Di susun oleh:
Kelompok 9
FAKULTAS SYARIAH
20022
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji Syukur Kita Panjatkan Atas Kehadirat Allah, Karena Atas Segala
Nikmat Dan Karunia-Nya Berupa Kesehatan Sehingga Kami Dapat Mengerjakan Makalah
Ini. Tak Lupa Juga Kita Haturkan Shalawat Dan Salam Atas Junjungan Alam Nabi Besar
Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam Yang Mudah Mudahan Kita Mendapatkan
Syafaatnya Di Yaumil Akhir Kelak, Aamiin.
Penulisan Makalah Ini Berjudul “ sejarah kantor urusan agama “ Disusun Dengan Tujuan
Memenuhi Tugas Yang Diberikan Oleh Dosen Pada Salah Satu Mata Kuliah menejmen
administrasi peradilan dan KUA. Kami Berharap Tulisan Pada Makalah Ini Dapat Menambah
Wawasan Bagi Pembaca.
Dengan Kerendahan Hati Sebagai Penulis, Kami Menyadari Bahwa Makalah Ini Jauh Dari
Kata Sempurna, Terutama Pada Bagian Pembahasannya. Oleh Karena Itu Kami
Mengharapkan Kritik Dan Saran Dari Para Pembaca Demi Sempurnanya Makalah-Makalah
Kami Selanjutnya Di Masa Yang Akan Datang.
pemakalah
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar belakang.........................................................................................................5
B. Rumusan masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................13
.................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kantor urusan agama adalah istansi terkecil kementrian agama yang ada di tingkat
kecamatan KUA bertugas membantu melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian
agama kabupaten di bidang urusan agama islam di wilayah kecamatan.
Pada saat itu kesultanan mataram telah mengangkat seseorang yang telah di beri tugas
dan wewenang khusus di bidang kepenghuluan.
Adapun struktur kantor agama pada tahun 1949 terus mengalami penyempurnaan
struktur, hal ini berdasarkan PP nomor 33 tahun 1949 dan PP nomor 8 tahun 1950
tentang susunan organisasi kementrian agama. Sejak itulah struktur depertemen
agama mengalami perubahan sebagai berikut:
4
Susnan organisasi tingkat pusat seperti: mentri agama, sekertariat jendral yang terdiri
dari bagian sekertariat, bagian kepenghuluan,bagian pendidikan,bagian
keuangan/pembendaharaan.
Sedangkan organisasi di tingkat daerah seperti: kantor agama provinsi,kantor agama
kabupaten,kantor kepenghuluan kawedanan,kantor kenaiban kecamatan.
Berdirinya depertemen agama di republik indonesia pada tanggal 3 januari 1946.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan kantor urusan agama,?
2. Seperti apakah sejarah kantor urusan agama.?
3. Apa saja tugas dan kewenangan KUA,?
4. Apa saja pungsi kantor urusan agama,?
5. Seperti apakah manajemen administrasi di KUA.?
C. Tujuan
1. Bertujuan untuk mengetahui apa itu kantor urusan agama (KUA)
2. Guna agar kita mengetahui sejarah dari kantor urusan agama (KUA)
3. Bertujuan untuk mengetahui apa saja tugas dan kewenangan kantor urusan agama
4. Bertujuan agar mengetahui fungsi dari kantor urusan agama
5. Agar mengetahui seperti apa manajemen administrasi di KUA
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Setelah merdeka, Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan Maklumat No. 2,
tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung semua lembaga
keagamaan dan ditempatkan kedalam Kementerian Agama Pada tahun 1947, setelah
diberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 tentang Pencatatan, Nikah,
Talak, dan Rujuk, jabatan kepenghuluan dan kemasjidan diangkat menjadi pegawai
negeri. Pejabat Raad Agama, yang semula terangkap fungsinya oleh Penghulu, setelah
diberlakukanya undang-undang tersebut diangkat tersendiri oleh Kementrian Agama.
Petugas yang mengurusi agama di desa, khususnya dalam hal pernikahan dan
kematian (yang di wilayah jawa bisa disebut dengan modin) diterbitkan dan diatur
tersediri melalui Maklumat Bersama Nomor 3 tahun 1947, tertanggal 30 April, yang
ditandatanggani Menteri Dalam Negeri Mr.Moh. Roem dan Menteri Agama KH. R.
Fathurrahman Kafrawi. Melalui Maklumat tersebut para modin memiliki hak dan
kewajiban berkenaan dengan peraturan masalah keagamaan di Desa, yang
kedudukanya setaraf
dengan pamong di tingkat pemerintah Desa. Dalam perkembangan selanjutnya
dengan terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001 tentang
penataan
Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama (KUA)
berkedudukan di wilayah kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan
Agama Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan di pimpin oleh seorang
Kepala, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah
Kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA Kecamatan sebagai institusi
Pemerintah dapat diakui keberadaanya, karena memiliki landasan hukum yang kuat
dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan di tingkat Kecamatan.
7
Adapun tugas-tugas KUA sebagai berikut:
1. Melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian agama kabupaten di bidang
urusan agama islam dalam wilayah kecamatan
2. Membantu tugas pelaksanaan pemerintah di tingkat kecamatan dalam bidang
keagamaan
3. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kantor urusan agama kecamatan
4. Melaksanakan tugas koordinasi penilik agama islam, penyuluh agama islam dan
koordinasi atau kerjasama dengan instansi lain yang erat hubungannya dengan
pelaksanaan tugas KUA kecamatan.
5. Selaku PPAIW (pegawai pencatat akta ikrar wakaf)
Melalui KMA nomor 18 tahun 1975 juncto KMA nomor 517 tahun 2001 dan PP
nomor 6 tahun 1988 tentang penataan organisasi KUA kecamatan secara tegas dan
lugas telah mencantumkan tugas KUA sebagai berikut
a. Melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian agama kabupaten atau kota di
dalam bidang urusan agama islam dalam wilayah kecamatan. Dalam hal ini
KUA menyelenggarakan kegiatan dokumentasi dan statistik (doktik) surat
menyurat,pengurusan surat,kearsipan,pengetikan dan rumah tangga.
b. Mengkordinasikan kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan sektoral
maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan. Untuk itu KUA melaksanakan
pencatatan pernikahan,mengurs dan membina masjid, zakat, baitul mal dan
ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah.
Adapun tugas-tugas pokok berdasarkan KMA sebagai berikut:
a. Pelayanan nikah dan rujuk
b. Pembinaan kehidupan beragama islam di desa.
8
2. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,
zakat,wakaf, baitul mal dan ibadah sosial. kependudukan dan pengembangan
keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh direktur jendral
bimbingan masyarakat islam dan penyelenggara haji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Tugas pelayanan nikah dan rujuk oleh pembantu PPN adalah sebagai berikut :
5. Mendampingi PPN dalam mengawasi pelaksanaan akad nikah baik yang di lakukan
di balai nikah maupun yang dilakukan di luar balai nikah
Administrasi adalah Suatu proses penyelenggaraan oleh seorang administratur secara teratur
dan diatur guna melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan pokok yang telah ditetapkan semula.Peradilan Agama adalah “Salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara
tertentu (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006). Tugas pokoknya adalah memeriksa,
9
memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam dibidang yaitu sebagai berikut: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Zakat,
Wakaf, Infaq,Shadaqah dan Ekonomi Syari’ah Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 Manajemen administrasi peradilan Agama adalah seni dari suatu proses
penyelenggaraan oleh aparatur Pengadilan Agama secara teratur dan diatur guna melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan Pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang telah
ditetapkan semula. Yakni proses yang meliputi enam hal,
yaitu:menghimpun,mencatat,mengolah,menggandakan mengirim, dan menyimpan. Kegiatan
tersebut diatur dan teratur. Diatur adalah seluruh kegiatan harus disusun dan disesuaikan satu
sama lainnya supaya terdapat keharmonisan dan kesinambungan tugas.Sedangkan teratur
adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan secara terus
menerus dan terarah sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlap) dalam melaksanakan
tugas, sehingga akan mencapai penyelesaian tugas pokok secara maksimal.Kemudian,
Klasisfikasi Administrasi di Pengadilan Agama terbagi 2 (dua), yaitu sebagai berikut:
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kantor urusan agama dalah istansi terkecil kementrian agama yang ada di tingkat
kecamatan, KUA bertugas untuk membantu melaksanakan sebagian tugas kantor
kementrian agama kabupaten di bidang urusan agama islam di kecamatan.
2. Sejarah kantor urusan agama
Jauh sebelum bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal
17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia sudah mempunyai lembaga kepenghuluan
yaitu semenjak berdirinya Kesultanan Mataram. Pada saat itu Kesultanan
Mataram telah mengangkat seseorang yang diberi tugas dan wewenang khusus di
bidang kepenghuluan. Pada masa pameritahan Kolonial Belanda, Lembaga
Kepenghuluan sebagai lembaga swasta yang diatur dalam suatu Ordonansi, yaitu
Huwelijk Ordonatie S. 1929 NO. 348 jo S. 1931
NO.467, Vorstenladsche Huwelijk Ordoatie S. 1933 NO. 98 dan Huwelijs
Ordoatie Buetengewesten S. 1932 NO. 482. Untuk Daerah Vortenlanden dan
seberang diatur dengan Ordonansi tersendiri. Lembaga tersebut dibawah
pengawasan Bupati dan penghasilan karyawanya diperoleh dari hasil biaya nikah,
talak dan rujuk yang dihimpun dalam kas masjid. Kemudian pada masa
pemerintahan Penduduk Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Pemerintah Jepang di
Indonesia mendirikan Kantor Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang
ditunjuk sebagai Kepala Shumubu untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH.
Hasim Asy’ari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan pendiri
jam’iyyah Nahdlatul Ulama.Sedangkan untuk pelaksanaan tugasya, KH. Hasim
Asy’ari menyerahkan
kepada puteranya K. Wahid Hasyim sampai akhir pendudukan Jepang padabulan
Agustus 1945 Setelah merdeka, Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan
Maklumat No. 2, tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung
semua lembaga keagamaan dan ditempatkan kedalam Kementerian Agama Pada
11
tahun 1947, setelah diberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 tentang
Pencatatan, Nikah, Talak, dan Rujuk, jabatan kepenghuluan dan kemasjidan
diangkat menjadi pegawai negeri. Pejabat Raad Agama, yang semula terangkap
fungsinya oleh Penghulu, setelah diberlakukanya undang-undang tersebut
diangkat tersendiri oleh Kementrian Agama. Petugas yang mengurusi agama di
desa, tugaskhususnya dalam hal pernikahan dan kematian (yang di wilayah jawa
bisa disebut dengan modin) diterbitkan dan diatur tersediri melalui Maklumat
Bersama Nomor 3 tahun 1947, tertanggal 30 April, yang ditandatanggani Menteri
Dalam Negeri Mr.Moh. Roem dan Menteri Agama KH. R. Fathurrahman
Kafrawi. Melalui Maklumat tersebut para modin memiliki hak dan kewajiban
berkenaan dengan peraturan masalah keagamaan di Desa, yang kedudukanya
setaraf
dengan pamong di tingkat pemerintah Desa. Dalam perkembangan selanjutnya
dengan terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001
tentang penataan
Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama
(KUA) berkedudukan di wilayah kecamatan dan bertanggung jawab kepada
Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh
Kepala Seksi Urusan Agama Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan di
pimpin oleh seorang Kepala, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan
Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA
Kecamatan sebagai institusi Pemerintah dapat diakui keberadaanya, karena
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan bagian dari struktur
pemerintahan di tingkat Kecamatan.
3. Tugas dan kewenangan kantor urusan agama
c. Melaksanakan sebagian tugas kantor kementrian agama kabupaten atau kota di
dalam bidang urusan agama islam dalam wilayah kecamatan. Dalam hal ini
KUA menyelenggarakan kegiatan dokumentasi dan statistik (doktik) surat
menyurat,pengurusan surat,kearsipan,pengetikan dan rumah tangga.
d. Mengkordinasikan kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan sektoral
maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan. Untuk itu KUA melaksanakan
pencatatan pernikahan,mengurs dan membina masjid, zakat, baitul mal dan
ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah.
12
Adapun tugas-tugas pokok berdasarkan KMA sebagai berikut:
c. Pelayanan nikah dan rujuk
d. Pembinaan kehidupan beragama islam di desa.
13
Demikian makalah ini kami susun dengan seluruh pengetahuan dan kemampuan
kami, mohon maaf apabila ada kesalahanm ataupun kekurangan dalam penyusunan
kami karna pada dasarnya kami adalah manusia yang tidak pernah luput dari
kesalahan maka dari itu kami memohon dan meminta saran dari dosen pengampu,
serta para pembaca makalah ini, agar makalah ini mampu di susun dengan lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
14