Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH KANTOR URUSAN AGAMA

Dosen pengampu: imron hadi, M.H

Di susun oleh:

Kelompok 9

1. Wandi purnama (200202030)


2. Fahrurroji (200202026)
3. Wahyu hidayat (200202034)
4. Geitza zahra sofa (200202035)

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM

20022

1
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah, Segala Puji Syukur Kita Panjatkan Atas Kehadirat Allah, Karena Atas Segala
Nikmat Dan Karunia-Nya Berupa Kesehatan Sehingga Kami Dapat Mengerjakan Makalah
Ini. Tak Lupa Juga Kita Haturkan Shalawat Dan Salam Atas Junjungan Alam Nabi Besar
Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam Yang Mudah Mudahan Kita Mendapatkan
Syafaatnya Di Yaumil Akhir Kelak, Aamiin.

Penulisan Makalah Ini Berjudul “ sejarah kantor urusan agama “ Disusun Dengan Tujuan
Memenuhi Tugas Yang Diberikan Oleh Dosen Pada Salah Satu Mata Kuliah menejmen
administrasi peradilan dan KUA. Kami Berharap Tulisan Pada Makalah Ini Dapat Menambah
Wawasan Bagi Pembaca.

Dengan Kerendahan Hati Sebagai Penulis, Kami Menyadari Bahwa Makalah Ini Jauh Dari
Kata Sempurna, Terutama Pada Bagian Pembahasannya. Oleh Karena Itu Kami
Mengharapkan Kritik Dan Saran Dari Para Pembaca Demi Sempurnanya Makalah-Makalah
Kami Selanjutnya Di Masa Yang Akan Datang.

Wassalammu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Mataram 02 nopember 2022

pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar belakang.........................................................................................................5
B. Rumusan masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. Pengertian kantor urusan agama (KUA).................................................................6


B. Sejarah kantor urusan agama...................................................................................7
C. Tugas dan kewenangan kantor urusan agama.........................................................8
D. Fungsi kantor urusan agama....................................................................................9
E. Manajemen administrasi di KUA............................................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................13
.................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kantor urusan agama adalah istansi terkecil kementrian agama yang ada di tingkat
kecamatan KUA bertugas membantu melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian
agama kabupaten di bidang urusan agama islam di wilayah kecamatan.

Jauh sebelum bangsa indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17


agustus 1945, bangsa indonesia sudah mempunyai lembaga kepenghuluan yaitu
semenjak berdirinya kesultanan mataram.

Pada saat itu kesultanan mataram telah mengangkat seseorang yang telah di beri tugas
dan wewenang khusus di bidang kepenghuluan.

Depertemen agama merupakan depertemen perjuangan. Berdirinya depertemen agama


tidak terlepas dari namanya dinamika perjuangan bangsa. Pada saat bangsa ini
berjuang untuk menegakkan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan, maka
lahirlah kementrian agama. Pembentukan kementrian agama bertujuan untuk
melaksanakan tugasnya sebagai penanggung jawab penerapan dalam pembukaan
UUD 1945 dan pelaksanaan pasal 29 UUD 1945, serta sebagai peningkatan maupun
pengukuhan status kantor urusan agama tingkat pusat ( sgunubu ) pada masa
penjajahan jepang waktu itu.

Kementrian agama resmi di dirikan pada tanggal 2 muharam 1346 H berdasarkan


peraturan pemerintah nomor: 1/SD tanggal 3 januari 1946 tentang struktur kementrian
agama.

Adapun struktur kantor agama pada tahun 1949 terus mengalami penyempurnaan
struktur, hal ini berdasarkan PP nomor 33 tahun 1949 dan PP nomor 8 tahun 1950
tentang susunan organisasi kementrian agama. Sejak itulah struktur depertemen
agama mengalami perubahan sebagai berikut:

4
Susnan organisasi tingkat pusat seperti: mentri agama, sekertariat jendral yang terdiri
dari bagian sekertariat, bagian kepenghuluan,bagian pendidikan,bagian
keuangan/pembendaharaan.
Sedangkan organisasi di tingkat daerah seperti: kantor agama provinsi,kantor agama
kabupaten,kantor kepenghuluan kawedanan,kantor kenaiban kecamatan.
Berdirinya depertemen agama di republik indonesia pada tanggal 3 januari 1946.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan kantor urusan agama,?
2. Seperti apakah sejarah kantor urusan agama.?
3. Apa saja tugas dan kewenangan KUA,?
4. Apa saja pungsi kantor urusan agama,?
5. Seperti apakah manajemen administrasi di KUA.?
C. Tujuan
1. Bertujuan untuk mengetahui apa itu kantor urusan agama (KUA)
2. Guna agar kita mengetahui sejarah dari kantor urusan agama (KUA)
3. Bertujuan untuk mengetahui apa saja tugas dan kewenangan kantor urusan agama
4. Bertujuan agar mengetahui fungsi dari kantor urusan agama
5. Agar mengetahui seperti apa manajemen administrasi di KUA

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kantor urusan agama


Kantor urusan agama dalah istansi terkecil kementrian agama yang ada di tingkat
kecamatan, KUA bertugas untuk membantu melaksanakan sebagian tugas kantor
kementrian agama kabupaten di bidang urusan agama islam di kecamatan.

B. Sejarah kantor urusan agama


Jauh sebelum bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945, Bangsa Indonesia sudah mempunyai lembaga kepenghuluan yaitu
semenjak berdirinya Kesultanan Mataram. Pada saat itu Kesultanan Mataram telah
mengangkat seseorang yang diberi tugas dan wewenang khusus di bidang
kepenghuluan. Pada masa pameritahan Kolonial Belanda, Lembaga Kepenghuluan
sebagai lembaga swasta yang diatur dalam suatu Ordonansi, yaitu Huwelijk Ordonatie
S. 1929 NO. 348 jo S. 1931
NO.467, Vorstenladsche Huwelijk Ordoatie S. 1933 NO. 98 dan Huwelijs Ordoatie
Buetengewesten S. 1932 NO. 482. Untuk Daerah Vortenlanden dan seberang diatur
dengan Ordonansi tersendiri. Lembaga tersebut dibawah pengawasan Bupati dan
penghasilan karyawanya diperoleh dari hasil biaya nikah, talak dan rujuk yang
dihimpun dalam kas masjid. Kemudian pada masa pemerintahan Penduduk Jepang,
tepatnya pada tahun 1943 Pemerintah Jepang di Indonesia mendirikan Kantor
Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang ditunjuk sebagai Kepala Shumubu
untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH. Hasim Asy’ari pendiri Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang dan pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama.Sedangkan untuk
pelaksanaan tugasya, KH. Hasim Asy’ari menyerahkan
kepada puteranya K. Wahid Hasyim sampai akhir pendudukan Jepang padabulan
Agustus 1945

6
Setelah merdeka, Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan Maklumat No. 2,
tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung semua lembaga
keagamaan dan ditempatkan kedalam Kementerian Agama Pada tahun 1947, setelah
diberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 tentang Pencatatan, Nikah,
Talak, dan Rujuk, jabatan kepenghuluan dan kemasjidan diangkat menjadi pegawai
negeri. Pejabat Raad Agama, yang semula terangkap fungsinya oleh Penghulu, setelah
diberlakukanya undang-undang tersebut diangkat tersendiri oleh Kementrian Agama.
Petugas yang mengurusi agama di desa, khususnya dalam hal pernikahan dan
kematian (yang di wilayah jawa bisa disebut dengan modin) diterbitkan dan diatur
tersediri melalui Maklumat Bersama Nomor 3 tahun 1947, tertanggal 30 April, yang
ditandatanggani Menteri Dalam Negeri Mr.Moh. Roem dan Menteri Agama KH. R.
Fathurrahman Kafrawi. Melalui Maklumat tersebut para modin memiliki hak dan
kewajiban berkenaan dengan peraturan masalah keagamaan di Desa, yang
kedudukanya setaraf
dengan pamong di tingkat pemerintah Desa. Dalam perkembangan selanjutnya
dengan terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001 tentang
penataan
Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama (KUA)
berkedudukan di wilayah kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan
Agama Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan di pimpin oleh seorang
Kepala, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah
Kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA Kecamatan sebagai institusi
Pemerintah dapat diakui keberadaanya, karena memiliki landasan hukum yang kuat
dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan di tingkat Kecamatan.

C. Tugas dan kewenangan KUA


Dalam melaksanakan kegiatan kantor urusan agama (KUA) kecamatan mempunyai
tugas yaitu sebagai berikut: melaksanakan tugas pokok dan fungsi kantor kementrian
agama dalam wilayah kecamatan berdasarkan kebijakan kepala kantor wilayah
kementrian agama provinsi dan kebijakan kepala kantor kementrian agama kabupaten
dan peraturan perundang-undangan

7
Adapun tugas-tugas KUA sebagai berikut:
1. Melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian agama kabupaten di bidang
urusan agama islam dalam wilayah kecamatan
2. Membantu tugas pelaksanaan pemerintah di tingkat kecamatan dalam bidang
keagamaan
3. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kantor urusan agama kecamatan
4. Melaksanakan tugas koordinasi penilik agama islam, penyuluh agama islam dan
koordinasi atau kerjasama dengan instansi lain yang erat hubungannya dengan
pelaksanaan tugas KUA kecamatan.
5. Selaku PPAIW (pegawai pencatat akta ikrar wakaf)
Melalui KMA nomor 18 tahun 1975 juncto KMA nomor 517 tahun 2001 dan PP
nomor 6 tahun 1988 tentang penataan organisasi KUA kecamatan secara tegas dan
lugas telah mencantumkan tugas KUA sebagai berikut
a. Melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian agama kabupaten atau kota di
dalam bidang urusan agama islam dalam wilayah kecamatan. Dalam hal ini
KUA menyelenggarakan kegiatan dokumentasi dan statistik (doktik) surat
menyurat,pengurusan surat,kearsipan,pengetikan dan rumah tangga.
b. Mengkordinasikan kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan sektoral
maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan. Untuk itu KUA melaksanakan
pencatatan pernikahan,mengurs dan membina masjid, zakat, baitul mal dan
ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah.
Adapun tugas-tugas pokok berdasarkan KMA sebagai berikut:
a. Pelayanan nikah dan rujuk
b. Pembinaan kehidupan beragama islam di desa.

D. fungsi kantor urusan agama


adapun fungsi kantor urusan agama adalah berdasarkan KMA nomor 517 tahun 2001
tentang penataan organisasi kantor urusan agama kecamatan. Maka kantor agama
kecamatan selain memiliki tugas pokok tersebut juga mempunyai fungsi
melaksanakan kegiatan dengan potensi orgfanisasi sebagai berikut:
1. menyelenggarakan statistik dan dokumentasi. Menyelenggarakan surat menyurat,
pengurisan surat kearsipan,pengetikan dan runah tangga kantor urusan agama
kecamatan.

8
2. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,
zakat,wakaf, baitul mal dan ibadah sosial. kependudukan dan pengembangan
keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh direktur jendral
bimbingan masyarakat islam dan penyelenggara haji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Untuk mendukung kinerja KUA dan pelaksanaan pembinaan kehidupan beragama


umat islam terutama di desa, mentri agama melalui keputusan mentri agama nomor
298 tahun 2003 menetapkan adanya pemuka agama desa setempat yang di tunjuk
untuk melakukan pembinaan kehidupan beragama islam, berkoordinasi dengan
instansi terkait dan lembaga yang ada di dalam masyarakat dengan sebutan pembantu
pegawai pencatat nikah di singkat dengan pembantu PPN.

Tugas pelayanan nikah dan rujuk oleh pembantu PPN adalah sebagai berikut :

1. Menerima informasi/pelaporan dari masing-masing pihak yang berkepentingan


melakukan pernikahan (calon suami, calon isteri dan wali) dan mencatatnya dalam
buku model N10.

2. Melakukan penelitian awal tentang status dan keabsahan data masing-masing


pihak, baik berdasarkan surat-surat keterangan yang dikeluarkan kepala desa/lurah
dan instansi lainya maupun berdasarkan wawancara langsung

3. Memberikan penasihatan kepada masing-masing pihak tentang halhal yang


sebaiknya dilakukan. Misalnya tentang hak dan kewajiban suami-isteri, serta tentang
perlunya memperoleh imunisasi TT dari Puskesmas.

4. Mengantar mereka ke KUA Kecamatan untuk melaporkan rencana pernikahan,


sekurang-kurangnya sepulih hari sebelum pelaksanaan pernikahan.

5. Mendampingi PPN dalam mengawasi pelaksanaan akad nikah baik yang di lakukan
di balai nikah maupun yang dilakukan di luar balai nikah

E. manajemen administrasi di KUA

Administrasi adalah Suatu proses penyelenggaraan oleh seorang administratur secara teratur
dan diatur guna melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan pokok yang telah ditetapkan semula.Peradilan Agama adalah “Salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara
tertentu (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006). Tugas pokoknya adalah memeriksa,

9
memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam dibidang yaitu sebagai berikut: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Zakat,
Wakaf, Infaq,Shadaqah dan Ekonomi Syari’ah Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 Manajemen administrasi peradilan Agama adalah seni dari suatu proses
penyelenggaraan oleh aparatur Pengadilan Agama secara teratur dan diatur guna melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan Pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang telah
ditetapkan semula. Yakni proses yang meliputi enam hal,
yaitu:menghimpun,mencatat,mengolah,menggandakan mengirim, dan menyimpan. Kegiatan
tersebut diatur dan teratur. Diatur adalah seluruh kegiatan harus disusun dan disesuaikan satu
sama lainnya supaya terdapat keharmonisan dan kesinambungan tugas.Sedangkan teratur
adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan terarah sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlap) dalam melaksanakan
tugas, sehingga akan mencapai penyelesaian tugas pokok secara maksimal.Kemudian,
Klasisfikasi Administrasi di Pengadilan Agama terbagi 2 (dua), yaitu sebagai berikut:

Administrasi Kepaniteraan dan Administrasi Kesekretariatan. Administrasi Kepaniteraan


meliputi gugatan, permohonan, dan hukum. Sedankan administrasi kesekretariatan meliputi
umum, kepegawaian, dan keuangan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kantor urusan agama dalah istansi terkecil kementrian agama yang ada di tingkat
kecamatan, KUA bertugas untuk membantu melaksanakan sebagian tugas kantor
kementrian agama kabupaten di bidang urusan agama islam di kecamatan.
2. Sejarah kantor urusan agama
Jauh sebelum bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal
17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia sudah mempunyai lembaga kepenghuluan
yaitu semenjak berdirinya Kesultanan Mataram. Pada saat itu Kesultanan
Mataram telah mengangkat seseorang yang diberi tugas dan wewenang khusus di
bidang kepenghuluan. Pada masa pameritahan Kolonial Belanda, Lembaga
Kepenghuluan sebagai lembaga swasta yang diatur dalam suatu Ordonansi, yaitu
Huwelijk Ordonatie S. 1929 NO. 348 jo S. 1931
NO.467, Vorstenladsche Huwelijk Ordoatie S. 1933 NO. 98 dan Huwelijs
Ordoatie Buetengewesten S. 1932 NO. 482. Untuk Daerah Vortenlanden dan
seberang diatur dengan Ordonansi tersendiri. Lembaga tersebut dibawah
pengawasan Bupati dan penghasilan karyawanya diperoleh dari hasil biaya nikah,
talak dan rujuk yang dihimpun dalam kas masjid. Kemudian pada masa
pemerintahan Penduduk Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Pemerintah Jepang di
Indonesia mendirikan Kantor Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang
ditunjuk sebagai Kepala Shumubu untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH.
Hasim Asy’ari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan pendiri
jam’iyyah Nahdlatul Ulama.Sedangkan untuk pelaksanaan tugasya, KH. Hasim
Asy’ari menyerahkan
kepada puteranya K. Wahid Hasyim sampai akhir pendudukan Jepang padabulan
Agustus 1945 Setelah merdeka, Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan
Maklumat No. 2, tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung
semua lembaga keagamaan dan ditempatkan kedalam Kementerian Agama Pada

11
tahun 1947, setelah diberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 tentang
Pencatatan, Nikah, Talak, dan Rujuk, jabatan kepenghuluan dan kemasjidan
diangkat menjadi pegawai negeri. Pejabat Raad Agama, yang semula terangkap
fungsinya oleh Penghulu, setelah diberlakukanya undang-undang tersebut
diangkat tersendiri oleh Kementrian Agama. Petugas yang mengurusi agama di
desa, tugaskhususnya dalam hal pernikahan dan kematian (yang di wilayah jawa
bisa disebut dengan modin) diterbitkan dan diatur tersediri melalui Maklumat
Bersama Nomor 3 tahun 1947, tertanggal 30 April, yang ditandatanggani Menteri
Dalam Negeri Mr.Moh. Roem dan Menteri Agama KH. R. Fathurrahman
Kafrawi. Melalui Maklumat tersebut para modin memiliki hak dan kewajiban
berkenaan dengan peraturan masalah keagamaan di Desa, yang kedudukanya
setaraf
dengan pamong di tingkat pemerintah Desa. Dalam perkembangan selanjutnya
dengan terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001
tentang penataan
Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama
(KUA) berkedudukan di wilayah kecamatan dan bertanggung jawab kepada
Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh
Kepala Seksi Urusan Agama Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan di
pimpin oleh seorang Kepala, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan
Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA
Kecamatan sebagai institusi Pemerintah dapat diakui keberadaanya, karena
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan bagian dari struktur
pemerintahan di tingkat Kecamatan.
3. Tugas dan kewenangan kantor urusan agama
c. Melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian agama kabupaten atau kota di
dalam bidang urusan agama islam dalam wilayah kecamatan. Dalam hal ini
KUA menyelenggarakan kegiatan dokumentasi dan statistik (doktik) surat
menyurat,pengurusan surat,kearsipan,pengetikan dan rumah tangga.
d. Mengkordinasikan kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan sektoral
maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan. Untuk itu KUA melaksanakan
pencatatan pernikahan,mengurs dan membina masjid, zakat, baitul mal dan
ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah.

12
Adapun tugas-tugas pokok berdasarkan KMA sebagai berikut:
c. Pelayanan nikah dan rujuk
d. Pembinaan kehidupan beragama islam di desa.

4. Fungsi kantor urusan agama


1. menyelenggarakan statistik dan dokumentasi. Menyelenggarakan surat
menyurat, pengurisan surat kearsipan,pengetikan dan runah tangga kantor
urusan agama kecamatan.
2. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,
zakat,wakaf, baitul mal dan ibadah sosial. kependudukan dan pengembangan
keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh direktur
jendral bimbingan masyarakat islam dan penyelenggara haji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlakuUntuk mendukung kinerja KUA
dan pelaksanaan pembinaan kehidupan beragama umat islam terutama di desa,
mentri agama melalui keputusan mentri agama nomor 298 tahun 2003
menetapkan adanya pemuka agama desa setempat yang di tunjuk untuk
melakukan pembinaan kehidupan beragama islam, berkoordinasi dengan
instansi terkait dan lembaga yang ada di dalam masyarakat dengan sebutan
pembantu pegawai pencatat nikah di singkat dengan pembantu PPN.
5. Manajemen administrasi di KUA
Administrasi adalah Suatu proses penyelenggaraan oleh seorang administratur
secara teratur dan diatur guna melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan
semula.Peradilan Agama adalah “Salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu (Pasal
2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006). Tugas pokoknya adalah memeriksa,
memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam dibidang yaitu sebagai berikut: Perkawinan,
Waris, Wasiat, Hibah, Zakat, Wakaf, Infaq,Shadaqah dan Ekonomi Syari’ah
Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006.
B. Saran

13
Demikian makalah ini kami susun dengan seluruh pengetahuan dan kemampuan
kami, mohon maaf apabila ada kesalahanm ataupun kekurangan dalam penyusunan
kami karna pada dasarnya kami adalah manusia yang tidak pernah luput dari
kesalahan maka dari itu kami memohon dan meminta saran dari dosen pengampu,
serta para pembaca makalah ini, agar makalah ini mampu di susun dengan lebih baik
lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://kutarik.com/profile/sejarah.html, http;//eprints.radenfatah.ac.id. buku ajar


manajmen KUA dan pengadilan

14

Anda mungkin juga menyukai