagi
peserta praktik pengalaman lapangan (PPL), Karena seluruh peserta
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dalam menjalankan tugasnya
butuh pembekalan dari pemateri ataupun dari pengurusnya yang
lain di suatu lembaga keuangan.
Setiap materi yang di sampaikan sangat membantu bagi
peserta PPL. Oleh karena itu setiap materi yang di berikan memang
harus di pahami dan di cermati oleh peserta PPL di lapangan agar

10 Materi Pembekalan PPL, SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN


LAPANGAN (PPL), (Ainun Mardiah).

13

sewaktu masuk kerja mahasiswa tidak kaget dengan dunia kerja


khususnya di lembaga keuangan syariah.
Khususnya Dalam pembahasan Sistematika

Penyusunan

Laporan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini juga sangat penting


dan berguna bagi para peserta praktik pengalaman lapangan (PPL).
Karena dapat memberikan pengetahuan kepada seluruh peserta
PPL bagaimana tahapan-tahapan pembuatan tugas akhir praktik
pengalaman

Lapangan

(PPL)

yaitu

berupa

Laporan.

Dapat

mempermudah Peserta PPL Dalam menyelesaikan tugas akhirnya


yang berupa laporan.

BAB III
PENGAMATAN
3.1

Sejarah Baitul Mal


Baitul Mal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada

pada zaman Rasulullah. Lembaga ini pertama kali hanya berfungsi


untuk

menyimpan harta kekayaan negara

dari zakat, infak,

sedekah, pajak dan harta rampasan perang.


Sejarah dan perkembangan Baitul Maal dapat di bagi sebagai
berikut:
1. Masa Rasulullah saw (1-11 H/622-632 M).

14

Baitul

Mal

sesungguhnya

telah

ada

sejak

masa

Rasulullah SAW, yakni ketika kaum Muslimin mendapatkan


ghanimah (rampasan perang) pada Perang Badar. Abdul
Qadim Zallum menyebutkan dalam Al-Amwal fi Daulah alKhilafah. Saat itu para sahabat berselisih paham mengenai
cara pembagian harta rampasan tersebut sehingga turun
firman Allah SWT
(QS. Al-Anfaal:
kepadamu

1)

(Muhammad)

berbunyi,
tentang

Mereka

bertanya

(pembagian)

harta

rampasan perang. Katakanlah, Harta rampasan perang itu


adalah

milik

Allah

dan

Rasul-Nya,

oleh

sebab

itu

bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di


antara sesama kalian, dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kalian benar-benar orang-orang yang beriman'.
Dengan demikian, pada masa Rasulullah SAW, Baitul
Mal mempunyai pengertian sebagai pihak yang menangani
harta benda kaum Muslimin, baik pendapatan maupun
pengeluaran. Karena belum melembaga, harta yang ada di
Baitul Mal selalu habis seketika pada hari diperolehnya harta
tersebut karena dibagikan ataupun dibelanjakan untuk
urusan kaum Muslimin.
2. Masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H/632634 M)
Keadaan seperti diuraikan di atas terus berlangsung
sepanjang masa Rasulullah SAW hingga tahun pertama
15

kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq (11 H/632). Zallum


menjelaskan, jika datang kepadanya harta dari wilayahwilayah kekuasaan Khilafah Islam yang dipimpinnya kala itu,
Abu Bakar segera membawanya ke Masjid Nabawi dan
membagikannya kepada orang-orang yang berhak. Dalam
urusan itu, ia dibantu Abu Ubaidah bin Jarrah.
Pada tahun kedua kekhilafahannya (12 H/633 M), Abu
Bakar merintis awal Baitul Mal dalam arti yang lebih luas.
Bukan lagi sekadar pihak pengelola harta umat, Baitul Mal
juga berarti tempat penyimpanan harta negara. Sang
khalifah menyiapkan tempat khusus di rumahnya berupa
karung

atau

kantung

untuk

menyimpan

harta

yang

dikirimkan ke Madinah. Hal itu berlangsung hingga ia wafat


pada 13 H/634 M.
3. Masa Khalifah Umar bin Khathab (13-23 H/634-644 M)
Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khathab yang
meneruskan kepemimpinan khalifah mengumpulkan para
bendaharawan untuk membuka Baitul Mal yang terdapat di
dalam rumah Abu Bakar. Di sana Umar hanya menemukan
satu dinar yang terjatuh dari kantung penyimpanan harta
Negara.
Di masa kekhalifahan Umar, ketika seseorang terluka
atau

kehilangan kemampuannya

bekerja,

maka

kebutuhan

negara

dasarnya.

bertanggung

Khalifah
16

sehingga

Umar

jawab
juga

tidak

dapat

memenuhi
memberikan

keamanan sosial bagi orang lanjut usia. Mereka yang telah


berhenti bekerja bisa tetap memperoleh upah tetap dari kas
publik.
Bahkan, bayi-bayi yang dicampakkan orang tua mereka
dipelihara negara, dan menghabiskan 100 dirham uang
negara

setiap tahunnya. Saat

kekhalifahannya

Negara

dilanda kekeringan hebat pada 18 H, Umar memberlakukan


kupon makanan bagi masyarakat yang dapat ditukar dengan
gandum dan tepung.
4. Masa Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M)
Keberadaan Baitul Mal berlaku sama pada masa
kekhalifahan Utsman bin Affan. Namun, karena pengaruh
yang besar dari keluarganya, tindakan Utsman dalam
pengelolaan Baitul Mal banyak menuai protes dari umat.
5. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, kondisi
Baitul Mal dikembalikan seperti posisinya sebelum masa
Utsman bin Affan. Ali, seperti disebutkan lbnu Kasir, juga
mendapat santunan dari Baitul Mal. Ia mendapatkan jatah
pakaian yang hanya bisa menutupi tubuh sampai separuh
kakinya. Bahkan, seringkali bajunya dipenuhi tambalan11.
3.2

Sejarah dan Dasar Hukum Pembentukan Baitul Mal di

Aceh.
11 http://www.bprsyariah.com/artikel110-perkembangan-baitul-mal-pada-masarasulullah-dan-sahabat.html (di akses pada minggu, 22 Juli 2016)

17

Pengelolaan zakat di Aceh sebenarnya bukanlah hal baru


melainkan

sudah

lama

Kebiasaan

masyarakat

dipraktekkan
Aceh

dalam

di

dalam

menunaikan

masyarakat.
zakat

dapat

diperhatikan pada saat menjelang akhir ramadhan, masyarakat


mendatangi mesjid atau meunasah untuk menunaikan zakatnya.
Pengelolaan zakat pada waktu itu, masih bersifat tradisional, artinya
zakat belum dikelola dengan manajemen yang baik, sehingga zakat
yang diberikan kepada mustahiq belum memberikan bekas.
Belajar dari pengalaman masa lalu, seiring dengan pelaksanaan
syariat Islam secara kaffah, pemerintah Aceh sepertinya menyadari
pentingnya

kehadiran

sebuah

lembaga

zakat

yang

defenitif

berdasarkan Undang-undang dengan manajemen yang baik untuk


mengelola dana umat ini. Pemerintah terus mencari formulasi yang
tepat tentang lembaga pengelolaa zakat ini, sehingga yang terakhir
lahirlah lembaga yang diberi nama Baitul Mal.
Keberadaan Baitul Mal pada mulanya

ditandai

dengan

dibentuknya Badan Penertiban Harta Agama (BPHA) pada tahun


1973 melalui Keputusan Gubernur No. 05 Tahun 1973. Kemudian
pada tahun 1975, BPHA diganti dengan Badan Harta Agama (BHA).
Kemudian pada tahun 1993, BHA diganti dengan Badan Amil Zakat,
Infaq dan Shadaqah (BAZIS) melalui Keputusan Gubernur Prov. NAD
No. 18 Tahun 2003. Kemudian BAZIS, kembali diganti dengan Baitul
Mal sehubungan dengan lahirnya Undang-Undang No. 11 Tahun

18

2006 tentang Pemerintahan Aceh yang merupakan tindak lanjut


perjanjian Mou Helsinky.
Kehadiran Baitul Mal itu sendiri, tidak hanya terdapat di dalam
Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 saja, melainkan juga terdapat
dalam Undang-Undang No. 48 Tahun 2007 tentang Penetapan
Peraturan Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 2007 tentang
Penanganan Masalah Hukum dan Pasca Tsunami di Aceh dan Nias
menjadi Undang-Undang.
Sebagaimana kita ketahui, pasca terjadinya musibah gempa
bumi dan gelombang tsunami yang melanda Aceh beberapa tahun
yang lalu, banyak meninggalkan beberapa permasalahan hukum,
diantaranya masalah perwalian dan pengelolaan harta yang tidak
memiliki ahli waris atau tidak diketahui lagi pemiliknya.
Dalam Undang-Undang tersebut, tepatnya dalam pasal 1 angka
6 disebutkan bahwa Baitul Mal adalah lembaga Agama Islam di
Provinsi

NAD

yang

berwenang

menjaga,

memelihara,

mengembangkan, mengelola harta agama dengan tujuan untuk


kemashalahatan umat serta menjadi wali pengawas berdasarkan
syariat Islam. Dengan lahirnya Undang-undang tersebut, berarti
tugas Baitul Mal menjadi bertambah, tidak hanya mengelola zakat,
harta

wakaf

dan

harta

agama

lainnya,

melainkan

juga

melaksanakan tugas sebagai wali pengawas.


Untuk melaksanakan Undang-Undang No. 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh dan Undang-Undang No. 48 Tahun 2007
sebagaimana telah diuraikan di atas memerlukan peraturan turunan
19

(derevatif) dalam bentuk Qanun, yaitu Qanun No. 10 Tahun 2007


tentang Baitul Mal. Pelaksanaan Qanun tersebut diatur kembali
dalam Peraturan Gubernur (PERGUB) No. 92 Tahun 2008 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Baitul Mal Aceh dan PERGUB No.
60 Tahun 2008 tentang Mekanisme Pengelolaan Zakat.
Untuk mendukung lembaga Baitul Mal, pemerintah pusat
menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No.
18 Tahun 2008 tentang Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Keistimewaan Aceh, dimana Baitul Mal Aceh termasuk dalam satu
satu dari empat Lembaga Keistimewaan Aceh, yaitu Baitul Mal Aceh,
MPU, MAA dan MPD. PERMENDAGRI tersebut membentuk sekretariat
yang bertugas untuk memfasilitasi kegiatan lembaga keistimewaan
Aceh yang bersumber dari dana APBD. Pelaksanaan PERMENDAGRI
tersebut diatur dalam Peraturan Gubernur Aceh No. 33 Tahun 2008
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga
Keistimewaan Aceh.
Untuk Kabupaten/Kota, pemerintah pusat juga menetapkan
PERMENDAGRI No. 37 Tahun 2009 tentang Pendoman dan Tata Kerja
Lembaga Keistimewaan Aceh untuk Kabupaten/Kota. Namun untuk
Kabupaten/Kota sejauh ini ada yang sudah memiliki peraturan
turanannya ada yang belum, sehingga bagi yang belum memiliki
aturan turunan tidak bisa melaksanakan PERMENDAGRI tersebut.
Kemudian untuk menjaga Baitul Mal dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya sesuai dengan syariat Islam. Gubernur Aceh
mengangkat Dewan Syariah, yang tertuang dalam Surat Keputusan
20

Gubernur No. 451.6/107/2004 tentang Pengangkatan/Penetapan


Dewan Syariah Baitul Mal Prov. NAD. Kemudian nama dari Dewan
Syariah

ini

berganti

menjadi

Tim

Pembina

Baitul

Mal yang

merupakan perpanjangan tangan dari MPU Aceh, yang tertuang


dalam Surat Keputusan Ketua MPU Aceh, No. 451.12/15/SK/2009
tentang Pengangkatan/Penetapan Tim Pembina Baitul Mal Aceh.
Disamping bertugas untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan
Baitul Mal Aceh, Dewan Syariah, juga memberikan penafsiran,
arahan dan menjawab hal-hal berkaitan dengan syariah, dengan
demikian diharapkan pengelolaan zakat, harta wakaf dan harta
agama lainnya sesuai dengan ketentuan syariat.
Rintisan awal pembentukan lembaga formal pengelola zakat di
Aceh dimulai tahun 1973 melalui Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Istimewa Aceh No. 5/1973 tentang Pembentukan Badan
Penertiban Harta Agama (BPHA). BPHA ini kemudian dirubah dalam
tahun 1975 menjadi Badan Harta Agama (BHA).
Sehubungan dengan adanya Keputusan Bersama Menteri
Agama

dan

Menteri

Dalam

Negeri

tahun

1991

tentang

Pembentukan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah).


Perubahan BHA menjadi BAZIS di Aceh dilakukan dalam tahun 1998,
dengan struktur yang agak sedikit berbeda dengan BAZIS didaerah
lain secara nasional, yaitu mulai BAZIS Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan.

Sedangkan

BAZIS

Aceh

terdiri

dari

Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Gampong/Kelurahan.

21

Provinsi,

Perubahan BAZIS menjadi Badan Baitul Mal Prov. NAD dilakukan


melalui Keputusan Gubernur No. 18/2003 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Badan Baitul Mal Prov. NAD, yang mulai
beroperasi pada bulan Januari 2004.
Selanjutnya pada tahun 2007, lahirnya Qanun Aceh Nomor 10
Tahun 2007 tanggal 17 Januari 2008 tentang Baitul Mal sebagai
turunan dari UUPA dimana di dalam pasal 3 ayat 1 menyebutkan
bahwa Baitul Mal adalah lembaga Daerah Non Struktural yang
dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen sesuai dengan
ketentuan syariat dan bertanggung jawab kepada Gubernur12.
3.3

Sejarah Baitul mal Aceh Tamiang.


Pada dasarnya dasar hukum lembaga Baitul mal Aceh Tamiang

sama dengan lembaga Baitul Mal Aceh yang telah di jelaskan


sebelumnya. Dasar hukum Lembaga Baitul Mal Aceh Tamiang
adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

:
Al-Quran
Hadist
UU Nomor

44

Tahun

1999

Tentang

Penyelenggaraan

Keistimewaan Propinsi Istimewa Aceh


UU Nomor 4 Tahun 2002
UU Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh
UU Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Penegloaan Zakat
Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baitul Mal
Peraturan Bupati Aceh Tamiang Nomor 17 Tahun 2015
Tentang Mekanisme Penghasilan, Infaq dan harta Agama

lainnya.
Lembaga Baitul Mal Aceh Tamiang terbentuk

pada Juli Tahun

2008, Baitul mal pada awalnya dirintis oleh enam orang. Didalam
12
22

lembaga baitul mal terdari dari dua bagian yaitu Sekertariatan


baitul mal dan baitul mal itu sendiri. Dalam Lembaga Baitul Mal
terdapat dua Bidang yaitu bidang Pendistribusian atau penyaluran
dan Bidang Pengumpulan.
Ada pun Visi dan Misi besera tujuan Lembaga Baitul Mal yaitu;
1. Visi:
Manjadi lembaga amil yang amanah, transparan, akuntabel dan
kredibel.
2. Misi:
a. Memberikan

pelayanan

yang

berkualitas

kepada

muzakki, mustahik dan masyarakat.


b. Mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

dalam

pengelolaan zakat, harta wakaf dan harta agama.


c. Memberikan Konsultasi dan advokasi bidang zakat,
harta waqaf, harta agama dan perwalian/pewaris
d. Memberrdayakan zakat produktif dan harta agama
untuk meningkatkan kesejahteraan ummat dan kaum
dhuafa
e. Meningkatkan kesadaran ummat dalam berzakat, waqaf
dan penertiban harta agama
f. Meningkatkan assesment dan kinerja Baitul Mal Aceh,
Baitul Mal Kabupaten/kota, baitul mal Kemukiman, dan
Kampung
3. Tujuan
a. Meningkatkan
koperasi

baik

jumlah

anggota

dalam

bidang

yang

dilayani

simpanan

oleh

maupun

pembiayaan.
b. Membesarkan asset, omset dan pendapatan koperasi
untuk peningkatan kesejahteraan semua komponen
yang ada dalam koperasi.
23

c. Mewujudkan peran koperasi yang lebih nyata dalam


gerakan sosial untuk peduli membantu bagi semua
komponen masyarakat (terutama anggota) yang masih
mengalami kesulitan-kesulitan hidup13.

3.4

Struktur Organisasi
Dalam suatu lembaga atau organisasi pasti terdapat strukur

organisasi yang dapat menjalankan seluruh kegiatan yang ada


didalam lembaga tersebut. Seperti yang telah di jelaskan lembaga
baitul mal terdari dari dua bagian yaitu Sekertariatan baitul mal dan
baitul mal itu sendiri.
Di Baitul Mal Aceh Tamiang sendiri struktur organisasinya itu
hampir sama dengan struktur organisasi yang ada pada koperasi
lainnya, dimana kekuasaan tertinggi terletak pada rapat anggota
tahunan (RAT) dengan dipantau oleh dewan pengawas syariah.
Secara umum, struktur organisasi yang ada pada lembaga Baitul
Mal Aceh Tamiang adalah:

Gambar 3.1
STRUKTUR ORGANISASI
LEMBAGA BAITUL MAL ACEH TAMIANG
13 http://www.baitulmalTamiang.Blogspot.com//.html (di akses pada minggu, 22
Juli 2016)
24

UPZ
3.5

Jumlah Tenaga Kerja


Adapun jumlah Tenaga Kerja Lembaga Baitul Mal Aceh Tamiang

adalah14 :
Tabel 3.1
Pimpinan Baitul Mal Aceh Tamiang dan Periode Tugas
No
1

Nama
HJ. Sri Hidayanti LC. MSi

Periode
2014-Sekarang

Tabel 3.2
Nama dan Jabatan Pegawai Lembaga Bailul Mal Aceh Taming
N

Nama Pegawai

Jabatan

o
1

HJ. Sri Hidayanti LC. Kepala Baitl Mal

2
3

MSi
Rahmawti
Bendahara
Hadi Primanda Ama. Kabag. Pengumpulan
Pd

14 Wawancara Bapak Tomi Irawan sebagai seksi pendataan pada hari senin,
tanggal 18 Juli 2016.
25

Muhammad Asyari

Kabag.

T. Zulkarnain, SE
Imam Maulana
Aulia Budi Abadi
Zulfikar

Pendayagunaan
Seksi Penghimpunan
Seksi Pendistribusian
Seksi Pendayagunaan
Seksi Sosialisasi dan Hubungan

Tomi Irawan

Umat
Seksi

Pendataan

Bid.

Feryansyah, Spd

Pendistribusian
Seksi
Pendataan

Bid.

0
1

Jumaidah

Pengumpulan
LKM (Lembaga Keungan Mikro)

1
1

Aulia Rahman

LKM (Lembaga Keungan Mikro)

2
1

Suhendra Setyawan

LKM (Lembaga Keungan Mikro)

3
1

Faisal

LKM (Lembaga Keungan Mikro)

5
6
7
8

Pendistribusian

4
14

JUMLAH
Tabel 3.3
Daftar Staf Sekretariatan

No
1
2
3

Nama
Iskandar, Spd
Sri Muliana, SI
Nurmalina

Golongan
IIIa

Jabatan
Kepala

Sekertariatan
Bendahara

IV

Pengeluaran
Bendahara Gaji

Fitriani, SI
4

26

dan

BAB IV
ANALISIS PENGAMATAN
4.1

Tugas Lembaga Baitul Mal


Sesuai dengan Qanun Aceh No. 10 Tahun 2007 tentang Baitul
Mal, pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa Baitul Mal Aceh merupakan
Lembaga

Daerah

Non

Struktural

yang

dalam

melaksanakan

tugasnya bersifat independen sesuai dengan ketentuan syariat dan


bertanggung jawab kepada Gubernur Aceh. Independen disini
berarti ada yang berbeda, antara Baitul Mal Aceh dengan
dinas/instansi

lainnya

dalam

lingkup

Pemerintahan

Aceh,

diantaranya ialah menyangkut organisasi dan keuangan.


Dalam melaksanakan tugasnya, Baitul Mal Aceh terdiri dari tiga
unsur

yang

berbeda.

Ketiga

unsur

tersebut

ialah

Dewan

Pertimbangan Syariah Baitul Mal Aceh, Badan Pelaksana Baitul Mal


Aceh dan Sekretariat Baitul Mal Aceh. Ketiga unsur tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam
payung Baitul Mal Aceh. Berhasil atau tidaknya Baitul Mal Aceh
sangat tergantung kepada ketiga unsur tersebut.
4.2

Wewenang Lembaga Baitul Mal


kewenangan Baitul Mal ini dapat dilihat dalam beberapa

peraturan di bawah ini, yaitu:


27

1. Pasal 191, Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang


Pemerintahan Aceh, menyebutkan: Zakat, Harta Wakaf dan
Harta Agama Lainnya dikelola oleh Baitul Mal Aceh dan Baitul
Mal Kabupaten/Kota.
2. Pasal 1 angka 6, disebutkan bahwa Baitul Mal adalah
lembaga Agama Islam di Provinsi NAD yang berwenang
menjaga, memelihara, mengembangkan, mengelola harta
agama dengan tujuan untuk kemashalahatan umat serta
menjadi wali pengawas berdasarkan syariat Islam.
3. Pasal 1 angka 11 Qanun Aceh No. 10 Tahun 2007 tentang
Baitul Mal, disebutkan Baitul Mal adalah lembaga Daerah Non
Stuktural yang diberi kewenangan untuk mengelola dan
mengembangkan zakat, wakaf, harta agama dengan tujuan
untuk kemashlahatan umat serta menjadi wali/wali pengawas
terhadap

anak

yatim

piatu

dan/atau

hartanya

serta

pengelolaan terhadap harta warisan yang tidak ada wali


berdasarkan syariat Islam
Adapun fungsi dan kewenangan Baitul Mal tercantum dalam
Qanun Nomor 10 Tahun 2007 pasal 8 ayat 1 yaitu :
1. Mengurus dan mengelola zakat, wakaf dan harta agama
2. Melakukan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan
zakat;
3. Melakukan

sosialisasi

zakat,

lainnya;
28

wakaf,

dan

harta

agama

4. Menjadi wali terhadap anak yang tidak mempunyai lagi wali


nasab, wali pengawas terhadap wali nashab, dan wali
pengampu

terhadap

orang

dewasa

yang

tidak

cakap

melakukan perbuatan hukum;


5. Menjadi pengelola terhadap harta yang tidak diketahui
pemilik atau ahli warisnya berdasarkan putusan Mahkamah
Syarih; dan
6. Membuat perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga untuk
meningkatkan pemberdayaan ekonomi umat berdasarkan
prinsip saling menguntungkan.

4.3

Mekanisme Lembaga Baitul Mal


Baitul Mal terdiri dari tiga unsur yaitu Dewan Pertimbangan Syariah Baitul
Mal, Badan Pelaksana Baitul Mal dan Sekretariat Baitul Mal. Ketiga unsur tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam payung Baitul Mal.
Berhasil atau tidaknya Baitul Mal sangat tergantung kepada ketiga unsur tersebut.
Zakat sebagai salah satu Pendapatan Asli dalam pengelolaan zakat, oleh sebab
itu perlu mengakomodir ketentuan syariat dan peraturan keuangan lainnya. Salah
satu upaya tersebut ialah dengan adanya Dewan Pertimbangan Syariah Baitul Mal
yang bertugas menetapkan dan memutuskan.
Setelah mendapatkan penetapan yang dituangkan dalam bentuk Keputusan dari
Dewan Pertimbangan Syariah Baitul Mal, barulah tugas Badan Pelaksana Baitul Mal
untuk mengelola dana zakat, infaq dan Harta Agama lainnya. Badan Pelaksana
29

Baitul Mal tidak harus diisi oleh tenaga PNS, untuk saat sekarang ini keseluruhan
personalia Badan Pelaksana diisi oleh tenaga Non PNS.
Setelah itu untuk menarik dana tersebut ini diperlu tenaga PNS Aktif yang
memenuhi kriteria untuk menarik dana Kas Umum. Untuk ini dibentuklah
Sekretariat Baitul Mal, Sekretariatan Baitul Mal diisi oleh tenaga PNS, Sekertariatan
Baitul Mal dipimpin oleh Kepala Sekretariat Baitul Mal yang bertanggung jawab
memenuhi seluruh sarana dan prasarana Badan Pelaksanaan Baitul Mal.

4.4 Analisis Pengamatan Bidang-Bidang dalam Lembaga


Baitul Mal
4.4.1 Analisis

Pengamatan

Bidang

Pendistribusian.
Dalam
menjalankan

Penyaluran

tugasnya

di

atau
bidang

penyaluran atau pendistribusian, Lembaga Baitul Mal


Aceh Tamiang dalam pelaksanaanya memang melalui
proses yang cukup panjang. Baitul Mal Aceh Tamiang
membuat banyak program yang dibuat dalam bentuk
proposal, yang setelah itu diajukan kepada Dewan
Pengamat Syariah (DPS) untuk di pelajarin dan dilihat
layak

atau

tidak. Setelah mendapatkan penetapan yang

dituangkan dalam bentuk Keputusan dari Dewan Pertimbangan


Syariah Baitul Mal.
30

Dan

kemudian

di

serahkan

lembaga Baitul Mal Aceh Tamiang

kembali

kepada

untuk segera

dijalankan program yang telah dibuat atau yang akan


disalurkan.Program-program Lembaga Baitul Mal Aceh
Tamiang tahun 2016 yaitu15 :

Tabel 4.1
Data Perkembangan Program Untuk Tahun 2016
N

Program

Volum

o
1

Satuan

Jumlah
Dana

Fakir uzur Seumur Hidup

250

Orang

900.000.00

Paket Lansia

250

Orang

0
50.000.000

2
Beasiswa SD

1840

Orang

736.000.00

Beasiswa SMP

780

Orang

Beasiswa SMA

400

Orang

390.000.00

Orang

Beasiswa

Tahfiz

Quran

Lanjutan

240.000.00

15 Wawancara Bapak Muhammad Asyari sebagai Kabag.Pendistribusian atau


penyaluran pada hari rabu, tanggal 20 Juli 2016.
31

0
47.990.000

Penguatan

dan

40

Orang

56.000.000

Pendampingan Muallaf
Baitul Mal Peduli Tanggap

1st

80.000.000

Bencana
Layanan Harian Mustahik

1st

50.000.000

213

Orang

63.900.000

TPA

213

Orang

63.900.000

Bantuan Khadam Mesjid

426

Orang

127.

00.000
26.900.000

Orang

2.136.680.

(LAMUS)
6
Bantuan

Transport

Bantauan Bilal Mayit


Bantuan Musafir

TAMIANG PEDULI
-Gebyar

Guru

1st

Ramadhan 10.814

(Santunan Dh uafa, Yatim,

000

Santri Dayah, dll)


-Safari

Ramadhan

Paket

dan

129.200.00

Bantuan Mesjid

Paket

Bantuan Panti Asuhan


24.000.000

32

TAMIANG MANDIRI
-(UPZIS

Produktif,

Penguatan
Antar

SDM

Jemput

Amil,

Paket

Zakat,

560.050.00
0

Pelatihan Metode Iqra tuk


Muallah,

Pengembalian

1%)
TAMIANG JUARA

(Banatuan
Santri
Bantuan
Skripsi
Kegiatan

Pendidikan
Luar

Daerah,

Penyelesaian

Paket

571.070.00
0

Mahasiswa,
Sosialisais

Langsung, Sosialisai Media


dll)

Gambar 4.1
Grafik Penyaluran atau Pendistribusian Zakat Tahun 2011-2016

33

Grfik Pertumbuhan Penyaluran Dan Pendayagunaan Zakat


5000

3777
3493

750

905
473

2011

2012

2013

20145

Gambar 4.2
34

2015

2016

Alokasi Pembagian Zakat

Alokasi Pembagian Zakat/Asnaf Berdasarkan Keputusan Dewan Syari'ah BaitMal Aceh (No.01/SE/V/2006)

13%

15%

Fakir
Miskin
Amil
Muallaf

21%

Gharim
31%

Fisabilillah
Ibnu Sabil

10%
10%

4.4.2 Analisis Bidang Pengumpulan


Telah lama Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang beroperasi namun
pengumpulan dana Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) masih sangat minim.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya ialah :
1. Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang zakat,
2. Sulitnya meyakinkan kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga
Baitul Mal
35

3. Minimnya tenaga dan kapasitas amil


4. Terbatasnya dana dan fasilitas untuk operasional Baitul Mal yang
dialokasikan dari APBK
5. Kurangnya dukungan dari semua pihak termasuk Pemerintah,
Ulama, Cendikiawan, Organisasi Masyarakat, media dan semua
golongan masyarakat.
Selama ini Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang baru bisa
mengumpulkan dana zakat dan infaq dari kalangan PNS baik di lingkungan
Dinas, Badan, Kantor, maupun Sekolah. Ditambah lagi dengan pemotongan
infaq dari Perusahaan (Rekanan) yang mendapat pekerjaan pada Pemerintah
Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 0,5% dari nilai pekerjaan di atas Rp.
20.0000.
Kendatipun demikian, masih banyak juga PNS terutama di lingkungan
sekolah yang enggan menyetorkan zakat dan infaqnya ke Baitul Mal
Kabupaten Aceh Tamiang. Berbagai alasanpun dikemukakan untuk
mengelakkan pemotongan zakat dan infaq. Ada yang berdalih gajinya sudah
habis karena harus membayar pinjaman di bank, ada juga yang beralasan
karena terlalu banyak pengeluaran dan lain-lain.
Sebelum ini Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang telah mengupayakan
untuk membuat Instruksi Bupati tentang pemotongan langsung zakat dan
infaq PNS melalui Bendaharawan Umum Daerah (BUD) sebagaimana yang
telah dilaksanakan di Baitul Mal Provinsi Aceh dan beberapa Baitul Mal
Kabupaten/Kota. Namun sampai sekarang masih belum ada tanggapan dari
Pemerintah Daerah untuk menindaklanjuti upaya tersebut.

36

Untuk selanjutnya Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang masih terus


berusaha dalam meningkatkan pemasukan dana zakat infaq dan shadaqah.
Berbagai strategipun masih terus diupayakan yaitu
1. Mulai dari sosialisasi langsung di kalangan PNS, Instansi Vertikal,
Karyawan Perusahaan, BUMN, BUMD dan Pengusaha, serta
sosialisasi media seperti spanduk, baliho, leflet, stiker, kalender,
running teks, papan informasi, media internet seperti blog,
facebook dan twitter, media massa dan lain-lain.
2. Disamping itu juga Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang terus
melakukan safari jumat ke mesjid-mesjid, sosialisasi di kalangan
Dai Kecamatan dan Dai Perbatasan Aceh Tamiang untuk
kemudian disampaikan kepada masyarakat,
3. sosialisasi di kalangan Mahasiswa melalui Lomba Karya Tulis
Ilmiah untuk meningkatkan pemahaman dan menyerap ide-ide
kreatif mereka dalam upaya pengelolaan zakat,
4. serta memberikan penghargaan (Award) kepada Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) terbaik di lingkungan Dinas, Badan, Kantor dan
Sekolah berdasarkan tingkat kedisiplinan dalam menyetorkan zakat
dan infaqnya ke Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang melalui
DPPKA.
Hal ini dilakukan agar seluruh UPZ yang telah dibentuk termotivasi
agar semakin disiplin dalam menyetorkan zakat dan infaqnya ke Baitul Mal
Kabupaten Aceh Tamiang.
Adapun rencana strategis lain yang akan diusulkan untuk program
Bidang Pengumpulan diantaranya
1. sosialisasi langsung di kalangan pengusaha, tenaga spesialis,
Pegawai BUMN dan BUMD.
37

2. Kerja sama dengan media massa untuk mempublikasikan kegiatankegiatan Baitul Mal Aceh Tamiang, mengaktifkan Blog dan
Website Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang, buletin, serta
memberi apresiasi bagi penulis artikel tentang Zakat, Infaq,
Shadaqah dan Waqaf (ZISWAF) atau harta agama lainnya dan
juga tentang Baitul Mal.
3. Seminar terbuka tentang zakat, Cerdas Cermat dan lain-lain,
kerjasama dengan Lembaga/Ormas Islam, merekrut Penyuluh
Zakat untuk turut mensosialisasikan dan menjemput zakat para
pengusaha, pedagang dan lain-lain. Baitul Mal Kabupaten Aceh
Tamiang juga senantiasa menerima masukan, kritikan dan saran
yang konstruktif dari siapapun16.

BAB V
PENUTUP
5.1

16
38

Anda mungkin juga menyukai