Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Munculnya islam membuka zaman baru dalam sejarah kehidupan
manusia. Kelahiran nabi muhammad adalah suatu peristiwa yang tiada
tandingan nya. Beliau adalah utusan Allah SWT yang terakhir dan sebagai
pembawa kebaikan bagi seluruh ummat manusia. Rasulullah mengubah
sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai dengan ketentuan al-qur’an
dan hadis.
Ilmu ekonomi islam sebagai sebuah study ilmu pengetahuan
modern baru muncul pada tahun 1970 an, tetapi pemikiran tentang
ekonomi islam telah muncul sejak islam itu diturunkan melalui nabi
Muhammad SAW. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi islami
adalah al-qur’an dan hadist maka pemikiran ekonomi ini munculnya juga
bersamaan dengan diturunkannya dengan al-qur’an dan masa kehidupan
Rasulullah. Pada abad akhir enam masehi hingga abad awal tujuh masehi.
Setelah masa tersebut banyak sarjana muslim yang memberikan kontribusi
karya pemikiran ekonomi. Karya-karya mereka sangat berbobot yaitu
memiliki dasar argumentasi religius dan sekaligus intelektual yang kuat
serta kebanyakan didukung oleh fakta empiris pada waktu itu. Banyak
diantaranya juga sangat futuristik dimana pemikir-pemikir barat baru
mengkaji nya ratusan abad kemudian.
Pemikiran ekonomi dikalangan pemikir muslim banyak mengisi
hasanah pemikiran ekonomi dunia pada masa dimana barat masih dalam
kegelapan. Pada masa itu dunia islam justru mengalami puncak kejayaan
dalam berbagai bidang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegiatan ekonomi bangsa Arab pra Islam?
2. Bagaimana praktek dan kegiatan ekonomi Rasulullah?
3. Bagaimana sistem ekonomi pada masa Rasulullah?
4. Bagaimana pelaksanaan baitul mal pada masa
Rasulullah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami kegiatan ekonomi bangsa Arab pra Islam.
2. Untuk memahami praktek dan kegiatan ekonomi
Rasulullah.
3. Untuk memahami sistem ekonomi pada masa Rasulullah.
4. Untuk memahami pelaksanaan baitul mal pada masa
Rasulullah.

D. Mamfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menulis makalah ini dapat membantu kami dalam pembuatan
karya ilmiah.
b. Melatih diri dalam menuangkan ide-ide dalam pembelajaran.
2. Bagi Pembaca
Untuk lebih mengetahui bagaimana pemikiran ekonomi Islam pada
masa Rasulullah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegiatan Ekonomi Bangsa Arab Sebelum Islam


Jauh sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab telah
terkenal dengan perniagaannya, kondisi wilayah jariyah Arab
dan sekitarnya yang didominasi oleh padang pasir,
pergunungan yang tandus dan penuh dengan bebatuan, yang
menjadikan alasan utama mayoritas penduduk Arab untuk
memilih perniagaan sebagai mata pencarian mereka.1
Suku Quraisy yang merupakan suku asal Nabi
Muhammad SAW, dan pemegang otoritas sebagai penjaga
ka’bah adalah suku bangsa Arab yang paling dominan dan
berpengaruh, termasuk dalam kegiatan perniagan. Dengan
statusnya sebagai penjaga Ka’bah tersebut, suku Quraisy
memiliki peluang dan kemudahan dalam berniaga. Mereka
sangat leluasa dan aman untuk melakukan perjalanan dagang di
seluruh kawasan Arab, meskipun di wilayah yang sedang
berkecamuk perang. Hampir seluruh suku bangsa Arab
menghormati kalifah-kalifah suku Quraisy, baik dalam bentuk
penyedian izin singgah setiap saat, fasilitas dagang, maupun
jaminan keamanan.2
Seperti halnya ke utara dan selatan, suku Quraisy juga
mengadakan perjalanan niaga ke timur dan barat untuk
menghubungkan antara Bahrain dan Selat Persia (Teluk Arab)
di satu pihak dengan Sudan dan Habsy melalui laut Merak
dipihak lain. Keluasan dalam perniagaan tersebut serta
interaksinya yang luas dengan dunia yang luar, terutama
penduduk Syiria, Mesir, Irak, Iran, Yaman dan Ethiopia, tidak
1
Euis Amalia, Sejarah Pemikiram Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2010),
hal. 73
2
Ibid.,

3
saja mendatangkan keuntungan materi yang besar, tetapi juga
meningkatkan kadar pengetahuan, kecerdasan, dan kearifan
suku Quraisy, sehingga menempatlan suku ini sebagai suku
yang paling piawai dalam berniaga, baik dalam bentuk syirkah
maupun mudharabah yang membawa mereka kepada
kemakmuran dan kekuasaan.3
Dalam melakukan transaksi perdagangannya, suku
bangsa Arab mempunyai kebiasan menerapkan sistem ribawi,
yaitu apabila Seseorang menjual sesuatu kepada orang lain
dengan perjanjian bahwa pembayaran akan dilakukan pada
tanggal yang sudah disepakati bersama. Apabila pembeli tidak
dapat membayar tepat waktu, maka akan diberikan tenggang
waktu dengan syarat membayar lebih besar dari harga awal.
Sementara itu, mayoritas penduduk Yasrib (Madinah)
memilih bercocok tanam di samping pengrajin besi dan
berniaga, hal ini ditunjang oleh kondisi daerah tersebut yang
memiliki tingkat kelembaban dan curah hujan yang cukup.4

B. Praktek dan Kegiatan Ekonomi Rasulullah


1. Periode Mekah: Muhammad SAW Sebagai Seorang
Pedagang
Seperti anggota suku Quraisy lainnya, Muhammad
SAW menekuni dunia perdagangan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada usia 12 tahun, ia ikut serta dalam
perjalanan dagang ke Syiria bersama pamannya, Abu
Thalib setelah menginjak dewasa menyadari bahwa
pamannya berasal dari keluarga besar namun berekonomi
lemah, Muhammad SAW mulai berdagang sendiri pada
taraf kecil dan pribadi di kota Mekah.5
3
Ibid.,
4
Ibid., hal. 74
5
Euis Amalia, Op.Cit, hal. 75

4
Dalam melakukan usaha dagangnya, Muhammad
SAW menggunakan modal orang lain yang berasal dari
para janda kaya dan anak yatim yang tidak mampu
menjalankan modalnya sendiri. Dari hasil mengelola modal
tersebut, ia mendapatkan upah atau bagi hasil sebagai
mitra.6
Kepiawaiannya dalam berdagang yang disertai
dengan reputasi dan integritas yang baik membuat
Muhammad SAW. Dijuluki al-amin (terpercaya) dan ash-
shiddiq (jujur) oleh penduduk Mekah yang berimplikasi
pada semakin banyaknya kesempatan berdagang dengan
modal orang lain. Sejarah mencatat bahwa Muhammad
SAW, banyak melakukan perdagangan dengan modal dari
Khadijah Binti Khuwailid, seorang janda kaya raya yang
kelak menjadi pendamping hidupnya.
Setelah menikah dengan Khadijah, Muhammad
SAW tetap menjalankan usaha perdagangannya. Ia menjadi
manajer sekaligus mitra dalam usaha istrinya. Perjalanan
dagang beberapa kali diadakan ke berbagai pusat
perdagangan dan pekan dagang di semenanjung Arab dan
negeri-negeri perbatasan Yaman, Bahrain, Irak, dan Syiria.
Muhammad SAW juga terlibat dalam urusan dagang yang
besar di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz selama
musim haji. Pada musim yang lain, ia sibuk mengurus
perdagangan grosir di pasar-pasar kota Mekah. Muhammad
SAW melakukan hampir semua urusaan dagang melalui
agen-agennya dan hanya sedikit sekali bertindak sebagai
agen untuk para pedagang lain. Kadang-kadang ia

6
Ibid.,

5
mengambil pinjaman berdasarkan gadai, membeli barang
dengan tunai, dan dengan pinjaman.7
Muhammad SAW melakukan banyak transaksi jual-
beli sebelum kenabiannya. Setelah diangkat sebagai Nabi,
keterlibatannya dalam urusan perdagangan agak menurun.
Bahkan, sesudah hijrah ke Madinah, aktivitas penjualannya
semakin sedikit jika dibandingkan dengan aktivitas
pembelian.
2. Periode Madinah: Muhammad SAW Sebagai Seorang
Kepala Negara
Setelah mendapat perintah dari Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW berhijrah ke Yastrib (Madinah). Disana,
Ia disambut dengan hangat oleh penduduk kota tersebut dan
diangkat sebagai pemimpin mereka. Berbeda dengan
periode Mekah, Islam menjadi kekuatan politik pada
periode Madinah. Ajaran Islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat (mu’amalah) banyak turun di kota
ini. Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan sebagai
kepala negara, disamping pemimpin agama. Dengan kata
lain, dalam diri Nabi Muhammad SAW terkumpul dua
kekuasan sekaligus, kekuasan spritual dan kekuasan
duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis
merupakan kepala negara.8
Rasulullah SAW segera membuang sebagian besar
tradisi dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran
Islam dari seluruh aspek kehidupan masyarakat muslim.
Kondisi negara yang baru dibentuk ini, tidak diwarisi
sumber keuangan sedikitpun sehingga sulit dimobilisasi

7
Ibid., hal. 76
8
Ibid.,

6
dalam waktu dekat. Karenanya, Rasulullah SAW segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, yaitu:9
a. Membangun masjid sebagai Islamic Centre.
b. Menjalin ukhuwwah islamiyyah antara kaum muhajirin
dengan kaum Anshar.
c. Menjalin kedamaian dalam negara.
d. Mengeluarkan hak dan kewajiban bagi warga
negaranya.
e. Membuat konstitusi negara.
f. Menyusun sistem pertahanan negara.
g. Meletakkan dasar-dasar keuangan negara.

C. Sistem Ekonomi
Setelah menyelesaikan masalah politik dan konstitusional,
Rasulullah SAW merubah sistem ekonomi dan keuangan
negara sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an. Prinsip-prinsip
kebijakan ekonomi yang dijelaskan dalam Al-Qur’an adalah
sebagai berikutnya:10
1. Allah SWT adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik
absolut seluruh alam semesta.
2. Manusia hanyalah khalifah Allah SWT dimuka bumi,
bukan pemilik yang sebenarnya.
3. Semuanya yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah
seizin Allah SWT. Oleh karena itu, manusia yang kurang
beruntung mempunyai hak atas sebagian kekayaan yang
dimiliki manusia lain yang lebih beruntung.
4. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
5. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba
harus dihilangkan.

9
Ibid., hal. 76-77
10
Ibid., hal. 77

7
6. Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi
kekayaan.
7. Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk
orang-orang miskin.

D. Baitul Mal
Rasulullah SAW merupakan kepala negara yang pertama
kali memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara
di abad ketujuh. Semua hasil penghimpunan kekayaan negara
harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan
sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat pusat pengumpulan
dana disebut dengan bait al-mal yang di masa Nabi
Muhammad SAW terletak di masjid Nabawi. Pemasukan
negara yang sangat sedikit disimpan di lembaga ini dalam
jangka waktu yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan
seluruhnya kepada masyarakat.11
1. Pendapatan Baitul Mal
Penerimaan APBNnya terdiri dari:12
a. Kharaj (Pajak Terhadap Tanah)
Pajak ini ditentukan berdasarkan tingkat
produktivitas tanah. Secara spesifik, besarnya pajak ini
ditentukan tiga hal, yaitu karakteristik atau tingkat
kesuburan tanah, jenis tanaman dan jenis irigasi.
b. Zakat
Pada masa awal pemerintahan Islam, zakat
dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil
peternakan, dan hasil pertanian.
c. Khums

11
Euis Amalia, Op.Cit, hal. 78
12
Ibid.,

8
Yaitu pajak proporsional sebesar 20%. Dalam
perkembangannya terdapat perbedaan pendapat
dikalangan ulama Syiah dan Sunni mengenai objek
khums ini. Kalangan Syiah menyatakan objek khums
adalah semua pendapatan, sedangkan kalangan Sunni
menyatakan objek khums hanya hasil rampasan perang.
Namun, Iman Abu Ubaid, seorang ulama Sunni,
beranggapan bahwa objek khums juga meliputi barang
temuan dan barang tambang.
d. Jizyah
Yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang
non-muslim sebagai pengganti layanan sosial-ekonomi
dan jaminan perlndungan keamanan dari negara Islam.
2. Pengeluaran Baitul Mal
Pada masa Rasulullah SAW, dana baitul mal
dialokasikan untuk penyebaran Islam, pendidikan dan
kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan,
pembangunan insfrastruktur, pembangunan armada perang
dan keamanan, dan penyediaan layanan kesejahteraan
sosial.13
Seluruh alokasi dana baitu mal tersebut mempunyai
dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara
langsung ataupun tidak. Setiap alokasi untuk penyebaran
Islam yang berdampak terhadap kenaikan aggregate
demand sekaligus aggregate supply karena jumlah populasi
akan meningkat dan penggunaan sumber daya alam akan
semakin maksimal. Seperti peristiwa hijrahnya kaum
Muhajirin ke Madinah dan persaudaraannya dengan kaum

13
Ibid., hal. 79

9
Anshar. Selain itu, penyebaran Islam ini juga akan dapat
meningkatkan pendapatan baitul mal.14
Penerimaan negara secara keseluruhan pada masa
Nabi Muhammad SAW tidak tercatat secara sempurna,
karena beberapa alasan. Pertama, minimnya jumlah orang
Islam yang bisa membaca, menulis, dan mengenal
aritmatika sederhana. Kedua, sebagian besar bukti
pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana, baik
yang didistribusikan maupun yang diterima. Ketiga,
sebagian besar hasil pengumpulan zakat hanya
didistribusikan secara lokal. Keempat, berbagai bukti
penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum
digunakan. Kelima, pada sebagian kasus, ghanimah segera
didistribusikan setelah terjadi perperangan.15

BAB III
14
Ibid., hal. 79
15
Ibid.,

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jauh sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab telah terkenal dengan
perniagaannya. Suku Quraisy yang merupakan suku asal Nabi Muhammad
SAW, dan pemegang otoritas sebagai penjaga ka’bah adalah suku bangsa
Arab yang paling dominan dan berpengaruh, termasuk dalam kegiatan
perniagan.
Sementara itu, mayoritas penduduk Yasrib (Madinah) memilih
bercocok tanam di samping pengrajin besi dan berniaga, hal ini ditunjang
oleh kondisi daerah tersebut yang memiliki tingkat kelembaban dan curah
hujan yang cukup.
Periode Mekah: Muhammad SAW Sebagai Seorang Pedagang.
Dalam melakukan usaha dagangnya, Muhammad SAW menggunakan
modal orang lain yang berasal dari para janda kaya dan anak yatim yang
tidak mampu menjalankan modalnya sendiri. Dari hasil mengelola modal
tersebut, ia mendapatkan upah atau bagi hasil sebagai mitra.
Periode Madinah: Muhammad SAW sebagai seorang kepala
negara. Setelah mendapat perintah dari Allah SWT, Nabi Muhammad
SAW berhijrah ke Yastrib (Madinah). Setelah menyelesaikan masalah
politik dan konstitusional, Rasulullah SAW merubah sistem ekonomi dan
keuangan negara sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an. Rasulullah SAW
merupakan kepala negara yang pertama kali memperkenalkan konsep baru
di bidang keuangan negara di abad ketujuh yaitu pengumpulan zakat
melalui baitul mal terletak di masjid Nabawi.

B. Saran
Dalam makalah ini menjelaskan tentang sejarah pemikiran
ekonomi Islam pada masa Rasulullah SAW, yang diharapkan dapat
memberikan informasi dan pemahaman kepada pembaca.

11

Anda mungkin juga menyukai