Dosen Pengampu:
Sunardin M.Pd
Disusun Oleh:
NIM : 22.01.00.040
FAKULTAS TARBIYAH
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merupakan fakta dan sejarah bahwa jauh sebelum pemerintah Belanda menginjakkan
kakinya di Indonesia telah terbentuk masyarakat Islam.
Muawiyah (tahun 661-690) khalifah pertama Bani Umayyah yang kemudian dilanjutkan
oleh Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik telah mengadakan misi suci agama Islam. Mereka dapat
mengajak Raja Sriwijaya di Jambi Sri Maharaja Lokitawarman dan Sri Maharaja Sri Indrawarman
di Palembang masuk Islam menganut mazhab Ahlu Sunnah Wal Jamaah dalam tahun 99 H atau
86 tahun sesudah wafat Nabi Muhammad SAW. Demikian juga seorang Raja Jepara (Jawa Timur)
Ratu Simon, sebagaimana ditulis dan tersimpan baik di Granada Spanyol sampai sekarang.[1]
Umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas dalam tataran dunia Islam
internasional, bahkan disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu
batas teritorial kenegaraan. Meskipun demikian Islam dengan serangkaian varian hukumnya
belum bisa diterapkan sepenuhnya dinegara kita ini.
Untuk itulah, makalah ini dihadirkan. Tentu saja makalah ini tidak dapat menguraikan
secara lengkap dan detail setiap rincian pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam di Tanah
bumi Indonesia mulai pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan.
Rumusan Masalah
1. Bagaaimana Hukum Islam di Era Kemerdekaan?
2. Bagaimana Hukum Islam pada Masa Orde Lama?
3. Bagaimana Hukum Islam pada Masa Orde Baru?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945,matas usul Menteri Agama yang disetujui
Menteri Kehakiman, selama revolusi fisik pada umumnya tidak ada perubahan tentang dasar
peraturan peradilan agama secara prinsipil, selama revolusi fisik yang patut dicermati adalah:
1. Keluarnya UU Nomor 22 tahun 1946 tentang peraturan Nikah, Talak dan Rujuk.
2. Keluarnya ketetapan Menteri Agama Nomor 6 tahun 1947 tentang penetapan formasi pengadilan
agama terpisah dari penghulu kabupaten.
3. Keluarnya UU Nomor 19 tahun 1948 yang tidak pernah dinyatakan berlaku.
4. Keputusan Recomba Jawa Barat No. Rec. Wj 229/72 tanggal 2 April 1948.
Perkembangan selanjutnya setelah PP. No. 45 tahun 1957 dapat dilihat dari beberapa
kebijakan yang muncul kemudian, sebagai peraturan yang memberikan yurisdiksi yang lebih besar
kepada pengadilan diluar Jawa dan Madura, yaitu:
1. Penetapan Menteri Agama No. 58 tahun 1957 tantang pembentukan Pengadilan
Agama/Mahkamah Syari’iyah di Sumatera.
2. Penetapan Menteri Agama No. 4 tahun 1958 tentang pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah
Syari’iyah di Kalimantan.
3. Penetapan Menteri Agama No. 5 tahun 1958 tentang pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah
Syari’iyah di Sulawesi.
Dalam Pasal 10 disebutkan ada empat peradilan di Indonesia yaitu:
1. Peradilan Umum
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Halim Abdul, Politik Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press, 2005
Junaidy Basith Abd, Studi Hukum Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011
Ramulyo Idris. Mohd, Asas-asas Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004
[1][1][1] Mohd. Idris Ramulyo, Asas-Asas Hukum Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 38
[2] Abdil Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Ciputat Pres, 2005), hlm. 75
[3] Ibid., hlm. 78
[4] Ibid,. Hlm. 79
[5] Ibid,. Hlm. 79
[6] Mohd. Idris Ramulyo, hlm. 43
[7] Abd. Basith Junaidy, Studi Hukum Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hlm.
311
[8] Ibid., 313