Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KETUHANAN YANG MAHA ESA

Dosen Pembimbing : Bpk. Eko Tamina,S.H.,M.Kn

NAMA : MUHAMMAD RASYID

PRODI : D3 PERPAJAKAN

NPM : 20310011
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya

berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah bertema

Kewarganegaraan. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung

Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada [Bapak/Ibu] selaku [dosen mata

kuliah]. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait

bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang

telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Bandar LAmpung, 12 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3. Tujuan Masalah.....................................................................................................................5
BAB 2...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1. Pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa.......................................................................................6
2.2. Nilai - Nilai Yang Terkandung...................................................................................................7
2.3. Penerapan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan.................................................7
Penerapan Sila Pertama Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari......................................................7
BAB 3...................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSAKA............................................................................................................................10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Frase Ketuhanan Yang Maha Esa. Kata ini penting dan sentral sekali bagi kita bangsa
Indonesia karena merupakan Sila Pertama dari dasar negara kita Pancasila. Begitu penting
dan sentralnya Sila Pertama ini sampai Mohammad Hatta, salah seorang dari dua
Proklamator kemerdekaan Indonesia, menyatakan sebagai sila yang memimpin empat sila-
sila yang lainnya.

Frase Ketuhanan Yang Maha Esa itu sendiri sebenarnya baru kita miliki pada tanggal 18
Agustus 1945, yaitu ketika Mohammad Hatta dibantu oleh Kasman Singodimedjo dan Teuku
Mohammad Hasan melobi Ki Bagus Hadikusumo (tiga nama terakhir ini semuanya pimpinan
Muhammadiyah) untuk mencoret Tujuh Kata dalam Mukaddimah Piagam Jakarta
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”. Keempat tokoh
penting bangsa itu kemudian “bersepakat” mencoret Tujuh Kata tersebut dan menggantinya
dengan Yang Maha Esa sehingga akhirnya menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”

Mulai saat itulah frase “Ketuhanan Yang Maha Esa” lahir dan menjadi sangat populer
dan familier dengan bangsa Indonesia. Saking sedemikian populernya sampai ketika
disingkat dengan Tuhan Y.M.E. saja orang Indonesia dipastikan sudah tahu apa
kepanjangannya. Walhasil, kata Ketuhanan Yang Maha Esa itu dalam perkembangannya
menjadi khas Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah

• Apa itu ketuhanan yang maha esa?

• Apa saja nilai - nilai yang terkandung dalam ketuhanan maha esa

• Bagaimana cara menerapkan sikap dari ketuhanan yang maha esa

1.3. Tujuan Masalah

• Agar dapat mengetahui arti ketuhanan yang maha esa

• Agar dapat mengetahui nilai apa saja yang terkandung dalam ketuhanan yang maha esa

• Agar dapat mengetahui dan menerapkan sikap dari ketuhanan yang maha esa
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama pada pancasila adalah sila ketuhanan yang dilambangkan oleh bintang
emas berlatar belakang hitam. Dari lambang tersebut, bintang emas menggambarkan bahwa
bangsa Indonesia mengakui akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, cahaya dari
sebuah bintang diibaratkan sebagai sumber cahaya yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
sebagai sumber cahaya yang menerangi negara Indonesia. Latar belakang yang berwarna
hitam menggambarkan warna alami, dengan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa diharapkan
bangsa Indonesia tidak tersesat dalam menjalankan kehidupan.

"Ketuhanan yang Maha Esa" dalam sila pertama berarti kita sebagai bangsa Indonesia
harus mengakui adanya Tuhan yang menciptakan semesta beserta isinya. Di Indonesia,
masyarakatnya harus punya kepercayaan terhadap Tuhan dan masing-masing agama yang
dianut. Kita juga harus selalu bersyukur atas nikmat yang diberi-Nya, serta saling
menghormati adanya perbedaan keyakinan antara satu individu dengan individu yang lain,
sehingga tidak adanya sifat memaksa dalam suatu agama kepada orang lain. Dan ketika sila
pertama ini sudah dijalankan sebagaimana mestinya kita akan lebih mudah untuk menjalani
sila-sila dari pancasila selanjutnya.

'Ketuhanan Maha Esa' berarti adanya keyakinan terhadap Tuhan yang segala-galanya.
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral yang luhur dan menjamin warga Negara dan
penduduknya untuk memeluk dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
2.2. Nilai - Nilai Yang Terkandung

Pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai-nilai yang terkandung
adalah :

 Percaya adanya Tuhan.

 Setiap warga negara boleh memiliki agama yang dianut.

 Menjalankan dengan baik agama yang telah dipilih.

 Menghargai dan toleransi pada orang yang berbeda agama.

 Hidup rukun dalam perbedaan agama.

 Menjaga keharmonisan lingkungan sekitar dengan tidak mengganggu orang yang


sedang beribadah.

 Saling menjaga keamanan dan ketertiban apabila ada salah satu agama yang sedang
merayakan hari sucinya.

 Saling berbagi kasih karena agama mengajarkan untuk bersikap baik terhadap
siapapun.

 Memiliki tempat ibadah di lingkungan umum untuk agama-agama yang diakui negara.

 Tidak menghina suatu agama dan merasa agama yang dianutnya adalah yang lebih
baik.

2.3. Penerapan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan

Penerapan Sila Pertama Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Memercayai Adanya Tuhan

Kalau memercayai adanya Tuhan, maka kita sudah menerapkan sila pertama. Menolak
keberadaan Tuhan sama halnya dengan melanggar Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
Dengan mempercayai adanya Tuhan, maka kita akan berhati-hati dalam menjalani
kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Memeluk Suatu Agama Tertentu

Memeluk suatu agama juga merupakan salah satu bentuk penerapan dari sila Ketuhanan
yang Maha Esa. Agama juga jadi bagian dari identitas diri.

Makna kemerdekaan beragama bagi Indonesia begitu besar, karena di masa penjajahan
sering terjadi pemaksaan untuk memeluk agama tertentu.

3. Menjalankan Ibadah Sesuai Perintah Agama

Ketika sudah memeluk suatu agama tertentu, maka kita terikat untuk beriman dan
bertakwa kepada Tuhan.

4. Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi di sekitar dan tidak mengganggu
ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.

5. Menjaga toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama agar tercapai
kedamaian dan kenyamanan bersama.

6. Saling bekerja sama antarumat beragama dalam hal yang bersifat memajukan kepentingan
umum, misalnya kerja bakti atau gotong royong di desa.

7. Tidak memaksa seseorang untuk menganut agama tertentu karena sesuai UUD 1945, setiap
orang berhak untuk memilih dan memeluk agama sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara


sesungguhnya berisi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa , yang menciptakan alam semesta beserta isinya.

2. Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk
dengan ajaran agama lainnya.

3. Menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama


sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk
agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama.
DAFTAR PUSAKA

https://saintif-com.cdn.ampproject.org/v/s/saintif.com/nilai-nilai-pancasila/
amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16047532815172&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fsaintif.com%2Fnilai-nilai-pancasila%2F

https://ibtimes.id/sejarah-ketuhanan-yang-maha-esa/

Anda mungkin juga menyukai