Anda di halaman 1dari 10

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

HUKUM ACARA PERADILAN


AGAMA
◦ RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
1. Pendahuluan : Hukum Acara Peradilan Agama
2. Gugatan dan Permohonan pada Peradilan Agama di Indonesia
3. Prosedur Penerimaan dan Pemeriksaan Perkara dalam Sidang Peradilan Agama
4. Pembuktian
5. Putusan dalam Peradilan Agama
6. Upaya Hukum
PENGERTIAN HK ACARA PERADILAN AGAMA

“Rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus


bertindak terhadap dan dimuka Peradilan Agama, dan cara bagaimana Peradilan
Agama itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya
peraturan-peraturan hukum positif Islam yang menjadi sumber hukum materiil
bagi lingkungan Peradilan Agama”
◦ HK ACARA PERADILAN
◦ HK ACARA PERDATA
AGAMA

Hubungan antara hukum acara peradilan agama dengan hukum acara perdata sangat erat
karena pada dasarnya hukum acara peradilan agama menggunakan sumber hukum acara
Perdata ditambah dengan hukum acara yang secara khusus terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama jo Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 tentang Perubahan Pertama atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, jo
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
SEJARAH PERADILAN AGAMA DI
INDONESIA
◦ Peradilan adalah proses pemberian keadilan di suatu lembaga yang disebut pengadilan.
Pengadilan adalah lembaga atau badan yang bertugas menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam mengadili dan menyelesaikan
perkara itulah terletak proses pemberian keadilan itu, yang dilakukan oleh hakim baik tunggal
maupun majelis. Oleh karena itu, hakim merupakan unsur yang sangat penting dalam
menyelenggarakan peradilan.
◦ Kata peradilan apabila dihubungkan dengan agama akan menjadi peradilan agama
yang berarti adalah proses pemberian keadilan di pengadilan agama. Pengadilan
agama adalah lembaga yang bertugas menerima, memeriksa dan mengadili, dan
menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi wewenangnya
Peradilan Agama yang telah diyakini telah berproses di Indonesia sejak Islam
memasuki bumi nusantara ini diangkat sebagai lembaga peradilan negara oleh
pemerintah kolonial Belanda melalui Stbt. 1882 No. 152.

Pada masa perkembangan- nya pendapat di kalangan orang Belanda sendiri bahwa hukum yang berlaku
bagi orang-orang Indonesia Asli adalah undang- undang agama mereka, yakni hukum Islam. Mereka
mengikuti teori yang dikenal dengan Theori Receptie in Complexu, yang sejak tahun 1855 telah didukung
oleh peraturan perundang-undangan Hindia Belanda melalui Pasal 75, 78 dan 109 RR
Lodewyk Willen Christian van den Berg yang menyatakan bahwa hukum mengikuti
agama yang dianut seseorang. Kalau orang itu beragama Islam, hukum Islamlah yang
berlaku baginya. Dengan kata lain, “orang Islam Indonesia telah melakukan resepsi
hukum Islam dalam keseluruhannya dan sebagai kesatuan”. Pendapat Paul Schalten dan
van den Berg

Mendorong lahirnya Stbl. 1882 No. 152 yang mengatur pembentukan Peradilan Agama di Jawa dan
Madura.
◦ Peradilan Agama itu sebagaimana keadaannya dari tahun ke tahun dibentuk dalam suasana berbeda.
Pengadilan Agama di Jawa dan Madura dan sebagian bekas Karesidenan Kalimantan Selatan dan Timur,
lahir dan tumbuh dalam suasana kolonial. Sementara itu, Pengadilan Agama di luar daerah itu lahir dan
tumbuh dalam suasana kemerdekaan.

◦ Perbedaan suasana yang mempengaruhi politik hukum yang dilaksanakan oleh pemerintah yang
menetapkan wewenang dan kekuasaan mengadili dan menyelesaikan sengketa Pengadilan Agama itu
dapat dilihat dalam peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan pendirian lembaga
Pengadilan Agama itu. Pengadilan Agama didirikan di Jawa dan Madura pada tahun 1882. Di
Kalimantan Selatan (sebagian di Kalimantan Timur), lembaga ini didirikan pada tahun 1937 dengan
nama Kerapatan Qadi. Di luar Jawa, Madura dan Kalimantan resminya didirikan pada tahun 1957
dengan nama Mahkamah Syari‟ah.
◦ Perbedaan penyebutan nama telah diseragamkan oleh Undang-undang No. 14 Tahun 1970 Tentang
Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan secara lebih tegas dicantumkan dalam
Keputusan Menteri Agama tanggal 28 Januari 1980, Nomor 6 tahun 1980 nama-nama pengadilan di
lingkungan Pengadilan Agama yang ada di Indonesia telah diseragamkan menjadi Pengadilan Agama.

nama-nama pengadilan di lingkungan Pengadilan Agama yang ada di Indonesia telah diseragamkan
menjadi Pengadilan Agama.
kini sebutan semua pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama di seluruh Indonesia telah menjadi
seragam

Anda mungkin juga menyukai