1. Perjalanan-Perjalanan Dagang Muhammad tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya Abu Thalib dan harus belajar mengenai bisnis perdagangan dari pamannya. Ketika dewasa dan menyadari pamannya bukanlah seorang yang berada serta memiliki keluarga besar yang harus diberi nafkah, ia mulai berdagang sendiri di kota Makkah. Ia melakukan bisnis pada tarif kecildan pribadi di Makkah. Ia membeli barang- barang dari suatu pasar lalu menjualnya kepada orang lain. Nabi adalah seorang dari anggota keluarga besar Quraisy, dan karenanya ia diharapkan berprofesi sebagai mata pencahariannya. Meskipun tidak memiliki uang untuk berbisnis, tetapi ia banyak menerima modal dari janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan kerja sama. Khadijah adalah salah seorang dari banyak wanita kaya di Makkah yang menjalankan bisnisnya melalui agen-agen berdasarkan berbagai jenis kontrak. Oleh karena Muhammad sejak kecil terkenal rajin dan percaya diri, ia memperoleh reputasi yang baik ketika dewasa. Khadijah pun menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan, sehigga ia mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai pasar di Utaradan Selatan dengan modalnya. Selanjutnya, Nabi banyak melakukan perjalanan dagang dengan modal dari Khadijah. Rasulullah telah membina dirinya menjadi seorang pedagang profesional, yang memiliki reputasi dan integrasi luar biasa. Sebelum dipekerjakan Khadijah berdagang ke kota Busra di Syiria, Nabi Muhammad telah melakukan sebagian besar perjalanan dagangnya ke Yaman, dan untuk maksud inilah ia melakukan banyak perlawatan ke berbagai kota dagang di Yaman. 2. Bisnis Setelah Perkawinan Setelah menikah dengan Khadijah, Nabi tetap melanjutkan usaha perdagangannya, namun sekarang Nabi sebagai manajer sekaligus mitra kerja istrinya. Sejak usia 25-40 tahun, Nabi telah melakukan perjalanan dagang ke berbagai daerah Semenanjung Arab dan negeri-negeri perbatasan Yaman, Bahrain, Irak, dan Syiria. Tiga dari perjalanan dagang Nabi setelah menikah telah dicatat dalam sejarah: Pertama, perjalanan dagang ke Yaman; Kedua, ke Najd; dan ketiga ke Najarn. Diceritakan juga bahwa di samping perjalanan- perjalanan tersebut, Nabi terlihat dalam urusan dagang yang besar, selama musim-musim haji, di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim lain Nabi sibuk mengurus perdagangan grosir di pasar-pasar kota Makkah. 3. Sahabat Nabi Yang Berwirausaha Ada beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW yang selain menyebarkan agama Islam bersama Nabi, tetapi juga berprofesi sebagai pengusaha atau wirausahawan. Diantara para sahabat tersebut adalah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf dan Urwah Al Bariqi. a. Utsman bin Affan (Pengusaha Kaya yang Dermawan) Sahabat Utsman bin Affan adalah sosok yang menyeimbangkan antara value of prosperity dan kesederhanaan. Utsman bin Affan adalah pengusaha besar di zaman Rasulullah. Meskipun kaya raya beliau hidup sederhana dan sangat dermawan. Utsman bin Affan merupakan khalifah ketiga setelah wafatnya Umar bin Khattab. Bangsawan dan konglomerat Makkah yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah karena perjuangan dan ketaqwaannya. Seorang pribadi yang sholeh yang jujur, lembut, dan pemalu. Namun di akhir masa kekhalifahan dan hidupnya, harta yang dimiliki Utsman bin Affan hanya tersisa dua ekor unta saja. Semuanya dinafkahkan untuk kesejahteraan umat. b. Abdurrahman bin Auf (Pengusaha Sukses yang Dijamin Masuk Surga) Abdurrahman bin Auf memang pebisnis yang handal. Kecerdasannya dalam berbisnis membuat segala hal yang ia lewati menjadi peluang. Dengan kemampuannya dalam berbisnis, Abdurrahman bin Auf juga membawa seluruh kekayaannya untuk berhijrah ke Madinah. Di perjalanan kekayaanya di rampas oleh Quraisy, penguasa Makkah. Dalam keadaan seperti itu Abdurrahman bin Auf tidak menyerah. Di Madinah, Sa’ad ibnu Arabi Alausani memberikan sebagian harta kepada Abdurrahman dan menawarinya seorang calon istri. Dengan modal secukupnya ia berjualan keju dan minyak samin, ia bangkit dan mampu menikah dengan salah satu perempuan Anshor. Dalam beberapa waktu, Abdurrahman menjadi orang kaya raya. Ia berlomba dengan pebisnis lain, yaitu Utsman bin Affan dalam bersedekah dan menginfakkan hartanya di jalan Allah. Sebelum wafat, Abdurrahman bin Auf menginfakkan 400 dinar hartanya untuk peserta perang Badar yang masih hidup. Setiap orang mendapatkan empat dinar termasuk Ali dan Utsman r.a. c. Urwah Al Bariqi (Ahli Komunikasi dan Negoisasi) Disebutkan dalam sebuah riwayat, dalam biografi Urwah Al Bariqi, andailah urwah al-bariqi bila barang dagangannya telah habis, andailah dia itu menggenggam segenggam debu, kemudian dia tawarkan, kemudian ia jual berkat kepiawaiannya dalam bernnegoisasi menawarkan, niscayalah dia mendapat keuntungan dari segenggam debu tersebut. Karenanya untuk menjadi seorang pengusaha jangan hanya berpikir harus ada modal dan kalua modal itu hanya dari perbankan yang harus dengan riba. Dunia usaha bukanlah dunia orang malas. Dunia usaha bukanlah dunianya orang yang manja. Dunia usaha adalah dunia orang yang cerdas. Dunia orang-orang yang memandang peluang. Dunia orang yang pantang menyerah, gigih, dan ulet. Karenanya, belajarlah bernegoisasi, berkomunikasi, bagaimana anda membangun relasi, bagaimana anda membangun kepercayaan. Dengan begitu anda mampu membangun dinasti sukses bisnis. B. Manajemen Bisnis Rasulullah 1. Aktivitas Bisnis Nabi Muhammad Ketika mencapai usia dewasa beliau memilih pekerjaan sebagai pedagang/wirausaha. Seorang investor besar Makkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai manajer ke pusat perdagangan Habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha mendatangkan keuntungan besar baginya dan investornya. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain di sebelah timur Semenanjung Arab. Dahulu, Nabi pernah mengikuti pamannya berdagang ke Syiria pada usia anak-anak, 12 tahun. Lebih dari 20 tahun Nabi Muhammad berkiprah di bidang wirausaha (perdagangan), sehingga beliau di kenal di Yaman, Syiria, Basrah, Iraq, Yordania, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab. Sejak sebelum menjadi Mudharib (fund manager) dari harta Khadijah, ia kerap melakukan lawatan bisnis, seperti ke kota Busrah di syiria dan Yaman. Dalam sirah Halabiyah dikisahkan, ia sempat melakukan empat lawatan dagang untuk Khadijah, dua ke Habsyah dan dua lagi ke Jorasy, serta ke Yaman bersama Maisarah. Ia juga melakukan perlawatan ke Bahrain dan Abisinia. Perjalanan dagang ke Syiria adalah perjalanan atas nama Khadijah yang kelima, di samping perjalanannya sendiri yang keenam (termasuk perjalanan yang dilakukan bersama pamannya ketika Nabi berusia 12 tahun). 2. Implementasi Manajemen Bisnis Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Ia tidak pernah membuat pelanggannya komplain. Beliau sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang di pesan dengan tepat waktu. Beliau menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dengan siapapun. Pada zamannya ia menjadi pelopor perdagangan berdasarkan prinsip kejujuran, transaksi bisnis yang fair, dan sehat. Ia tak segan-segan mensosialisasikannya dalam bentuk edukasi langsung dan statement yang tegas kepada para pedagang. Pada saat beliau menjadi kepala negara, law enforcement benar-benar ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal. Dalam dunia manajemen, kata benar digunakan oleh Peter Drucker untuk merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti melakukan sesuatu secara benar, sedangkan efektivitas adalah melakukan sesuatu yang benar. Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini diwujudkan melalui penerapan konsep dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas ditekankan pada tingkat pencapaian atas tujuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemilihan strategi yang tepat. Prinsip efisiensi dan efektivitas ini digunakan untuk mengatur tingkat keberhasilan suatu bisnis. Prinsip ini mendorong para akademisi dan praktisi untuk mencari berbagai cara, teknik, dan metode yang dapat mewujudkan tingkat efisiensi dan efektivitasyang setinggi-tingginya. Semakin efisien dan efektif suatu perusahaan, maka semakin kompetitif perusahaan tersebut. Dengan kata lain, agar sukses dalam menjalankan bisnis maka sifat siddiq dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas. C. Strategi Bisnis Nabi Muhammad SAW 1. Karakter Bisnis Nabi Muhammad SAW Dalam menjalankan bisnis, Nabi Muhammad memiliki karakter dasar dalam bisnisnya, yaitu sebagai beriku: a. Shiddiq perwujudannya: tidak ingkar janji, tidak menyembunyikan cacat, tidak mengelabui harga pasar. b. Fathonah (kreatif dan inofatif) perwujudannya: melakukan administrasi kesepakatan dengan rapi (akad dan keuangan), mampu mengatasi perubahan yang terjadi, kemampuan menjaga profesionalisme dan pelayanan yang baik kepada pelanggan. c. Amanah perwujudannya: tidak mengurangi sesuatu yang disetujui, tidak menambah sesuatu yang disepakati, memberikan sesuatu sesuai dengan pesan. d. Tabligh perwujudannya: menyampaikan keunggulan produk dengan transparency dan fairness. Karakter dasar ini memiliki sifat turunan yang diimplementasikan dalam bisnis beliau yaitu; a. Karakter Bisnis (Al-Amin) Implikasi dari karakter bisnis atau al-amin (terpercaya) ini adalah, bahwa pelaku bisnis hendaknya memiliki sifat: 1.) Jujur 2.) Adil 3.) Ramah 4.) Cakap 5.) Senang membantu pelanggan 6.) Menjaga hak pembeli 7.) Tidak menjelekkan bisnis orang lain b. Tradisi Kualitas (Itqan) Itqan berarti profesional. Itqan atau profesional ini memiliki implikasi dalam bisnis sebagai berikut: 1.) Gairah (Passionate): bersemangat melayani konsumen. 2.) Progresif (Progressive): meningkatkan kualitas pelayanan. 3.) Proaktif (Proactive): keterbukaan, komunikatif, senang menolong. 4.) Positif: berbaik sangka namun tegas menegakkan etika bisnis Islam. c. Orientasi Halal (Halalan Thoyibah) Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban setelah ibadah wajib. Kehalalan proses dan hasil bisnis dapat terwujud jika pelaku bisnis dapat menghindari perbuatan: “TAMAN GHADZIRR”. Ini adalah akronim yang terdiri atas: 1.) T = Tadlis artinya penipuan. 2.) A = Asusila berarti melanggar norma. 3.) Ma = Maisir artinya judi. 4.) N = Najasy artinya pembelian pancingan. 5.) G = Gharar artinya tidak jelas. 6.) Ha = Haram artiinya haram zat obyeknya. 7.) Dz = Dzulm artinya mendzolimi, menyengsarakan. 8.) I = Ikhtikar artinya menimbun. 9.) R = Riba artinya tambahan % atas modal atau pinjaman uang. 10.) R = Risywah artinya menyuap. 2. Hakikat Berdagang Menurut Nabi Muhammad SAW Sejalan dengan memaknai bisnis secara islami maka keberkahan adalah intinya. Berkah adalah Ziyatul Khoir dalam kata lain yaitu bertambahnya kebaikan yang menyangkut nilai dan kualitas bukan sekedar kuantitas. Sedangkan keberkahan kata kuncinya adalah “syukur” yang diuraikan dalam tiga prinsip: Pertama, tidak hanya berorientasi ingin mendapatkan uang saja, tetapi lebih dari itu yaitu berorientasi pada misi sebagai pengabdian kepada Allah SWT, pebisnis seperti ini akan senantiasa berpijak pada dua sikap terpuji yang menguntungkan dirinya, bersyukur jika berhasil, bersabar jika gagal. Seandainya pedagang/pebisnis hanya berorientasi pada uang, maka bila berhasil menjadi sombong dan jika mengalami kegagalan akan kecewa dan frustasi, bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Kedua, mengutamakan tujuan jangka panjang ketimbang hanya mencari keutungan jangka pendek yang bersifat duniawi. Ketiga, memandang sumber daya manusia sebagai asset, bukan sebagai alat. Sebagai sumber asset, sumber daya manusia bukanlah mesin yang harus dieksploitasi. Ia mestinya diperlakukan secara manusiawi dengan cara dikembangkan potensinya, diberdayakan kemampuannya, dan dilayani hak- haknya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dengan akhlak mulianya. Maka pedagang yang senantiasa menerapkan etika bisnis syariah seperti dicontohkan nabi, tidak akan pernah mengalami merugi dalam menjalankan usahanya. Sebab, dalam Islam keuntungan tidaklah semata-mata ditinjau berdasarkan materi semata. Karena hakikat keuntungan perniagaan dalam Islam yaitu bila kegiatan usahanya menambah amal sholeh, dapat membantu atau menolong orang lain, bertambahnya ilmu dan pengalaman dan bisa membangun silaturahmi. Intinya dalam berdagang mengandung tiga hal, yaitu: 1) menjual produk, 2) menjual nilai-nilai, dan 3) berniaga di jalan Allah. 3. Formula Sukses Bisnis Nabi Muhammad SAW Pertama, keberhasilan nabi dalam membangun kepercayaan, sehingga beliau sangat dipercaya (Al-Amin). Dengan citra dirinya sebagai Al-Amin, sehingga orang-orang senang melakukan transaksi bisnis denganbeliau, dan tidak segan- segan menginvestasikan modal mereka kepadanya. Kedua, kompetensi dan kemampuan teknis. Nabi Muhammad SAW sangat lihai benar cara berinteraksi dengan calon pembeli atau mitra bisnis. Beliau sangat mengenal pasar-pasar dan tempat perdagangan di Jazirah Arab. Beliau juga sangat memahami seluk beluk aktivitas perdagangan, perekonomian, keuntungan suatu perdagangan serta berbagai transaksi perdagangan yang menyalahi nilai-nilai syariah. 4. Marketing Sepanjang Masa Tiga strategi yang dilakukan Nabi Muhammad SAW: a. Nabi membangun hubungan interpersonal yang amat berkesan dimanapun berada. Hal ini ditunjukkan lewat sikap bersahabat dan raut muka yang selalu tersenyum. Walau dalam waktu sesaat, nabi mampu mengingat nama maupun masa lalu dari mitra yang dijumpainya. Nabi juga dinilai ampuh menciptakan optimisme meskipun dalam situasi serba berkekurangan. b. Nabi mampu menjelaskan setiap adanya perbedaan cara pandang dan menghargai perbedaan tersebut. Nabi dapat mengarahkan lawan debatnya tanpa terasa dan meyakinkan ke sasaran positif yang diinginkan. c. Nabi dianggap mampu menciptakan kepastian, tidak hanya berupa angan- angan normative. Beliau memperlihatkan sikap menghargai waktu dan tidak mudah obral janji, memperlihatkan kesediaan untuk berkorban, dan tidak hanya mengedepankan kepentingan diri sendiri. Tiga hal di atas merupakan aspek-aspek yang dilakukan Rasulullah SAW saat menerapkan Strategi marketingnya. Rasulullah menggunakan konsep 2S, yaitu: Shadaqah (Infaq, zakat) dan Silaturahmi. Shadaqah, Infaq, Zakat (perniagaan), akan berdampak pada: 1.) Peningkatan pendapatan orang miskin 2.) Peningkatan permintaan produk 3.) Ungkapan syukur tertinggi
Silaturahmi, akan berdampak pada:
1.) Pengusaha dapat uang jika ada untung
2.) Untung terjadi jika ada penjualan 3.) Penjualan terjadi jika ada penawaran 4.) Penawaran baru ada jika ada prospek 5.) Prospek timbul jika ada kunjungan (silaturahmi) Cara memasarkan produk saat kita melakukan bisnis yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
1.) Memasarkan produk yang halal dan suci.
2.) Tidak melakukan sumpah palsu. 3.) Tidak berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik. 4.) Melakukan timbangan dengan benar. 5.) Tidak menjelekkan bisnis orang lain. 6.) Pintar beriklan/promosi. 7.) Transparansi (keterbukaan). 8.) Mengutamakan pelanggan (Customer Satisfaction). 9.) Networking (jejaringan) di wilayah lain. 10.) Cakap dalam berkomunikasi dan bernegoisasi. 11.) Tidak mengambil untung yang berlebihan. 12.) Mengutamakan penawar pertama. 13.) Menawar dengan harga yang diinginkan. 14.) Melakukan perniagaan sepagi mungkin. 15.) Menjaga kepercayaan pelanggan. 16.) Mewujudkan win-win solution. 17.) Barang niaga harus bermutu, murah, bermanfaat, mutakhir, dan berkualitas. 18.) Kemudahan dalam hal transaksi dan pelayanan. 19.) Menentukan harga dengan jelas ketika akad (deal). 5. Dua Belas Rahasia Sukses Bisnis Ala Rasulullah SAW a. Menjadikan bekerja sebagai ladang menjemput surga. b. Jujur dan dapat dipercaya. c. Memiliki mimpi dan mau menindaklanjutinya. d. Berfikir Visioner, Kreatif, dan siap menghadapi perubahan. e. Memiliki Planning dan Goal Setting yang jelas. f. Pandai mempromosikan diri. g. Menggaji karyawan sebelum kering keringatnya. h. Bekerja keras dan cerdas. i. Mengutamakan sinergisme. j. Berbisnis dengan cinta dan kasih sayang. k. Pandai bersyukur dan berucap terimakasih. l. Be the best, menjadi manusia yang paling bermanfaat.