Anda di halaman 1dari 2

TUGAS PENGANTAR BISNIS : Biografi Wirausaha Muslim Sukses

NABI MUHAMMAD ETREPRENUR ISLAM SUKSES


Ketika usianya 12 tahun, Rasulullah ‘banting setir.’ Ia ganti profesi. Tidak
lagi menjadi penggembala kambing. Ia bekerja magang di ‘perusahaan’ sang
paman, Abu Thalib. Ia menjadi karyawan bisnis pamannya dalam sektor ekspor-
impor. Di usianya yang masih belia, Rasulullah bahkan beberapa kali ikut
berdagang bersama pamannya ke Syam (sekarang Suriah). Ia magang pada
pamannya selama kurang lebih lima tahun, hingga usianya 17 tahun. Pada tahap ini,
Rasulullah mulai belajar berwirausaha. Ia menyerap semua ilmu bisnis dan dagang
dari sang paman dan mitra bisnisnya. Mulai dari kondisi pasar, penawaran dan
permintaan (supply and demand), produksi barang, karakteristik pembeli, dan lain
sebagainya. Rasulullah mulai membangun bisnisnya sendiri saat usianya 17 tahun.
Meskipun masih pada tahap rintisan (start up). Dengan modal ‘gelar Al-Amin’,
Rasulullah menjadi manajer investasi (investment manager). Banyak pemilik
modal di Makkah yang ‘kepincut’ dengan Rasulullah. Mereka memasok barang dan
modal untuk Rasulullah sehingga diputar menjadi lebih besar. Tidak hanya itu,
Rasulullah juga memiliki modal pengalaman yang luar biasa dalam dunia
perdagangan dan bisnis. Rasulullah sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke
luar negeri pada saat usianya baru 17 tahun. Bahkan, Ia berdagang hingga ke 17
negara lebih. Diantaranya Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan
lainnya. Dalam Sirah Nabawiyyah, al-Mubarakfury menjelaskan bahwa Rasulullah
menggandeng as-Saib bin Abus-Saib sebagai partner saat awal-awal memulai
bisnis.
Bagi Rasulullah, Abus-Saib adalah rekan terbaiknya dalam bisnis. Tidak
pernah berselisih dan tidak curang. Bisnis Rasulullah semakin moncer. Apa yang ia
jual pasti untung. Pemilik modal menjadi senang. Pun para konsumen yang
membeli dari Rasulullah. Mereka puas dengan barang dan cara Rasulullah
berdagang. Hingga akhirnya saat usianya 25 tahun, Rasulullah menikah dengan
Khadijah, salah satu pemilik modal yang selama ini berinvestasi kepadanya.
Dengan ini, bisnis Rasulullah semakin ‘menjadi-jadi.’ Bayangkan saja, sebelumnya
Rasulullah sudah sukses dengan bisnisnya. Kemudian, ia menjadi suami dari
seorang yang juga pebisnis sukses. Seorang yang menanamkan investasi
kepadanya. Maka tidak heran setelah pernikahannya dengan Khadijah, bisnis
Rasulullah dan Khadijah menjadi begitu besar. Kesuksesan Rasulullah dalam dunia
bisnis setidaknya tercermin dari mahar yang diberikan kepada Khadijah. Jika
dituangkan dengan nilai mata uang sekarang, mahar Rasulullah untuk Khadijah
mencapai sekitar enam miliar rupiah. Rasulullah menerapkan beberapa langkah dan
strategi hingga ia sukses dalam dunia kewirausahaan (entrepreneurship). Ia pandai
melakukan segmentasi dan menetapkan target pasar (targeting). Sebelum
menjajakan suatu barang, Nabi Muhammad saw. memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang kebiasaan, cara hidup, cara makan dan minum, serta kebutuhan
yang diperlukan masyarakat setempat. Ia juga berhasil melakukan segmentasi
sehingga ketika datang ke kota A maka barang-barang yang dibawa adalah ini dan
itu. Barang-barang yang dibutuhkan masyarakat tersebut. Ketika datang ke kota B
maka barang yang dibawa lain lagi. Dan seterusnya.
Rasulullah juga menjalin hubungan yang baik (silaturahim) dengan
pelanggannya. Tidak hanya itu, ia melakukan ekspansi usaha ke wilayah-wilayah
lain, buka hanya satu wilayah saja. Ia selalu menjelaskan kekurangan dan kelebihan
barang dagangannya dengan jujur kepada para pelanggannya. Mematok harga
sesuai dengan nilai komoditasnya dan tidak melakukan perang harga dengan
pedagang lainnya. Di samping itu, Rasulullah juga memiliki branding dan sikap
yang baik. Rasulullah mendapatkan gelar Al-Amin dari masyarakat Arab. Ini
menguntungkannya dalam melaksanakan proses perdagangan dengan para
pelanggannya. Rasulullah juga mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional.
Ia tidak pernah membohongi pelanggannya dan ikhlas menjalankan usahanya.

Anda mungkin juga menyukai