A. Hasil Penelitian
Januari 1946 terbentuk di Jakarta. Menteri Agama yang pertama yaitu Bapak H. Rasjidi, BA
(berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor 1/SD Tahun 1946) dan baru aktif pada tanggal 12 Maret
1946. Kementerian Agama untuk wilayah Sumatera, yang Provinsi Aceh termasuk salah satu di
dalamnya, dibentuk beberapa bulan setelah Republik Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Jumat
17 Agustus 1945. Lima bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Departemen Agama didirikan pada
tanggal 3 Januari 1946 yang berpusat di Jakarta. Bersama Menterinya yang pertama H. Rasjidi, BA
(berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor 1/SD Tahun 1946) dan baru aktif pada tanggal 12 Maret
1946. Aktif setelah dicapainya konsensus dalam Rapat Bidang Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP)
tanggal 25 sampai 27 November 1946 bertempat di Fakultas Kedokteran Salemba Jakarta.
Adapun maksud didirikan Kementerian Agama adalah untuk memenuhi maksud pasal 29 UUD
1946 (pernyataan Menteri Agama I dalam Konferensi Dinas Djawatan Agama tanggal 17 Maret 1946 di
Madura). Seiring dengan waktu, organisasi Kementerian Agama mengembangkan strukturnya sampai ke
setiap provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Pada saat berdirinya Kementerian Agama pada tahun
1946, Sumatera masih merupakan satu Provinsi dengan Gubernurnya Mr. Teuku Moch. Hasan yang
berasal dari Aceh. Djawatan Agama Sumatera oleh pemerintah dipercayakan kepada H. Muchtar Yahya,
kedudukannya masih berada di bawah Gubernur. Struktur Pemerintah Daerah Aceh dijadikan Daerah
Istimewa Aceh berkedudukan di Koetaradja (Banda Aceh) pada tahun 1956. Pemimpin Djawatan Agama
Daerah Istimewa Aceh ditunjuk Tengku Wahab Seulimeum.
Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1971 tentang Struktur Organisasi, Tugas, Wewenang
dan Tata Kerja Instansi Kementerian Agama Daerah, jika sebelumnva sebagai koordinator ditunjuk
Kepala Djawatan Urusan Agama sebagai Pimpinan Perwakilan Departemen Agama, maka sejak itu istilah
Kepala Djawatan diganti dengan Kepala Perwakilan sebagai Pimpinan Perwakilan Departemen Agama
Provinsi. Untuk lebih menangani dalam bidang agama Pemerintah sesuai dengan Undang undang dan
regulasi pemerintah maka didirikanlah lembaga kementerian Agama Republik Indonesia. Adapun
maksud didirikan Kementerian Agama adalah untuk memenuhi maksud pasal 29 UUD 1946 (pernyataan
Menteri Agama I dalam Konferensi Dinas Djawatan Agama tanggal 17 Maret 1946 di Madura). Seiring
dengan waktu, organisasi Kementerian Agama mengembangkan strukturnya sampai ke setiap provinsi
yang ada di seluruh Indonesia. Pada saat berdirinya Kementerian Agama pada tahun 1946, Sumatera
masih merupakan satu Provinsi dengan Gubernurnya Mr. Teuku Moch. Hasan yang berasal dari Aceh.
Djawatan Agama Sumatera oleh pemerintah dipercayakan kepada H. Muchtar Yahya,
kedudukannya masih berada di bawah Gubernur. Barulah pada tahun 1956, dengan berubahnya struktur
pemerintahan, Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa Aceh berkedudukan di Koetaradja (Banda Aceh)
dan untuk memimpin Djawatan Agama Daerah Istimewa Aceh ditunjuk Tengku Wahab Seulimeum.
Kemudian dengan adanya Keputusan Menteri Agama No. 53 Tahun 1971 tentang Struktur Organisasi,
Tugas, Wewenang dan Tata Kerja Instansi Kementerian Agama Daerah, jika sebelumnva sebagai
koordinator ditunjuk Kepala Djawatan Urusan Agama sebagai Pimpinan Perwakilan Departemen Agama,
maka sejak itu istilah Kepala Djawatan diganti dengan Kepala Perwakilan sebagai pimpinan dan
Perwakilan Departemen Agama Provinsi. Pada masa ini, jabatan Kepala Perwakilan Departemen Agama
Provinsi Daerah Istimewa Aceh berturut-turut dipercayakan kepada H. M. Hasan, dilanjutkan dengan A.
Kadir Thahir (AKTA), MA, Ibrahim Amin, dan H. Ibrahim Husin yang pada masa jabatannya keluarlah
Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975, sehingga terjadi perubahan nama perwakilan menjadi
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Pada masa ini setelah Prof. H.
Ibrahim Husin, kepala kantor berturut-turut dijabat oleh Drs. H. T. A. Mahmudi, Drs. H. Razali Azis, dan
Drs. H. M. Nur Ali. Seiring dengan dikeluarkannya Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2001 tentang
otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maka
disesuaikan lagi namanya menjadi Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dengan kepala kantor masih dijabat oleh Drs. H. M. Nur Ali dan kemudian digantikan oleh
Drs. H. Ghazali Mohd. Syam.
Ketika Almarhum Drs. H. Ghazali Mohd. Syam memasuki masa pensiun pada tahun 2006
(menjadi Wakil Ketua dan selanjutnya menjadi Ketua MPU Aceh), maka sebagai Pgs. Kepala
dipercayakan kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt yang pada masa itu menjabat sebagai Kepala Bagian
Tata Usaha. Pada tanggal 2 November 2007 dia dilantik menjadi Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan menjabat sampai November 2011. Sesuai dengan
Peraturan Gubernur Aceh No. 46 Tahun 2009 tentang penggunaan sebutan nama Aceh, maka Kantor
Wilayah Departemen Agama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam disesuaikan lagi namanya menjadi
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Aceh. Pemerintah juga, melalui Peraturan Presiden No.
47/2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, mengubah semua bentuk
Departemen, Kantor Menteri Negara dan Kantor Menteri Koordinator menjadi Kementerian Negara, dan
juga dengan adanya Peraturan Menteri Agama RI No. 1 Tahun 2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang
perubahan penyebutan Departemen Agama menjadi Kementerian Agama, maka Kanwil Departemen
Agama Provinsi Aceh berubah namanya menjadi Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh.
Pada akhir 2011 sampai awal tahun 2015, Kementerian Agama Aceh dikomandoi oleh Drs. H.
Ibnu Sa'dan, M.Pd, yang sebelumnya Kepala Bidang Urusan Agama Islam pada Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Subulussalam. Selanjutnya Pada
Bulan Maret 2015 sampai Desember 2019, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh dipimpin
Oleh Drs. H. M. Daud Pakeh, sebelumnya ia menjabat sebagai Kepala Kankemenag Kota Sabang, Kepala
Bidang Haji dan Umrah, dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Jaya. Pada Tanggal 3
Juli 2020 Jabatan kanwil kemenag Aceh di pimpin oleh DR. H. Iqbal, S.Ag, MA, sebelumnya ia
menjabat sebagai kakankemenag Pidie jaya, kakankemenag Aceh selatan dan kakankemenag Abdiya.
Demikian sejarah singkat perkembangan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh yang telah
menempuh sejarah yang panjang menurut situasi dan kondisi yang ada.
Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1971 tentang Struktur Organisasi, Tugas, Wewenang
dan Tata Kerja Instansi Kementerian Agama Daerah, jika sebelumnva sebagai koordinator ditunjuk
Kepala Djawatan Urusan Agama sebagai Pimpinan Perwakilan Departemen Agama, maka sejak itu istilah
Kepala Djawatan diganti dengan Kepala Perwakilan sebagai Pimpinan Perwakilan Departemen Agama
Provinsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama Pasal 2 Kantor Wilayah Kementerian
Agama provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2), Selain organisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh membawahi sebayak 23 Kabupaten
/Kota di seluruh Aceh yang di namakan Kantor Kementerian Agama Kabupaten kota di seluruh Aceh.
Berikut para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh dan masa jabatannya:
Table 4.1
Kepemimpinan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh Sejak 1956 Sampai Sekarang
No Nama Masa Jabatan
1 Tgk. A.Wahab Selimun 1956
2 H.M.Hasan 1972
3 Abdulkadir Thair MA 1972 s.d 1973
4 Ibrahim Amin 1973 s.d 1974
5 Prof. Ibrahim Husen MA 1974 s.d 1982
6 H.T.A. Mahmudi 1982 s.d 1992
7 Drs. H. M. Nur Ali 1992 s.d 1997
8 Drs. H. M. Nur Ali 1997 s.d 2002
9 Drs. H Ghazali Mohd syam 2002 s.d 2006
10 Drs.H.A.Rahman TB. Lt 2006 s.d 2011
11 Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd 2011 s.d 2015
12 Drs.H.M. Daud Pakeh 2015 s.d 2019
13 Dr.H. Iqbal, S.Ag, M.Ag 2020 s.d Sekarang
Sumber: Dokumen Inmas Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh, 2020.
b. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kementerian Agama
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama Pasal 2 Kantor Wilayah Kementerian
Agama provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2), Selain organisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh membawahi Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/kota seluruh Aceh yang terdiri dari; Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Aceh Jaya,
Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam, dan Singkil. Untuk wilayah
Timur Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota
Langsa dan Aceh Tamiang. Sedangkan wilayah Tengah, Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan
Aceh Tenggara. Berikut Struktur Organisasi dan tata kerja Kantor kementerian Agama Provinsi Aceh.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Tata Kerja Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh
Susunan Organisasi Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h terdiri atas; a. Kepala Kantor, b. Kepala bagian Tata
Usaha; c. Kepala Bidang Pendidikan Madrasah; d.Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren; e. Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam.; f. Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan
Umrah. g .Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah. h. Kepala Bidang
Penyelenggara Agama Islam, Zakat dan wakaf, pasal 43 (1) Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 mempunyai tugas melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis dan perencanaan,
pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi, keuangan dan barang milik negara di ligkungan
Kantor Kementerian Agama, (2) Bidang Pendidikan Islam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan
informasi di bidang pendidikan madrasah, pendidikan agama Islam, dan pendidikan keagamaan Islam. (3)
Bidang Pendidikan Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 mempunyai tugas melakukan
pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di bidang RA, MI, MTs,
MA, dan MAK. (4) Bidang Pendidikan Agama Islam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 mempunyai
tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di bidang
pendidikan agama Islam pada PAUD, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK. (5) Bidang
Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 mempunyai tugas
melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di bidang
pendidikan agama Islam dan pendidikan keagamaan Islam. (6) Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan
teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan diniyah dan pondok
pesantren. (7) Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan
informasi di bidang penyelenggaraan haji dan umrah. (8) Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan
teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat Islam. Pasal 42
(9) Bidang Penyelenggara Agama Islam , Zakat dan Wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
mempunyai tugas melakukan pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan, serta pengelolaan data dan
eselon IIa. Kepala bagian, Kepala bidang dan kepala kantor kementerian Agama Kabupaten/Kota
merupakan jabatan struktural eselon IIIa. Para Kepala Seksi, Kasubbag, pada kantor wilayah dan kantor
kemenag kabupaten/kota merupakan jabatan eselon IV.a, sedangkan Penyelenggara zakat wakaf di
kabupaten/kota merupakan jabatan setingkat eselon IVb. Sementara Kelompok jabatan fungsional terdiri
atas sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai jenis dan jenjang jabatan fungsional sesuai
dengan bidang keahlian. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tata Kerja Setiap pimpinan satuan organisasi dan kelompok jabatan fungsional di lingkungan
instansi vertikal wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
instansi vertikal Kementerian Agama maupun dalam hubungan antar pemerintah baik pusat maupun
daerah. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan instansi vertikal bertanggung jawab untuk
program, serta kegiatan berdasarkan rencana strategis yang telah ditetapkan dengan menerapkan asas
pemerintahan yang efektif, efisien, bersih, dan akuntabel. Setiap pimpinan satuan organisasi di
lingkungan instansi vertikal wajib mengembangkan tata hubungan dan membangun kerjasama dengan
pemerintah daerah dan semua instansi vertikal lainnya serta dengan unit pelaksana teknis yang
bersangkutan. pimpinan satuan organisasi di lingkungan instansi vertikal wajib menyelenggarakan
administrasi keuangan, akuntansi, dan pelaporan keuangan dan kinerja sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan instansi vertikal wajib
melaksanakan pengawasan melekat, penilaian kinerja, mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada atasan masing-masing secara
berjenjang dan berkala.
c. Keadaan Pegawai pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh
Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh saat dilakukan penelitian ini
adalah Satu orang jabatan esalon II.a (Kakanwil) dan 6 Orang jabatan Eselon III, yang terdiri; Kepala
bagian Tata Usaha, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah, Kepala Bidang Pendidikan Pendidikan Diniyah
dan Pondok Pesantren , Kepala Bidang Penyelenggaran Haji dan Umrah, Kepala Bidang Pendidikan
Agama Islam, Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah dan Kabid Penyelenggara
Agama Islam , Zakat dan Wakaf, Selanjutnya 34 orang Kepala Seksi dan Kasubbag dengan jabatan
esselon IV.
Secara jenis kelamin jumlah pegawai pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh terdiri dari
laki-laki berjumlah 56 orang dan perempuan 41 orang. Jika kita lihat dari Golongan kepangkatan dengan
jenis kelamin, Laki-laki golongan II, 19 orang. laki-laki golongan III sebanyak 16 orang dan laki-laki
golongan IV sebanyak 11 orang. Golongan kepangkatan dengan jenis kelamin perempuan adalah
golongan II sebanyak 18 orang, golongan III sebanyak 26 orang dan golongan IV 7 orang. Sarana dan
prasarana kerja lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Keadaan Pegawai di Lingkungan Kantor
Kementerian Agama Provinsi Aceh
LAKI- JABATAN
UNIT PEREMPUAN
NO LAKI JUMLAH JFU JFT STRUKTURAL
KERJA
II III IV II III IV II III
1 2 3 4 5 6 7 8 11 9 10
Kanwil
1 Kemenag 19 16 11 18 26 7 97 23 18 1 5
Aceh
JUMLAH 19 16 11 18 26 7 97 23 18 1 5
Sumber: Dokumen Kepegawaian Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh.
Sarana dan prasarana seperti Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh telah berdiri sejak pada
tahun 1956. Pemimpin Djawatan Agama Daerah Istimewa Aceh ditunjuk Tengku Wahab Seulimeum
yang terletak pada jalan Jl. Tgk. Abu Lam U Nomor 9 Banda Aceh 23242 Fax: (0651) 22510 email:
kanwilaceh@ kemenag.go.id. Dengan luas bangunan 1423 m2. Kondisi Gedung baru dan Permanen telah
dilakukan Rehabiliasi setelah Tsunami tahun 2004 dengan Bantuan dana BRR. Adapun Fasilitas ruang
kerja terdiri dari 1 unit gedung ruang kepala kantor 1 dan ruang kepala Bagian Tata Usaha, 1 unit
ruangan yang digunakan untuk Bidang Pendidikan Madrasah dan Kasubbag perencaanan dan ortala di
lantai III, Ruang pertemuan Aula. Ruangan yang digunakan untuk Aula pertemuan dan rapat yang dapat
menampung 150 peserta dan 24 ruangan kerja yang digunakan untuk staf pelaksana kepegawaian, staf
pelaksana keuangan, bendahara kantor, beserta ruangan kerja yang dapat digunakan oleh kepala seksi
beserta staf. Fasilitas Kamar Mandi/WC berjumlah 8 unit, 1 unit berada diruangan kepala kantor dan 2
unit yang digunakan untuk para pegawai yang berada di dalam kantor, terdapat 1 ruang tunggu yang
selalu ditempati oleh satpam pada setiap hari kerja.
Selain dari sarana diatas juga tersedia satu unit mushalla yang berada ditengah kantor seluas lebih
kurang 120 m2. Selain dari sarana di atas juga tersedia perkarangan kantor yang dapat digunakan untuk
Parkir Kenderaan roda 4 sebanyak 35 unit parkir roda 2 yang dapat menampung 25 kenderaan dengan
kondisi lapangan terbuka diperuntuukan untuk pegawai Kantor Kementerian Agama provinsi Aceh. Juga
tersedia kenderaan operasional Kantor 12unit. Selanjutnya 1 unit yang digunakan oleh Kepala Kantor
kemeterian Agama Provinsi Aceh. Selain itu kedaraan dapat digunakan sebagai operasional perkantoran.
Bagi kepala Bidang /pejabat struktural dengan eselon III juga memiliki kenderan dinas roda 4 sebanyak 5
unit. Pada Kantor Kementerian Agama provinsi Aceh juga tersedia media penayangan informasi dalam
bentuk televisi sebanyak 12 unit yang teletak pada ruang ruang setiap ruang seperti ruangan bendahara
dengan ruangan keuangan. Media informasi ini menayangkan segala bentuk pengumuman pada Kantor
Kementerian Agama provinsi Aceh. Untuk kenyamanan dalam bekerja Kantor Kementerian Agama
Provinsi Aceh juga menyediakan alat pendingin ruangan/AC pada setiap ruangan kantor tersebut.
Untuk lebih jelas mengenai sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Sarana Prasarana Penunjang Kinerja Kantor
Kementerian Agama provinsi Aceh
Jumlah Kondisi
No Jenis Sarana/Prasarana Keterangan
Unit Baik Rusak
1 Ruang Kerja 24 Ruang
2 Ruang Rapat/Aula 1 Ruang
3 Kamar Mandi 8 Unit
4 Ruang Tunggu 3 Ruang
5 Mushalla 1 Unit
6 Rumah Dinas Kanwil 1 Unit
Rumah Dinas
7 4 Unit
Pengawai
8 Pekarangan/Parkir 1 Unit
9 Rumah Infaq -
10 Mobil Dinas 12 Unit
Kendaraan Dinas Roda
11 15 Unit
Dua
Media Informasi
12 6 Unit
(Televisi)
13 AC 15 Unit
Sumber: Dokumen Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh.
a. Profesionalitas
1. Mempunyai kompetensi/skil
Penelitian ini berupaya mendeskripsikan hasil penelitian Hubungan Budaya kerja terhadap
Kinerja Aparatur Sipil Negara Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Berdasarkan
rumusan masalah dan tujuan penelitian diketahui beberapa dimensi kerja dan indikator yang dituangkan
dalam Hubungan Budaya Kerja terhadap kinerja aparatur sipil Negara pada kantor kementerian agama
Provinsi Aceh, merupakan salah satu kunci sukses bagi keberhasilan seluruh organisasi. Dalam
meningkatkan Hubungan Budaya kerja memiliki
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa “Kompetensi
pegawai sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai keahlian dibidang yang ia tekuni sesuai
dengan bidang keahlian masing masing ASN”.
Kompetensi juga di latar belakangi dengan bidang pendidikan yang linear. kemampuan kerja
yang harus dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil negara yang mencakup aspek keahlian,ketrampilan
dan komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara
harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai
dengan standar yang dipersyaratkan.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan
kompetensi/skil merupakan seorang Aparatur sipil Negara yang menguasai bidang pekerjaan yang
dilandasi sesuai dengan bidang pendidikan dan keahlian, seperti memiliki ketrampilan dalam bekerja dan
berbuat,memiliki kejuruan, dan sopan dalam bekerja dan berbuat, sehingga akan menghasilakan
pekerjaan yang adal nilai hasil yang maksimal dan nilai guna sesuai dengan bidangnya”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan kompetensi seorang Aparatur Sipil
Negara merupakan orang yang memiliki keahlianatau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki
kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari
perbuatan. Atau definisi dari profesional adalah orang yang hidup dengan cara mempraktekan suatu
keterampilan atau keahlian tertentu yang terlibat dengan suatu kegiatan menurut keahliannya. Jadi dapat
disimpulkan profesional yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan, Aparatur Sipil Negara
dikatakan memiliki kompetensi apabila dalam menjalankan tugasnya seseorang mampu mengelola tugas
yang berbeda dalam pekerjaan, tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, dan
bertanggung jawab. Profesionalitas merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa kompetensi merupakan
menekuni pekerjaan sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai keahlian di bidang yang ia tekuni
sesuai dengan bidang keahlian pendidikan masing masing ASN. Keahlian juga di latar belakangi dengan
bidang pendidikan yang linear. kemampuan kerja yang harus dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil
negara yang mencakup aspek keahlian,ketrampilan dan komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif.
Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats,
yang diharapkan meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara perlu menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap
sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Belum semuanya Aparutur Sipil Negara memiliki kompetensi/keahlian dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksinya.
peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, pada hari
Selasa tanggal 10 November 2020 menuturkan bahwa “Kualifikasi akademik sangat penting, bukan hanya
untuk meningkatkan hasil dari pekerjaan melaikan juga guna meningkatkan karir dari seorang pegawai
karena kualifikasi akademik yang melekat padanya”.
Kuaifikasi akademik tentunya dilihat dari tingkat pendidikan dan juga linearitas dengan
lingkungan kerja. Kemampuan kerja sangat dipengarui oleh kualifikasi akademik seorang pegawai baik
secara individu Aparatur Sipil Negara yang mencakup aspek keahlian, ketrampilan dan komitmen dan
kepatuhan, integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Seorang Aparutur Sipil Negara sangat penting memiliki kualifikasi akademik ditempat kerja
untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan
kualifikasi akademik merupakan “Sesuatu yang sangat penting bagi Aparatur Sipil Negara agar
menguasai keahluian dalam bidang pekerjaan sesuai dengan bidang pendidikan dan keahlian, seperti
memiliki ketrampilan dalam bekerja dan berbuat sehingga akan menghasilakan pekerjaan yang adal nilai
hasil yang maksimal dan nilai guna sesuai dengan bidangnya”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, berkaitan dengan kualifikasi akademik menjelaskan
bahwa “Kualifikasi akademik seorang Aparatur Sipil Negara selain untuk kepentingan instansi juga untuk
kepentingan pegawai itu sendiri secara peribadi guna mendukung pengembangan karir”.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa
“Pentingnya kualifikasi akademik bagi Aparatur Sipil Negara agar nantinya benar-benar memiliki
kompetensi sehingga memudahkan dalam menjalankan tugasnya seseorang mampu mengelola tugas yang
berbeda dalam pekerjaan, tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerjanya”.
Kualifikasi akademik sudah menjadi tuntutan dalam dunia kerja untuk melahirkan profesionalitas
atau kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Seksi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020,
mengatakan bahwa “Kualifikasi akademik dapat menentukan pekerjaan sesuai dengan tupoksi masing
masing, mempunyai keahlian di bidang yang ia tekuni sesuai dengan bidang keahlian pendidikan masing
masing ASN”.
Keahlian yang diperoleh seseorang tidak lepas dari factor kualifikasi akademik yaitu berdasarkan
bidang pendidikan yang ditempuh yang berhubungan dengan kemampuan kerja yang dimiliki oleh setiap
individu aparatur sipil negara yang mencakup aspek keahlian ,ketrampilan dan komitmen dan kepatuhan,
integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pegawai juga di
anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Untuk meningkatkan pengetahuan, seorang Aparutur Sipil Negara perlu memiliki kualifikasi
Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa “Masa kerja pegawai
penting untuk menempatkan seseorang sesuai dengan bakat dan minatnya dalam melaksanakan pekerjaan
agar mereka nantinya juga dapat memberi arahan pada pegawai baru berdasarkan pengalaman kerja yang
dimiliki”.
Masa kerja bagi seorang pegawai juga sebagai yang dihitung sejak mulainya seseorang bekerja
baik sebagai ASN maupun sebagai pegawai honorer atau pegawai kontra. Pada Kantor Kementerian
Agama Propinsi Aceh, dalam menjalankan tugas baik ASN, pegawai honorer maupun pegawai kontrak
tidak ada perbedaan, namun yang membedakan hanya pada posisi yang diduduki, artinya kalau bukan
ASN tidak boleh duduk pada level pimpinan, meskipun yang bersangkatun memiliki masa kerja yang
sudah lama.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan
bahwa “Masa kerja penting pertama untuk melihat kenaikan pangkat bagi seorang ASN dan juga untuk
jadi bahan pertimbangan dalam jabatan selevel pimpinan. Namun hal tersebut hanya berlaku untuk ASn,
tidak untuk pegawai honorer maupun pegawai kontrakan”.
Sementara berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan
Bimbingan Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan bahwa “Masa kerja sangat
berpengaruh bagi Aparatur Sipil Negara dalam menunjang karir professional serta dalam penentual gaji
yang diperoleh”.
Masa kerja mencerminkan lamanya seseorang bekerja pada sebuah instansi. Lamanya masa kerja
juga dapat meningkatkan pengetahuan bagi seorang Aparutur Sipil Negara dan perlu menunjukan
pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dalam
melaksankan tugas yang diembankan kepadanya. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang
Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10
November 2020 mengatakan bahwa “Aparatur Sipil Negara tentunya akan memiliki pengalaman lebih
bila memiliki masa kerja yang lama, namun bila tidak didukung oleh jenjang akademik tidak ada jaminan
lamanya bekerja dengan jabatan yang bakan diperoleh oleh seoran ASN”.
Lamanya bekerja mencerminkan pengalaman yang melekad pada seorang ASN ataupun pegawai
honorer dan kontrak pada sebuah instansi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Seksi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November
2020, mengatakan bahwa “Masa kerja menunjukan pada pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tupoksi
masing masing, sehingga berimplikasi pada mempunyai keahlian di bidang yang ia tekuni, namun kadang
kala lamanya pekerjaan tidak bisa menjamin pegawai tersebut bertahan pada satu tempat, melaikan bisa
dimutasi atau dipromosi ketempoat lain”.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator berkaitan dengan masa kerja bahwa: Masa kerja dapat meningkatkan pengalaman dan
pengetahuan bagi ASN, namun tidak bisa menjamin mendapatkan jabatan bila tidak didukung
kemampuan akademik.
4. Diklat/pelatihan
Setelah dilakukan rekruitment pegawai dan menempatkan karirnya pada posisi masing-masing
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pegawai tersebut
maka tugas pihak manajemen organisasi selanjutnya, yang tidak kalah pentingnya melakukan pembinaan
terhadap pegawainya demi keberhasilan organisasi instansi pemerintah. Prinsip dasar pengembangan
SDM atau badan usaha lainnya dalam mengelola dan mengembangkan usahanya sangat ditentukan pula
oleh partisipasi, loyalitas dan motivasi serta semangat kerja pegawainya.
Sebagai program pengembangan yang dikemas dalam bentuk Diklat dapat dijadikan sarana
ataupun wadah dalam melatih para staf administrasi yang bertanggung jawab terhadap program kegiatan
tertentu, dengan kegiatan pengembangan diharapkan akan muncul ide-ide baru, konsep-konsep, dan
pengalaman baru tentang manajemen pengelolaan administrasi organisasi yang tentunya bisa menambah
wawasan yang sangat bermanfaat bagi staf. Diklat bertujuan mengembangkan keahlian dan kecakapan
peserta untuk menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif (membangun) mengenai pendapat
orang lain”. Pada seminar ini peserta dilatih agar dapat mempersepsi, mengevaluasi, dan memberikan
saran-saran dan menerima atau menolak pendapat atau ususl orang lain. Pelaksanaan program pelatihan
(Diklat) dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) tersebut terjadi
proses transpormasi. Baik proses transpormasi dalam Diklat/pelatihan dapat dinyatakan berlangsung
dengan baik apabila terjadi paling sedikit dua hal yaitu: a) peningkatan kemampuan dalam melaksanakan
tugas, b) perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja”. Pendidikan dan pelatihan
adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku sasaran diklat, kemampuan ini
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor. Apabila dilihat dari pendekatan sistem, maka pendidikan itu
terdiri dari input (sasaran diklat) dan autput (perubahan perilaku), dan faktor yang mempengaruhi proses
tersebut.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa berkaitan
dengan diklat/pelatihan bahwa “Diklat/pelatihan bagi pegawai dilaksanakan untuk mendapatkan satu
keahlian atau keterampilan tertentu yang berguna secara langsung terhadap tugas pokok dan fungsi
pegawai pada masing-masing instansi”.
Dalam teori diklat faktor yang mempengaruhi proses diklat itu dibedakan menjadi dua yaitu
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunak dalam proses diklat
mencakup antara lain: kurikulum, organisasi pendidikan, pelatihan, peraturan-peraturan, metode belajar
mengajar, dan tenaga pengajar atau pelatih itu sendiri. Sedangkan perangkat keras yang juga besar
pengaruhnya terhadap proses diklat ialah fasilitas-fasilitas, yang mencakup gedung, perpustakaan (buku-
buku referensi), alat bantu pendidikan dan sebagainya. Sedangkan kurikulum itu merupakan faktor
tersendiri yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses pendidikan dan pelatihan.
Diklat/pelatihan sangat perlu bagi semua ASN dalam mendukung kerjanya, sehingga diklat
dilaksankan secara berjenjang sesuai dengan kapasitas dari para Aparutur Sipil Negara (ASN) agar dapat
meningkatkan keterampilannya dalam bekerja. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang
Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal
10 November 2020 mengatakan bahwa “Diklat merupakan upaya peningkatan keahlian atau keterampilan
khusus yang secara langsung dapat menunjang pelaksanaan tugas. Pelatihan meningkatkan keahlian
teoretis, konseptual, dan moral karyawan sedangkan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan”.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan staf administrasi dilaksanakan dengan benar, akan
melahirkan banyak manfaat dan berdampak positif terhadap organisasi. Betapapun majunya tehnologi,
pesatnya perkembangan informasi, tersedianya modal dan sumber daya alam, jika tanpa sumber daya
manusia sulit bagi sebuah organisasi untuk mencapai tujuan. Melaui Diklat/pelatihan pegawai akan siap
dan siaga dalam mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya pelatihan bagi karyawan merupakan proses
mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu, serta sikap agar karyawan akan semakin terampil dan
mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai standar. Salah satu bentuk
pendidikan dan pelatihan (Diklat) adalah seminar.
Idealnya pengembangan melalui pelatihan (Diklat) pimpinan organisasi membimbing atau
menyesuaikan pendidikan yang diikuti para staf agar mengambil jurusan dipendidikannya nanti sesuai
dengan spesialisasi ataupun kebutuhan dipekerjaan yang menjadi tugas pokoknya dan hasil
pendidikannya nanti supaya linier dengan pekerjaanya yang menjadi tanggung jawab staf. Pendidikan dan
pelatihan (Diklat) merupakan tugas mulia dan patut diapresiasikan karena merupakan upaya individu dan
organisasi untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan demi mencapai suatu kesempurnaan dalam
tugas dan tanggung jawabnya, pendidikan dan pelatihan (Diklat) adalah segala sesuatu untuk membina
kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung
seumur hidup.
Program pendidikan dan pelatihan (diklat) dibagi dalam dua bentuk yakni off the job training dan
on the job training. Program pengembangan on the job training yaitu suatu bentuk pelatihan yang
mengkhususkan pada satu aspek pengembangan yaitu phisikomotor dan memiliki jangka waktu yang
singkat atau pendek, dengan materi khusus dan diakhir kegiatan mendapatkan penghargaan dalam bentuk
sertifikat. Manajemen tenaga kerja atau bagian pendidikan dan pelatihan (Diklat) haruslah memahami
keseluruhan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan tentang program yang paling baik yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Dalam standar Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
landasan strategi pembinaan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat) tenaga kerja
sehingga tercipta tenaga kerja terampil yang mampu meningkatkan produktivitas kerja. Tindak lanjut
hasil pengembangan staf berkaitan dengan penempatan (placement) staf, jabatan (position) dan
pengembangan karier (carier development) staf administrasi merupakan kebutuhan mutlak bagi staf yang
telah mengikuti program pengembangannya melalui pendidikan atau pelatihan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan
Bimbingan Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020 bahwa “Staf administrasi yang mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) nantinya menjadi staf yang siap pakai, hal ini. Para pegawai
akan berkembang lebih cepat dan lebih baik serta bekerja lebih efesien bila mereka sebelum bekerja
menerima latihan atau diklat terlebih dahulu di bawah pengawasan seorang pegawas instruktur ahli”.
Diklat/pelatihan bersifat sistematis, didesain untuk memenuhi kebutuhan tertentu, dengan
memutuskan kebutuhan yang ada dan jenis diklat yang dapat memenuhi kebutuhan, melakukan kerjasama
dengan pihak luar untuk merencanakan dan memberikan pencerahan, dibutuhkan umpan balik serta
evaluasi untuk menilai keefektifan diklat, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Bidang
Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10
November 2020 mengatakan bahwa “Suatu diklat dapat bersifat sistematis bila terencana, hal yang dapat
direncanakan dari kegiatan ini, misalnya sasaran diklat, pihak yang memerluhkan, jenis diklat yang
diperluhkan dan program yang akan diberikan dalam diklat (kurikulum) dan orang yang akan menjadi
trainer”.
Dalam rangka pengembangan staf dibutuhkan pelatihan (Diklat) agar staf semakin profesional,
pelatihan penting karena disadari bahwa pengembangan staf. Dalam hal ini diklat merupakan suatu
indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dengan latar
belakang pendidikan seseorang dianggap mampu menduduki suatu jabatan tertentu.
Kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan dalam proses pelatihan (Diklat) khususnya dalam
penggunaan waktu sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pengembangan, hal ini sangat relevan
dengan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa “Diklat harus disesuaikan
dengan kebutuhan, sering kali pendidikan atau pelatihan yang telah diselenggarakan suatu lembaga
pendidikan diluar organisasi tidak ada hubungannya dengan pesertanya, sebaiknya harus dasarkan pada
analisis kebutuhan latihan dengan tehnik survey training need yakni survey ke sejumlah organisasi untuk
memahami kebutuhan pelatihan yang akan diikuti staf organisasi tersebut”. Peserta Diklat yang aktif
dalam proses belajar dapat menambah minat dan motivasi, serta punya rasa memiliki yang tinggi
sehingga kesungguhan akan terlihat dalam kegiatan proses belajarnya kemudian yang menjadi ciri khas
adalah selalu dapat membagi waktu antara tugas utamanya dengan tugas mandirinya”.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Diklat/pelatihan dapat meningkatkan kemampuan ASN dalam bekerja.
Berdasararkan kesimpulan indikator-indikator maka dapat dibuat kesimpulan Dimensi bahwa:
Belum semuanya Aparutur Sipil Negara memiliki kompetensi/keahlian di karenakan kualifikasi akademik
dan masa yang berbeda, melalui diklat/pelatihan dapat meningkatkan kemampuan ASN dalam bekerja.
b. Inovasi
1. Manual berubah digital
ASN dalam bekerja harus mengikuti perkembangan teknologi dari proses surat
menyurat yang dulunya melalui mesin ketik, lalu berubah atau berkembang melalui komputur dan juga
laptop. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa “Perubahan
pola kerja dari manual kedigital membutuhkan pengetahuan baru untuk mengoprasikannya dan tidak
semua pegawai pada Kantor Kementerian Agama Wilayah Aceh mampu melakukannya”.
Kemampuan melakukan pekerjaan secara manual berubah ke digital perlu adanya pelatihan atau
pendidikan dalam bidangnya. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan
Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November
2020 mengatakan bahwa “Seiring dengan terjadinya perubahan dari manual kedigital maka kami juga
menugaskan pegawai secara bertahap untuk mengikuti berbagai pelatihan agar dapat melaksankaannya”.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah
pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan bahwa “Perubahan dari manual kedigital pada
awalnya memang mpara pegawai merasa susah, namun lama-kelamaan sudah menyatu dan bahkan
merasa lebih enak dari sebelumnya karena prosesnya lebih cepat”.
Sementara hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa
“Aparatur Sipil Negara harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan jobdescription yang sudah ditentukan”.
Perubahan dapat mengarah pada keahlian, secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara perlu menunjukan
pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Hasil wawancara
dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan Madrasah pada hari Rabu
tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa perubahan merupakan keharusan sesuai dengan
perkembangan jaman”.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Perubahan dari manual kedigital pada awalnya dirasakan susah, namun lama
kelamaan bisa disesuaikan oleh para ASN pada Kantor Keagamaan Wilayah Aceh.
2. Mudah cepat dan moderen
Berkaitan dengan mudah cepat dan modern sangat perlu untuk menyesuaikan dalam pekerjaan
agar tidak ketertinggalan dengan perkembangan teknologi. Dalam meningkatkan hubungan budaya kerja
perlu memiliki kecepatan dan modern. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia
mengatakan bahwa “cepat dan modern untuk memudahkan dalam menyesuaikan dalam bekerjaagar
mempunyai keahlian dibidang yang ia tekuni sesuai dengan bidang keahlian masing masing ASN”.
Mudah bila ada pengetahuan tentang apa yang akan dilaksanakan karena mencerminkan
kemampuan kerja yang harus dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil negara yang mencakup aspek
keahlian,ketrampilan dan komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang
Aparutur Sipil Negara harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya
dan sikap sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan mudah
cepat dan modern karena mengikuti perkembangan teknologi, oleh karenanaya perlu memiliki
ketrampilan dalam bekerja dan berbuat,memiliki kejuruan, dan sopan dalam bekerja dan berbuat,
sehingga akan menghasilakan pekerjaan yang adal nilai hasil yang maksimal dan nilai guna sesuai dengan
bidangnya”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan “Seorang Aparatur Sipil Negara perlu
menyesuaikan diri dengan cepat dalam melaksanakan pekerjaan. Jadi dapat disimpulkan profesional yaitu
orang yang menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan, Aparatur Sipil Negara
dikatakan memiliki kompetensi apabila dalam menjalankan tugasnya seseorang mampu mengelola tugas
yang berbeda dalam pekerjaan, tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, dan
bertanggung jawab. Profesionalitas merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa Mudah cepat dan modern
sebagai pekerjaan sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai keahlian di bidang yang ia tekuni
sesuai dengan bidang keahlian pendidikan masing masing ASN. Keahlian juga di latar belakangi dengan
bidang yang dimiliki ASN itu sendiri, tingkat pendidikan yang linear atau sebidang dengan pendidikan
sebelum nya, kemampuan kerja yang harus dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil negara yang
mencakup aspek keahlian,ketrampilan dan komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif. Aparatur Sipil
Negara harus bisa menyesuaikan diri dengan cepat dalam bekerja terutama dalam hal penggunaan
berbagai perlengkapan kerja yang sifatnya sudah modern.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Belum semuanya Aparutur Sipil Negara mampu menyelesaikan perubahan
pekerjaan yang lain sangat berbeda-beda. Terjadi perbedaan disesuaikan dengan besarnya program dan
lamanya suatu program dilaksanakan serta banyaknya pihak yang dilibatkan”.
Biaya sebagai sarana penggerak kegiatan dalam suatu organisasi, biaya merupakan sejumlah uang
yang dialokasikan dalam melakukan sebuah aktifitas. Biaya diperlukan dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Propinsi Aceh. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala
Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa
tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Besarnya biaya yang diperlukan sesuai dengan rencana
awal yang sudah ditentukan sebelumnya. Setiap kegiatan harus diawali dengan pengajuan biaya, karena
tanpa biaya tidaklah mungkin sebuah program atau kegiatan bisa dilakasanakan”.
Setiap kegiatan yang dilakukan pastinya harus ada biaya yang dialokasikan untuk menyukseskan
kegiatan tersebut. Sebab tanpa alokasi biaya kegiatan tidak mungkin bisa berjalan. Mengenai besar
kecilnya biaya disesuaikan dengan kapasitas dari sebuah kegiatan. Biaya identik dengan modal yang
diperlukan untuk menghasilkan sesuatu, dalam hal ini biaya diperlukan bukan hanya sebagai ATK
semata, melaikan juga digunakan untuk keperluan konsumsi, akomodasi serta honer yang diberikan pada
pemateri. Berkaitan dengan ukuran besar kecilnya biaya yang dikeluarkan, tentunya disesuaikan dengan
program kegiatan yang sudah disusus sebelumnya. Setiap program disesuaikan dengan biaya agar tidak
terjadi pemborosan uang Negara, sehingga jangan sampai program kecil tetapi menghabiskan biaya besar.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan
Bimbingan Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020 menuturkan bahwa “Kami melakukan
kegiatan ketika sudah ada kepastian anggaran akan turun, bila belum ada kepastian adanya biaya tidak
mungkin kegiatan terlaksana. Namun meskipun belum turun biaya kegiatan tetap kami laksanakan bila
ada kepastian mengenai jumlah biaya yang dialokasikan”.
Realisasi biaya pada Kantor Kementerian Agama Wilayah Aceh berarti adanya kesesuai dengan
spek yang ditentukan dalam rap perencanaan awal yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan asil
wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi
Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Adanya realisasi anggaran sebagai
tanda disetujuinya program tersebut untuk dilaksanakan. Besar kecilnya anggaran berpedoman pada
perencanaan yang diajukan serta analisi kebutuhan yang dilakukan oleh pimpinan untyuk menghindari
pemborosan”.
Berbicara mengenai efisiensi angagaran dalam melaksanakan berbagai kegiatan pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam
usaha untuk memperoleh penghasilan atau manfaat yang diharapkan. Tingkat efisiensi biaya ke dalam dua
pengertian yang berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense. Biaya dalam arti cost
(harga pokok) dari satuan barang. Jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam rangka pemilikan
barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi)
maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Sedangkan expense (beban).
Biaya yang dikorbankan atau dikonsumsi dalam rangka memperoleh pendapatan (revenues) dalam suatu
Kebijakan diambil oleh level pimpinan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “kebijakan
biasanya diambil ketika ada hal-hal tertentu yang belum ada petunjuk teknisnya, hal itu dilakukan agar
tidak terhambatnya kegiatan”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan bahwa “Pentingnya pengambilan
kebijakan baik berkaitan dengan anggaran maupun ketika berhadapan dengan program kerja yang
anggarannya belum turun, maka kebijakan perlu ditetapkan agar tidak menghambat aktivitas atau
kegiatan”.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan “Pengambilan kebijakan
karena berhadapan denagan adanya harapan, namun disis lain adanya tantangan yang harus dihadapi”.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa “Pengambilan kebijakan
semata-mata untuk tidak bersifat kaku terhadap keputusan atau aturan yang berlaku”.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Kebijakan diambil oleh level pimpinan dalam menjalankan roda organisasi.
Berdasarkan kesimpulan indikator-indikator maka dapat disusun kesimpulan dimensi bahwa
“Perubahan dari manual kedigital dirasakan susah dan belum semuanya ASN mampu mengikuti
perubahan dengan mudah cepat, begitu juga dengan dengan program kerja ditentukan oleh level
pimpinan. “
c. Tanggung jawab
1. Progres kerja
Progrsm kerja berkaitan dengan jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai Kantor
Kementerian Agama Wilayah Aceh. Progrsm kerja sebenarnya sangatlah banyak, mengingat
banyaknya, namun semua itu juga perlu disesuaikan dengan anggaran. Dalam meningkatkan hubungan
budaya kerja berdasarkan program kerja sebagaimana wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata
Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020
ia mengatakan bahwa “Progres kerja dilihat dari pelaksanaan dan anggaran yang sudah dikeluarkan pada
suatu kegiatan”.
Progres kerja sebagai bentuk tanggungjawab dalam menjalankan aktifitas pekerjaan. Dari hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Progres kerja
merupakan kesesuaian antara perencanaan denagn pelaksanaan yang harus dipertanggung jawabkan oleh
memberikan layanan publik yang lebih profisional, efektif, efesien, sederhana, transparan, terbuka,
tepat waktu, responsif, dan adaptif dan sekaligus dapat membangun. Dengan demikian pelayanan
masyarakat sebagai pemberian pelayanan untuk keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi sesuai dengan aturan dan tata cara yang telah ditetapkan. Hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Pegawai baik ASN, tenaga
honorer maupun tenaga kontrak harus taat pada aturan yang ditetapkan dan bila melakukan
disengaja maupun tidak dalam menyelesaikan sutu pekerjaan yang harus disiapkan sesuai pada waktunya
atau tepat waktu”.
Ketaatan berarti keadaan di mana wajib menganggung segala sesuatu atau kewajiban memikul
sesuai dengan jenis pekerjaannya.Sikap tanggung jawab terbentuk seiringan dengan jenis pekerjaan yang
diselesaikan oleh pengawai atau karyawan. Sebab, sikap tersebut berasal dari dalam hati dan kemauan diri
sendiri untuk melakukan kewajibannya. Tanggung jawab menjadi salah satu sikap yang harus dimiliki
setiap individu di dunia. Sikap tersebut sangat berguna dalam menjalani kehidupan dan sebagai
pembelajaran untuk mengembangkan diri. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala Bidang
Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan
bahwa “Ketaatan menjadi bagian yang sangat penting di dalam kehidupan setiap manusia, baik di dalam
kehidupan sehari-hari dan juga dalam kehidupan profesional yaitu di tempat kerja. Apabila seseorang
tidak mau menjalankan tanggung jawabnya, maka akan ada orang lain, pihak lain atau kelompok lain
yang memaksa individu tersebut untuk memenuhi tanggung jawab yang dimilikinya”.
Setiap manusia terlahir dengan tanggung jawab yang dipikul oleh dirinya sedari kecil. Sebagai
contoh, tanggung jawab terhadap pekerjaan, untuk mengatur kehidupannya sendiri. Tanggung jawab
adalah kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakukan oleh orang yang memikul tanggung jawab
tersebut. Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Ketaatan di
tempat kerja untuk mendorong diri kita untuk mengambil banyak kesempatan yang dapat di eksplor dan
tentunya sangat bagus untuk pengembangan diri kita. Jadi, bila aparatur sipil negara di berikan tanggung
jawab yang lebih oleh atasan merupakan suatu cara agar bisa mengekplor rasa tanggung jawab yang
berlebihan di tempat kerja yang dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal”.
Ada berbagai cara yang dilakukan oleh dalam menjalankan tanggung jawab agar taat pada aturan,
sehingga bia memiliki karir yang baik, dalam hal ini Aparatur Sipil Negara dikatakan memiliki
kompetensi apabila dalam menjalankan tugasnya seseorang mampu mengelola tugas yang berbeda dalam
pekerjaan, tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, dan bertanggung jawab.
Profesionalitas merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Taat terhadap aturan yang sudah ditetapkan sebagai bentuk tanggung jawab
dalam menjalankan tugas.
3. Disiplin kerja
Dalam meningkatkan hubungan budaya kerja maka perlu memiliki dan mengedepankan
kedisiplinan. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 berkaitan dengan kedisiplinan
menuturkan bahwa “Masih ada pegawai yang kurang disiplin, hal tersebut dapat dilihat dari waktunya dia
melakukan pinjer prin ketika direkap absensi”.
Hal yang sama juga disampaikan oleh informan yang lain saat wawancara dengan peneliti yaitu
Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari
Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Disiplin modal bagi pegawai untuk menuju pada
peningkatan karir, karena kalau tidak disiplin meskipun pinter juga tidak akan dilakukan atau ditempatkan
pada posisi yang lebih baik dari sebelumnya”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan bahwa “kami akan memberikan sanksi
pada pegawai yang melakukan indisipliner atau tidak disiplin dalam menajalankan tugas, bentuk sangsi
bervariasi sesuai dengan tingkatan ketidak disiplin yang dilanggar”.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan, Aparatur Sipil Negara
dikatakan harus meningkatkan kedisiplinan dalam pekerjaan, tanggap terhadap adanya kelainan dan
kerusakan pada rutinitas kerja, dan bertanggung jawab. Profesionalitas merupakan kemampuan kerja
setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa “kesempatan yang baik bagi
kita untuk memberi tanggung jawab yang lebih. Rekan rekan bisa mencalonkan diri sebagai relawan atau
volunteer untuk menjadi panitia lomba, mengikuti kegiatan, atau menjadi panitia untuk acara kantor
lainnya” Sehingga, rekan rekan menawarkan diri untuk bisa memberikan tanggung jawab yang lebih.
Diskusikan hal ini dengan pimpinan kita dan tanyakan solusi darinya. Siapa tahu pimpinan kita bisa
memberikan pekerjaan atau tanggung jawab tambahan yang membuat kita merasa lebih berkontribusi.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Pimpinan Kantor kementerian Agama Wilayah Aceh akan menindak pegawai
yang tidak disiplin serta tidak akan memberikan pengembangan karir.
Berdasarkan beberapa kesimpulan indikator maka dapat dibuat kesimpulan dimensi sebagi berikut
:Tanggung jawab dalam menajalankan tugas tercermin dari adanya progres dalam bekerja, taat terhadap
aturan dan disiplin dalam menyelesaikan tugas.
d. Keteladanan
1. Karakter dan sikap
Karakter dan sikap yang melekad pada seorang pegawai merupakan bentuk keteladalan yang
dimiliki. Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Aceh, satu solusi alternatif dalam pembentukan ASN professional, kreatif, serta berkarakter
dapat dilakukan dengan meneladani karakter Rasulullah Muhammad SAW. Karakter yang harus
diteladani sebagai landasan pembentukan ASN berkarakter adalah: (1) sidiq yang berarti benar/jujur,
(2) amanah, artinya dapat dipercaya, (3) tabliqh, artinya menyampaikan kebenaran, dan
(4) fatanah, artinya cerdas. Merujuk pemikiran di atas, apabila ASN meneladani karakter-karekter
Rasulullah tersebut dan mengimplementasikan secara benar dalam bekerja di kantor atau di luar kantor
maka akan mampu membentuk ASN professional, kreatif, serta berkarakter secara bertahap.
Dengan terbentuknya karakter ASN dengan teladan Rasulullah, inysallah akan terjadi
peningkatan kualitas proses dan hasil dalam pekerjaan.Peningkatan kualitas ASN dalam bidang
pembentukan profesionalisme dan karakter ASN secara tidak langsung akan menyiapkan calon-calon
pemimpin bangsa yang cerdas dan berkarakter di masa yang akan datang. Hasil wawancara dengan
Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah kanwil Kemenag Provinsi Aceh
menyatakan keteladanan merupakan Aparatur sipil Negara yang patut di tiru untuk dicontoh tentang
perbuatan, kelakuan sifat dan lain sebagainya sedangkan keteladanan Merupakan perilaku sesorang yang
dijadikan sebagai contoh bagi orang yang mengetahui atau melihatnya. Hasil Wawancara dengan Kepala
Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyatakan Keteladanan merupakan usaha meniru sikap dari
tokoh atau hal yang dapat dicontoh dari tokoh. Dari watak tokoh, selalu ada sifat-sifat baik yang dapat
diteladani untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat-sifat baik itu, misal kejujuran, adil dan
suka menolong. Keteladanan dosen dalam pendidikan adalah cara mendidik dengan memberi contoh
dimana anak didik dapat menirunya baik dari segi perkataan, perbuatan, maupun cara berfikir dan yang
lainnya, karena itu seorang pimpinan hendaklah berhati-hati di hadapan staf atau bawahannya.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Kemenag provinsi
Aceh menyatakan Prinsip keteladana menjadi hal yang sangat penting dalam proses penanaman karakter,
adanya keselarasan antara ucapan dan perilaku. Perintah atasan kepada bawahan, idealnya disertai dengan
contoh dari pimpinan . lebih cepat merekam perilaku daripada nasehat piminan . Keteladanan ini menjadi
jurus ampuh dalam proses penanaman karakter, karena ASN melihat sesuatu yang sinkron dari ucapan
dan perilaku Pimpinan.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang pendidikan
Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Aceh menyatakan bahwa secara umum, umat Islam wajib berusaha
untuk berperilaku seperti Rasulullah dan patuh mengikuti semua tradisi profetik yang diajarkan melalui
ucapan dan perbuatannya. Tetapi yang menarik untuk dikaji adalah pernyataan keteladanan nabi
Muhammad yang diungkapkan secara khusus dengan bahasa uswatun hasanah ini disebutkan di sela-sela
rangkaian ayat-ayat yang berbicara tentang suasana dalam pekerjaan sehari hari.
2. Kharismatik
Karismatik merupakan menekuni pekerjaan sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai
keahlian di bidang yang ia tekuni sesuai dengan bidang keahlian pendidikan masing masing ASN.
Keahlian juga di latar belakangi dengan bidang pendidikan yang linear. kemampuan kerja yang harus
dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil negara yang mencakup aspek keahlian,ketrampilan dan
komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara perlu menunjukan
pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa “Karismatik
penting untuk menunjukan keteladanan dalam menjalankan tugas”.
Keteladanan dapat melahirkan karismatik bagi seseorang ASN dalam menjalankan tugas. Hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan Karismatik tidak dimiliki
oleh semua orang, tapi perlu ada pada semua orang terutama levelagar dapat dipercaya dan dihargai
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Sikap karismatik tidak dimiliki oleh semua pegawai yang ada pada Kantor
Kementerian Agama Wilayah Aceh.
Berdasarkan kesimpulan indikator-indikator maka dapat dirumuskan kesimpulan dimensi bahwa
keteladanan melekad pada seorang ASN bila memiliki karismatik yang terlihat dari karakter dan sikap.
3. Kinerja Aparatur Sipil Negara pada Kantor Kementerial Agama Propinsi Aceh
a. Hasil kerja
1. Kualitas
Kualitas kerja tercermin dari jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan secara tepat waktu dan
tepat mutu. Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Provinsi Aceh
menyatakan bahwa, Hasil kerja objek berwujud atau tak berwujud yang merupakan hasil pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh ASN sebagai bagian dari suatu kewajiban pekerjaan yang dapat
menghasilakan suatu pekerjaan yang selesai dengan sempuna dan tepat waktu dalam menyelesaiakan.
Sering dikaitkan secara spesifik dengan objektif ini, dapat berupa suatu kata kat yang berhasil bagi suatu
barang, produk, atau artefak yang harus dibuat dan diberikan sebagai bagian kewajiban, atau suatu kata
keterangan: menjelaskan sesuatu yang harus diberikan sebagai bagian dari kewajiban dari pekerjaan.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan Syariah, menyatakan
bahwa Pekerjaan itu anugerah. Sudah seharusnya kamu melakukannya dengan rasa syukur. Jika
dikerjakan dengan baik maka hasilnya pun akan baik. Kamu juga akan disayang atasan kamu dan
mendapatkan reward yang oke. Selain itu, kamu juga akan terus dipercaya karena kamu bisa bekerja
dengan baik. Nah itu ASN harus bekerja dengan maksimal.
Menurut Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah menyatakan bahwa hasil kerja yang
maksimal itu mendapatkan hasil kerja yang bagus. Jadi dan Apa saja ya yang bisa membuat pekerjaan
kamu maksimal? Nah, tujuh cara ini bisa coba oleh seorang ASN, Sesuaikan dengan bidang kerjanya
masing masing. Jika belum sesuai, kamu bisa memodifikasinya, biar caranya tepat dan hasil kerja
memuaskan.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa
bekerja itu harus fokus dan akan mendapatkan Hasil kerja bisa maksimal jika kamu fokus. Jika di kantor
gagal fokus maka gagal juga apa yang kamu kerjakan. Fokus ini bisa berarti fokus terhadap waktu kerja
atau deadline, fokus pada cara mengerjakannya, dan fokus pada prosesnya. Setelah pekerjaan selesai,
kamu juga harus fokus untuk mengevaluasinya. Cari kelebihan dan kelemahannya sehingga pekerjaanmu
bisa diperbaiki dan dikembangkan. Jadi, selama di kantor, fokus aja deh. Lupakan sejenak beban hidup
yang lain, biar hasilnya maksimal dan memuaskan.Kamu bisa sukses bekerja jika punya target. Rasanya
tidak ada kantor yang tidak menetapkan target-targetnya pada para karyawan. Nah, apa target kerjamu?
Jika kamu belum menetapkan targetmu hari ini segera tetapkan. Target-targetmu itulah yang akan
menuntun kamu bekerja dengan baik.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan menyatakan bahwa
ASN bila bekerja dengan baik maka, kamu akan mudah menghasilkan keuntungan, benefit, atau manfaat
yang maksimal. Perusahaan bangga dengan hasil kerjamu. Atasan kamu pun memujimu dan senang bisa
bekerja sama denganmu. Membuat target yang jelas, kalau bisa selipkan target-target yang sulit, tapi
ASN itu yakin bisa mengerjakannya sesuai dengan waktu dan hasil maksimal. Punya target yang jelas,
apalagi yang sulit, jika tidak punya rasa percaya diri akan sulit juga kamu bekerja dengan baik. Bahkan,
percaya diri ini dibutuhkan sebelum kamu melakukan pekerjaan di hari ini. Sudah percaya dirikah kamu
hari ini?.Percaya diri merupakan landasan utamamu dalam bekerja. Kamu bisa menemukannya hanya di
dalam dirimu. Yakinlah bahwa kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu, termasuk pekerjaan tersulitmu.
Dengan bekal kepercayaan diri yang tinggi, buatlah hasil kerjamu jadi maksimal. Kamu bisa kok.
Meski punya kepercayaan diri yang oke, jangan memaksakan diri untuk melakukan banyak pekerjaan
dalam satu waktu. Kamu harus cerdas membagi-bagi pekerjaan, terutama dengan tim kerjamu.
Memaksakan diri biar dianggap mampu mengerjakan banyak tugas hanya akan menghabiskan
energimu.Jika energimu perlahan-lahan redup, kamu akan kehilangan fokus. Selain itu, kamu juga mudah
terserang penyakit karena mudah lelah dan rapuh. Memaksakan diri untuk banyak menyelesaikan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan juga hanya akan membuatmu terjebak pada banyak
kesalahan.
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dirumuskan kesimpulan indikator bahwa “Pegawai pada
Kantor Kementerian Agama Wilayah Aceh belum semuanya memiliki kualitas”
2. Kuantitas
Banyak sekali hasil kerja yang telah dilaksanakan oleh pegawai pada Kantor Kementerian
Agama Wilayah Aceh dalam rangka mensukseskan berbagai program yang telah ditetapkan oleh
lembaga tersebut. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa
“Pekerjaan yang kami lakukan sebagai staf tata usaha diantaranya berkaitan dengan surat menyurat,
mencatat jumlah peserta sekaligus pembagian formulir pendaftaran pada masing-masing peserta
sesuai dengan bidang pilihan keahlian yang tersedia”.
Hasil kerja dibutuhkan oleh banyak pihak, sehingga hasil kerja tersebut dilaporkan oleh
bahagian masing-masing pada atasan sebagai bentuk pelaporan yang baku. Hasil wawancara peneliti
dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Hasil kerja kami sangat dibutuhkan
oleh pihak lain, sehingga apa yang sudah kami lakukan kami buat dalam bentuk laporan kegiatan dan
juga laporan kegiatan tahunan”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan bahwa “Hasil kerja kami bisa dilihat
dalam pelaporan yang kami buat secara bersama-sama, tentunya sesuai dengan jobdescription
pegawai. Dengan adanya pelaporan sedemikian rupa bukan hanya memudahkan bagi kami, melaikan
juga memudahkan bagi semua stakeholder yang membutuhkan informasi”.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Hasil kerja
sangat bervariasi mulai dari pengelolaan surat masuk biasa maupun surat yang tergolong atau yang
bersifat rahasia, serta pengelolaan surat keluar. Berkaitan dengan hasil kerja sangat tergantung dari
jenis kerja yang berkaitan dengan pelatihan apa yang diinginkan oleh orang-orang yang mengikuti
pelatihan. Pada prinsipnya hasil kerja yang kami lakukan bisa kami pertanggung jawabkan karena
pelaksanaan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa ‘Kuantitas kerja berkaitan
dengan jumlah pekerjaan yang dilakukan mulai dari proses pengelolaan surat masuk, baik yang
sifatnya biasa maupun surat masuk yang sifatnya rahasia sampai pada tahapan pengelolaan surat
keluar”.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Kuntitas kerja sangat tergantung pada kemampuan masing-masing ASN.
3. Efektif dan efisien
Berkaitan dengan efekti dan efisien yang dibutuhkan atau digunakan dalam menyelesaikan
berbagai macam tugas sangat tergantung dengan limit waktu yang tersedia. Hasil wawancara
peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, pada hari
Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa “Mengenai kapan setiap tugas harus
diselesaikan pada dasarnya sesuai dengan waktu yang diberikan oleh atasan dalam menyelesaikannya,
namun bila waktu sudah habis sementara pekerjaan belum selesai, biasanya kami melakukan lembur
secara bersama-sama”.
Kompetensi juga di latar belakangi dengan bidang pendidikan yang linear. kemampuan kerja
yang harus dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil negara yang mencakup aspek keahlian,ketrampilan
dan komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara
harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai
dengan standar yang dipersyaratkan.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan
kompetensi/skil merupakan seorang Aparatur sipil Negara yang menguasai bidang pekerjaan yang
dilandasi sesuai dengan bidang pendidikan dan keahlian, seperti memiliki ketrampilan dalam bekerja dan
berbuat,memiliki kejuruan, dan sopan dalam bekerja dan berbuat, sehingga akan menghasilakan
pekerjaan yang adal nilai hasil yang maksimal dan nilai guna sesuai dengan bidangnya”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan kompetensi seorang Aparatur Sipil
Negara merupakan orang yang memiliki keahlianatau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki
kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari
perbuatan. Atau definisi dari profesional adalah orang yang hidup dengan cara mempraktekan suatu
keterampilan atau keahlian tertentu yang terlibat dengan suatu kegiatan menurut keahliannya. Jadi dapat
disimpulkan profesional yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan, Aparatur Sipil Negara
dikatakan memiliki kompetensi apabila dalam menjalankan tugasnya seseorang mampu mengelola tugas
yang berbeda dalam pekerjaan, tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, dan
bertanggung jawab. Profesionalitas merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa kompetensi merupakan
menekuni pekerjaan sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai keahlian di bidang yang ia tekuni
sesuai dengan bidang keahlian pendidikan masing masing ASN. Keahlian juga di latar belakangi dengan
bidang pendidikan yang linear. kemampuan kerja yang harus dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil
negara yang mencakup aspek keahlian,ketrampilan dan komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif.
Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats,
yang diharapkan meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara perlu menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap
sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Efektif kerja dilihat dari kesesuai antara jumlah pekerjaan dengan waktu dan
anggaran.
Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun pegawai kontrak akan mendapat reward bila
memiliki prestasi kerja. Jumlah reward dilingkungan Kantor Wilah Kementerian Agama sangat
bervariasi dan diberikan pada pegawai yang memiliki prestasi. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala
Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa
tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Sebagaimana kita pahami bersama bahwa gaji
merupakan hak yang harus diterima oleh semua Aparatur Sipil Negara (ASN) berkaitan dengan tugas
pokok yang telah dijalankan sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Namun disamping dari pada
itu pegawai juga berhak mendapatkan reword bila memiliki prestasi kerja”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan bahwa “Syarat berkembangnya karir
seorang ASN adalah ASN tersebut harus kompeten, mampu, baik pengetahuan, keterampilan, maupun
prilaku. ASN kompeten yang memiliki kecakapan hidup (life skill) denga rincian sebagai berikut”. Cakap
mengenal diri (self awareness skill) diantaranya ( Sadar sebagai makhluk Tuhan, Sadar eksitensi
diri, Sadar potensi diri.b. Cakap berpikir (thinking skill), diantaranya,( Cakap mengali informasi, Cakap
mengolah informasi, Cakap mengambil keputusan, Cakap memecahkan masalah, Cakap bersosialisasi
(sosial skill) diantaranya, Cakap berkomunikasi lisan cakap berkomunikasi secara tertulis Cakap dalam
bekerjasama), c. Cakap secara akademik (akademik skill) Cakap melaksanakan suatu penelitian, Cakap
secara vokasiona (vocatinal skill), diantaranya, Memiliki keahlian khusus dibidang pekerjaan, misal ahli
komputer, ahli akutansi dll.Contoh pengembangan karier seorang guru, antara lain Secara formal.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan “Ketika kita mulai
merintis karier, tentu kita mengharapkan adanya pengembangan karier di kantor tempat bekerja.
Pengembangan karier yang dinamakan career path ini sangat penting, tidak hanya untuk karyawan
saja.Adanya kemajuan karier ini merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah seorang ASN
akan bertahan di kantor atau tidak.Oleh karena itu, dalam sebuah lembaga pengembangan karier ASN
merupakan hal penting. Jika perusahaan mampu membuat pola karier yang tepat bagi ASN, maka
seseorang itu akan menjadi potensi bagi tersendiri selain itu, bagi ASN, adanya career path yang jelas
akan membuat mereka lebih bersemangat dan memberikan yang terbaik ketika melakukan pekerjaannya.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa “jika ASN mereka berhasil
memenuhi ekspektasi, maka akan ada kesempatan untuk melakukan promosi sesuai dengan jenjang karier
yang telah disepakati.Untuk itu, diperlukan adanya transparansi dalam pembuatan career path untuk
mempertahankan ASN yang potensial dalam perusahaan. Melihat pentingnya peran career path di dalam
perusahaan, maka di dalam artikel ini akan dibahas terkait hal tersebut yang dijamin akan bermanfaat
untuk pengembangan kariermu.Memahami Career Path Masing-masing Karyawan yang baik,Sebelum
mengetahui dan memahami terkait jenjang karier dari masing-masing ASN/karyawan, terlebih dahulu kita
harus tahu artinya. Career path atau jenjang karier didefinisikan sebagai rangkaian posisi yang harus
dilalui oleh masing-masing karyawan untuk mencapai tingkatan posisi tertentu dalam perusahaan.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Reword dan funishmennt hanya diberikan pada pegawai yang memiliki prestasi
dilaihat dari kinerja yang ditunjukan dalam bekerja.
2. Promosi
Promosi merupakan penghargaan dengan kenaikan jabatan dalam suatu organisasi ataupun
instansi baik dalam pemerintahan maupun non pemerintah (swasta). Seseorang yang menerima promosi
harus memiliki kualifikasi yang baik dibanding kandidat-kandidat yang lainnya. Terkadang jender pria
wanita serta senioritas tua muda mempengaruhi keputusan tersebut. Hal inilah yang banyak diusahakan
oleh kalangan pekerja agar bias menjadi lebih baik dari jabatan yang sebelumnya ia jabat. Dan juga demi
peningkatan dalam status sosial. Promosi merupakan kesempatan untuk berkembang dan maju yang dapat
mendorong karyawan untuk lebih baik atau lebih bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan dalam
lingkungan organisasi atau perusahaan.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa “Dengan
adanya target promosi, pegawai atau karyawan maka akan merasa dihargai, diperhatikan, dibutuhkan dan
diakui kemampuan kerjanya oleh pimpinan sehingga mereka akan menghasilkan keluaran yang tinggi
serta akan mempertinggi loyalitas (kesetiaan) pada pimpinan atau perusahaan”.
Pimpinan harus menyadari pentingnya promosi dalam peningkatan produktivitas yang harus
dipertimbangkan secara objektif. Jika pimpinan telah menyadari dan mempertimbangkan, maka
perusahaan akan terhindar dari masalah-masalah yang menghambat peningkatan keluaran serta merugikan
perusahaan seperti ketidakpuasan karyawan, adanya keluhan, tidak adanya semangat kerja serta
menurunnya disiplin kerja. Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karyawan atau pegawai
berdasarkan
a. Pengalaman (lamanya pengalaman kerja karyawan).
b. Kecakapan (keahlian atau kecakapan).
c. Kombinasi kecakapan dan pengalaman.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa
“promosi dilakukan dengan berbagai pertimbangan diantaranya pengalaman dan lamanya seorang
pegawai bekerja, memiliki kecakapan dan dedikasi serta loyalitas selama bekerja dan juga kombinasi
kecakapan dan pengalaman yang dimiliki”.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020 bahwa “Syarat-syarat promosi pegawai atau
karyawan pada umunya bahwa pegawai yang memiliki kejujuran, kedisiplinan, memiliki prestasi kerja,
mampu bekerjasama dalam tim, memiliki kecakapan adanya loyalitas serta mampu berkomunikasi dengan
baik sekaligus didukung oleh tingkat peniddikan”.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Promosi
merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan oleh pimpinan setelah dilakukan evaluasi
kinerja”.
Sementara hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang
Pendidikan Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Setiap pegawai
berhak mendambakan promosi karena dipandang sebagai penghargaan atas keberhasilan, sekaligus
sebagai pengakuan atas kemampuan dan potensi yang bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih
tinggi dalam organisasi”.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Promosi didasarkan pada prestasi seseorang, atau ada juga kemauan penguasa
yang mempunyai kebijakan karena kewenangannya atau karena politik”.
Berdasarkan kesimpulan indikator-indikator maka dapat dirumuskan kesimpulan dimensi sebagai
berikut Reword dan promosi jabatan didapatkan oleh pegawai yang berprestasi.
c. Lingkungan
1. Keluarga
Kinerja seseorang juga dipengarui oleh lingkungan keluarga maupun rekan kerja yang ada. Hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Lingkungan keluarga merupakan
sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan berdasarkan interaksi alam dengan ASN”. Bahkan
mempunyai cakupan sangat luas seiring perkembangannya. Namun secara sederhana lingkungan
berhubungan erat dengan alam dan penyusunnya yaitu Manusia dan di kantor ASN. Sayangnya, diantara
sekian permasalahan yang dihadapi oleh manusia, kondisi lingkungan merupakan salah satu hal yang
berdampak besar. Sebab kehidupan manusia sangat bergantung pada keadaan di sekitarnya. Oleh sebab
itu berbagai upaya terus dilakukan untuk melestarikan lingkungan.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan “Lingkunga
kerja atau keluarga dapat dijelaskan dalam beberapa pengertian, mulai dari arti yang sederhana hingga
spesifik seperti yang disampaikan oleh para ahli”. Secara garis besar pengertian lingkungan dapat dibagi
dua, yaitu pengertian secara umum dan pengertian menurut para ahli sebagai berikut, Lingkungan adalah
sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan berdasarkan interaksi alam dengan masyarakat. Istilah ini
bahkan mempunyai cakupan sangat luas seiring perkembangannya.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Bimbingan
Syariah pada hari Rabu tanggal 11 November 2020, menjelaskan “Secara sederhana lingkungan
berhubungan erat dengan alam dan penyusunnya.Sayangnya, diantara sekian permasalahan yang dihadapi
oleh manusia, kondisi lingkungan merupakan salah satu hal yang berdampak besar. Sebab kehidupan
manusia sangat bergantung pada keadaan di sekitarnya.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian
Agama Provinsi Aceh pada hari Rabu tanggal 10 November 2020 mengatakan bahwa “Lingkungan
keluarga merupakan sebuah kondisi yang mendukung dan mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan manusia dan badan-badan hidup lainnya”. ASN memahami lingkungan dapat digambarkan
sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk manusia atau hidup yang memiliki hubungan timbal
balik dan interaksi kompleks antara komponen dengan komponen lainnya.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa “Dukungan yang sangat
mempengarui dalam berkarir adalah lingkungan keluarga, bila dukungan keluarga tidak ada maka sangat
sulit untuk mencapai keberhasilan dalam bekerja”.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Dukungan keluarga sebagai modal bagi seseorang dalam mengejar karir”.
2. Rekan kerja
Rekan kerja dapat menentukan baik buruknya kinerja seseorang dalam melaksnaakan tugas.
Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah, menyatakan bahwa
Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang
nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling
mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya. Pada suatu lingkungan terdapat dua
komponen penting pembentukannya sehingga menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan
komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di
dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. sedangkan komponen
abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah
lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, menyatakan bahwa
lingkungan mempuyai unsur unsur Seperti yang telah dibahas diatas bahwa lingkungan hidup itu terdiri
atas berbagai kumpulan dari setiap interaksi dari berbagai unsur yang ada terkandung pada suatu
lingkungan. Unsur unsur penyusun lingkungan hidup tersebut sebenarnya terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu unsur biotik, unsur abiotik, dan unsur sosial budaya.Sesuai namanya, unsur lingkungan hidup Biotik
adalah unsur atau komponen yang tersusun dari berbagai macam makhluk hidup bernyawa yang ada di
muka bumi ini atau pada lingkungan tertentu sebagai contoh kecilnya. Contoh dari lingkungan hidup
biotik adalah seperti manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di suatu
lingkungan.Unsur Lingkungan Hidup Abiotik (Non Biotik) Sedangkan untuk lingkungan hidup non biotik
adalah sebuah tempat atau kondisi pada suatu lingkungan yang menjadikannya sebagai penyusun bentuk
untuk mendukung terjadinya suatu yang dinamakan lingkungan. Contohnya adalah seperti air, tanah,
udara, bebatuan, dan benda mati lainnya.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Aceh, pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 ia mengatakan bahwa “Kompetensi
pegawai sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai keahlian dibidang yang ia tekuni sesuai
dengan bidang keahlian masing masing ASN”.
Kompetensi juga di latar belakangi dengan bidang pendidikan yang linear. kemampuan kerja
yang harus dimiliki oleh setiap individu aparatur sipil negara yang mencakup aspek keahlian,ketrampilan
dan komitmen dan kepatuhan, integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara
harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai
dengan standar yang dipersyaratkan.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Aceh pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 mengatakan
kompetensi/skil merupakan seorang Aparatur sipil Negara yang menguasai bidang pekerjaan yang
dilandasi sesuai dengan bidang pendidikan dan keahlian, seperti memiliki ketrampilan dalam bekerja dan
berbuat,memiliki kejuruan, dan sopan dalam bekerja dan berbuat, sehingga akan menghasilakan
pekerjaan yang adal nilai hasil yang maksimal dan nilai guna sesuai dengan bidangnya”.
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan
Madrasah pada hari Rabu tanggal 10 November 2020, mengatakan bahwa kompetensi merupakan
menekuni pekerjaan sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai keahlian di bidang yang ia tekuni
sesuai dengan bidang keahlian pendidikan masing masing ASN. Keterampilan dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara perlu menunjukan pengetahuannya,
keterampilannya dan sikap sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Berdasararkan hasil wawancara dengan berbagai informan maka dapat dibuat kesimpulan
indikator sebagai berikut: Baik buruknya kinerja sangat dipengarui oleh rekan kerja.
Berdasarkan kesimpulan indikator-indikator maka dapat dirumuskan kesimpilan dimensi sebagi
berikut: Lingkungan keluarga dan rekan kerja sangat menentukan baik buruknya kinerja Aparatur Sipil
Negara pada Kontor Kementerian Agama.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Budaya Kerja Aparatur Sipil Negara pada Kantor Kementerian Agama
a. Profesionalitas
Profesionalitas dapat meningkatkan kemampuan ASN dalam bekerja. Budaya kerja timbul
akibat hasil belajar bersama antar anggota yang dianggap merupakan jalan yang benar untuk
memahami, berpikir, dan merasakan satu sama lain agar bisa memecahkan masalah yang ada. Maka
dari itu, bisa dikatakan bahwa budaya kerja juga merupakan kumpulan dari asumsi-asumsi dasar yang
dipelajari sebagai hasil dari memecahkan masalah yang ada di kantor dalam proses penyesuaian.
Aparatur Sipil Negara (ASN) nantinya akan memengaruhi suasana kerja. Suatu keberhasilan kerja,
berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut
bermula dari adat kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi
kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut
dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan
budaya kerja.
Hubungan Budaya kerja terhadap kinerja Apartur sipil Negara pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama provinsi Aceh dalam meningkatkan kinerja aparatur merupakan salah satu kunci
sukses bagi keberhasilan seluruh organisasi. Dalam meningkatkan kenerja aparatur sangat
menentukan dalam mengarahkan sikap dan perilaku pribadi seseorang untuk dapat bersikap dan
berperilaku sesuai dengan aturan yang ditentukan dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Suatu ungkapan betapapun canggih suatu peralatan kerja, tersedianya biaya serta prosedur kerja
namun jika anggota organisasi berperilaku tidak sesuai misi organisasi akan gagal/ tidak tercapai.
Disinilah letak pentinya faktor manusia dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Oleh sebab itu
aparatur sipil Negara sebagai sumber daya manusia dalam suatu organisasi harus dibina, diarahkan
serta ditingkatkan kemampuannya untuk memperlancar tugas dan pekerjaannya sebagai aparatur
negeri.
Setiap organisasi baik pemerintah maupun swasta dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu,
dan apabila tercapai barulah dapat dikatakan berhasil. Untuk mencapai keberhasilan, diperlukan
landasan yang kuat berupa kompetensi. Dengan demikian, kompetensi menjadi sangat berguna untuk
membantu organisasi meningkatkan kinerjanya. Kompetensi sangat diperlukan dalam setiap proses
sumber daya manusia. Semakin banyak kompetensi dipertimbangkan, maka semakin meningkat pula
kinerjanya.
Hamalik (2016: 78 ) Profesional suatu profesi tersendiri, pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan
oleh sembarang orang tampa memiliki keahlian sebagai. Banyak yang pandai berbicara tertentu,
namun orang itu belum dapat disebut memiliki profesionalitas. Jadi profesional merupakan berbagai
sikap yang dilakukan seseorang atas dasar cita-cita dan penerapan atas nilai-nilai yang sudah
disepakati bersama. Misalnya saja komitmen bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan,
menerapkan dilai kejujuran dalam kegiatan, dan lain sebaginya. Aparatur sipil Negara dalam bekerja
dengan profesional dan menjunjung semangat yang tingga terhadap nilai yang di kandungnya. Lebih
lanjut Spencer dalam Mangkunegara (2016: 109), mengatakan Profesional merupakan sebuah
keahlian atau kemampuan profesional tidak mesti harus diperoleh daei jenjang pendidikan, tetapi bisa
saja seseorang yang secara tekun mempelajari dan melatih diri dalam suatu bidang tertentu menjadi
profesional.
Profesionalitas merupakan bekerja sesuai dengan tupoksi masing masing, mempunyai
keahlian dibidang yang ia tekuni sesuai dengan bidang keahlian masing masing ASN. Profesionalitas
juga di latar belakangi dengan bidang pendidikan yang linear. Kemampuan kerja yang harus dimiliki
oleh setiap individu aparatur sipil negara yang mencakup aspek keahlian, ketrampilan dan komitmen
dan kepatuhan, integritas dan kreatif. Secara dedikasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
pegawai juga di anggap profesionaliats, yang diharapkan meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang Aparutur Sipil Negara harus lakukan
ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai dengan standar
yang dipersyaratkan.
Harapan terhadap profesionalisme ASN ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antara
kinerja yang diharapkan (intended performance) dengan kinerja nyata yang dihasilkan (actual
performance) oleh ASN. Masih banyaknya tingkat inefisiensi dalam pelaksanaan tugas merupakan
bukti nyata kompetensi yang masih rendah. ASN yang kurang professional dan kurang memiliki
kesadaran moral cenderung melakukan penyalahgunaan wewenang atau penyalahgunaan keuangan
negara. Perilaku ASN yang menyimpang tersebut akan menjadi permasalahan yang rumit, manakala
ASN belum mampu beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan termasuk kurang peka
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sulit untuk memperbaiki kinerjanya.
Kebutuhan tenaga-tenaga terampil didalam berbagai bidang sudah merupakan tuntutan dunia
global yang tidak dapat ditunda dan dituntut untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana
pengembangan sumber daya Manusia yang berkualitas, dengan melakukan perbaikan kedalam, yang
salah satunya melalui pengembangan kemampuan ASN dalam bidang keahliannya. Kualitas sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi
atau instansi. Untuk lebih berkembang dan majunya profesionaliatas Aparatur sipil Negara sangat di
butuhkan untuk meningkatkan daya kerja dan hasil yang kopeten dalam bidang masing masing.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan temuan 1 sebagai berikut:
Temuan 1:
Profesionalitas mencerminkan dari kompetensi yang dimiliki ASN berdasarkan kualifikasi akademik,
masa kerja serta didukung dengan adanya kegiatan Diklat/pelatihan yang diikuti.
Temuan tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hamalik (2016: 78) yang
menyebutkan bahwa “Profesional sebagai suatu profesi tersendiri, pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan
oleh sembarang orang tampa memiliki keahlian. Banyak yang pandai berbicara tertentu, namun orang
itu belum dapat disebut memiliki profesionalitas dikarenakan tidak menjalankan profesi dengan baik.
b. Inovasi
Tidak semua pegawai Kantor Kementerian Agama Wilayah Aceh memiliki inovasi dalam
menjalankan budaya hubungan kerja. Inovasi menurut para ahli adalah suatu contoh dimana suatu
kreativitas, daya cipta dan inisiatif kuat dapat menghasilkan sesuatu yang secara materi jauh lebih
baik daripada penemuan-penemuan sebelumnya. Jadi, salah satu tujuan inovasi adalah menciptakan
kemudahan baru untuk kehidupan manusia melalui penemuan atau perkembangan baru dari ide-ide
inovatif yang berhasil diwujudkan dengan baik. Suatu inovasi juga erat kaitannya dengan inovasi
produk. Inovasi produk adalah suatu penciptaan baru yang mengandung beberapa unsur di bawah ini:
- Teknologi baru.
- Layanan dan solusi baru.
- Pengalaman baru.
- Proses dan metode baru.
- Sebuah hasil yang sangat berharga.
- Fashion dan desain baru.
- Suatu barang atau produk sos
Pengertian Inovasi dalam UU Nomor 19 Tahun 2002 Menurut UU No. 19 Tahun 2002,
pengertian inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau pun perekayasaan yang
dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu
pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.Inovasi merupakan setiap ide atau pun
gagasan baru yang belum pernah ada atau pun diterbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi biasanya berisi
terobosan-terobosan baru mengenai sebuah hal yang diteliti oleh sang inovator (orang yang membuat
inovasi). Inovasi biasanya sengaja dibuat oleh sang inovator melalui berbagai macam aksi atau pun
Temuan 2:
Tidak semua pegawai Kantor Kementerian Agama Wilayah Aceh memiliki inovasi dalam
menjalankan budaya hubungan kerja.
Temuan tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Urabe (2017: 12)
yang menyatakan bahwa “Inovasi merupakan setiap kegiatan yang dihasilkan dengan proses
pengambilan keputusan, mulai dari penemuan gagasan hingga ke implementasiannya.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab dalam menajalankan tugas tercermin dari adanya progres dalam bekerja, taat
terhadap aturan dan disiplin dalam menyelesaikan tugas. Melalui pekerjaan itulah diharapkan dapat
mengubah hidup, nasib, dan kondisi kita menjadi lebih baik. Karena itu bekerja dengan sepenuh hati
adalah bagian dari pekerjaan kita secara profesional. Mengacu pada hal di atas maka sebaiknya
tanggung jawab sebagai ASN, tidak memikirkan seberapa besar dan kecilnya, dari pekerjaan itu. Ini
dilakukan karena sebenarnya kita juga tidak bisa mengelak dari tanggung jawab yang telah kita ambil
jauh sebelum kita memutus kan untuk berkecimpung sebagai ASN itu sendiri,jadi dengan ada nya
tanggung jawab yang besar dari diri kita maka dengan sendiri'a kita pasti akan mendapat kan hasil dan
motivasi yang lebih cemerlang untuk kedepan nya.
Menurut KBBI (Kamus Umum Bahasa Besar Indonesia) Pengertian tanggung jawab adalah
suatu keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung,
memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Kita pasti akan dimintai beberapa hal yaitu seperti tanggung jawab dan kemampuan kita untuk
memberi jawaban mengenai bagaimana dan berapa lama waktu yang kita perlu kan untuk menempuh
suatu pekerjaan. Tidak ada pekerjaan di dunia ini yang mau membiarkan dan melepaskan kita dari
tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab pekerjaan yang kita kerjakan selama ini. Dan jika kita
senantiasa melakukan pekerjaan kita dengan dua hal tadi maka kita akan merasa puas, senang dan
berhasil, sehingga kita bisa hidup lebih tenang dan nyaman untuk kedepan nya. Bisa menjadi
seseorang yang berhasil dan selalu nyaman dan tentram dalam menjalani kehidupan.
Jadi marilah kita bersama sama untuk meningkat kan rasa tanggung jawab dan rasa ingin maju
kita terhadap suatu pekerjaan yang sedang dan yang akan kita lakukan sekarang maupun nanti. Agar
kita bisa meningkat kan lagi SDM yang sudah tertanam di dalam diri kita dan untuk memajukan sistem
kerja kita di zaman yang semakin modern ini.Mari kita terapkan rasa penuh tanggung jawab kepada
suatu pekerjaan yang mungkin selama ini kita lalai kan atau abaikan, termasuk saya sendiri.
Lebih lanjut Istanto (2016: 43) mengatakan bahwa “Pertanggung jawaban berarti sebuah
kewajiban memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas semua hal yang terjadi dan
kewajiban untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Dalam
pekerjaan pertanggung jawaban merupakan jenis tuntutan tanggung jawab yang harus di jalankan oleh
seorang ASN dalam menyelesaikan pekerjaan. Tanggung jawab dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, ada beberapa jenis-jenis tanggung jawab di
antaranya adalah sebagai berikut: 1.Tanggung jawab terhadap Tuhan, 2.Tanggung jawab terhadap diri
sendiri, 3.Tanggung jawab terhadap keluarga, 4.Tanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat,
5.Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan temuan 3 sebagai berikut:
Temuan 3:
Tanggung jawab dalam menajalankan tugas tercermin dari adanya progres dalam bekerja, taat terhadap
aturan dan disiplin dalam menyelesaikan tugas.
Hail penelitian sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Istanto (2016: 43) bahwa
“Pertanggung jawaban berarti sebuah kewajiban memberikan jawaban yang merupakan perhitungan
atas semua hal, seperti kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Dalam pekerjaan pertanggung jawaban
merupakan jenis tuntutan tanggung jawab yang harus di jalankan oleh seorang ASN dalam
menyelesaikan pekerjaan.
d. Keteladanan
Keteladanan melekad pada seorang ASN bila memiliki karismatik yang terlihat dari karakter
dan sikap. Keteladanan penting pada pemimpin dalam semua aspek. Teladan dapat diartikan dengan
memberi contoh yang baik dalam semua aspek. Pemimpin yang teladan berarti pemimpin tersebut
dapat memberikan contoh yang baik dalam semua bidang, seperti kedisiplinan, bersikap dan
sebagainya. Keteladanan seharusnya mudah, tinggal bagaimana komitmen.
Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti sesuatu patut ditiru atau baik untuk dicontoh.
Sedangkan dalam bahasa Arab adalah uswatun hasanah. Uswatun sama dengan qudwah yang berarti
ikutan, sedangkan hasanah diartikan perbuatan yang baik. Jadi uswatun hasanah adalah suatu
perbuatan. Keteladanan merupakan perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan
atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinyaatau melihatnya.
Menurut Edi (2016) yang dikutip oleh keteladanan suatu pemimpin dalam semua aspek juga
sangat penting. Teladan dapat diartikan dengan memberi contoh yang baik dalam semua aspek.
Pemimpin yang teladan berarti pemimpin tersebut dapat memberikan contoh yang baik dalam semua
a. Hasil kerja
Hasil kerja dilihat dari jumlah dan kualitas pekerjaan dan waktu yang digunakan dalam pekerjaan
tersebut. Seorang ASN mungkin telah melakukan sesuatu yang baik dalam kariernya. Hasil kerja ASN
dapat menyelesaikan setiap pekerjaan tepat waktu, mau belajar, dan bahkan dapat bekerja dengan tim,
serta senang dengan kinerja secara keseluruhan. Segala yang Anda lakukan menyisakan ruang untuk
perbaikan dan selalu tertarik dengan cara-cara yang dapat terus membuat menjadi seorang yang ahli.
Istanto (2016: 43) mejelasakn ada delapan hal yang dapat di lakukan untuk memberikan hasil kerja yang
baik.
Kita jarang melewatkan tenggat waktu dan merasa seperti hari-hari dihabiskan dengan baik.
Tetapi, terkadang menemukan diri menghabiskan lebih banyak waktu dari yang inginkan untuk
mengerjakan proyek, atau menjadi terganggu dan harus tinggal di kantor lebih lambat dari biasanya. Dan,
sebenarnya tidak memiliki strategi manajemen waktu yang resmi, yang membuatnya sulit untuk selalu
tetap fokus dan bekerja secara efisien. Tidak seperti meja rekan Anda yang gunung-gunungnya secara
perlahan masuk ke wilayah anda, mungkin Anda memiliki meja kerja yang cukup rapi dan bersih. Kotak
masuk dan desktop Anda tidak terlalu mengerikan untuk dilihat, tetapi terkadang ada catatan penting yang
hilang secara acak, daftar pekerjaan yang terlupakan, dan beberapa berkas yang menjadi sulit untuk
ditemukan. Bagaimana dengan desktop lakukan sebuah perubahan cepat dalam mengubah cara bekerja di
komputer. Akhirnya, jika tidak memilikinya, pertimbangkan untuk berinvestasi dengan membuat agenda
perencanaan untuk mengatur setiap bagian dari kehidupan.
Setiap pertemuan yang miliki telah berjalan dengan cukup produktif. Tetapi saat merasa bingung
akan sesuatu, sudah sangat akrab dengan sebuah pemetaan ide yang berlangsung selama 30 menit.
Agenda pertemuan bisa sangat membantu untuk tetap berada pada topik suatu pertemuan. juga belajar
cara untuk berbicara dengan seseorang yang selalu terlambat. Ini dapat membantu menghindari masalah
sebuah pertemuan yang akan memakan waktu ekstra panjang. Terakhir, pastikan melakukan persiapan
sebelumnya sehingga percakapan akan berlangsung secara efisien mungkin. Atau, dapat
mempertimbangkan untuk tidak mengadakan rapat sama sekali dan mengirim email sebagai gantinya. Ini
dapat segera mengubah pertemuan yang tidak produktif menjadi hal yang lebih produktif. Untuk dapat
meluangkan waktu dalam pertemuan pertemuan ilmiah sering kita harus meluangkan waktu dan dapat
pergesekan sehingga harus berurusan dengan mereka dan menyebabkan berkurangnya kualitas pekerjaan
masing-masing. Bukankah kita semua ingin menghindari konflik-konflik tersebut. Rekan pasti akan
memilih untuk tidak memiliki pergesekan dalam pekerjaan. Pelajari dan praktikkanlah cara untuk
berbicara dengan rekan kerja yang suka merendahkan atau dengan rekan kerja yang malas sehingga dapat
menyelesaikan masalah apapun secara efektif dan profesional. Satu lagi, mainkan peran dengan gaya
bahasa berbeda untuk setiap orang yang temui. Sehingga dapat menggunakan kiat ini untuk membuat
orang lebih menghargai.
Seorang ASN pasti selalu berusaha untuk menghormati atasan,paling tidak berusaha untuk
menghormati atasan, paling tidak berusaha untuk bersikap ramah dengannya. Juga selalu mencari cara
untuk mendapatkan sisi baik atasan. Apakah melakukan pengecekan pekerjaan secara teratur dengan
atasan. ASN harus melakukannya jika ingin selalu berada di irama yang sama dengan atasan dan anggota
tim lainnya. Kebiasaan ini pasti akan mengesankan atasan. Bahkan jika atasan adalah seorang atasan yang
paling sulit sekalipun, ia pasti akan terkesan saat meminta waktu untuk berdiskusi bersama dengannya
tentang daftar pekerjaan yang telah lakukan setidaknya selama 15 menit. karyawan terbaik menanyakan
kepada atasan mereka pertanyaan-pertanyaan ini secara teratur.
ASN mungkin berpikir bahwa adalah seorang yang pandai dalam membuat orang lain tahu ketika
Anda tidak setuju akan suatu hal, tetapi terkadang umpan balik tidak dipertimbangkan. Bagaimana cara
agar bisa memberikan umpan balik yang konstruktif dan dapat memotivasi juga menghormati anggota
tim lainnya. Pelajarilah cara untuk memberi umpan balik yang kuat kepada orang yang Anda sukai serta
kepada orang yang tidak menginginkannya. Memaparkan umpan balik di depan umum merupakan cara
terbaik untuk memberikan saran terhadap orang lain, baik yang Anda sukai ataupun tidak.
Tentu saja, terkadang menghabiskan waktu bersama dengan pergi ke sebuah kedai kopi bersama
rekan kerja lama atau hanya sekedar mengomentari sebuah pembaruan dari atasan sebelumnya. Tetapi
yang lakukan tidak lebih dari sekadar sebuah perkenalan singkat. Padahal tahu bahwa memiliki
hubungan profesional yang kuat adalah salah satu kunci kesuksesan.Jika rekan kerja melihat profil media
sosial lalu mengundang pertemanan, jangan hanya mengintai mereka, tanggapi. Dan pastikan juga
mengirimkan ucapan terima kasih yang penuh perhatian setiap kali seseorang melakukan sesuatu yang
baik untuk anda. Ingatlah bahwa hal-hal kecil memiliki dampak besar yang tidak banyak diketahui. Jadi
juga dapat membangun koneksi melalui jaringan media sosial 15 menit ini untuk menjaga hubungan
antara dan rekan kerja tetap hangat, dan rekan kerja akan selalu bersedia jika membutuhkannya. Mungkin
memiliki gagasan yang kurang jelas tentang arah yang harus Anda tuju dalam karier. Tetapi tidak benar-
benar memiliki rencana konkret yang telah susun untuk mencapai tujuan.
Teori budaya kerja merupakan falsafah sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan
kekuatan pendorong yang dimiliki bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.
Bagi Kantor kantor pemerintah atau perusahaan perusahan besar yang memiliki indikator budaya kerja
baik yang berbeda dan terlaksana budaya penuh kedisiplinan. Namun, mayoritas perusahaan pasti sepakat
bahwa budaya kerja yang baik adalah ketika setiap karyawan mematuhi peraturan serta regulasi
perusahaan serta tetap mengacu pada Operasional Prosedur yang sudah di tetapkan bersama demi
keberhasilan bersama dalam perusahan tersebut. Ada pun ciri-ciri Kantor pemerintah atau perusahaan
yang memiliki budaya kerja sehat, di mana yang paling terlihat adalah ketika pengawai/ASN merasa
senang bekerja di kantor tersebut serta meningkatnya produktifitas setiap karyawan. Budaya kerja adalah
sebuah konsep yang mengatur kepercayaan, proses berpikir, serta perilaku karyawan yang didasarkan
pada ideologi dan prinsip suatu organisasi. Konsepinilah yang mengatur bagaimana setiap karyawan
berinteraksi satu sama lain serta bagaimana suatu organisasi atau perusahaan berfungsi. Budaya kerja
timbul akibat hasil belajar bersama antar anggota yang dianggap merupakan jalan yang benar untuk
memahami, berpikir, dan merasakan satu sama lain agar bias memecahkan masalah yang ada. Maka dari
itu, bias dikatakan bahwa budaya kerja juga merupakan kumpulan dari asumsi-asumsi dasar yang
dipelajari sebagai hasil dari memecahkan masalah yang ada di perusahaan dalam proses penyesuaian.
Itulah mengapa ia berhubungan dengan mentalitas setiap karyawan yang nantinya akan mempengaruhi
suasana kerja. Lebih lanjut Taliziduhu Ndraha (2018: 12) dalam buku Teori Budaya Kerja,
Selanjutnya budaya kerja dan organisasi merupakan suatu yang berkaitan dengan kemampuan
seseorang Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan pekerjaan sehari hari yang Disiplin, tertib dan
teratur sehingga akan mendapatkan kualitas dari pekerjaan tersebut. Jadi budaya kerja dan organisasi
merupakan satu kestuan yang bertalian dan saling berhubungan yang saling membutuhkan. Jika dikaitkan
dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi
dipelajari yaitu ditanam dan dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali,
sehingga agar masyarakat dapat mengamati dan merasakannya.Sedangkan Menurut Osborn dan Plastrik
dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menerangkan bahwa: “Budaya kerja adalah
seperangkat perilaku perasaan dan kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat mendalam dan
dimiliki bersama oleh anggota organisasi”. Dari uraian-uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa, Hubungan budaya kerja merupakan falsafah sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan
kekuatan pendorong yang dimiliki bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.
Setiap Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kota yang yang berada di provinsi Aceh atau
Nasional memiliki indikator budaya kerja baik dan berbeda beda satu dengan yang lain . Namun,
mayoritas Kantor Kementerian Agama pasti sepakat bahwa contoh budaya kerja yang baik adalah ketika
setiap Aparatur sipil Negara (ASN) mematuhi peraturan serta regulasi dari kantor Kementerian Agama
serta tetap mengacu pada SOP yang sudah disediakan. Ada pun ciri-ciri Kantor Kementerian Agama yang
memiliki budaya kerja sehat, di mana yang paling terlihat adalah ketika Aparatur sipil Negara (ASN)
merasa senang bekerja di Kantor Kementerian Agama tersebut serta meningkatnya produktifitas setiap
menunjang cita cita pelaksanaan reformasi birokrasi yang sering terjadi dilingkungan aparatur sipil
negara, serta akan mempuyai komitmen dalam melayani masyarakat sehingga tercipta loyalitas dan
bertanggung jawab. Dengan demikian dapat di fahami, budaya kerja dikantor mempuyai beberapa aspek
yang mendukung kualitas pekerjaan. Aspek aspek tersebut sangat berpengaruh pada loyalitas dan
performa, kedisiplinan Aparatursipil Negara (ASN) di Kantor Wilayah Kementerian Agama Prpinsi
Aceh. Membangun budaya kerja yang kuat berguna untuk meningkatkan produktivitas Aparatur sipil
Negara (ASN) satusama lain. Dengan produktivitas yang tinggi, maka Kantor Wilayah Kementerian
Agama prvnsi Aceh bisa berkembang menjadi lebih sukses. Produktivitas ini juga didukung dengan
adanya manajemen yang terintegrasi antara Kabag TU, Seluruh Kepala bidang, para kasi serta seluruh staf
dan ASN di Kantor Wilayah Kementerian Agama Prvinsi Aceh, serta akan fokus untuk menciptakan
lingkungan kerja yang efektif dan efisien. Konsep inilah yang mengatur bagaimana setiap ASN
berinteraksi satu sama lain serta bagaimana suatu organisasi pemerintah atau perusahaan berfungsi.
Budaya kerja timbu lakibat hasil belajar bersama antar anggota yang dianggap merupakan jalan yang
benar untuk memahami, berpikir, dan merasakan satu sama lain agar bisa memecahkan masalah yang ada
di tempat bekerja.
Menurut W.J.S.Purwadanita (2016: 23) manfaat budaya kerja adalah untuk mengubah sikap dan
juga perilaku sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan efektivitas kerja untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Adapun manfaat nyata dari penerapan
suatu budaya kerja yang baik dalam suatu lingkungan organisasi adalah meningkatkan jiwa gotong
royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa kekeluargaan,
mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan jelas antara suatu
organisasi dengan organisasi lainnya.(2) Budaya kerja memberikan identitas bagi anggota organisasi.
(3) Budaya kerja mempermudah timbulnya komit men y ang l ebih l uas dari pada kepentingan
berikut: (1) Mengubah sikap dan perilaku pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja. (2)
Meningkatkan kepuasan kerja dan pelanggan, pengawasan fungsional, dan mengurangi pemborosan.(3)
Menjamin hasil kerja berkualitas. (4) Memperkuat jaringan kerja (networking). (5) Menjamin
keterbukaan (accountable) (6) Membangun kebersamaan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa budaya kerja mempunyai fungsi atau peran sebagai pembeda atau pembatas dari
organisasi lainnya, identitas bagi anggota organisasi, penumbuh komitmen untuk pencapaian tujuan
yang lebih luas dari sekedar kepentingan individu, memperkokoh solidaritas sosial, serta alat kendali
perilaku anggota organisasi. b. Pengukuran Budaya Kerja Budaya kerja melakukan sejumlah fungsi
untuk mengatasi permasalahan pegawai organisasi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan eks tern
alnya, yaitu dengan memperkuat pemahaman pegawai organisasi, kemampuan untuk merealisasi
kegiatan.
Budaya kerja berfungsi untuk mengatasi permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan
pemahaman dan kemampuan ASN untuk be rkomunikasi , melakukan kesepakatan, hubungan pegawai
organisasi. Guna melakukan hal tersebut, maka dibutuhkan pengukuran sehingga tidak terjadi
kesenjangan budaya kerja. Tjahjadi (2017: 65) mengembangkan konsep pengukuran kesenjangan
budaya kerja sebagai berikut: (1) Atasan yang baik; (2) Bawahan yang baik;(3) Prioritas pada anggota
organisasi yang baik;(4) Tingkah laku yang baik dalam organisasi; (5) Perlakuan organisasi terhadap
anggota; (6) Pengendalian dan pengaruh; (7) Legitimasi seseorang dalam mengendalikan anggota
organisasi lainnya; (8) Dasar penugasan; dan (9) Persaingan.
Hersey (2016: 101) mengatakan bahwa kuantitas kerja adalah “Jumlah kerja yang dilaksanakan
oleh seseorang pegawai dalam suatu periode tertentu. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja pegawai dalam
kerja penggunaan waktu tertentu dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya”.
Dengan demikian kuantitas kerja dapat dilihat dari jumlah kerja dan penggunaan waktu. Kuantitas secara
umum berkaitan dengan jumlah pekerjaan.
Semua pegawai pada dasarnya berkewajiban melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang
berlaku, sehingga dalam melaksankan tugas sehari-hari banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan, mulai
dari membuat anggaran, memberikan pelayanan sampai pada tahapan pelaporan setiap kegiatan yang
melayani akan dan sudah dilakukan. Menurut Hamzah dalam Abdulsyani (2017: 23) menyatakan
bahwa tenaga kerja atau pegawai merupakan “Orang yang melakukan sejumlah pekerjaan untuk melayani
masyarakat baik di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan menggunakan fisik maupun pikiran”.
Pegawai sebagai tenaga kerja terdidik dianggap mempunyai keahlian atau keterampilan di bidang
tertentu dalam memberikan pelayanan. Menurut Payaman dalam Abdulsyani (2017: 23) menyatakan
bahwa “Jumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan pegawai atau karyawan sangat beragam dan sesuai
dengan bidangnya masing-masing”. Sedangkan menurut Sjamsul dalam Abdulsyani (2017: 23)
menyatakan bahwa “Jumlah pekerjaan yang akan dilakukan oleh seseorang sangat tergantung pada posisi
atau jabatan yang bersangkutan. Dalam hal ini negara melatih pegawai agar terampil dalam prakteknya
sehingga menguasai pekerjaan.
Kualitas merupakan salah satu kunci dalam memenangkan persaingan dengan pasar. Ketika
perusahaan telah mampu menyediakan produk berkualitas maka telahmembangun salah satu fondasi
untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Kualitas dapat menjadi konsep yang berbeda bagi beberapa
orang, pengertian kualitas terus berevolusi seiring dengan pertumbuhan dan kedewasaan profesi yang
berhubungan dengan kualitas. Tidak ada satu pun konsultan maupun pelaku bisnis yang setuju pada satu
pengertian kualitas yang universal. Sebuah penelitian yang menanyakan tentang definisi kualitas pada
manajer perusahaan di bagian timur Amerika Serikat sebagaimana dikemukakan oleh Hersey (2016: 102)
menghasilkan beberapa jawaban yang berbeda, diantaranya:
a. Kesempurnaan
b. Konsistensi
c. Pengurangan limbah
d. Kecepatan pengiriman
e. Ketaatan pada peraturan dan prosedur
f. Penyediaan produk yang baik dan bermanfaat
g. Melakukan hal yang benar sejak awal
h. Memuaskan pelanggan
i. Pelayanan pelanggan secara total dan memuaskan.
Definisi tersebut dapat berarti bahwa pengertian kualitas dari berbagai paradigma dapat membantu
kita dalam memahami peran kualitas di berbagai bagian dari sebuah organisasi. Menurut Goetsch dalam
Tjiptono (2016: 152) kualitas dapat diartikan sebagai “Kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk,jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Menurut Abraham dalam Sunyoto (2016: 16) kualitas terdiri dari kualitas manusia,
Menurut Sunyoto (2016: 16) menyatakan bahwa kualitas manusia merupakan “Suatu ukuran
untuk menilai bahwa suatu barang atau jasa telah mempunyai nilai guna seperti yang dikehendaki atau
dengan kata lain suatu barang atau jasa dianggap telah memiliki kualitas apabila berfungsi atau
mempunyai nilai guna seperti yang diinginkan”. Menurut Akbar dalam Sunyoto (2016: 16) kualitas
manusia adalah “Hubungan antara produk dan pelayanan atau jasa yang diberikan kepada konsumen
Temuan 5:
Belum semua pegawai pada Kantor Wilah Kementerian Agama memiliki hasil kerja yang baik.
Hasil penelitian sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hersey (2016: 101)
mengatakan bahwa kuantitas kerja adalah “Jumlah kerja yang dilaksanakan oleh seseorang pegawai
Reword dan promosi jabatan didapatkan oleh pegawai yang berprestasi. Jenjang karier
meningkat menjadi salah satu indikator adanya pengembangan kualitas hidup. Itu bisa dilihat dari
bertambahnya keahlian, relasi, hingga adanya peningkatan dari segi finansial. Meningkatkan jenjang
karier terkadang tidak mudah dan perlu. Oleh sebab itu, perlu mengetahui cara meningkatkan jenjang
karier yang efektif berikut. Jenjang karier yang meningkat menjadi salah satu indikator adanya
pengembangan kualitas hidup. Itu bisa dilihat dari bertambahnya keahlian, relasi, hingga adanya
peningkatan dari segi finansial.Tapi, meningkatkan jenjang karier itu terkadang tidak mudah. Kamu harus
berlatih dan membiasakan diri dengan berbagai hal positif yang dapat menunjang keinginanmu tersebut.
Salah satu upaya meningkatkan jenjang karier adalah dapat menemukan mentor karier yang
tepat. Bisa saja berasal dari atasanmu langsung, atau staff senior yang telah memiliki jenjang karier yang
bagus di perusahaan.Tidak ada salahnya kamu untuk meminta saran mereka dalam meningkatkan jenjang
karier. Kita dapat meminta penilaian atas kinerjamu hingga mengambil pelajaran bagaimana mereka
sukses dalam berkarier. Memper banyak bergaul dengan mentor atau orang yang lebih senior biasanya
akan turut meningkatkan kariermu karena dapat memberi banyak pelajaran dan inspirasi dalam pekerjaan.
Melalui keterampilan komunikasi yang baik kamu akan menjadi lebih percaya diri. Kamu bisa menjadi
komunikator yang ulung dalam menyampaikan aspirasi, dan idemu untuk peningkatan bisnis
perusahaan.Dengan pola komunikasi yang luwes, kamu juga dapat bergaul dengan banyak
orang. Membuka kesempatan untuk mengenal banyak pihak yang bisa jadi jembatan meningkatkan
jenjang karier.
Melalui segala upaya yang telah kamu lakukan, kamu berhak untuk menilai dirimu sendiri di
tempat mana selayaknya kamu berada. Bila perusahaan di tempat kerjamu tidak cukup menghargaimu,
kamu dapat mengajukan pengunduran diridan mecariperusahaan berharga lainnya di luar sana. Ketahui
berapa gajimu di luaran sana dengan segala keterampilanmu.Kamu bisa bertanya kepada kolega di
perusahaan lain atau menemukannya lewat internet. Akan tetapi bila perusahaan menghargai
kapasitas pegawai berkaitan dengan keahlian agar dapat melakukan atau memberikan pelayanan secara
tepat cepat serta akurat. Hal tersebut sebagaimana pendapat Akbar dalam Sunyoto (2016: 17) Bahwa
“Kualitas proses dibutuhkan agar para pegawai benar-benar siap dalam memberi pelayanan prima pada
masyarakat, bukan disiapkan secara dadakan, melaikan secara procedural baik melalui pelatihan, maupun
melalui pendidikan yang berjenjang”.
Kualitas proser berjalan berdasarkan aturan yang berlaku pada masing-masing intansi atau
organisasi. Menurut Suhaimi dalam Sunyoto (2014: 17) kualitas proses diperlukan “Agar pegawai
memiliki kemampuan dan sanggupan baik fisik maupun pikiran dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang berlaku pada intansi tempat dia bekerja”.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan temuan 6 sebagai berikut:
Temuan 6:
Reword dan promosi jabatan hanya didapatkan oleh pegawai yang berprestasi saja dalam meningkatkan
jenjang karir.
Hasil penelitian sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sunyoto (2016: 17) Bahwa “Kualitas
proses dibutuhkan agar para pegawai benar-benar siap dalam memberi pelayanan”.
c. Lingkungan
Lingkungan keluarga dan rekan kerja menentukan baik buruknya kinerja Aparatur Sipil Negara.
Lingkungan kerja merupakan tempat para karyawan melakukan aktivitas bekerja. Lingkungan kerja dapat
membawa dampak positif dan negatif bagi karyawan dalam rangka mencapai hasil kerjanya. Lingkungan
kerja sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan
berbagai aktivitas, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung. Lingkungan kerja yang
memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak
memadai akan dapat menurunkan kinerja. Pada saat ini lingkungan kerja dapat didesain sedemikian rupa
untuk menciptakan hubungan kerja yang mengikat pekerja dalam lingkungannya. Lingkungan kerja yang
baik adalah yang aman, tenteram, bersih, tidak bising, terang dan bebas dari segala macam ancaman dan
gangguan yang dapat menghambat karyawan untuk bekerja secara optimal. Lingkungan kerja yang
kondusif akan membawa dampak baik bagi kelangsungan karyawan bekerja, sebaliknya, lingkungan kerja
yang kurang kondusif akan membawa dampak negatif bagi kelangsungan karyawan bekerja.
Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena
lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja, terutama lingkungan kerja yang bersifat psikologis.
Sedangkan pengaruhnya itu sendiri dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Menurut Barry (2016:
239), lingkungan kerja merupakan lingkungan fisik tempat karyawan bekerja yang
mempengaruhi kinerja,keamanan dan mutukehidupan kerja mereka. Lingkungan kerja yang kondusif
memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan
kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai, jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana ia bekerja,
maka pegawai tersebut akan betah di tempat bekerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan optimal prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut
mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan
atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
Menurut Mardiana (2018: 15) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan
pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan
para pegawai untuk dapat berkerja optimal.Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika
pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat
kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi
kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara
sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai
bekerja.
Menurut Sedarmayanti (2019: 21) “secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2
yakni: 1) lingkungan kerja fisik, dan 2) lingkungan kerja non fisik”. “lingkungan kerja fisik adalah semua
yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung
maupun tidak langsung”.Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :1. Lingkungan
yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya) 2.
Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi
kondisi manusia, misalnya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan. Untuk
suksesnya suatu pekerjaan secara maksimala lingkunan kerja sangat menentukan. Menurut Robbins
(2017: 36) Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab strees kerja pegawai yang
pekerjaan dan dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari keadaan lingungan
yang berada didekatnya, antara manusia dan lingkungan mempunyai hubungan yang dekat sekali. Lebih
sebagai berikut:
Lingkungan kerja menurut salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai.
Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja dengan
maksimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam
lingkungan kerja yang tidak mendukung dan memadai, maka untuk bekerja dengan maksimal
akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi cepat malas, cepat lelah sehingga kinerja
pegawai tersebut akan rendah.
Menurut Sedarmayanti (2019: 31) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua
keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama
rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan”.Membina hubungan yang baik antara sesama rekan
kerja, bawahan maupun atasan harus dilakukan karena kita saling membutuhkan. Hubungan kerja yang
terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan.Hal ini disebabkan karena manusia itu bekerja
bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang
saja.yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja adalah:1) penerangan, 2) suhu udara, 3) sirkulasi
udara, 4) ukuran ruang kerja, 5) tata letak ruang kerja, 6) privasi ruang kerja 7) kebersihan 8) suara bising,
9) penggunaan warna, 10) peralatan kantor, 11) keamanan kerja 11) musik ditempat kerja, 12) hubungan
sesama rekan kerja dan 13) hubungan kerja antara atasan dengan bawahan.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan temuan 7 sebagai berikut:
Temuan 7:
Faktor lingkungan dapat menentukan kinerja Aparatur sipil Negara dalam menajalankan tugas seuai
dengan tupoksi.
Hasil penelitian mendukung teori yang dikemukakan oleh Winardi (2018:122) sebagai berikut:
Lingkungan kerja menurut salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai.
Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja dengan
maksimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam
lingkungan kerja yang tidak mendukung dan memadai, maka untuk bekerja dengan maksimal
akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi cepat malas, cepat lelah sehingga kinerja
pegawai tersebut akan rendah.
89