Anda di halaman 1dari 2

Dosen pengampu : Hasan Basri SH, MH

Nama = Ade Febrian Mahendra


NIM = 11820714538
Kelas = Ilmu Hukum D
Matkul= Hukum Acara Peradilan Agama

Sejarah Peradilan Agama di Indonesia


Kelembagaan Peradilan Agama sebagai wadah, dan hukum Islam sebagai muatan atau isi
pokok pegangan dalam menyelesaikan dan memutus perkara, tidak dapat dipisahkan. Dalam
sejarah perkembangannya, kelembagaan peradilan agama mengalami pasang surut. Pada
masa kekuasaan kerajaan Islam lembaga peradilan agama termasuk bagian yang tak
terpisahkan dengan pemerintahan umum, sebagai penghulu kraton yang mengurus
keagamaan Islam dalam semua aspek kehidupan. Pada masa pemerintahan VOC,
kelembagaan peradilan agama akan dihapuskan dengan membentuk peradilan tersendiri
dengan hukum yang berlaku di negeri Belanda, namun kelembagaan ini tidak dapat betjalan
karena tidak menerapkan hukum Islam.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Peradilan Agama mendapat pengakuan secara
resmi.Pada tahun 1882 pemerintah kolonial mengeluarkan Staatsblad No.152 yang
merupakan
Pada tanggal 3 Januari 1946 dengan Keputusan Pemerintah Nomor lJSD dibentuk
Kementrian Agama, kemudian dengan Penetapan Pemerintah tanggal25 Maret 1946 Nomor
5/SD semua urusan mengenai Mahkamah Islam Tinggi dipindahkan dari Kementrian
Kehakiman ke dalam KementrianAgama. Langkah ini memungkinkan konsolidasi bagi
seluruh administrasi lembaga-lembaga Islam dalam sebuah wadahlbadan yang besnat
nasional. Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 menunjukkan dengan jelas
maksud- maksud untuk mempersatukan administrasi Nikah, Talak dan Rujuk di seluruh
wilayah Indonesia di bawah pengawasan Kementrian Agama.
Usaha untuk menghapuskan pengadilan agama masih terus berlangsung sampai dengan
keluarnya Undang-undang Nomor 19 Tahun 1948 dan Undang-undang Darurat Nomor 1
Tahun 1951 tentangTindakan Sementara untuk Menyelenggarakan Kesatuan Susunan,
Kekuasaan dan Acara Pengadilan-pengadilan Sipil, antara lain mengandung ketentuan pokok
bahwa peradilan agama merupakan bagian tersendiri dati peradilan swapraja dan peradilan
adat tidak turut terhapus dan kelanjutannya diatur dengan peraturan pemerintah. Proses
keluarnya peraturan pemerintah inilah yang mengalami banyak hambatan, sehingga dapat
keluar setelah berjalan tujuh tahun dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
1957.
Menurut ketentuan Stbl. 1937 No. 116, lingkungan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura
Tidak berwenang menangani perkara kewarisan Namun pelaksanaan PP No 45 Tahun 1957
tidaklah Langsung mencapai kesempurnaan. Faktor politis maupun administrasi
menyebabkan pelaksanaan Tugas badan-badan peradilan agama yang baru ini berjalan secara
bertahap Mula-mula dengan Penetapan Menteri Agama/Mahkamah Syariah Tingkat Pertama
dan tingkat banding di Sumatera,Kemudian dengan ketetapan Menteri Agama No 4 dan 5
Tahun 1958 tanggal 6 Maret 1958 untukDaerah Kalimantan. Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Irian Barat
Berbagai kekurangan yang melekat pada Pengadilan Agama telah menyebabkan tidak
Mampu melaksanakan tugasnya sebagai kekuasaan kehakiman secara mandiri seperti yang
Dikehendaki oleh Undang-undang No 14 Tahun 1974 Selain itu, masalah yang menghambat
gerak Langkah Pengadilan Agama yakni susunan, kekuasaan dan acara Pengadilan Agama
belum diatur Dalam Undang-undang tersendiri sebagaimana yang dikehendaki oleh Pasal
Undang-undang
Untuk melaksanakan UU No 14 Tahun 1970 dan untuk menegakkan hukum Islam yang
Berlaku secara yuridis formal dalam negara Republik Indonesia, pada tanggal 8 Desember
1988 Presiden RI menyampaikan rancangan Undang-undang Peradilan Agama kepada DPR
untuk Dibicarakan dan disetujui sebagai Undang-undang mengganti semua peraturan
perundang- undangan tentang Peradilan Agama yang tidak sesuai dengan UUD 1945 dan UU
Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman. Setelah dibicarakan secara mendalam dibahas dan diuji
dengan berbagai Wawasan dan peraturan yang berlaku di negara Indonesia, akhirnya pada
tanggal 14 Desember 1989 Undang-undang tersebut disyahkan menjadi UU No. 7 Tahun
1989 oleh Presiden RI.Diundangkan pada tanggal yang sama oleh Menteri Sekretaris Negara
dan dimuat dalam Lembaran Negara No. 49 Tahun 1989.18Akhirnya secara yuridis formal
Pengadilan Agama telah sama Kedudukannya dengan Pengadilan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai