Kammi Pusat
September 21, 2020
Tulisan Kader
0 Comments
Arjun Fatahillah, S.T. (Wakil Sekretaris Jenderal PP KAMMI 2019-2021)
Jakarta- Pada Juli 2018 lalu, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) di era Kepemimpinan Kang Irfan
Ahmad Fauzi sempat dihebohkan dengan munculnya berita yang sangat menyudutkan KAMMI, yaitu pernyataan yang
bernada tuduhan kepada KAMMI oleh seorang Guru Besar yang juga Cendikiawan Muslim Indonesia, Prof. Azyumardi
Azra. Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu dalam sebuah diskusi di Graha CIMB Niaga Kawasan Sudirman
– Jakarta, memberikan pernyataan bahwa KAMMI dan LDK (Lembaga Dakwah Kampus) merupakan sumber
pemahaman gerakan radikal di kampus dan memberikan saran kepada Kelompok Cipayung untuk membuat gerakan
penyelamatan agar KAMMI dan LDK tidak menguasai kegiatan kampus.
Berita tersebut menjadi pembicaraan hangat di kalangan Kader KAMMI, kemudian Kang Irfan sebagai Ketua Umum
Pengurus Pusat KAMMI bersikap, memutuskan untuk mengirimkan delegasi PP KAMMI datang bersilaturrahim kepada
Prof. AA. Waktu itu rombongan KAMMI yang dipimpin oleh Wakil Ketum Umum PP KAMMI, Mas Aza El Munadiyan
menyambangi Prof. AA di ruang kerjanya di kampus UIN SH Jakarta di kawasan Ciputat – Tangerang Selatan. Mas Aza
juga di temani Ketua Pengurus Daerah KAMMI Tangerang Selatan yang juga merupakan Mahasiswa di UIN SH Jakarta,
Khaidir Ali. Saya juga ikut dalam agenda tersebut karena kebetulan saya berdomisili juga di Tangerang Selatan. Pada
kesempatan tersebut Khaidir juga mengajak 1 orang Kader KAMMI yang juga pernah menjadi Pengurus LDK di UIN SH
Jakarta. Dari pertemuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ada gambaran besar hari ini, yaitu
kesalahpahaman antara Civitas Akademika dengan KAMMI, penguasaan KAMMI di beberapa lembaga-lembaga
kemahasiswaan ternyata membuat iri oknum lain.
Padahal hal ini hanya semacam kepiawaian strategi kampanye dan merebut kepercayaan publik untuk setiap calon-
calon Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan di kampus dari Kader KAMMI. Di kampus, kader KAMMI sangat terbuka
untuk bersaing secara sehat dalam kehidupan demokrasi, karena kita sangat percaya bahwa dengan kompetisi kita
dapat meningkatkan kapasitas, menang atau kalah itu hanya persoalan hasil, yang lebih penting Kader KAMMI dapat
terus belajar melalui proses tersebut. Secara pribadi, saya sebagai yang pernah menjadi Presiden BEM Universitas
Lampung paham sekali dengan kehidupan kampus dan persaingan antara kelompok mahasiswa di dalamnya. Jadi,
dengan mencuatnya isu radikalisme kampus yang dialamatkan kepada KAMMI, hal ini menurut saya hanya sebagai
bentuk delegitimasi KAMMI di hadapan publik.
Setelah agenda tersebut, berita tentang pertemuan yang bersifat klarifikasi ini akhirnya naik ke publik dan bisa mem-
_filter_ berita sebelumnya. Dalam tulisan ini, sebenarnya saya bukan ingin mengangkat pembahasan tentang KAMMI
dan Radikalisme, tetapi tentang Reorientasi Masa Studi dan Masa Aktif Kader KAMMI seperti judul di atas, tapi
mengapa harus diawali dengan prolog mengenai berita di atas? Hal ini didasari pada pembicaraan KAMMI bersama
Prof. AA ketika silaturrahim tersebut. Pada pembicaraan kami yang panjang lebar tentang Gerakan Mahasiswa dan
Kontribusi Kebangsaan, beliau bertanya :
Berapa jumlah Doktor di KAMMI?
Pertanyaan ini membuat kami kaget, Mas Aza waktu itu menjawab, kalau untuk jenjang Doktoral memang Kader
KAMMI masih sedikit, mungkin Alumni yang banyak, karena masa keaktifan Kader KAMMI hanya sampai usia 30
tahun. Dari pertanyaan itu, sebenarnya mengunggah pikiran saya, bagaimana sebenarnya keberjalanan masa studi
dan masa aktif Kader KAMMI.
*Menghitung Masa Studi dan Masa Aktif Kader KAMMI*
Dalam agenda kerja Pengurus Komisariat di kampus, mereka merekrut mahasiswa untuk bergabung melalui Pra
Daurah Marhalah kemudian lanjut ke Daurah Marhalah 1, paling tidak yang menjadi sasaran utama adalah Mahasiswa
Baru. Mahasiswa Semester 1 ini memiliki rata-rata usia 18 tahun. Jika mengacu pada AD/ART (Anggaran Dasar /
Anggaran Rumah Tangga) KAMMI Pasal 5 tentang Masa Keanggotaan, secara singkat Ayat 3 menerangkan bahwa
keanggotaan KAMMI berakhir di usia 30 tahun dan Ayat 4 menerangkan bahwa jika ada Kader yang dilantik menjadi
Pengurus ketika berumur 30 tahun, maka masa keanggotaannya diperpanjang selama 1 periode kepengurusan.
Artinya jika kita melihat usia mahasiswa baru rata-rata 18 tahun dan menjadi Kader KAMMI di usia tersebut, serta
aktif sampai dengan waktu maksimal yang diberikan yaitu 30 tahun, maka Kader tersebut memiliki waktu keaktifan
selama 12 tahun. Belum lagi jika mengaktifkan diri di periode kepengurusan selanjutnya pada usia 30 tahun, maka
bertambah lagi masa keanggotaannya.
12 tahun merupakan waktu yang lama bagi seorang Kader KAMMI, baik bagi masa studi maupun masa aktif. Yang
dimaksud masa studi ini adalah masa bagi Kader untuk menempuh studi di berbagai tingkatan pendidikan, dari
Diploma, Sarjana, Magister, hingga Doktoral. Sedangkan masa aktif ini adalah masa keanggotaan kader KAMMI yang
mengaktifkan diri ke dalam struktural pengurus, dari Komisariat, Daerah, Wilayah, maupun Pusat. Maka, dalam 12
tahun masa aktif di KAMMI yang maksimal, dan jika dihitung dari masa studi di kampus di berbagai tingkatan studi :
Diploma (3 tahun)
(dari Diploma ke Sarjana bisa diintegrasikan selama 2 tahun maksimal untuk memenuhi kriteria menjadi Sarjana)
Sarjana (4 tahun)
Magister (2 tahun)
Doktoral (3 tahun)
Maka, seorang Kader KAMMI dapat berkesempatan memperoleh tingkat Pendidikan dari Sarjana, Magister, hingga
Doktoral, dalam waktu 9 tahun. Bukan berarti 9 tahun seorang Kader KAMMI harus terus kuliah hingga mendapatkan
gelar Doktor. Dalam kenyataannya, setiap karakter Kader juga orang-orang pada umumnya, ada tenggat waktu untuk
menghubungkan masa Sarjana ke Magister, kemudian ke Doktoral. Belum lagi yang menyelesaikannya melebihi waktu
target yang saya sebutkan. Paling tidak ada kurun waktu 3 tahun, yang diperoleh dari 12 tahun masa aktif dikurangi
masa studi Sarjana hingga Doktoral selama 9 tahun.
Dalam kurun waktu 3 tahun ini, biasanya harus habis dengan hal-hal seperti :
1. Masa Sarjana yang lebih dari 4 tahun
2. Ingin merasakan dunia pekerjaan atau berwirasusaha terlebih dulu
3. Ingin istirahat dulu sambil menunggu waktu lanjut studi lagi
Jika kita rancang dan kita hubungkan antara masa studi dengan masa aktif, kira-kira bisa dituliskan seperti ini:
1. Usia 18 – 22 tahun, masa studi Sarjana (aktif di PK lanjut PD)
2. Usia 22 – 23 tahun, masa kerja / mencoba dunia lain pasca kampus (aktif di PD lanjut PW)
3. Usia 23 – 25 tahun, masa studi Magister (aktif di PW lanjut di PP)
4. Usia 25 – 26 tahun, masa kerja / mencoba hal lain (aktif di PW lanjut di PP)
5. Usia 26 – 29 tahun, masa studi Doktoral (aktif di PP)
Rancangan ini mungkin akan banyak rintangan, begitu juga di lapangan banyak keadaan yang membuat berubah,
misalnya :
1. Masalah pilihan Kader yang fokus bekerja saja atau berwirausaha saja dan menganggap pendidikan yang diambil
cukup sampai Sarjana
2. Masalah beberapa Kader yang sulit menyelesaikan studi Sarjananya hingga memakan banyak waktu
3. Masalah pembiayaan studi lanjut yang mahal dan akses beasiswa yang sulit
Masalah No. 1 saya kira ini adalah pilihan, dan tulisan saya bukanlah sebagai pernyataan bahwa seluruh Kader KAMMI
harus melanjutkan studi sampai ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Doktoral, tetapi dikembalikan lagi kepada judul yang
saya buat dan pembahasannya yang bersifat khusus. Untuk Masalah yang No. 2 dan No. 3 adalah masalah yang harus
dipecahkan oleh Pengurus KAMMI, paling tidak No. 2 oleh PD dan PW, sedangkan No. 3 oleh PP.
*Transfer Kader Dalam Konteks Piramida Kader KAMMI*
Dalam Piramida Kader KAMMI, kita selalu melihat bentuknya adalah segitiga yang meruncing ke atas. Kemudian
komposisinya paling bawah adalah PK, kemudian berlanjut ke atas PD, PW dan yang paling atas adalah PP. Kita
mengartikan bahwa Pengurus Komisariat memiliki Kader yang paling banyak, sampai di posisi atas PP memiliki Kader
yang paling sedikit. Istilah Kepemilikan Kader di setiap tingkatan kepengurusan tersebut dapat diartikan juga dengan
istilah Keaktifan Kader KAMMI, jadi banyak memiliki Kader berarti banyak Kader yang aktif, begitu juga sebaliknya.
Jumlah keaktifan Kader yang semakin sedikit tentu bukan tanpa alasan, KAMMI memberikan waktu sampai usia 30
tahun untuk masa keaktifan, tetapi belum sampai usia tersebut, banyak Kader yang mundur secara teratur, ada yang
pamit, ada juga yang menghilang tanpa alasan. Paling tidak alasan-alasan yang sering kita dengar adalah :
1. Studi lanjut ke daerah lain
2. Pulang ke kampung halaman pasca wisuda Sarjana
3. Kerja atau ikut keluarga ke daerah lain
4. Menanggap bahwa pasca wisuda Sarjana, selesai juga keaktifan di KAMMI
Alasan No. 4 bagi saya sudah tidak bisa dipaksa lagi, itu adalah pilihan bagi setiap Kader dan Struktur Kepengurusan
KAMMI tidak bisa memaksa Kader tersebut untuk terus aktif di KAMMI. Tetapi untuk alasan No. 1, 2 dan 3 ini tidak
bisa dibenarkan. Hal ini saya sebut sebagai permasalahan transfer Kader. Ketika saya diamanahkan sebagai Sekretaris
Jenderal PW KAMMI Lampung, saya melihat fenomena ini banyak juga terjadi di Lampung. Ada kader yang studi
lanjut, kerja ataupun pulang ke kampung halaman ke daerah lain, tetapi di daerah tersebut dia tidak mau aktif di PD
atau PW di sana, padahal tidak ada syarat yang menghalangi. Alasannya bermacam-macam, dari sekedar malu
ataupun ingin fokus pada aktivitas barunya di daerah tersebut. Padahal jika studi lanjut ke daerah lain, tentu
aktivitasnya masih sama dengan studi sebelumnya di daerah asal. Jika alasannya karena pulang ke kampung halaman,
kerja atau ikut dengan keluarga dan merasa akan tidak masimal jika aktif lagi di KAMMI, kita harus menyadari bahwa
kerja-kerja organisasi di KAMMI adalah kerja-kerja bersama, dan setiap Kader punya aktivitas lain di luar KAMMI dan
tidak mungkin setiap Kader diberikan amanah yang berlebihan. Artinya jika ada Kader yang keluar dari suatu daerah,
maka haruslah bisa masuk ke daerah lain sebagai pengurus, kembali aktif ber-KAMMI. Ini semua demi keseimbangan
jumlah dalam Pramida Kader KAMMI.
*Reorientasi Sebagai Pelajaran Penting Dari Masa Studi Dan Masa Aktif Kader KAMMI*
Dari perkataan Prof. AA di atas, saya mengira ada tantangan tersendiri untuk menciptakan sistem yang baik agar
KAMMI yang merupakan bagian dari Gerakan Mahasiswa dan erat kaitannya dengan pendidikan sebagai peningkatan
kualitas dan tonggak perubahan bangsa, bisa memfasilitasi kemudahan akses dalam studi lanjut Kader-Kadernya.
Dalam jangka waktu 12 tahun masa aktif yang diberikan, saya kira KAMMI bisa menciptakan banyak Doktor. Agar tidak
salah paham, bahwa reorientasi studi lanjut Kader KAMMI sampai ke tingkat Doktoral bukan semata-mata tentang
minat Kader yang ingin menjadi seorang Dosen atau Profesional belaka. Tetapi, bahwa pendidikan yang tinggi sangat
mendukung bagi peningkatan kapasitas kepakaran Kader dan sejalan dengan cita-cita KAMMI untuk membagi peran
Kader KAMMI dalam berbagai lokus kompetensi guna menyelesaikan berbagi macam persoalan bangsa. Saya rasa ini
menjadi tugas bagi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Strategis untuk mengelompokan masalah,
kemudian membuat kebijaksanaan dalam agenda, program maupun kegiatan KAMMI, salah satunya agar setiap Kader
dapat memiliki kemudahan dalam mendapatkan akses informasi studi lanjut beserta cara-cara untuk memperoleh
beasiswa tersebut.
Begitu juga reorientasi masa aktif Kader KAMMI sebagai penyeimbang Piramida Kader KAMMI. Hal ini menjadi
pekerjaan rumah bagi Bidang Pembinaan Kader (Kaderisasi), tidak hanya merawat bagaimana setiap AB1 bisa aktif,
belajar, berkontribusi dan bertahan hingga menjadi AB2 sampai menjadi AB3, tetapi permasalahan seperti Transfer
Kader yang saya jabarkan di atas, bisa dipecahkan dengan baik. Antar Bidang/Departeman Kaderisasi di PW dan PD
bisa berkoordinasi untuk memastikan proses transfer kader dari satu daerah ke daerah lain bisa berjalan dengan baik,
memastikan pos amanah Kader agar tetap aktif berkontribusi dengan waktu yang maksimal. Kita menyadari waktu 12
tahun adalah waktu yang panjang dan banyak perubahan yang dapat kita torehkan untuk bangsa ini. *Dan hal-hal
seperti Bekerja, Berwirausaha, Menikah, Studi Lanjut, Pindah Domisili dan lain-lain, bukanlah sebuah alasan besar
untuk kita buru-buru meng-ALUMNI-kan diri.
Di KAMMI, jenjang keanggotaan dibagi menjadi tiga, yaitu Anggota Biasa 1 (AB1), Anggota Biasa 2 (AB2) dan Anggota
Biasa 3 (AB3). Jenjang keanggotaan ini harus melalui tahapan yang disebut Dauroh Marhalah atau DM yang terbagi
menjadi DM1, DM2 dan DM3.
Dauroh Marhalah 1 (DM1) biasanya diselenggarakan sebagai pintu masuk bagi mahasiswa baru untuk bisa bergabung
di KAMMI. Lamanya pelatihan adalah 3 hari 2 malam. Setelah itu peserta memasuki jenjang AB1 dan berhak
mendapat suplemen yang disediakan oleh kaderisasi seperti pembinaan intensif seminggu sekali (mentoring), tasqif,
dauroh, rihlah, mantuba dan sebagainya. Tujuannya untuk membentuk pribadi muslim
Dauroh Marhalah 2 (DM2) diikuti oleh para AB1 yang telah lulus proses sertifikasi dari kaderisasi. DM2 dilaksanakan
selama 4 hari. Komitmen peserta sangat dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan secara penuh, tanpa izin. Karenanya
tidak banyak yang mau dan bisa mengikutinya.
Kader KAMMI yang telah lulus DM2 berhak mengikuti kajian AB2 dan suplemen lainnya berdasarkan jenjang
keanggotaan. Para AB2 diharapakan menjadi motor penggerak di dalam KAMMI. Jenjang keanggotaan yang satu ini
menjadi sangat penting karena mereka adalah mesin yang menggerakkan KAMMI.
Jenjang keanggotaan tertinggi di KAMMI adalah AB3. Untuk naik ke jenjang ini, kader harus mengikuti proses DM3
yang berlangsung selama 1 minggu. Para AB3 adalah ujung tombak arah pergerakan di KAMMI. Mereka para pemikir,
pengambil kebijakan dan keputusan. Aku menyebut mereka para ideolog.
Di setiap jenjang keanggotaan kader berhak mendapat suplemen dari kaderisasi. Seperti yang udah disebutkan di
atas. Hal paling penting dalam proses pengkaderan di KAMMI adalah kegiatan pembinaan intensif seminggu sekali.
Kehadiran kader menjadi salah satu hal sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses ini.
Selain itu, kaderisasi menyelenggarakan kajian yang dilaksanakan dua minggu sekali untuk menambah pemahaman
kader tentang kesempurnaan Islam. Di dalam Manhaj Kaderisasi KAMMI, juga telah tersedia dauroh/pelatihan yang
berbeda di setiap jenjang. Misalnya di jenjang AB1 maka kader berhak mengikuti Training Jurnalistik, training dasar
organisasi, training kewirausahaan, dauroh Quran dan sebagainya.
Lalu suplemen lainnya adalah silaturahim tokoh, mantuba atau manhaj tugas baca di mana para kader diharapkan
untuk membaca buku-buku yang telah ada dalam Manhaj Kaderisasi KAMMI untuk menyamakan frekuensi
pergerakan. Apakah dilarang membaca buku lainnya? Tentu tidak. Selanjutnya kader juga berhak ikut dalam rihlah
dan junior camp sebagai sarana untuk mencapai muwashofat.
Demikian penjelasan singkat mengenai jenjang kenggotaan KAMMI. Hal ini harus dijelaskan di awal pelaksanaan DM1
agar para calon kader AB1 memahami jalur pengkaderan di KAMMI sehingga mereka pun tahu apa manfaat yang
didapat dengan bergabung di organisasi ini.
Semoga bermanfaat
Kader adalah rahasia kehidupan berbagai umat. Sejarah umat adalah sejarah para kader yang militan dan memiliki kekuatan
jiwa
serta kehendak. Sesungguhnya kuat lemahnya suatu umat diukur dari sejauh mana kesuburan umat tersebut dalam
menghasilkan kader-kader yang memiliki sifat-sifat ksatria
Hasan Al Banna[1]
Didalam organisasi manapun, gerakan manapun, kita selalu mengenal yang namanya kader. Karena kader adalah asset, maka
sudah dipastikan bahwa peran kader begitu dominan untuk suatu pergerakan, apapun. Dari situlah kita mendapat amanah untuk
menghasilkan kader-kader yang nantinya siap untuk meneruskan perjuangan ini. Kalau kita amati bersama, disetiap gerakan yang
ada dimanapun didunia ini, sangat butuh yang namanya kader – kader yang akan menjadi penopang utama gerakan tersebut.
Sejarah telah mencatat bahwa kegemilangan generasi shalafusshalih tak lepas dari proses pembentukan kader yang kontinyu,
tersistem, dan memanfaatkan segala sarana yang ada pada waktu itu. Sehingga dengan program pembentukan kader yang
dilakukan Rasulullah, dengan sistem yang bagus dan terus menerus, dengan menggunakan sarana yang ada dan dioptimalkan,
terbentuklah kader – kader tangguh bermental pemimpin dan memiliki kearifan filosofi, sehingga kader – kader semacam inilah
yang pada akhirnya mampu mencipta sejarah kegemilangan, baik secara personal, secara personal mereka mampu menggapai
kesejarahan personal, dan secara gerakan, mereka mampu melambungkan Islam ke puncak sejarahnya.
Kalau kita analisa lebih mendalam, ada bebeberapa hal yang menjadi alasan mengapa generasi shalafusshalih tersebut mampu
mencipta sejarah kegemilangan sebagai gerakan maupun sebagai personal. Yang pertama adalah masalah kesatuan visi, misi,
dan ideologi yang pada akhirnya akan menentukan kesatuan gerak mereka. Yang kedua terletak pada metodologi perjuangan,
yang kemudian disebut dengan manhaj perjuangan gerakan. Kejelasan manhaj serta komitmennya para kader untuk
melaksanakan manhaj berserta sarana yang ada didalamnya inilah yang pada akhirnya menjadi titik penentu kemenangan
mereka, baik kemenangan personal, ataupun kemenangan secara gerakan.
Inilah yang menjadi penting, dan menjadi bahan kajian bersama, bahwa kalau kita amati sejarah kebangkitan berbagai bangsa,
baik Barat maupun Timur, dahulu maupun sekarang, kita akan menjumpai kenyataan bahwa para pelopor kebangkitan dapat
menuai sukses karena memiliki manhaj tertentu yang menjadi acuan dalam kerja mereka. Manhaj yang telah jelas langkah-
langkahnya, termasuk didalamnya mengoptimalisasikan sarana yang ada untuk menuju sebuah hasil yang telah diperhitungkan
yang menjadi orientasi kerja umat[2].
Kejelasan manhaj serta komitmennya untuk melaksanakan manhaj itulah yang pada akhirnya menjadikan para kader – kader
generasi shalafussalih memiliki kapasitas besar, dan akhirnya memperoleh kemenangan mereka, mampu mencapai titik tertinggi
kepahlawanan dalam hidup, baik secara personal maupun secara gerakan. Inilah pekerjaan rumah atau bisa jadi bahkan menjadi
satu dilema bagi gerakan manapun didunia ini, termasuk didalamnya adalah KAMMI.
Semua gerakan yang membawa ideologi tertentu pasti akan menemukan fakta bahwa dilemanya selalu terletak antara idealisme
dan kapasitasnya[3]. Sebab, keyakinan ideologi selalu membutuhkan pembuktian dengan realitas dilapangan. Dan proses
pembuktian itu masalahnya. Ideologi tidaklah berdiri sendiri. Ideologi selalu membutuhkan manusia (kader) untuk menopang
proses transformasi ideologi tersebut. Ideologi dan manusia sebagai subyek dan obyek transformasi ideologi tersebut adalah dua
sisi dari mata uang sejarah dan realitas yang sama. Jika ada ideologi besar, harus ada manusia atau kader yang besar juga. Jika ada
keyakinan kuat, harus ada kapasitas besar, itulah analogi antara ideologi dan kapasitas.
KAMMI sebagai satu gerakan yang sejak awal sudah memiliki kejelasan ideologi, yaitu Islam telah memposisikan dirinya menjadi
gerakan pengkaderan[4]. Baik sebagai organisasi kader (harokatut tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul ‘amal), fungsi
kaderisai KAMMI terletak pada penggunakan pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses kaderisasinya. Semua bentuk
aktivitas kegiatan kaderisasi disusun dengan semangat integralistik untuk mengupayakan lahirnya kader-kader berkualitas yang
mampu mewujudkan tujuan organisasi. Sejak awal terbentuknya KAMMI dengan adanya filosofi gerakan (Visi, misi, prinsip,
unsur, kredo) KAMMI telah memposisikan dirinya sebagai wadah perjuangan dalam pembentukan kader pemimpin masa depan.
Untuk mewujudkan visi KAMMI sebagai wadah permanen dalm rangka membentuk kader – kader pemimpin masa depan dan
tangguh dalam rangka mewujudkan bangsa dan negara Islami di Indonesia, dibutuhkan sarana yang komprehensif dan sistematis
untuk mewujudkan visi tersebut, atau dalam bahasa yang lebih simpel di KAMMI adalah mewujudkan muslim negarawan, yang
ternyata masih terlalu global untuk diaplikasikan. Karena kita pasti sangat paham bahwa dalam sebuah sistem perkaderan adalah
proses yang holistic dalam aktivitas sebuah jam’iyyah, itupun berlaku di KAMMI. Bukan hanya dilihat dari bentuk pelatihan formal
saja. Semua aktivitas dalam suatu jami’yyah semestinya merupakan bagian dari proses kaderisasi bagi para penggiatnya. Namun,
untuk memberikan sistematisasi dan formalisasi dalam proses ini maka sudah selayaknya ada bentuk pelatihan yang dibakukan.
Inilah fungsi sarana dalam manhaj kaderisasi KAMMI[5].
Salah satu yang kadang, beberapa masih menjadi perdebatan dikalangan internal kita adalah pernyataan tentang perlu atau
tidaknya seorang kader menyelesaikan tahapan skema man power dalam kerangka kaderisasi KAMMI. Bagi saya secara pribadi,
hal itu wajib dilalui oleh seorang kader yang bergerak dilini siyasi mengingat manhaj ini adalah hasil perenungan yang mendalam
tentang konsep pembentukan kader – kader pemimpin, serta sudah dibuat sedemikian sistematis untuk menunjang upgrade
kapasitas kader KAMMI. Jadi, sebenarnya tidak perlu lagi kita mempertanyakan tentang perlu tidaknya seorang kader
meneruskan jenjang pengkaderan ke tahap yang lebih tinggi. Manhaj yang ada di KAMMI, baik itu DM1, DM2, MK1, MK2 adalah
sarana pembentukan karakter kader yang berkapasitas. Jadi berbagai sarana yang ada tersebut adalah penunjang pembentukan
kapasitas kader, dan sudah seharusnya kader disiplin dalam melaksanakan manhaj, termasuk didalamnya memanfaatkan secara
penuh sarana – sarana pembentukan kader tersebut.
Kalau kita simak kembali dalam alur kaderisasi, kita akan mendapatkan bahwa sarana – sarana kaderisasi tersebut adalah upaya
untuk membentuk kaarakter muslim negarawan dalam diri kader. Alur Proses Kaderisasi adalah rangkaian tahapan sarana
kaderisasi yang harus dilalui oleh kader KAMMI sesuai dengan jenjang keanggotaanya yang dimulai dari Pra DM 1 hingga
mendapatkan status AB3 untuk kemudian terus berproses secara mandiri menjadi seorang Muslim Negarawan[6].
Setiap kader harus melewati tahapan demi tahapan dalam upaya pencapaian IJDK secara berurutan. Komitmen dari seluruh
kader untuk melewati berbagai tahapan yang telah disusun dalam manhaj ini, memudahkan KAMMI sebagai organisasi kader,
mengontrol dan mengevaluasi perkembangan kondisi kadernya secara berkesinambungan.
Komitmen dalam mengikuti berbagai tahapan kaderisasi juga dibutuhkan dalam upaya menjaga regenerasi kepemimpinan dan
kesinambungan organisasi sehingga secara langsung menyelesaikan berbagai permasalahan krisis kepemimpinan dan
kepengurusan dalam organisasi KAMMI yang disebabkan karena jenjang keanggotanya tidak memenuhi persyaratan jenjang
keanggotaan yang telah ditetapkan dalam AD/ART KAMMI. Karena itulah, komitmen dalam melewati tahapan-tahapan
kaderisasi harus menjadi kesadaran dan budaya dalam organisasi agar KAMMI tumbuh dan berkembang menjadi organisasi
kader yang tertata rapi dan beramal produktif. Inilah fungsi adanya manhaj Kaderisasi KAMMI sebagai optimalisasi visi
komprehensif gerakan ini.
Dalam artikel ini, sebenarnya saya hanya ingin membuat satu bentuk sederhana untuk lebih mengetahui fungsi dan pembagian
peran dalam jenjang kaderisasi KAMMI. Ada AB1, AB2, dan AB3. Didalam manhaj kaderisasi kita mengenal yang namannya
jenjangisasi kader, ini menjelaskan tentang tiga jenjang keanggotaan KAMMI dari aspek definisi, karakter dan tujuan dari Anggota
Biasa (AB) 1, Anggota Biasa (AB) 2, dan Anggota Biasa (AB) 3.
AB1 adalah kader KAMMI yang memiliki syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam), dan memiliki kesiapan serta kesediaan untuk
bergerak di tengah masyarakat guna merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI.
bahasa lebih sederhananya saya sebut dengan Muslim Progresif. Mengapa disebut Muslim Progresif, karena pada tataran ini,
seorang AB1 bertindak dan berjuang dalam kerangka menemukan pemahaman yang utuh tantang Islam, untuk selanjutnya
menyiapkan amunisi memasuki gerbang jenjangisasi yang lebih spesifik.
AB2 adalah aktivis KAMMI yang memiliki syakhsiyah da’iyah muharrikah atau dapat dimaknai memiliki kepribadian dai yang
mampu menjadi penggerak, mampu menjadi teladan di tengah masyarakat, menjadi teladan bagi gerakan mahasiswa,
mengislamisasi ilmu pengetahuan pada bidangnya dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan
manusia. Menurut bahasa saya yang lebih sederhana adalah Da’i cerdas bermental pemimpin.
Sedangkan AB3 adalah ideolog-aktivis yang memiliki syakhsiyah qiyadiyah siyasiyah (kepribadian pemimpin yang mampu
mengambil kebijakan), memiliki kualifikasi keilmuan yang sesuai bidangnya, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak
dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang. Bahasa saya yang lebih sederhana untuk menggambarkan
peran AB3 adalah sebagai Mujahid yang bervisi negarawan.
Sifat dan karakter ini menjadi perlu untuk memahami sifat – sifat yang seharusnya sesuai dengan jenjang anggota KAMMI
sebagai buah dari proses pembelajaran secara kontinyu selama mengikuti alur kaderisasi yang dikonsep secara brilian di KAMMI.
Nah, secara karakter, AB1 adalah mereka yang mampu membangkitkan rasa kebutuhan kader kepada Islam secara total dan
memiliki totalitas untuk mewujudkannya, juga kepada pelaksanaan adab-adab dan hukum-hukumnya serta rasa cinta untuk
hidup di bawah naungan Islam, dan yang terpenting adalah memiliki sifat – sifat yang militan dalam perjuangan mewujudkan
Islam sebagai solusi. Bahasa yang lebih sederhana untuk sifat dan karakter AB1 adalah Radikal Fundamentalis.
AB2 memiliki sifat dan karakter yang lebih dari seorang AB1, hal ini merujuk kepada levelisasi keilmuan dalam Islam, artinya
sejauh mana AB2 mampu mengkontekstualisasikan teks menjadi bentuk yang lebih solutif, sedangkan karakter yang harus
dipenuhi oleh seorang AB2 adalah dia mampu, merasakan urgensi amal jama’i, rela berkorban demi Islam, dan merasakan
kemestian bergabung kepada sebuah gerakan dakwah Islam untuk menegakkan keadilan. Bahasa saya yang lebih sederhana
untuk menyebut karakter AB2 adalah memiliki sifat kearifan Ideologis.
Sedangkan dalam kerangka karakter, seorang AB3 memiliki sifat kearifan filosofis. Yang saya maksud dengan kearifan filosofis,
sesuai dengan manhaj, adalah menanamkan urgensi rela berkorban dengan waktu dan harta untuk dakwah, melaksanakan
kerja-kerja yang dibebankan kepadanya dalam lingkup berjamaah, dan senantiasa berinteraksi secara aktif dengan manhaj dalam
berbagai sisinya, dan menjadi referensi bagi kader – kader dengan tingkat dibawahnya.
Merujuk buku 8 mata air kecemerlangan Anis Matta, kita langsung dapat menyimpulkan dalam konteks levelisasi anggota
KAMMI, bahwa AB1 adalah afiliator, AB2 adalah partisipator, dan AB3 adalah kontributor. Afiliasi, adalah tangga awal di mana
seorang bergabung dan memperbaharui kembali komitmennya kepada Islam; menjadikan Islam sebagai basis identitas yang
membentuk paradigma, mentalitas, dan karakternya. Dalam proses afiliasi ulang itu, kita memperbaharui komitmen kita dalam
tiga hal. Pertama, komitmen aqidah yang menetapkan tujuan dan orientasi, atau visi dan misi kehidupan kita. Kedua, komitmen
ibadah yang menentukan pola dan jalan kehidupan. Ketiga, komitmen akhlak yang menentukan pola sikap dan perilaku dalam
seluruh aspek kehidupan[7]. Afiliator (AB1) adalah kader yang memiliki kemauan untuk memahami islam secara syumul, lalu
memiliki bidang keilmuan yang kompleks, dann berupaya untuk mewujudkan solusi bagi setiap bidang ilmu yang ada. Para kader
afiliator tersebut belajar tidak hanya pada satu bidang ilmu. Mereka cerdas, fasih menguasai multidisiplin ilmu. Tentang ekonomi,
politik, kebudayaan, pendidikan, dan pastinya kedalaman ilmu agama Islam. Ilmu agama menjadi dasar dari frame berfikir
menggagas Indonesia masa depan.
Partisipasi, adalah tangga kedua di mana seorang Muslim telah mencapai kesempurnaan pribadinya, dari mana kemudian ia
melebur ke masyarakat, menyatu, dan bersinergi dengan mereka, guna mendistribusikan keshalihannya. Dalam proses
partisipasi itu, kita melakukan tiga hal. Pertama, komitmen untuk mendukung semua proyek kebajikan dan melawan semua
proyek kerusakan di tengah masyarakat. Kedua, komitmen untuk selalu menjadi faktor pemberi atau pembawa manfaat dalam
masyarakat. Ketiga, komitmen untuk selalu menjadi faktor perekat masyarakat dan pencegah disintegrasi sosial[8]. Nah, untuk
menyebut kinerja kader pada level ini, saya sebut dengan Partisipator. Dan para partisipator bisa saya sebut adalah AB2. Wilayah
partisipator adalah ranah solusi dalam masyarakat, mampu mengimplementasikan pemahaman keilmuannya ke dalam
masyarakat secara utuh, atau bahasa lainnya adalah transformasi intelektual wilayah praksis.
Sedangkan yang ketiga adalah kontribusi, adalah tangga ketiga di mana seorang Muslim yang telah terintegrasi dengan
komunitas dan lingkungannya (keluarga, perusahaan, dan masyarakat) berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas
hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang
spesialisasinya, agar ia lebih tepat dan sesuai dengan kompetensi intinya. Dengan cara itu, ia dapat memberikan kontribusi
sebesar-besarnya, dan menyiapkan sebuah “amal unggulan” atau karya terbesar dalam hidupnya. Amal yang ia persembahkan
bagi Allah, umat, dan kemanusiaan secara umumnya, dan bagi komunitas sosial dan bisnisnya secara khususnya. Kontribusi itu
dapat ia berikan dalam berbagai bidang; pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan yang lainnya[9]. Orangnya
adalah kontributor, atau secara jenjang di KAMMI adalah AB3, yaitu mereka yang memiliki spesialisasi keilmuan yang menjadi
amal unggulan dalam kerangka menjadi solusi dalam konteks kebangsaan dan keummatan.
Tabel levelisasi dan karakterisasi kader KAMMI
Mujahid bervisi
3. AB3 Basis kebijakan negarawan Kearifan Filosofis Kontributor
Demikianlah, levelisasi dan karakterisasi kader KAMMI, yang bagi saya adalah sebagai upaya dalam penegasan kembali wilayah
peran – peran yang harus diambil, wilayah fungsi mana yang mesti kita ejawantahkan dalam kerangka muslim negarawan. Agar
jelas dalam amal, agar tak bimbang dalam menentukan sikap.
Dan kemauan kita untuk taat asas dalam mengikuti alur kaderisasi KAMMI, termasuk menjadi AB1, selanjutnya menjadi AB2, dan
menjadi AB3 adalah satu bentuk semangat kita, semangat untuk belajar dan menimba ilmu, sebab sarana – sarana itu digunakan
adalah dalam rangka untuk menjadikan kita lebih memiliki semangat pembelajaran yang tinggi. Dan barangkali juga keengganan
kita untuk indibath, mengikuti alur, adalah mungkin saja kesombongan kita, seakan – akan sudah merasa cukup dengan ilmu
yang dimiliki, sehingga tak mau belajar lagi.
Semoga bermanfaat.
[3] Penjelasan ust. Anis Matta didalm pengantar buku Burhanudin Muhtadi, Dilema PKS, antara suara dan syariah
[4] Di jelaskan lebih rinci dalam buku kaderisasi terbaru, HRD PP KAMMI, Manhaj 1433 H KAMMI
[5] Di jelaskan lebih rinci dalam pembukaan buku kaderisasi terbaru, HRD PP KAMMI, Manhaj 1433 H KAMMI
Berikut ini merupakan daftar buku-buku yang direkomendasikan kepada para Kader KAMMI, yang berstatus
Anggota Biasa (AB) 1, AB 2, dan AB 3 untuk dibaca, dipahami dan diimplementasikan, yaitu
Buku Mantuba AB 1
Buku Mantuba AB 2
Buku Mantuba AB 3
1. Tes tulis: soal berupa esai meliputi materi Aqidah, Ibadah, Akhlaq dan kesiyasian
2. Skrining Indeks Jati Diri Kader (IJDK): isi poin di dalam BPK dan lakukan wawancara
3. Amal yaumi: mengisi form amal ibadah harian di dalam buku BPK selama 1 pekan
terakhir
4. Hafalan juz 30: menyetorkan hafalan lengkap juz 30
5. Manhaj Tugas Baca (Mantuba), terdiri dari Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin
(RPIM jilid 1 dan 2, Manhaj Haraki jilid 1 dan 2, Fiqh Dakwah jilid 1 dan 2. Wawancara isi
buku bersama akreditator
NB: Setiap pelaksanaan akreditasi, kader harus membawa Buku Prestasi Kader (BPK) dan
melaporkan sudah melaksanakan akreditasi kepada Nara hubung.
KAMMI dengan sistem pengkaderan yang harus mau tak mau mengikuti sistem tersebut. Sistem pengkaderan yang
harus dilalui dengan mengikuti Dauroh Marhalah 1 ( DM 1) untuk bisa menjadi Anggota Biasa 1 ( AB 1 ) dan DM 2
untuk bisa menjadi AB 2, lalu DM 3 untuk menjadi AB3. Mengikuti alur kaderisasi adalah bukti cinta yang hakiki
terhadap KAMMI.
Sebenarnya saya sudah mengetahui KAMMI sejak SMA. Saat itu, salah seorang alumni SMA N 1 Purwodadi bercerita
tentang bagaimana ia berdakwah dengan sekolompok preman bersama teman seperjuangannya di KAMMI. Awal di
kampus, saya pun enggan masuk KAMMI. Masih melirik LDK sebagai lembaga dakwah yang digaungkan oleh
mahasiswa kampus dan dicap sebagai mahasiswa alim kalau sudah di LDK.Namun fakta berkata lain. Bismillah,
setahun lalu tepatnya awal semester 4 saya bergabung dengan gerakan mahasiswa yang disebut KAMMI. Awalnya
sudah mendaftarkan diri di LDK. Namun tidak merasa nyaman dengan kultur orang - orang yang kalem. Maklum, saya
orangnya pecicilan dan kurang suka dengan seabrek peraturan. Lalu, seseorang datang membawa ilham kepadaku
untuk masuk ke dalam KAMMI.
Setahun telah berlalu, jujur belum banyak tahu tentang ilmu yang sesungguhnya dipelajari di KAMMI. Namun, saya
percaya bahwa saya telah menemukan tempat yang tepat. Satu hal yang menjadi tolak ukur saya adalah Kenyamanan.
Kenapa ? Karena kenyamanan adalah suatu hal yang tidak bisa dipaksa atau memaksakan, ia tumbuh secara alami
dalam diri seseorang. Hal ini bisa dilihat apakah saya ilang - ilangan atau stand by di dinding Whatapps maupun di
lingkaran KAMMI.
Meskipun sudah bergabung dengan KAMMI sekitar setahun lamanya. Namun belum mengikuti DM sebagai bukti cinta
kepada KAMMI. Akhirnya bulan November 2015 kemarin, Komisariat IPB melaksanakan DM 1 untuk kader wilayah
Bogor, Jakarta dan Sekitarnya. Saya sebagai peserta DM1 IPB sekaligus panitia DM1. Luarbiasa yaa. Ya, perjuangan
untuk menolak double amanah ini juga luarbiasa. Dan pernyataan "Jundi nurut aja sama Qiyadah" berhasil
merobohkan konsep pembantahan untuk menolak double amanah tersebut.
Key Word
Setelah dinyatakan lulus DM1, dua minggu kemudian dihubungi oleh Ketua kaderisasi IPB untuk mengikuti DM2.
Gila! Saya baru selesai DM1 dan belum selesai membaca mantuba ( manhaj tugas baca ) lalu ditugaskan untuk
mengikuti DM2 ? MasyaAllah. Apa yang akan terjadi ya Allah ? Saya tak berani untuk mengira - ngira dan bermimpi
nanti DM2 nya akan seperti apa. Yang jelas, pernyataan dari mereka yang pernah mengikuti DM2 di Bogor bahwa
DM2 Bogor adalah DM2 yang paling keras sedunia, Hati - hati ya DM2 di Bogor. Siapkan mental! Allah.
Akhirnya semua administrasi saya selesaikan dengan hati yang belum mantap untuk ikut DM2. Masih ragu karena
belum tahu banyak hal tentang KAMMI, mantuba belum selesai, hanya keyakinan untuk menunjukkan bahwa saya
mencintai KAMMI dengan mengikuti alur kaderisasinya.
Tepat sebulan setelah saya mengikuti DM1 lalu menjadi AB1 hanya dalam hitungan hari dan dipaksa mengikuti DM2.
Akhirnya kini lulus DM2 dan menjadi AB2. Sekali lagi, inilah bukti cinta yang nyata terhadap KAMMI.
Sedikit cerita untuk menyatakan iya tentang pernyataan mereka terhadap DM2 Bogor. Ya, DM2 Bogor adalah DM2
yang paling keras sedunia. Komandan Kopaskam Bang Kakat menyatakan di awal acara bahwa KAMMI Daerah Bogor
adalah KAMMI percontohan yang ada di Indonesia. KAMMI tidak butuh kader yang minimalis dan loyo. Kader KAMMI
harus kuat, sigap, dan cermat. Bahkan sampai kader luar Bogor kaget dengan pendidikan yang ada di KAMMI Bogor.
Mereka selalu istigfar. Wkwwkwk
DM2 tak hanya melatih ruhiyah maupun fikriyah tetapi melatih jasadiyah untuk kuat. Selama DM2 kami hanya tidur
selama 1 jam. Dari pukul 03.00 WIB sudah harus bangun untuk melatih ruhiyah dengan qiyamulail, qobliyah subuh,
sholat subuh berjamaah, dzikir pagi dan dilanjut olahraga. Sedangkan siang hari kami dipaksa melek untuk mengikuti
seminar materi ke-KAMMI -an. Semoga menjadi ladang amal ketika menahan kantuk saat bertholabul ilmi. Tak hanya
itu, kami dipaksa untuk diskusi dan memecahkan masalah saat malam hari sampai pukul 02.00 WIB. Lantas apa yang
beda ? Apa yang bisa dikatakan keras ? Tiada ampun bagi kami yang telah melanggar aturan. Ngantuk = siram air di
ruangan saat itu juga. Ngantuk = keluar ruangan push up beberapa seri. Telat = push up. Tidak sesuai = push up. Ya
begitulah pendidikan KAMMI yang dilakukan oleh DM2 Bogor.
Satu hal yang harus diketahui bahwa mengikuti DM2 bukanlah hal yang menakutkan. DM2 akan semakin memperkuat
cinta kita kepada KAMMI. DM2 akan membuka mata kita untuk melihat lebih jauh dan lebih dalam lagi tentang
pergerakan dakwah yang sesungguhnya. DM2 adalah hal yang luarbiasa. Disini saya menemukan keluarga karena
ukhuwah, sampai ada yang bilang ketika hendak pulang. " Nis semoga ketemu kembali di forum nasional lainnya ya" (
salam hangat dari Kader Bandung ). Disini pula saya menemukan semangat untuk menjadi lebih baik lagi dan lagi.
Bismillah, doakan ya semoga Anis lebih baik lagi.
Akhirnya kutemukan cinta di KAMMI dengan mengikuti alur kaderisasinya. Akhirnya kutemukan langkah untuk
menjadi muslim yang sejati. Akhirnya saya harus naik tingkat dan lebih banyak bekerja daripada yang lain. Tidak hanya
sebagai pekerja tapi sebagai penggerak. AllahuAkbar.
Dirumah Kos Gerakan jalan kecil itu lahir alumninya yang menjadi tokoh-tokoh pergerakan sebelum
kemerdekaan RI. Soekarno yang kemudian mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Semaoen, Alimin, dan Muso
menjadi tokoh-tokoh utama Partai Komunis Indonesia (PKI), serta SM Kartosoewirjo yang kemudian menjadi pemimpin
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Dirumah itu juga, tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti KH. Ahmad Dahlan
dan KH Mas Mansyur sering bertukar pikiran.
Tim Kaderisasi PP KAMMI, 2011, Manhaj Kaderisasi KAMMI 1433H, Departemen Kaderisasi PP KAMMI Jakarta.
____________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Banyak orang heran, mungkin juga termasuk saya, mengapa beberapa orang-orang rela mencintai KAMMI, sampai rela
mengorbankan hal yang penting baginya demi keberadaannya di KAMMI atau keberadaan KAMMI sendiri. Dalam buku
yang berjudul Mengapa aku mencintai KAMMI yang ditulis imron Rosyadi, sampai ada kader KAMMI yang merelakan S2
luar negeri demi menghidupkan KAMMI di daerahnya, ada pula yang menunda lulus, sebaliknya ada yang bersikukuh untuk
S2 karena KAMMI, pun ada pula yang berwira usaha dan/atau menulis buku karena KAMMI. Dalam buku tersebut lebih
banyak menyampaikan alasan-alasan yang bersifat gerakan dan issue masa depan yang dibawa KAMMI. Tetapi dalam
tulisan ini saya hendak menulis dalam tinjauan yang lain yaitu dalam sisi psikologis dan tata mental, yang saya pikir menjadi
pokok cinta kader KAMMI terhadap KAMMI.
Teologi Pembebasan
Akidah islam mengajarkan keimanan dan keyakinan terhadap hal-hal ghoib, seperti iman kepada Allah, malaikat, surga dan
neraka. Semua umat islam sepakat terhadap hal ini, baik umat islam tradisionalis, puritan maupun yang modern bahkan yang
liberal. Tapi ada hal yang seringkali dilupakan oleh umat islam, terutama yang tergolong tradisionalis, bahwa akidah islam
juga mengajarkan sikap revolusioner, atau dalam beberapa pemikir islam dinamakan teologi pembebasan. Salim A fillah
mengatakan, dalam Gue Never Die, bahwa ada yang namanya belenggu dalam jiwa, yang dapat menghalangi manusia
mencapai kebenaran dan kemudian menjadi pribadi orisinal diatas kebenaran. Beliau menyebutkan ada belenggu nafsu,
tradisi, media, fashion, kekuasaan dll, yang mana belenggu itu terikat erat pada jiwa. Sejalan dengan salim, Covey dalam
buku laris sepanjang masanya, 7 habits, mengatakan dalam terminologinya, bahwa setiap manusia pasti memiliki pusat yang
menjadi daya hidupnya, sumber kepercayaan dirinya dan perasaan nyaman. Pusat-pusat tersebut kebanyakan membelenggu,
karena tidak berpijak pada sesuatu yang kekal. Ada manusia yang berpusat pada uang, fashion, media, kekuasaan, tradisi
teman dll. Orang2 inilah yang, dalam bahasa Dr. John w Dyer , yang menjadi korban, pribadinya imitasi dan rapuh kalau
tidak mau dikatakan terjajah (diperbudak).
Covey mengajarkan untuk berpusat pada prinsip yang kekal, seperti keadilan, kejujuran, moralitas dll. Prinsip inilah yang
akan membuat pribadi kita kokoh, prinsip harus didahulukan daripada pusat alternatif yang lain. Benar, tapi saya pikir kurang
lengkap. Berpusat pada prinsip mengandung resiko bahwa kita melawan arus, karena kebanyakan manusia berpusat pada tren
masyarakat (media, fashion & kekuasaan). Bagaimana mungkin kita bisa bertahan ditengah kondisiseperti itu? Sulit
dibayangkan kita bisa bertahan thd prinsip tanpa sebuah kepercayaan akan janji yang indah setelah kematian. Sulit
dibayangkan kita bisa bertahan tanpa kisah-kitah hiburan(dari Alquran) dari Tuhan. Terus bagaiman kita menghadapi
gempuran budaya-budaya yang selalu baru, bermunculan teramat cepat (korea K-POP, Jepang Anime,holiwood dll) tanda
kita punya role model kehidupan yang benar dan efektif? Sekali lagi Covey benar, tapi kurang lengkap…
Lantas apa yang KAMMI berikan? KAMMI memiliki manhaj kaderisasi, yang mana didalamnya terdapat pelatihan, dan
kerangka ilmu yang harus dipelajari. Nah bagi kader baru (AB1), mengikuti pola tarbiyah islamiyah, KAMMI akan
mengajarkan mengenai akidah islamiyah dan teologi pembebasan. DM1 materi 1, mengajarkan mengenai ‘syahadatain
sebagai titik tolak perubahan’. MK1 berkisar antara Allah, ar-rosul, al islam dan realitas kontemporer. Mantuba AB1 (bagi
yang membaca) sebut saja buku, masa depan ditangan islam, sayyid Qutb; studi masyarakat islam, Yusuf Qordhowi; Siroh
nabawiyah, Al buthy dll. KAMMI mengajarkan kepada kader baru KAMMI, untuk menggeser pusat mereka, ya, menggeser
pusatnya menjadi pusat yang kekal, jelas, rasional, lengkap dan adil, yaitu menjadikan Allah (tauhid; yang mana kebenaran
tertinggi) dan Rosulullah sebagai pusat hidup mereka yang detail paradigma, janji-janji, nilai, tradisi dan peraturannya
dijelaskan dalam islam (AlQuran). Pusat ini, menjadikan Allah & Rosul sebagai prinsip tertinggi dan sumber rujukan
kebenaran dalam kehidupan, membebaskan manusia dari belenggu-belenggu tradisi, kekuasaan, hawa nafsu, fashion dll.
Pusat ini menjadikan kita bebas, lepas dan merdeka sekaligus ajeg dalam moralitas dan tata nilai, yang menjadikan manusia
berkembang pesat memimpin perubahan dengan karya tetapi tetap dalam kerangka moralitas yang mengesankan. Pusat
inipun lengkap, karena berada dalam paradigma yang kukuh, jelas, sejelas matahari disiang hari.
Paradigma/Worldview
Kau pangkas daun-daunnya maka kau hanya akan dapat menggunduli pohonnya
Tapi kalau kau potong pangkal batang akarnya, baru kau akan bisa menumbangkannya
Perubahan besar di dunia ini terjadi, berawal dari perubahan paradigma
Menjadikan Allah dan rosul sebagai pusat, tambah lengkap dan membahagiakan, karena islam memberikan ‘PETA’ yang
tepat pada jalan kehidupan kita. Kita analogikan, kita hendak menuju tegal, tetapi yang kita pegang adalah peta jawa timur,
kira2 apayang terjadi? Ya, waktu kita akan habis, kita semakin was-was dan kita tidak akan pernah sampai tujuan. Paradigma
atau worldview adalah carapandang kita terhadap dunia, hidup setelah mati, balasan Tuhan, manusia, kebenaran, sejarah,
keluarga, wanita dll, itu merupakan peta hidup kita. Peta itu bisa benar, bisa salah. Dan peta orangng rusia (menganggap
agama adalah candu) dengan orang islam (agama adalah pusat kehidupan) berbeda. Peta itu berada dalam kesadaran kita
berupa persepsi terhadap segala sesuatu. Dibentuk oleh lingkungan, budaya, realitas, ataupun ilmu. Lengkap, benar atau
tidaknya peta membatasi, mempengaruhi perilaku bahkan keseluruhan hidup kita. Mengerikan bukan? Coba bayangkan kalau
kesadaran kita mengatakan bahwa Tuhan itu ciptaan angn-angan manusia, bahwa Tuhan tidak ada, surga tidak ada, setelah
mati kita Cuma jadi debu!!? Bagaimana jadinya kehidupan kita? Bagaimana pula kalau peta kita tambal sulam? Makanya
kalau ingin terjadi perubahan besar dalam diri kita, kita awali dari memeriksa peta (paradigma) kita dalam memandang
kehidupan.
Pemuda islam saat ini beragama islam, tapi petanya tambal sulam. Dalam film, Detachemen, yang dibintangi secara apik
oleh Adrian Bodrie, dikenalkan istilah yang namanya ‘Doublethink’, yaitu meyakini dua persepsi yang berlawanan yang
berada dalam pikirannya. Misalnya, agama mengajarkan kepada kita bahwa sumber kebahagiaan sejati adalah iman dan
berbuat baik, tetapi pada wanita, media mengajarkan mereka bahwa bahagia itu harus cantik, putih dan rambut lurus.
Akhirnya beberepa pemudi kita rela melepas jilbab untuk menunjukan cantik mereka, rambu yang rebonding dan tak ada
bekas luka di kulit lehernya. Anehnya mereka masih shalat, tilawah, bahkan ikut pengajian.
Apa yang KAMMI ajarkan? Dengan manhajnya, KAMMI dengan bertahap berpijak pada kebebasan dan rasionalitas,
merekontruksi/me-reframe peta yang tambal sulam tadi. Materi pada training DM1 – DM3, seperti : syumulyatul islam, studi
pemikiran islam kontemporer, negara dalam perspektif quran dan assunah dll; materi MK1-MK3, seperti : ma’rifatul insan,
studi politik islam dan barat, ghazwulfikr; manhaj tugas baca AB1 –AB3, seperti : perang peradaban, huntington; aqidah
doktrin dan filosofi, ali thantahawi; manhaj haroki, al ghadban; petunjuk jalan, sayyid Qutb; dan sarana yang lain; akan
merekayasa secara perlahan peta yang ada dalam kesadaran kader. Sehingga dalam menjunjung tinggi prinsip yang
diyakininya merasakan kepastian dan ketenangan yang luar biasa. Karena peta mereka benar, insya Allah walau tertatih-tatih
dan sedikit orang, kita akan sampai tujuan.
Islam punya paradigma sendiri dalam segala suatunya. Islam punya pandangan khas terhadap Tuhan, akhirat, uang, dunia,
manusia, keluarga, negara, ekonomi, dosa, nilai-nilai dll. Yang mana kalau paradigma ini mengakar dalam kesadaran
individu, maka akan membawa pada perubahan besar pada individu tadi.
Bangsa yang maju, biasanya jauh sebelum keberhasilan peradabanya, telah berinvestasi pada manusianya. Bangsa itu
merekayasa manusianya dulu, agar layak tampil sebagai pemimpin di panggung sejarah kehidupan. Apa yang mereka
rekayasa? Karakter dan setting mentalnya. Ada sebuah cerita, seorang raja yang baik dibunuh oleh konspirasi beberapa
pejabatnya, dan dia menyisakan seorang putra mahkota. Karena para pejabatnya tidak ingin anak raja tadi mewarisi tahta,
maka anak raja tadi dipenjarakan di sudut desa yang kumuh. Selama beberapa bulan, anak raja tadi disuguhkan wanita-wanita
penggoda, disiksa dan diberi makanan yang sangat tidak layak, untuk menghancurkan moralitas dan mentalitas anak raja tadi
agar tidak layak menjadi raja. Setelah beberapa bulan , para pejabat tadi heran, kok anak raja tadi tidak tergoda sama sekali,
tidak mengeluh sama sekali bahkan semakin tenang dan bercahaya wajahnya. Setelah ditanya perkara keheranan pejabat tadi,
anak raja tadi menjawab “karena saya adalah seorang calon raja, apakah layak saya kalah dengan hal-hal seperti itu?”. Ya,
inilah yang disebut dengan mindset/mental set. Walau keluarganya kalah dalam konspirasi, diatetap percaya diri sebagai
seorang pemimpin, karena sumber kepercayaan dirinya berasal dari mental setnya, bukan dari keberadaan keluarganya.
(Muhammad Al Ghazali)
Umar benar. Tapi belajar yang seperti apa? Sekolah kita memang berhasil menghasilkan manusia yang kompeten, tetapi
cenderung gagal menghasilkan pemimpin yang berkarakter. Apa sebabnya? Karena kerangka pengetahuan yang diajarkan
cenderung tidak membentuk bangunan pemikiran, keyakinan, kepribadian dan wawasan juga karena tidak lengkapnya skema
pengetahuandalam sekolah kita. Sekolah kita telah berhasil membekali hal-hal dasar dalam ilmu dan pembentukan
kompetensi. Tapi gagal dalam membentuk identitas diri, membekali wawasan global, merekayasa fisik, emosi , mental,
intelektual, spiritutual bahkan financialnya dan sekaligus gagal mengembangkan ketrampilan belajar alamiah yang
kebanyakan sekolah justru membatasinya (karena hegemoni sisitem).
Apa yang KAMMI berikan? Mencermati mantuba KAMMI, ada referensi2 berupa : model manusia muslim abad 21, anis
matta; 7 habits, Dr. Stephen Covey; membentuk karakter cara islam, anis matta; Madarijus salikin, ibnul Qoyyim;
kepribadian muslim dan kepribadian dai, Dr . Irwan Prayitno; memoar hasan Al banna, Hasan Albanna; membina Angkatan
Mujahid, Said hawa. Mencermati juga beberapa dauroh di KAMMI, ada materi-materi seperti : membentuk peta hidup (Life
mapping), biografi hasan al banna dan sayyid Qutb, Tafsir Muslim negarawan, kewirausahaan, kehumasan dan jurnalistik dll.
Kemudian mencermati pula orientasi kaderisasi KAMMI berupa Muslim Negarawan dan keberadaan sistem kontrol IJDK
dan penjenjangan. KAMMI menyuguhkan pemikiran pembentukan karakter yang efektif, orientasi yang efektif dan sistem
yang efektif dalam membentuk kadernya menjadi pemimpin di masa depan. Pertama, KAMMI merekayasa sistem
pemnikirannya, tata nilainya dan sistem keyakinannya, agar kader tadi siap membawa cita-cita yang besar. Kedua,
merekayasa visi, narasi dan citra idel dirinya dengan mengenalkan profil muslim sejati (AB1), Dai haroki (AB2), Mujahid
(AB3) dan sekaligus peran kebangsaannya berupa sosok Muslim Negarawan. Walau masih kuliah, citra idel kader KAMMI
adalah director of change “Muslim Negarawan”. Ketiga, KAMMI kemudian melakukan kontrol perjenjangnya dengan
memantau IJDK. Bagaimana ibadahnya? Bagaimana akhlaknya? Bagaimana kemampuan sosial politiknya? Bagaimana
akidahnya? Bagaimana kemampuan finansialnya? Dll. Keempat, sambil proses pembelajaran dilakukan, KAMMI juga
mengkaryakannya, mendukungnya dalam kegiatan politik kampus, akademik kampus, pers mahasiswa, demonstrasi,
mendukungnya menjadi trainer dan pembicara, mendukungnya dalam berwirausaha ataupun studi pasca sarjana dll. Kelima,
iklim pembelajaran yang dibangun adalah mandiri dan demokratis, dengan mempersilahkan kader menjadi dirinya sendiri
dalam mengembangkan dirinya dan talenta-talentanya. Yang hal ini justru memunculkan ketrampilan belajar alamiah yang
permanen.
Diharapkan setelah melewati tahapan pedidikan di KAMMI tadi, dihasilkan output karakter yang kuat dalam menghadapi
badai krisis yang dihadapi masyarakat kita ini. Walau bangsa kita ini rusak dalam segala bidang, terjajah dalam segala
bidang, dan menjelang gagal sebagai sebuah negara, muncul anak muda, dengan citradiri dan kesadaran yang kuat tetap
optimis dan penuh harapan dan cita-cita, yang terus berusaha berbuat untuk agama, bangsa dan negaranya sekecil apapun
dengan kepemimpinan, talenta dan kompetensinya, karena dia dalam setting mentalnya adalah seorang Muslim negarawan.
Seperti anak raja tadi.
Intelektual Organik
Kalau sebagai penterjemah sosialis, gramscy memiliki istilah intelektual organik, KAMMI memiliki istilah intelektual
profetik. Amin sudarsono dalam, membangun ijtihad gerakan, mengatakan bahwa makna yang paling dekat dengan
intelektual proftik adalah profil warasatul anbiya, pewaris nabi (prophet). Hanya Nabi-lah yang memiliki keadaan yaitu satu
sisi berada pada puncak keilmuan, sisi yang lain berada dalam puncak peran sosialnya. Setelah itu para pewarisnya, sahabat,
tabiin dan ulama-ulama yang mengikuti mereka, keadaan mereka sama.
Manhaj KAMMI mengajarkan hal ini, setelah kader dibentuk karakter dirinya, kemudian dibentuk pula secara beriringan
kesadaran sosialnya. Setelah soleh individu diharapkan memiliki kesalehan sosial. Setelah menang secara individu,
diharapkan menang secara publik. Maka di KAMMI setelah diajarkan materi konsep diri, diajarkan pula materi
problematika umat islam, problematika bangsa pasca reformasi, tantangan internal dan eksternal umat, tantangan ideologi
lain dll. Di KAMMI puladikenalkan teori perubahan sosial, tokoh-tokoh perubahan sosial umat islam, dan narasi dan
pemikiran perubahan mereka. KAMMI kemudian mengenalkan gerakan-gerakan perubahan sosial dalam islam, mengapa kita
harus bergabung dalam gerakan islam, aturan-aturan dalam gerakan islam tadi, ikatan yang menyatukan gerakan tadi dll.
Sehingga keberadaan kader KAMMI di kelompok masyarakat dan masyarakat secara umum, adalah dengan kesadaran kritis.
Mereka tahu ‘denyut’ masyarakat tersebut, masalahnya, ancamannya, potensinya, hambatannya, peluangnya dll. Yang
menjadikan mereka kemudian bergerak secara sadar berkontribusi berbasis nilai dan narasi yang sesuai dengan ideologi
islam, bahkan pada ranah-ranah, meminjam istilah wahyu sektiono, yang sepi dari publisitas.
Dan peran itu dinamis dalam banyak bentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Makanya kita menyaksikan tahun
1998-2008 KAMMI dikenal sebagai tukang demo, fokus pada issue-issue agama dan politik, dan banyak menghasilkan
kader-kader politik tapi saat ini 2009-2013, KAMMI mulai dikenal berbeda, wacana yang dimunculkan tidak melulu politik,
tetapi juga muncul ranah lain, seperti ekonomi, budaya, pendidikan dll. Gerakan pun lebih bersifat proaktif dari pada
reaksioner. Kader yang dihasilkan beragam, ada pengusaha, Trainer, penceramah, akademisi, dosen, penulis, wartawan dll.
Tapi kesemuanya mengarah kepada bagaiman mengubah masyarakat indonesia menjadi masyarakat indonesia yang islami,
sesuai dengan visi KAMMI.
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muahammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras,
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampun untuk mereka dan bermusyawarahlah pada mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertawakal (Ali Imron 159)
Saya mengamati, hal inilah yang memunculkan loyalitas yang natural beberapaorang terhadap KAMMI dan mungkin
sedikit pemimpin di KAMMI. Loyalitas kami muncul alami, bukan karena jabatan atau senioritas, tanpa ada paksaan atau
perasaan was-was, tapi karena pendekatan yang lemah lembut (demokratis dan dialogis) dalam menangani kadernya inilah
yang membuat kami bertahan. Bahkan beberapa kader KAMMI sebagian melakukan kesalahan, tetapi KAMMI tetap
menerima dan mengembangkannya setelah menegur ataupun menghukumnya tanpa menghakiminya dan membicarakan
kesalahannya. Kuncinya ada pada more knowledge & more social connection, yang menjadikan budaya demokratis dan
dialogis.
Mungkin hanya ini yang bisa saya tulis, saya tidak sedang menaikkan KAMMI ke langit yang tinggi, tapi inilah hasil
pengalaman saya yang saya rasakan dan hal yang saya dapatkan selama beberapa tahun di KAMMI. Memang tidak adil
kalau saya hanya menulis ini, makanya insya Allah, semoga Allah memampukan saya, untuk menulis tulisan berikutnya yang
berjudul, “Mengapa sebagian orang meragukan KAMMI ?”, sebagai otokritik KAMMI agar tidak terus-terusan hidup dalam
aku diri & aku idealnya, tetapi juga seimbang dalam aku sosialnya.
Wallahualam
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
PESERTA DAURAH MARHALAH II
PENGURUS DAERAH KAMMI BANTUL TAHUN 2016
Gambaran Umum
Daurah Marhalah 2 (DM 2) merupakan daurah yang berfungsi sebagai sarana seorang kader untuk menjadi AB 2
KAMMI. Yang bertujuan :
Tema
Grand tema : Ideologisasi dan Pola Gerakan
Tema DM2 : Integrasi harokatul tajnid & harokatul amal dalam pergerakan KAMMI
Peserta
Kuota peserta sebanyak 50 orang dengan komposisi 35 orang dari KAMMI Bantul, 15 orang dari KAMMI non Bantul.
Penambahan dan perubahan kuota akan diputuskan melalui syuro SC dan Perangkat DM 2.
Tempat
Rangkaian DM2 ini akan dilaksanakan pada tanggal 21-25 September 2016 di Bantul.
Waktu/Tahapan DM2
Tahapan DM2 adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sosialisasi
Tahap Sosialisasi dilakukan oleh Tim SC dan OC DM 2.
Sosialisasi akan dilakukan secara kontinyu melalui surat undangan, pesan singkat, jejaring sosial serta pengiriman e-mail
ke Pengurus Daerah KAMMI Se-Indonesia.
Sosialisasi diharapkan diteruskan melalui berbagai jaringan komunikasi dan media yang dimiliki oleh daerah masing-
masing yang memungkinkan setiap kader mengetahui informasi perkembangan DM2.
2. Tahap Pendaftaran.
Pendaftaran bisa dilakukan bila calon pendaftar sudah mendapat rekomendasi dari Pengurus Komisariat dan Pengurus
Daerah KAMMI masing-masing
Cara mendaftar dengan ketik SMS (DAFTAR_DM2_BANTUL_NAMA LENGKAP_JENIS KELAMIN_ASAL
KOMISARIAT_ASAL DAERAH_NO HP_EMAIL) kirim ke 089664213889 (DIAN)
Jadwal pendaftaran dari tanggal 18-31 Juli 2016.
3. Pengumpulan Berkas.
Kader yang sudah mendaftar DM2 Bantul harus melakukan aktivitas: (a) mengumpulkan berkas dan (b) melakukan
aktivitas persiapan. Berikut adalah penjelassannya:
Mengumpulkan Berkas
Biodata (Format terlampir)
Lembar Jawaban Tes Tulis. Tes tulis dikerjakan secara opened-book dan harus mencantumkan referensi. (Format
terlampir)
Foto berwarna ukuran 3×4 sebanyak 3 lembar.
Surat Rekomendasi mengikuti DM2 Bantul (Format terlampir):
1. Peserta dari DIY memakai surat rekomendasi dari Ketua Pengurus Komisariat.
2. Peserta dari luar DIY memakai surat rekomendasi dari Ketua Pengurus Daerah.
Surat Keterangan Lulus Sertifikasi AB1 dari Pengurus Komisariat atau Pengurus Daerah. Suratnya salah satu saja,
tergantung penyelenggara sertifikasi AB1. (Format terlampir)
Membuat MAKALAH
Format
Panjang makalah minimal 8 Font size 12. Font type Arial. Margin 4 4 3 3. Spasi 1,5. Alignment Justify.
Papersize A4.
Bagian makalah: Pendahuluan, Pembahasan, Kesimpulan.
Buku referensi minimal 5 buah dan dicantumkan di Daftar Pustaka. Sumber referensi lain dicantumkan sesuai
kaidah yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Makalah dijilid dan diberi cover plastik putih, berlogo KAMMI dan nama asal KAMMI Daerah.
Mencantumkan biografi penulis di halaman paling belakang.
Topik
Tema Besar Makalah yaitu “Peran KAMMI dalam pembangunan Daerah”
Dengan pilihan core topik sbb:
Tipe A Studi Kritis Pemikiran Tokoh Islam
Tipe B Studi Kritis Karakter Gerakan KAMMI (Harokatud Tjanid & Harokatul Amal)
Membuat RESENSI
Ketentuan: Font size 12. Font type Margin 4 4 3 3. Spasi 1,5. Alignment Justify. Papersize A4. Mencantumkan identitas
buku yang diresensi. Panjang resensi tidak ditentukan.
Peserta memilih salah satu dari buku-buku di bawah ini.
§ Api Sejarah-Ahmad Mansur Suryanegara
§ Gerakan Modern Islam-Deliar Noer
Softcopy berkas nomor (1) s.d (7) dikirimkan ke alamat: pdkammibantul@gmail.com. Dikirimkan dari tanggal 13 Agustus
2016
Print out berkas nomor (1) s.d (7) dimasukkan dalam stopmap plastik, diberi KETERANGAN nama dan asal Komisariat.
Berkas dibawa waktu melakukan tahap seleksi (wawancara makalah dan buku). Ketentuan warna stopmap plastik seperti
di bawah ini:
Akhwat : stopmap plastik berwarna merah.
Membayar biaya daurah sebesar Rp 225.000 kepada Bendahara Panitia DM2. Pembayaran bisa diangsur sampai dengan
Pra DM 2 #2 (maksimal pelunasan pembayaran tanggal 11 September 2016. Bagi calon peserta yang membayar melalui
transfer lewat rekening bisa ditransfer ke Bank BRI Nomor Rekening 7000-01-007216-53-4 atas nama Suliyana
Ahmad Majid . Jika sudah mentransfer uang pendaftaran wajib konfirmasi ke 0896-9108-4954 (nana). Diharapkan bagi
yang membayar lewat rekening, tidak dibayarkan dengan mengangsur.
Ketentuan Pendaftaran dan Pemberkasan untuk Peserta dari Luar Propinsi DIY:
Softcopy berkas dikirimkan ke alamat: pdkammibantul@gmail.com paling lambat 13 Agustus 2016. Print Out Berkas
DM2 peserta dikumpulkan pada waktu Registrasi Hari Pertama Pelaksanaan DM2.
4. Wawancara
Mekanisme Wawancara untuk Calon Peserta dari DIY:
Wawancara dilaksanakan pada Tanggal 14-21 Agustus 2016. Setiap harinya ada tiga termin waktu:
Pukul 08.00 – 10.00
Pukul 15.30 – 17.30
Pukul 19.30 – 21.00
Jadwal wawancara ditentukan perangkat DM2, akan diinfokan lewat blog https://kammidaerahbantul.wordpress.com.
Setiap peserta akan diberikan dua pilihan jadwal oleh panitia, yang harus dipilih salah satu. Setelah memilih jadwal,
silahkan konfirmasi ke 0859-5979-2169
Peserta yang tidak bisa pada dua jadwal yang diberikan oleh perangkat DM2, silahkan meminta tukar jadwal dengan
peserta lain, dengan menghubungi peserta tersebut secara langsung, jangan tanya ke perangkat DM2. Setelah mendapatkan
jadwal, konfirmasi ke 0859-5979-2169
Tempat wawancara diinfokan kemudian.
Mekanisme Wawancara untuk Calon Peserta dari Luar DIY:
Tim Seleksi Peserta ditunjuk oleh Kadept Kaderisasi KAMMI Daerah setempat (dengan syarat tim seleksi adalah
AB2/AB3) dengan mengontak perangkat dm2 bantul 0859-5979-2169.
Tim ini memberikan penilaian tes wawancara makalah dan resensi buku.
Form penilaian terlampir. Harap isi form dengan lengkap.
Lembar Penilaian dikirim ke email pdkammibantul@gmail.com maksimal 21 Agustus 2016.
Print Out Lembar Penilaian juga dilampirkan dalam berkas DM2 peserta yang dikumpulkan pada waktu registrasi hari
pertama pelaksanaan DM2.
5. Melakukan Aktivitas Persiapan
Semua peserta melakukan aktivitas persiapan sebagai berikut:
Ruhiyah
Sholat Berjamaah minimal 4x/hari
Tilawah 1 juz per hari
Menghafal juz 30
Sholat Malam minimal 4 kali per pekan
Dhuha minimal 5 kali per pekan
Shaum Sunnah minimal 1 kali per pekan
Al Ma’tsurat minimal 1 kali per hari
Jasadiyah
Olah raga minimal 15 menit per hari
Fikriyah
Tugas Membaca buku (wajib) :
2. Manhaj Haroki 1 dan 2.
3. Menuju Jama’atul Muslimin.
4. Ijtihad Membangun Basis Gerakan.
Tugas membaca buku (pilihan) :
Judul Buku Penulis
Pancasila Bukan untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam Adian Husaini
6.Tahap Seleksi
Tahap Seleksi dilakukan oleh Tim Seleksi DM 2
Tim Seleksi merupakan Kader AB 2 & AB 3 yang ditetapkan dan dikoordinir oleh Perangkat DM 2 KAMMI Daerah
Bantul.
Seleksi meliputi tiga kategori: Ruhiyah, Fikriyah, dan Jasadiyah.
Seleksi Fikriyah meliputi wawancara tentang penugasan yang dibuat (makalah) dan test kepahaman buku.
Ketentuan Seleksi untuk Peserta dari Luar Provinsi DIY:
Tim Seleksi Peserta ditunjuk oleh Kadept Kaderisasi KAMMI Daerah setempat (dengan syarat tim seleksi adalah
AB2/AB3) dengan memberitahui perangkat dm2 bantul terlebih dahulu. Tim ini memberikan penilaian tes wawancara
makalah dan penguasaan buku. Format penilaian uji buku terlampir. Lembar Penilaian dikirim ke
email pdkammibantul@gmail.com maksimal 21 Agustus 2016. Print Out Lembar Penilaian juga dilampirkan dalam
berkas DM2 peserta yang dikumpulkan pada waktu Registrasi Hari Pertama Pelaksanaan DM2.
7. Tahap Pengumuman
Pengumuman hasil tes seleksi atau wawancara akan diumumkan pada Tanggal 25 Agustus 2016 melalui media-media
yang digunakan untuk sosialisasi penyelenggaraan DM2 dan disampaikan melalui nomor kontak para calon peserta
DM2.
8. Tahap PRA DM2
Pra DM 2 akan dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu tanggal 4 dan 11 September 2016
Sifat dari Pra DM 2 ini adalah WAJIB untuk calon peserta dari Propinsi DIY.
Tata Tertib Pra-DM2
Peserta hadir di tempat 10 menit sebelum acara dimulai untuk registrasi dan pengkondisian.
Membawa alat tulis.
Perizinan keterlambatan hadir bisa menghubungi ke 089664213889
Setiap Pra DM2, peserta membawa Penugasan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan
Pra DM2 ke-1
Hari/Tanggal : Minggu, 4 September 2016
Tugas : Membuat esay tentang Karakter Gerakan KAMMI Harokatud Tajnid
9. Tahap Briefing
Hari/Tanggal : Minggu, 18 September 2016
Penguatan Dasar Memahami pengetahuan dasar untuk memperkuat – Team Building
Organisasi organisasi secara internal maupun eksternal
– Rekonstruksi dan Formulasi
Lain-lain
Keterangan lebih lanjut bisa diakses di
Blog : https://kammidaerahbantul.wordpress.com
Call Centre : 0859-5979-2169 (zaky)
Persyaratan DM 3
Syarat Administrasi Calon Peserta DM 3
a. Instruktur atau pemandu à Khusus YK dg dilampirkan surat rekomendasi dari KIW atau kaderisassi
KAMDA/KAMWIL (untuk Kamda lain tidak diharuskan)
b. Biodata dan foto 3x4 2 lembar (Biodata à terlampir)
c. Live Maping 10 tahun kedepan.
d. Berkas pendaftar DM3 dimasukkan dalam stop map warna merah dikirim ke Sekre KAMMWIL DIY paling lambat
tanggal 14 April 2013. (Untuk luar DIY dikirim Via e-mail ke kammidiy1@yahoo.com beserta makalahnya.)
e. Mengikuti 3 level tes (untuk luar DIY dilakukan di KAMDA/KAMWIL masing-masing):
1. Tes tertulis
2. Tes penguasaan buku
a. Buku Wajib:
@ Risalah Pergerakan 1
@ Risalah Pergeran 2
@ Pilar-pilar kebangkitan umat
@ Buku Tentang Dasar-dasar “Ilmu Hukum dan Ekonomi”
b. Buku pilihan:
@ Fiqh Tamkin
@ Siyasah syar’iyah
@ Fiqh Daulah
@ Al Ahkam As Sulthoniyah
@ Negara dan cita-cita politik
@ Meretas jalan kebangkitan Islam
@ Imajiner Community
@ Third Way-Anthony Hidden
c. Tes wawancara
Catatan : Mulai tanggal 1 sampai tanggal 19 April 2013, sekre KAMMWIL menyediakan perpustakaan untuk buku-buku
penugasan, silahkan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
f. Surat rekomendasi dari tokoh:
@ Akademisi à S3 (Dr)
@ Birokrat à Minimal Eselon 2
@ Politisi à Minimal Pimpinan Parpol, atau jajaran pimpinan DPRD Provinsi.
@ Agamawan àPimpinan Ormas keagamaan level provinsi
@ Entrepreneur à Minimal level Provinsi
@ Civil society à Minimal Level nasional
@ Budayawan yang karyanya sudah diakui pada level nasional
Catatan:
Format surat rekomendasi terlampir.
Setiap peserta hanya meminta 1 rekomendasi dari tujuh bidang tersebut
g. Makalah à bagi peserta DIY yang dinyatakan lulus oleh Tim Seleksi DM 3. Peserta membuat makalah tentang
“Roadmap Indonesia Ideal” à berdasarkan dari salah satu pendekatan berikut:
- Pendidikan
- Hankam
- Pangan
- Ekonomi
- Energi
- Ketatanegaraan
- Luar Negeri à Global.
h. Peserta diminta untuk membuat rancangan Indonesia Ideal berdasarkan salah satu pendekatan di atas. Makalah
di ketik, tidak ada batasan halaman.
i. Makalah di dukung dengan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan..
j. Peserta diharapkan membawa laptop à digunakan untuk work shop.
k. Selama DM 3 peserta diminta menggunakan pakaian sopan, tidak menggunakan jaket, kaos, dan sandal. Ikhwan
à kemeja. Akhwat à bebesa, memakai jilbab segiempat, tidak diperkenankan menggunakan jilbab langsung (jilbab
kaos).
l. Pengumuman kelulusan seleksi calon Peserta tanggal 23 April 2013.
m. Info lebih lanjut dapat diakses melalui Kaderisasi Kammi Wil. DIY (085228010131)
PETUNJUK PELAKSANAAN
Daurah Marhalah III KAMMI JAWA BARAT
“Refleksi Hari Kebangkitan Nasional: Merancang Indonesia Berdaulat, Maju dan Beradab”
19-24 Mei 2015
Gambaran Umum
1. Daurah Marhalah III KAMMI JAWA BARAT merupakan bagian dari upaya menerapkan Manhaj Kaderisasi KAMMI 1433 H.
2. Daurah ini akan dilaksanakan pada tanggal 19-24 Mei 2015 di Bandung Jawa Barat. Estimasi peserta sebanyak 60 peserta yang
terdiri dari utusasan daerah-daerah di JAWA BARAT dan luar provinsi JAWA BARAT. Penambahan jumlah peserta akan diputuskan
3. Calon Peserta diwajibkan memenuhi syarat peserta DM III sebagaimana tercantum dalam Manhaj KAMMI 1433 H
d. Mendapat rekomendasi dari PW KAMMI atau PD KAMMI yang tidak memiliki PW KAMMI.
e. Bersedia menjadi Pimpinan di PD KAMMI, PW KAMMI, dan Pimpinan atau PP KAMMI.
2. Sosialisasi akan dilakukan secara kontiniu melalui email, facebook, sms, dan media lain yang memungkinkan masifnya informasi
ke semua PW dan PD.
3. Sosialisasi diharapkan diteruskan melalui berbagai jaringan komunikasi dan media yang dimiliki oleh wilayah/daerah/komisariat
5. Pendaftaran melalui sms/wa ke no 0812-1465-9488 dengan format: Nama KAMDA/KAMWIL (spasi) Nama-nama calon peserta
6. Info terpusat pendaftaran DM3 KAMMI JAWA BARAT ke Siti Wulansari Rasidi 0812-1465-9488.
1. Tahap seleksi meliputi Tes Tulis, Tes Wawancara, dan Sidang Tugas Baca.
3. Tim Seleksi merupakan Kader AB III yang ditetapkan dan dikoordinir oleh Kaderisasi KAMMI Wilayah/daerah.
4. Tahap Seleksi adalah sebuah tahapan awal DM III dimana kader-kader yang telah memenuhi persyaratan calon peserta DM III
a. Enam Buku Wajib: Manhaj Ishlah (Abdurrahman Al Mursy Ramadhan), Fiqih Tamkin (Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi),
Siyasah Syar’iyyah (Ibnu Taimiyyah), Pilar-pilar Kebangkitan Umat (Abdul Hamid Al Ghazali), Fiqh Negara (Yusuf Qardhawi),
b. Tiga dari sepuluh Buku Pilihan: Al Ahkam As Sulthoniyah (Imam Al Mawardi), Negara dan Cita-cita Politik (Abu Ridho), Meretas
Jalan Kebangkitan Islam (Abdul Hamid Al Ghazali), Imagined Communities, Third-Way (Anthony Giddens), Rekayasa Masa Depan
Menuju Kemenangan Dakwah Islam (Cahyadi Takariawan), Agama dan Negara Perspektif Islam (M. Natsir), Buku tentang dasar-
7. Bahan Seleksi ditetapkan oleh Kaderisasi KAMMI JAWA BARAT dengan pengembangan dilakukan oleh Tim Seleksi tanpa
8. Tim Seleksi dapat menghubungi CP Kaderisasi KAMMI JAWA BARAT (Sahrul Mulia: 0813-2140-9630), untuk mendapatkan
berkas seleksi.
9. Tim Seleksi harus menetapkan dan menyerahkan nama utusan daerahnya selambat-lambatnya pada tanggal 13 Mei 2015
1. Kader yang telah ditetapkan menjadi utusan oleh Tim Seleksi Wilayah/Daerah diwajibkan melakukan pendaftaran ulang dengan
mengirimkan:
3) Surat Keterangan Aktif dalam kegiatan KAMMI atau pengkaryaan KAMMI
5) Surat Pernyataan bersedia menjadi Pimpinan di PD KAMMI, PW KAMMI, dan Pimpinan atau Pengurus Pusat KAMMI
c) Politisi (minimal Pimpinan Partai Politik atau Jajaran Pimpinan DPRD Kota/Kabupaten)
b. Makalah
1) Tema: “Refleksi Hari Kebangkitan Nasional: Merancang Indonesia Berdaulat, Maju dan Beradab”,
4) Mencantumkan minimal 5 buku referensi yang relevan dan mendukung pada makalah
2. Softfile Application form dan Makalah dikirim melalui email ke alamat: dm3jabar2015@gmail.com selambat-lambatnya pada
Pembayaran diterima mulai 15-19 Mei 2015, via transfer ke Rekening Bank BJB 000-577-832-8100 an. PW KAMMI Jawa Barat.
5. Utusan Daerah yang telah mendaftarkan diri terikat dengan tahap selanjutnya hingga selesai.
2. Kegiatan Pra DM III ditekankan pada pengayaan materi sebagaimana tercantum dalam Manhaj KAMMI 1433 H, yaitu:
1. DM III dilakukan selama 6 hari dengan rangkaian acara yang telah ditetapkan oleh Perangkat DM III.
2. Peserta wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dan mematuhi hak dan kewajiban sebagai peserta.
3. Sebagai syarat kelulusan, di hari terakhir satu angkatan wajib membuat sebuah buku yang merupakan bunga rampai tulisan
seluruh peserta DM III. Tema tulisan akan disepakati oleh dan dalam forum angkatan.
a. Print out Application Form dan Makalah, dimasukkan dalam map warna merah.
c. Membawa laptop/notebook.
5. Ketentuan Pakaian:
Laki-laki: Kemeja, Dasi, Celana, dan Sepatu Resmi
Pertemuan saya dengan KAMMI adalah pertemuan yang telah ditaqdirkan berbeda oleh Allah SWT, karena
mempunyai kekhasan tersendiri dari pada kader-kader KAMMI yang lain. Disaat kader lain
merasa terjebak dengan ajakan kakak tingkatnya, temen sekamarnya ataupun orang yang baru dikenalnya
(dan masih banyak lagi modus-modus perekrutan lainnya, ya memang seperti itu ciri khas mayoritas kader
masuk kedalam organisasi ini J).
Saya adalah orang yang sudah mempunyai bekal (tahu tentang KAMMI sebelumnya), kerena dulu sewaktu
SMA pernah berinteraksi dengan kader KAMMI Daerah Cirebon dan secara emosional sudah terbina
keakrabannya. Dan ketika menjadi mahasiswa baru saya bertemu kembali dengan kader KAMMI di
POLBAN ini, dan langsung dilibatkan dengan agenda-agenda kemasyarakatannya. Semua alur dan proses ini
lah yang melatarbelakangi saya untuk secara individu mencari tahu tentang KAMMI lebih jauh lagi. Hampir
setiap hari, waktu – waktu menjenuhkan menjadi seorang mahasiswa baru (karena kesepian dan belum
mempunyai teman baru), tiba-tiba saja muncul seorang kakak KAMMI yang senantiasa mememberi perhatian
lebih, sehingga timbul kenyamanan dan chemistry lebih dengan kader KAMMI. Itu lah awal ketertarikan dan
keterikatan saya dengan KAMMI. Walaupun belum aktif di kampus namun saya sering di ajak dalam agenda
– agenda kemasyarakatan, seperti kegiatan ramadhan, ngajar ngaji dll.
Tidak lama kemudian saya pun diikutsertakan dalam sebuah dauroh (Dauroh Marhalah 1), pintu gerbang
untuk masuk menjadi kader KAMMI, bertempat di Banjaran sekitar bulan September 2010. Saya adalah salah
satu kader tertua di 2010 (masuk awal-awal maksudnya), temen saya lainnya adalah akh Risyad Nurdiana dan
Susanto Firdauz. Materi yang disuguhkan luar biasa (masih belum ngeh awal-awal mah), berbicara
tentang makna syahadatain (memang apa yang salah dengan syahadat saya? Masih bingung dengan materi
pengantar tersebut yang pada waktu itu malam hari sekitar pukul 21.00 wib jauh dari suasana kota), materi-
materi berikutnya berbicara tentang islam, tentang pemuda dan tentang KAMMI itu sendiri sebagai pemuda
perubahan yang menjadi harapan dengan tawaran solusi atas berbagai problem yang terjadi di masyarakat.
Ada 2 kegiatan yang membuat saya berkesan dalam dauroh ini, yang pertama adalah FGD (Forum Group
Discussion). Saya akui bahwa peserta yang lain pemahaman terhadap islamnya jauh lebih baik dari pada saya.
Hampir setiap sesuatu yang mereka katakan tentang permasalahan umat islam dan solusinya membuat saya
terpanah, saya hanya bisa menonton dan mendengarkan. Dan hanya bisa berucap dalam hati sangat LUAR
BIASA!!! Orang-orang ini. Memang yang saya tahu mereka berasal dari berbagai kampus se-Bandung Raya
(ITB, UIN, UNPAD, UNISBA, IT Telkom, UPI dll), angkatan mereka pun beragam dari mulai angkatan
2007 sampai 2010. Angkatan 2007 diantaranya yang sekarang aktif di Kamda Bandung sebagai Kadep Kastra
Akh Kiki (ternyata satu angkatan DM 1 nya dengan sayaJ haha).
Pengalaman berkesan kedua, pada waktu malam hari sekitar pukul 03.00 semua peserta di kumpulkan, kami
diberi muhasabah. Sayapun meneteskan air mata untuk kesekian kali nya (pertanda hati ini masih sensitif
dengan ajakan kebaikan dan atas semua khilaf yang dilakukan selama ini). Paginya langsung ada
kegiatan post to post, dari mulai post hafalan surat ash-shoff, post ukhuwah dan post jihad. Awalnya sih saya
heran dengan kata – kata panitia yang menceritakan tentang saudara-saudara kita di palestina yang sedang
terdzolimi oleh para yahudi, dan mengajak kepada kita untuk berjihad dengan harta, jiwa dan raga. Segala
harta yang dipunya yang sekarang dibawa agar di infaqan untuk kepentingan umat (dalam hati saya berfikir
bagaimana saya bisa pulang kalau ongkos yang ada semuanya di infaqan, HP ini pun titipan orang tua L).
Tekad dan komitmen untuk berubah melunturkan kegalauan ini. “Hai orang-orang mukmin, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” Q.S. Muhammad :
7. Kegiatan ini tidak sampai disini saja, kami dikumpulkan disebuah area lapang. Berikutnya kamipun di
tanya-tanya oleh panitia tentang tujuan kami datang kesini?? Beragam jawaban dari peserta dauroh, ada yang
ingin bergabung dengan Organisasi KAMMI, mencari ridho Allah, berdakwah, mencari pengalaman dan
teman baru dan masih banyak lagi tujuan-tujuan lainnya. Lama sekali kami ditanya-tanya sampai akhirnya
kami diberi tahukan bahwa kita datang kesini tidak lain adalah untuk Jihad Fisabilillah (berjuang di jalan
Allah Swt), dengan modal 2 yaitu IMAN dan UKHUWAH.. Subhanallah…
Terakhir yang membuat saya merinding dan senantiasa meneteskan air mata adalah ketika dikumandangkan
sebuah IKRAR JIHAD, yang mana setiap pohon, batu, ranting, tanah dan alam ini menyaksikan janji setia
kita terhadap Allah SWT, “jika hanya ada satu orang yang berjihad dijalan Allah maka itu adalah aku, dan
jika sudah tidak ada lagi orang yang berjihad dijalan Allah maka saksikanlah bahwa Aku telah syahid”.
Itulah moment-moment dauroh yang luar biasa dasyat, yang sampai saat ini terinternalisasi dalam setiap
aktivitas agar senantiasa meluruskan niat karena Allah dan mengajak lebih banyak lagi orang-orang untuk
menikmati indahnya iman dan islam. Insya Allah!!
Seusai dauroh saya pun kembali beraktivitas seperti biasa layaknya mahasiswa lainnya. Di KAMMI sendiri
sering diajak-ajak untuk ikut berbagai agenda seperti MK 1 bersama akh Rusda (masih ingat MK pertama di
Darut tauhid), Dauroh Qur’an, Rihlah ke CIC dan masih banyak lagi (hampir lupa), karna sejujurnya untuk 3
bulan pertama (masa-masa magang di kastra) saya tidak begitu aktif dan kontributif di KAMMI. Lebih
menyibukan di agenda-agenda dalam kampus seolah ingin lari dari KAMMI karena tidak begitu nyaman.
Entah apa alasannya.
Kembali ke KAMMI
Setiap orang pasti mempunyai masa kejenuhan terhadap aktivitasnya, begitupun dengan saya yang saat itu
sedang mencari jati diri. Saat itu masih ingat dengan sosok seseorang yang begitu mengagumkan bagi saya,
beliau adalah tipe orang pekerja keras dan penuh totalitas dalam bekerja, dialah saudaraku tercinta Akh Ferry
Aldina, semoga Allah senantiasa merahmati setiap langkahnya. Beliaulah yang mengajak saya dalam agenda-
agenda kemasyarakatannya, sering di ajak-ajak untuk mengajar ngaji (sampai akhirnya saya dapat amanah
untuk menjadi pj ngajar ngaji di masjid attaufik), saat itu memang masih sedikit orang yang mengajar,
sehingga hampir setiap hari saya berada disana. Yang menariknya semakin lelah dan cape saya bekerja di
KAMMI makin kuat rasa cinta terhadapnya, aku terpikat dengan pesonamu, itulah sebabnya mengapa AKU
MENCINTAI KAMMI.
Begitu banyak pelajaran yang diambil dari sebuah perjalanan hidupku bersama KAMMI, sampai akhirnya
saya memutuskan untuk terjun sebagai kader PENGMASY, bergelut di masyarakat sebagai seorang yang
punya cita-cita dalam mewujudkan masyarakat islami dan membangun generasi pemuda (khususnya anak-
anak) agar memiliki akhlaqul karimah.
Perjalanan di Pengmasy
Pengamasy bagi saya adalah rumah kedua setelah berlelah-lelah dalam aktivitas di kampus, tempat yang
dapat menghibur dikala hati ini merasa sendirian. Hampir tiap 2-3 kali syuro pengmasy dilaksanakan tiap
minggunya. Bagi orang lain memang menyita waktu, ditambah lagi apabila ada persiapan menjelang sebuah
kegiatan di masyarakat, sore hari dipakai syuro, malem nya dipakai silaturrahmi dan menyebar surat ke ketua
RT/RW. Subhanallah serasa orang sibuk yaa.. J
Agenda besar yang tidak pernah lupa bagi saya adalah agenda gebyar ramadhan, KAMMI ber-Qurban,
Baksos desa Ciwaruga dan Ngajar ngaji.
Ada satu pelajaran penting tentang arti sebuah tekad dan cita-cita yang tercermin pada agenda Qurban 1432H.
Pada agenda ini, anak pengmasy punya cita-cita berqurban satu ekor sapi dengan cara mengumpulkan dana
dari mahasiswa ditiap jurusan. Dari mulai menggalang infaq qurban, sebar kupon, presentasi dan lain-lain.
Subahanallah, dana yang tadinya 0 rupiah namun akhirnya bisa mengumpulkan dana untuk berqurban 1 sapi
dan 2 kambing. Allahu Akbar..!! keberhasilan itu tidak terlepas dari seorang figur ketua departemennya yakni
Akh Ferry Aldina. Partner lainya seperti Fajar, Faiz, Mufi, Mery dan Teh Iis dan kader KAMMI lainnya.
Agenda pengmasy adalah agenda yang tidak pernah terlupakan, karna susah senangnya kami pernah
merasakan bersama.
Pada agenda Musyawarah Kerja Komisariat ke X part 2, secara resmi Akh Ilham mengundurkan diri sebagai
sekum, karena amanah diluar yang tidak bisa ditinggalkan. Banyak hal yang di evaluasi dari kegiatan
MUSYKER ini, seperti kinerja kader, target setiap program kerja dan penambahan job rekruitmen di
masing-masing himpunan. Yang paling terpenting dari peristiwa ini adalah mengingatkan kepada setiap
kader akan pentingnya visi dan cita-cita komisariat yang tercantum dalam sebuah amanah PKK (panduan
kerja komisariat). Kurang dari satu minggu lamanya, Ketua Umum KAMMI POLBAN Akh Fikri Al-Abqori
menunjuk saya sebagai sekretaris umum yang baru. Mulai lah ada suatu perbincangan serius antara kami
berdua membahas tentang keinginan dan kinerja seorang ketum terhadap sekum dan wilayah pembagiannya.
Saya paham adanya “amanah baru bukan berarti perpindahan posisi kerja, ini adalah bagian penambahan
kerja bagi saya”. Karena sebenarnya hati ini tetap milik pengmasy (bukan arogansi, tapi kepedulian terhadap
almamater J). Sebagai sekum yang baru, yang pertama kali saya kerjakan adalah membuat administrasi
komisariat agar tertata rapih, mengurus syuro penguin dan berkunjung ke syuro tiap departemen. Mudah –
mudahan akh fikri puas dengan kinerja saya sebagai seorang sekum sampai akhir kepengurusannya. aamiin
KAMMI sendiri tidak terlepas dari sebuah istilah pengkaderan, sampai akhirnya saya dituntut untuk
mengikuti daurah marhalah 2 dimana kapasitas dan intelektualitas harus di upgrade sedemikian rupa agar
memenuhi syarat Index Jati Diri Kader (IJDK KAMMI). Saya mengikuti DM2 Bandung, tepatnya di Kampus
UNISBA, sekitar akhir bulan April.
Disana kami bertemu dengan orang-orang luar biasa, selama kurang lebih lima hari acara ini berlangsung,
dihadirkan dengan pemateri-pemateri baik yang sefikroh maupun yang bertolak belakang, kadang membuat
kita sebagai peserta emosi dengan statment-statment yang dilontarkan oleh mereka, dan itulah realita yang
harus ditanggapi secara dewasa. Bedah makalah dan FGD adalah agenda ruti tiap malamnya, kita dituntut
untuk berfikir terus menerus walau raga ini sudah tersa lelah ingin segera beristirahat. Materi yang
disampaikan tidak bisa ditulis sembarangan disini (takutnya ada kader Ab1 yang baca..hehe biar surprize
AB2nya yaa,,, J). Dan itulah pengalaman yang sekali lagi menggugah hati dari rasa apatis terhadap kondisi
dan realita umat muslim yang ada.
Sebagai kader AB2, kita dituntut untuk menjadi seorang pelopor dan prajurit yang senantiasa berfikir dalam
membangun masyarakat sekitar, khususnya masyarakat kampus.
Kini makin terbuka lebar pemahaman saya tentang KAMMI, mengapa harus di KAMMI, mengapa Bergerak
di KAMMI dan mengapa tidak bisa terlepas dari KAMMI.
Syukron Jazakillah…
Setiap organisasi mahasiswa yang ada di seluruh Perguruan Tinggi (baca: Kampus) tentunya telah menanti-nanti
kedatangan mereka. Tidak sedikit kita lihat akan bergantungan spanduk-spanduk mengucapkan, “Selamat datang
teman-teman Mahasiswa-Mahasiswi Baru.” Hestagnya (#) pun akan bermacam-macam, mulai dari;
“#mariberorganisasi” tanpa terkecuali organisasi kita (baca: HMI) dan bla...bla... Brosur-brosurpun akan beredar di
Media Sosial Online lengkap dengan jargon dan slogan organisasinya masing-masing. Menampilkan tokohnya
masing-masing, mulai dari tokoh politisi di Pusat hingga Daerah, pengusaha hingga akademisi. Jarang sekali
menampilkan alumninya yang “miskin” dan tinggal dipedesaan. Mungkin ini strategi pemasaran (promosi),
ya...wajar-wajar saja seperti itu. Namanya juga menarik hati dan minatnya mahasiswa.
Seluruhnya itu mempunya tujuan yang baik, untuk mengajak mahasiswa-mahasiswa baru agar berorganisasi. Akan
tetapi, untuk saat ini sangat susah menarik minat mahasiswa agar mau berorganisasi. Masalah ini saya pikir bukan
hanya dialami satu organisasi mahasiswa saja, tapi sudah semua organisasi mahasiswa. Dengan sistem perkuliahan
saat ini menjadi hambatan berat bagi setiap organisasi, apalagi organisasi yang sifatnya murni perkaderan. Selain
itu, ditambah lagi dengan banyak mahasiswa-mahasiswa yang apatis dan hedonistik. Dan ditambah lagi citra
organisasi mahasiswa hari ini sangat burut di mata masyarakat atau mahasiswa-mahasiswa baru. Itu semua
menjadi tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh setiap pengurus organisasi mahasiswa tertentu.
Pada kesempatan kali ini, kita coba membicarakan hal ini. Tidak nikmat rasanya berorganisasi kalau tidak ada
tantangan dan hambatan. Jikalau kita pernah mempelajari materi Analisis SWOT, biasa dijelaskan bagaimana
hambatan dan tantangan itu menjadi peluang. Artinya, kita harus bisa menemukan suatu metode atau bahasa
sederhananya menemukan polanya agar hambatan dan tantangan itu menjadi peluang. Bagaimanapun tantangan
dan hambatannya dalam merekrut mahasiswa agar masuk ke organisasi kita pasti ada jalan keluarnya. Dalam
tulisan ini saya fokuskan pada HMI, tapi tidak menutup kemungkinan juga dapat dipakai oleh teman-teman yang
berlainan organisasi dengan saya.
HMI yang berfungsi sebagai organisasi kader, harus dapat terus merekrut mahasiswa Muslim agar ada proses
regenerasi. HMI sebagai organisasi yang dinamis harus pula mempunyai metode atau pola yang dinamis pula.
Artinya merekrut mahasiswa Muslim dengan berbagai cara, dengan catatan tanpa harus menjelekkan organisasi-
organisasi mahasiswa yang lain. Tentunya begitu juga denga organisasi-organisasi mahasiswa lainnya. Tidak etis
rasanya sesama organisasi mahasiswa saling memburukkan. Berikan kemerdekaan kepada mahasiswa baru untuk
memilih organisasi mana yang harus dipilihnya. Dan mahasiswa baru pun atau mahasiswa yang belum bergabung
dengan organisasi mahasiswa harus ikut (bagi saja wajib) dalam suatu organisasi. Dapatlah kiranya kita menutup
telinga ketika ada orang yang mengatakan bahwa, “Organisasi itu tidak penting. Buat lama kuliah dan nilai jelek.”
Pernyataan itu mungkin subjektif sifatnya. Karena mengenai statemennya itu tergantung kepada pribadi mahasiswa
yang berorganisasi. Toh...di dalam QS. Al-Hujarat: 13, Allah Swt. Menciptakan kita dalam suatu keadaan
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Intinya Tuhan sendiri pun, menyuruh agar berorganisasi. Mengapa masih ada
yang melanggarnya atau mempengaruhi agar tidak berorganisasi? Itukan artinya melawan Tuhan. Bukankah
makhluk yang melawan Tuhan itu namanya Iblis? Jika ada dosen yang melarangnya, berarti itu Iblis atau Setan
yang berbentuk manusia, yang mengajarkan supaya kita individualistik. Jika orangtua yang melarangnya
bagaimana? Ya...tafsirkan sindiri.
Baik, kita masuk pada pembicaraan yang mungkin cukup serius. Judul tulisan ini, Pola Rekrutmen Kader atau sering
disingkat PRK . Suatu judul yang menjadi materi wajib dalam Up-Grading di tingkat HMI Komisariat. Di kalau di HMI
Cabang Medan ini menjadi materi wajib yang harus dipahami oleh setiap kader-kader HMI, terkhususnya Pengurus
HMI Komisariat. Saya tidak tahu di Luar HMI Cabang Medan, apakah materi “Pola Rekrutmen Kader” ini ada
dijelaskan pada Pengurus Komisariat, baik itu disampaikan oleh Pengurus HMI Cabang, Senioren maupun Alumni
HMI yang biasa membawa materi PRK ini.
Dalam pembahasan ini juga, tidak ada aturan baku atau silabus apa-apa saja yang dibahas dalam PRK ini. Artinya,
materi PRK ini diberikan kebebasan-kreatif untuk menjelaskannya sesuai dengan kondisi yang dialami oleh suatu
Komisariat. Karena Komisariat adalah ujung tanduk perekrutan, maka mereka yang lebih mengetahui kondisi
psikolis arena perekrutan mereka. Misalnya, HMI Komisariat UISU tentunya arena rekrutmen mereka adalah
kampus UISU (selain FE, FS dan FP UISI) dan objek rekrutmennya adalah mahasiswa-mahasiswi Muslim UISU.
Maka untuk itu, biasanya yang membawa materi PRK ini adalah senioren yang masih berada dilingkungan UISU dan
masih merasakan bagaimana dinamika kemahasiswaan di UISU.
Dalam materi PRK ini juga ada pola-pola khusus yang digunakan untuk tempat tertentu dan ada juga pola-pola
umum yang dapat diterapkan disetiap kampus atau fakultas yang ada HMI-nya. Jika HMI secara mayoritas masih
diniminati banyak mahasiswa di suatu kampus atau fakultas maka pola-pola khusus itu kurang diperlukan. Mungkin
teori-teori umumnya saja yang masih dibutuhkan. Akan tetapi, jika HMI kurang diminati di suatu kampus atau
fakultasnya Pengurus HMI Komisariat, dia harus menyusun pola-pola khusus dalam hal pendekatan agar dapat dan
berminat masuk HMI.
Dalam forum-forum Up-Grading, baik Up-grading formal maupun informal saya sering menjelaskan hal demikian
kepada Pengurus Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan, terkhususnya di Komisariat saya, HMI Komisariat
UISU yang berdiri sejak tahun 1952, seumuran dengan HMI Cabang Medan. Ketika saya mengikuti Training LK II di
HMI Cabang Bandung tahun 2015, saya juga menjelaskan demikian dalam berbagai kesempatan. Dan yang terakhir
ini, saya sampaikan di HMI Komisariat Ahmad Yani Cimahi, Jawa Barat dan Komisariat STT Tekstil Bandung.
Sewaktu saya menjadi Pimpinan Komisariat UISU periode 2014-2015, berdasarkan banyak pemahaman teori dari
senioren dan alumni ditambah pengalaman mengorganisir, saya menerapkan pola rekrutmen ini. Alhamdulillah,
hasilnya sungguh luar biasa. Mungkin ini sejarah yang tak bisa saya lupakan ketika berkomisariat.
Jika kita baca Pola Perkaderan HMI yang ada dalam Hasil-Hasil Kongres HMI XXIX di Pekanbaru, di sana disebutkan
atau dituliskan Skema Perkaderan. Dalam Skema Perkaderan kita temukan ada dijelaskan Pra-Rekrutmen Kader.
Maksudnya, dijalaskan bahwa adanya “Pengenalan” HMI di sekolah-sekolah SMA atau sederajat dan di Masyarakat
dengan banyak melakukan kegiatan-kegiatan HMI yang melibatkan mereka atau agar mereka tahu HMI. Hal itu
menurut saya sangat penting untuk dipahami dan diaplikasikan oleh setiap kader-kader HMI. Akan tetapi, pada
pembahasan kita kali ini bukan pada Pra-Rekturmen di sekolah-sekolah. Akan tetapi, dalam posisi bahwa siswa-
siswa tersebut telah masuk ke dalam arena kita. Untuk pola ini saya bagi menjadi dua pola rekrutmen, yaitu
dengan pola rekrutmen yang sifatnya umum dan sifatnya khusus. Sebagaimana yang saya jelaskan di atas tadi.
Pola rekrutmen secara umum ini dapat dilakukan oleh setiap Pengurus HMI Komisariat se-Indonesia. Cara
menjalankan pola ini dengan cara menghimpun dan membaca peta rekrutmen, mulai dari segi teritorialnya hingga
objek rekrutmennya (mahasiswa Muslim). Pola rekrutmen secara umum ini sifatnya secara keorganisasian, bukan
secara individu-individu. Maksudnya, Pengurus HMI Komisariat mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan
setiap mahasiswa. Mulai dari kegiatan yang sifatnya formal hingga non-formal. Kegiatan yang sifatnya ilmiah
hingga semi hedonistik yang di dalam kegiatan tersebut dimasukkan misi-misi pengajakan.
Selain mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya besar, dapat juga dilakukan dengan mendesain lingkungan
kampus atau fakultas. Baik desain secara simbolik hingga filosofis. Misalnya membuat taman baca, kegiatan Rujak
Party, acara makan-makan, kegiatan Camping, menyebarkan selebaran-selebaran ajakan berorganisasi atau
selebaran-selebaran yang isinya memberikan pencerahan (edukatif). Mensosialisasikan kegiatan-kegiatan HMI
Komisariat baik dalam media cetak ataupun menggunakan media-media online. Menjalin kerja sama dalam bidang
keilmuan dengan berbagai pihak tanpa ada ikatan atau intervensi yang merugikan HMI.
Mengajak mahasiswa-mahasiswa dalam kegiatan bakti sosial, misalnya mengumpulkan bantuan pada masyarakat
yang tertimpa musibah. Saya melihat kegiatan seperti ini dapat menimbulkan minat mereka berorganisasi.
Sebagian adik-adik di HMI Cabang Medan, seperti di UISU bergabung dengan HMI karena kegiatan-kegiatan seperti
ini. Tidak ada paksaan atau ajakan, tapi karena dia merasakan sendiri kegiatan yang bermanfaat, maka dia pun
tertarik masuk HMI. Mungkin organisasi mahasiswa lain juga sering melakukan ini.
Selanjutnya, secara keorganisasian mengadakan tentoren-tentoren atau denga kata lain membedah soal-soal ujian.
Biasanya mahasiswa-mahasiswa junior, seperti mahasiswa-masiswa semester satu sampai semester lima sangat
tertarik dengan kegiatan seperti ini karena dapat membantu nilai-nilai mereka. Atau membuat pembahasan mata
kuliah yang diujikan saat ujian semester dengan narasumbernya dosen-dosen yang bersangkutan. Hal ini, selain
menguntungkan bagi calon-calon kader, bermanfaat juga bagi Pengurus-pengurus Komisariat.
Mungkin masih banyak lagi pola rekrutmen secara umum yang dapat dilakukan oleh setiap Pengurusn secara
aktivitas organisasi. Artinya, perlu kekreatifan dalam membaca situasi-situasi yang ada di arena perekrutannya.
Seperti kata Sang Ahli Strategi dari Cina, Tsun Zu, “Siapa yang dapat membaca atau menguasai arena perang
maka dia akan dapat memenangkan peperangan.” Perlu diingat perang yang kita maksudkan bukan perang seperti
yang dimaksudkan Sang Ahli Strategi dari Cina tersebut. Tapi di sini kita berperang untuk menghancurkan
ketidakmaun mereka berorganisasi, mengajak mereka kepada organisasi kita, agar dapat menjadi mahasiswa-
mahasiswa yang berkualitas. Tapi, perlu juga kita bina diri kita agar berkualitas, setidaknya secara sikap dan
intelektual kita (kader HMI) di atas rata-rata.
Maksud daripada pola rekrutmen secara khusus ini adalah di luar daripada kegiatan-kegiatan secara organisasional.
Pola rekrutmen secara khusus ini difokuskan kepada pribadi-pribadi seorang kader. Segala potensi dan kondisi
harus dimanfaatkan untuk kepentingan rekrutmen mahasiswa Muslim.
Pola rekrutmen secara khusus ini dapat dilakukan dengan berbagai cara pendekatan. Seperti pendekatan secara
kesukuan. Maksud daripada pendekatan kesukuan ini dimana kader-kader HMI mendekati seorang mahasiswa
Muslim (selanjutnya kita sebut calon kader) karena suku yang sama. HMI memang bukan organisasi primordial,
akan tetapi jika tujuannya untuk perekrutan tidak ada masalahnya karena pola ini tidak menciderai nilai-nilai
universal di HMI. Pendekatan ini sangat efektif, karena mayoritas mahasiswa yang kuliah terdiri dari berbagai suku.
Berbagai suku ini merupakan ciri khas daripada keadaan bangsa Indonesia.
Selain pendekatan kesukuan, penting juga pendekatan secara teritorial. Maksudnya pendekatan berdasarkan
kesamaan tempat, baik itu satu sekolah, satu fakultas, satu jurusan di kampus dan satu kampung. Pendekatan ini
menurut saya penting, yang alasannya tidak jauh berbeda dengan pendekatan secara kesukuan. Jika kita pernah
satu sekolah dengan calon kader, maka hubungan emosional ini akan lebih mudah terhubung, apalagi jika kita satu
daerah (kampung) dengan calon kader. Kita tidak membutuhkan waktu lama untuk mengerti atau mengenalinya.
Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan secara intelektual. Maksudnya adalah mendekati calon kader karena
satu pandangan dalam dunia keilmuan atau minat belajarnya tinggi seperti kita. Pendekatan ini tidak berdasarkan
suku atau juga karena satu daerah. Pendekatan ini karena ada kepentingan bersama yang tujuannya sangat baik
dalam peningkatan kualitas keilmuan. Tidak jarang calon kader mengatakan bahwa keinginan mereka berorganisasi
karena ingin menambah wawasan dan tertarik melihat kader-kader organisasi yang berwawasan luas atau kader-
kader yang berprestasi dalam dunia keilmuan (akademik) yang bukan secara normatif.
Kemudian dapat juga lewat pendekatan pertemanan, kesamaan hobi yang positif dan persahabatan lintas daerah
atau suku. Terbuktinya bahwa lewat pertemanan yang sudah dekat dapat mengajak calon kader untuk masuk HMI.
Maksudnya, pertemanan atau persahabatan ini tidak dilakukan semata-mata untuk kepentingan rekrutmen, akan
tetapi karena memang telah nyaman berteman, saling peduli dan saling memotivasi untuk kemajuan.
Pastinya masih banyak lagi pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara khusus (person to person). Banyak cara
untuk mendekati atau mengajak calon kader supaya ber-HMI dengan cara-cara yang bernilai positif. Di Himpunan
ini kita punya slogan “Di HMI Kita Berteman Lebih Dari Saudara” yang sering kita suarakan.
Ditengah-tengah susah untuk melakukan rekrutmen kader saat ini, karena berbagai faktor dan kendala, kita
sebagai kader-kader HMI harus mempunyai skil yang kreatif untuk mengajak mereka berorganisasi. Cara kita harus
dinamis dalam melukan rekrutmen kader. Kita harus bisa memahami kondisi dilapangan dan kemudian menyusun
langkah-langkah strategis yang harus diperbuat. Sistem-sistem kampus yang memenjarakan saat ini agar
mahasiswa tidak sempat berorganisasi dan memperhatikan keadaan sosial tidak dapat kita lawan dengan cepat,
harus ada cara-cara yang massif untuk meruntuhkannya. Dan konflik internal kita harus dihindari karena ia dapat
menguras pikiran dan tenaga, lebih-lebih dapat membuat perpecahan. Kesamaan visi dan menjaga nilai-nilai
organisasi (HMI) harus lebih ditingkatkan. Kembali saya tekankan kepada kita semua, Himpunan kita ini berfungsi
sebagai organisasi kader dan jantungnya adalah perkaderan (pra dan pasca). Artinya, HMI akan terus berlangsung
hidup jika jantungnya HMI terus kita jaga dan rawat bersama.[]