Anda di halaman 1dari 15

“Bagaimana Islam Menghadapi

Tantangan Globalisasi”

Dosen Pengampu: Drs. Suparlan, M.Pd.I


• Asna Azhari (19538141003)
1.

• Dimas Sulung P. J. (19538141009)


2.

• Sigit Ari Perdana (19538141023)


3.

• Muhammad Luthfi Ar Rozaan (19538144009)


4.
• Islam Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Sifat-sifat
1. dasar Sinus
dan Cosinus
• Memahami Konsep Islam Tentang Iptek, Ekonomi,
2. Politik, Sos-Bud, dan Pendidikan
• Perspektif Islam Dalam Implementasi Iptek,
3. Ekonomi, Politik, Sos-Bud, dan Pendidikan
• Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Filosofis
4. Tentang Konsep Islam
• Membangun Argumen Tentang Kompatibel Islam
5. dan Tantangan Globalisasi
• Esensi dan Urgensi Kontekstualisasi Pemahaman
6. Islam Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi
Masyarakat harus memilih mana yang dianggap manfaat
dan mana yang dianggap mudarat. Jadi tetap saja ada yang
manfaat dan ada yang mudarat, contohnya dari budaya
barat yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, maka umat
Islam harus cerdas mengambil sikap di tengah modernisasi
yang tidak bisa dilawan. Masyarakat Islam harus menjadi
modern tetapi harus tetap berada di dalam koridor ajaran
Islam yang selalu mengagungkan terhadap penetapan
norma-norma yang selalu berguna bagi umat manusia.
Jika suatu bangsa itu menguasai iptek, maka bangsa tersebut
dikategorikan sebagai bangsa yang maju. Sebaliknya, jika
suatu bangsa itu tertinggal dalam penguasaan iptek, maka
bangsa itu dipandang sebagai bangsa yang belum maju atau
biasa disebut bangsa tertinggal atau disebut bangsa
berkembang.
1. Bidang Seni
 Seni merupakan ekspresi kesucian hati. Seni itu indah dan

keindahan adalah sifat Tuhan.


 Dalam dunia modern, Seni dapat menjadi pisau bermata

dua bila di satu sisi dapat menjadi pencerah jiwa manusia


dalam kehidupan dan di satu sisi lagi dapat mengancam
nilai- nilai hakiki kemanusiaan.
2. Bidang Ekonomi
 Menurut AM Saefudin (1997) ada enam pokok prekonomian, yaitu:
a. Barang dan jasa yang di produksi.
b. Sistem produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang dan
jasa tersebut.
c. Sistem distribusi yang berlaku diantara para pelaku ekonomi.
d. Efesiensi dalam menggunakan faktor- faktor produksi.
e. Antisipasi terhadap fluktuasi pasar mulai dari inflasi, resesi, depresi, dan
lain- lain.
f. Ikhtiar manajemen produksi dan distribusi agar efesien.
Ekonomi konvensional berprinsip “berkorban sekecil-kecilnya untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya”. Dalam islam, ekonomi ialah berkorban secara
tidak kikir dan tidak boros dalam rangka mendapatkan keuntungan yang layak.
Kekuatan ekonomi sangat berpengaruh terhadap eksistensi dan wibawa suatu
bangsa.
3. Bidang Politik
Politik dalam Islam disebut siyāsah, merupakan bagian
integral (tak terpisahkan) dari fikih Islam. Salah satu objek
kajian fikih Islam adalah siyāsah atau disebut fikih politik.
Fikih politik secara global membahas masalah-masalah :
a. Siyāsah dusturiyah (hukum tata negara).
b. Siyāsah dauliyyah (hukum politik yang mengatur
hubungan internasional).
c. Siyāsah māliyah (hukum politik yang mengatur
keuangan negara).
4. Bidang Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah merealisasikan ubudiah
kepada Allah baik secara individu maupun masyarakat dan
mengimplementasikan khilafah dalam kehidupan untuk kemajuan
umat manusia.
 Menurut An-Nahlawi, Islam mengemukakan tiga metode

yaitu:
a. Paedagogis psikologis
b. Saling menasihati antar-individu dan masyarakat
c. Menggunakan jalur kekuasaan
Tujuan pendidikan dikatakan berhasil manakala proses pendidikan
dilakukan dengan cara yang benar secara Qurani dan menyentuh
ketiga ranah yang ada dalam diri manusia yaitu akal, hati, dan
jasmani.
Dalam kacamata Islam sumber ilmu itu terbagi dua yaitu:
1. Ayat qur`aniyah
2. Ayat kauniah
Dalam bidang ekonomi juga terdapat riba yang harus di perhatikan
oleh masyarakat islam. Seorang pakar ekonomi islam yaitu Syafi’i
Antonio menjelaskan jenis- jenis riba, yaitu:
1. Riba qardh
2. Riba Jāhiliyah
3. Riba Nasī`ah
4. Riba dalam nasī`ah
Dalam masalah politik, NKRI menjamin penduduknya untuk
memeluk suatu agama dan melaksanakan ajaran agamanya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kekuasaan harus diraih dengan berbagai cara, tetapi tidak
menghalalkan segala cara yang diharamkan. Kehidupan demokrasi
akan terasa menjadi berkah dan mendatangkan kemaslahatan bagi
segenap rakyat jika dibingkai dengan nilai-nilai keilahian. Demokrasi
akan menjadi bencana manakala para pelakunya menjauhkan diri dari
nilai-nilai Ilahi.

Nilai-nilai Ilahiah yang terkandung dalam fikih siyāsah antara lain:


1. Al-Amānah
2. Al-Adalah
3. Al-Hurriyyah
4. Al-Musāwāh
5. Tabadul al-Ijtima
 Secara historis, dunia Islam unggul dalam Iptek. Yaitu pada masa
keemasan Islam, dunia Islam menjadi sangat kuat secara politik dan
ekonomi yang didasari penguasaan terhadap Iptek secara sempurna
dimana terjadi pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah yang berpusat di
Damaskus, Syria serta zaman kekuasaan Dinasti Abbasiyyah yang
berpusat di Baghdad, Irak.
 Secara teologis, Allah telah menetapkan bahwa yang akan mendapat
kemajuan pada masa depan adalah bangsa yang menguasai ilmu
pengetahuan yang dilandasi dengan iman dimana Umat Islam makmur
secara materi dan rohani, juga makmur dalam keadilan dan adil dalam
kemakmuran.
 Dalam realitas sekarang, yang menguasai dunia secara ekonomi, politik,
dan budaya adalah bukan bangsa muslim sehingga kemajuan yang di
capai hanyalah kemajuan materi.
Modern adalah perubahan sikap dan pandangan dari tradisional
ke rasional, dari primordial ke logis dan nalar. Terdapat beberapa
karakteristik dalam ajaran islam, yaitu:
1. Rasional
2. Sesuai dengan Fitrah Manusia
3. Tidak Mengandung Kesulitan
4. Tidak mengandung banyak Taklif
5. Bertahap
Modernisasi telah mengubah pola pikir, pola pergaulan,
dan pola kehidupan secara masif. Dalam proses modernisasi
ini, sering kali kaum buruh menjadi lemah ketika berhadapan
dengan kaum pemodal.
Industrialisasi membuka lapangan kerja bagi masyarakat
yang memiliki kualifikasi pedidikan yang memadai, tetapi juga
menyingkirkan sebagian masyarakat yang minus pendidikan.
Perilaku keagamaan masyarakat, yang semula menganggap
bahwa silaturahmi penting dan harus bertatap muka, bersua
bertemu, dan berhadapan secara fisik, berubah menjadi
silaturahmi cukup hanya melalui mendengar suara lewat
telepon, sms, facebook, atau twitter.
Islam dipahami secara rasional tidak sekedar dogma.
Menurut Kuntowijoyo, ada lima program reinterpretasi untuk
memerankan kembali misi rasional dan empiris Islam yang bisa
dilaksanakan saat ini dalam rangka menghadapi modernisasi.
1. Perlunya dikembangkan penafsiran sosial struktural
2. Mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir
objektif
3. Mengubah islam yang normatif menjadi teoretis
4. Mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis
5. Merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang bersifat
umum menjadi formulasi-formulasi yang spesifik dan
empiris.

Anda mungkin juga menyukai