Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD SAW & MASA KEMAJUAN ISLAM I


(650-1000M)
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu:
Drs.H.Imang S. Winata,MBa.,MA.

Disusun Oleh:
Kelopok 2
M.Fahmi Nawawi
Fikri Haikal
Salma Andini Putri
Ziana Yanuara
Putri Nuralpiah
Gita Ilma Nabila

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AZHARY CIANJUR
BAB 1 RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD
A. ARAB SEBELUM ISLAM
Ketika Nabi Muhammad SAW. Lahir (570M), Makkah adalah sebuah kota yang sangat
penting dan terkenal di antara kota-kota lainnya. Karena kota ini dilalui jalur perdagangan
yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syria di utara. Dengan adanya Ka’bah
di tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka
berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Agama
masyarakat arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab
dengan luas satu juta mil persegi. Di sana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada
hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Karena sebagian besar daerah jazirah Arab
adalah padang pasir Sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan sifat yang
berbeda. Penduduk Sahara sangat sedikit, hanya terdiri dari suku-suku Badui yang
menpunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain
guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka.
Bila dilihat dari segi keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjdi dua golongan
besar, yaitu Qahthaniyun (keturunan Qahtan) yang berada di wilayah selatan dan
‘Adnaniyun (keturunan Ismail ibn Ibrahim) yang berada di wilayah utara jazirah Arab.
Tetapi lama-kelamaan kedua golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan
dari selatan ke utara atau sebaliknya. Di jazirah Arab masyarakat yang nomadic maupun
yang menetap, mereka hidup dalam budaya kesukuan Badui. Mereka suka berperang,
maka dari itu peperanga antar suku sering terjadi. Dalam masyarakat yang sering
peperangan itu nilai wanita menjadi rendah. Situasi ini terus menerus berlangsung sampai
agama islam lahir. akibat dari peperangan itu kebudayaan mereka tidak berkembang.
Karena itu bahan bahan sejarah Arab pra Islam sangat langka dipaparkan di dunia Arab.
Ahmad Syalabi menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira –kira
150 tahun menjelang lahirnya agama islam. Lain halnya dengan penduduk negeri yang
telah berbudaya dan mendiami pesisirr jazirah Arab, sejarah mereka dapat dikeahui lebih
jelas. Sampai kehadiran Nabi Muhammad, kota-kota mereka masih menjadi kota-kota
perniagaan dan memang jazirah arab menghubungkan antara Syam dan Samudra Hindia.
Melihat bahasa dan hubungan dagang bangsa Arab, Leboun berkesimpulan, tidak
mungkin bangsa Arab tidak pernah memiliki peradaban yang tinggi, apalagi hubungan
dagang itu berlangsung selama 2000 tahun. Ia yakin, bangsa Arab ikut memberi saham
dalam peradaban dunia, sebelum mereka bangkit kembali pada masa Islam. Golongan
Qahthaniyūn, misalnya, pernah mendirikan kerajaan Saba' dan kerajaan Himyar di
Yaman, bagian selatan jazirah Arab. Kerajaan Saba' inilah yang membangun bendungan
Ma'arib, sebuah bendungan raksasa yang menjadi sumber air untuk seluruh wilayah
kerajaan. Pada masa kejayaannya, kemajuan kerajaan Saba' di bidang kebudayaan dan
peradaban, dapat dibandingkan dengan kota-kota dunia lain saat itu. Bekas-bekas
kerajaan ini sekarang masih terbenam dalam timbunan tanah. Pada masa pemerintahan
Saba', bangsa Arab menjadi penghubung perdagangan antara Eropa dan dunia Timur
Jauh. Setelah kerajaan mengalami kemunduran, muncul kerajaan Himyar
meggantikannya Kerajaan baru ini terkenal dengan kekuatan armada niaga yang
menjelajah mengarungi India, Cina, Somalia, dan Sumatera ke pelabuhan-pelabuhan
Yaman. Perniagaan ketika itu dapat dikatakan dimonopoli Himyar.
Setelah bendungan Ma’arib runtuh, masa gemilang kerajaan Himyar sedikit demi sedikit
memudar. Banyak banguna yang roboh terbawa air dan sebagian warga jazirah arab
menungsi ke bagian utara jazirah Arab. Di seblah utara jazirah arab juga pernah berdiri
beberapa kerajaan-kerajaan. Tetapi, kerajaan-kerajaan tersebut lebih merupakan kerjaan
protektorat. Ini terjadi karena khafilah-khafilah Romawi dan Persia selalu mendapatkan
gangguan dari suku Arab yang merampas dan merampoknya. Untuk melindungi khafilah-
khafilah itu, atas inisiatif kerajaan besar tersebut didirikalah kerajaan Hirah dibawah
perlindungan Perseia dan kersjaan Gassan di bawah perlindungan Romawi.
Setelah kerajaan Himyar jatuh, jalur perdagangan didominasi oleh kerajaan Romawi dan
Persia. Pusat perdagangan bangsa Arab serentak kemudian beralih ke Hijaz. Kondisi ini
membawa dampak positif bagi mereka, perdagangan semakin maju. Akan tetapi
kemajuan Makkah tidak sebanding dengan kemajuan yang pernh dicapai oleh kerajaan-
kerajaan Arab sebelumnya. Meskipun demikian Arab menjadi pusat peradaban.
B. RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD: DAKWAH DAN PERJUANGAN
1. Sebelum Masa Kerosulan
Nabi Muhammad Saw, adalah anggota Bani Hasyim, suans kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan sigayah. Nabi Muhammad lahir dari
keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul
Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah
binti Wahab dari Bani Zuhrah Tahun kelahiran nabi dikenal dengan nama Tahun Gajah
(570 M). Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal
dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada
ibu pengasuh, Halimah Sa'diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai
usia empat tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu
kandungnya. Ketika berusia enam tahun, dia menjadi yatim piatu. Setelah Aminah
meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad.
Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung
jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib,
dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Makkah secara
keseluruhan, tetapi dia miskin.
Di usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing. Melalui kegiatan
pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Pemikiran dan
perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia
terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda
ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya. Nabi Muhammad ikut untuk pertama
kali dalam kafilah dagang ke Syria (Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin
oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu
dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian
pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber
menceritakan bahwa pendeta itu menasihatkan Abu Thalib agar jangan terlalu jauh
memasuki daerah Syria, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-
tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.
Di usia kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syiria membawa dagangan saudagar
wanita kaya raya yang telah lama mendjanda, Khodijah. Dalam perdagangan ini,
Muhammad memperoleh laba yang besar. Kemudian, Khodijah melamar Muhammad,
dan Muhammad menerima lamaran itu. Pada saat itu usia Muhammad yaitu 25 tahun dan
Khodijah 40 tahun. Khodijah adalah wanita pertama yang masuk islam dan membantu
perjuangan Muhammad dalam memperjuangkan islam. Kemudian di usia 35 muhammad
menjadi hakim. Karena pada waktu itu Ka’bah rusak berat, para penduduk Makkah
membantu untuk memperbaiki. Tapi saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat
dan meletakan batu hajar aswad, timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak untuk
melakukan tugas hormat itu. Perselisihan semakin memuncak, tetapi meraka bersepakat
siapa yang masuk ka’bah pertama maka ia akan menjadi hakim. Dan kebetulan pada saat
itu yang masuk ke kabah melalui jalur safa itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya
menjadi hakim. la lantas membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-
tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memeganį tepi kain itu dan mengangkatnya
bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian
meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapal
diselesaikan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa pusa dengan cara
penyelesaian seperti itu.
2. Masa Kerosulan
Menjelang usianya yang ke 40 muhammad saw berkontenplasi di gua hira,beberapa
kilometer di utara mekah.di gua tersebut nabi mula-mula hanya berjam – jam saja
kemudian berhari – hari bertapakur.pada tanggal 17 ramadhan 611 M,muhammad saw
mendapatkan wahyu pertama dari allah melalui malaikat jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun tiba-tiba ia ketakutan yang luar biasa,seluruh
tubuhnya,seluruh diri batinnya,di cengkram oleh sebuah kekuatan yang sangat
besar,seolah-olah seorang malaikat telah mencengkram beliau dalam pelukan yang
menakutkan yang seakan mencabut kehidupan dan nafas darinya.ketika beliau berbaring
disana,beliau mendengar perintah,”bacalah!”.ketika itu beliau protes bahwa beliau adalah
buta huruf,hingga turunlah ayat yang pertama yaitu surah al alaq ayat 1 sampai 5 yang
artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut )nama tuhanmu yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Bacalah,dan tuhanmulah yang maha pemurah
4. Yang mengajar (manusia)dengan perantaraan kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan bahwa telah diangkatnya muhammad saw
sebagai seorang nabi penerima wahyu ditanah arab.malam terjadinya peristiwa itu disebut
malam lailah al-qadar.setelah itu dia pulang kerumah dengan perasaan was-was dan
meminta isterinya untuk menyelimutinya.saat itulah turun wahyu yang ke 2 yang
berbunyi: “wahai kamu yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!.”

Setelah beberapa lama dakwah nabi muhammad saw dilaksanakan secara individual,
turulah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka.mula-mula beliau
mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan bani abdul muthalib.pada permulaan
dakwah ini orang yang pertama-tama menerima dakwah nabi yaitu dengan masuk islam
adalah,dari pihak laki-laki dewasa adalah abu bakar ash-shiddiq,dari pihak perempuan
adalah isteri nabi saw yaitu khadijah,dan dari pihak anak-anak adalah abi bin abi thalib
ra. Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapatkan halangan dari pihak kafir quraisy
mekah dan berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum quraisy untuk menghentikan
dakwah nabi gagal.tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya pernah
dilakukan semakin ditingkatkan.

Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak nabi saw mengalami kesedihan yang
mendalam yaitu wafatnya paman beliau yaitu abu thalip.sehingga allah menghibur hati
baginda rasul saw dengan terjadinya isra’dan mi’rajnya nabi muhammad saw.setelah
peristiwa isra’dan mi’rajnya,suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam
muncul.perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah penduduk yatsrif yang
berhaji kemekah .jamaah haji yang datang dari yastrib berjumlah 73 orang,atas nama
penduduk yastrib,mereka meminta muhammad saw dan muslimin mekah agar berkenan
pindah ke yastrib.dalam perjalanan keyastrib nabi ditemani oleh abu bakar ash-siddiq
sementara itu,penduduk yastrib menunggu-nunggu kedatangannya.ketika nabi saw
datang, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya dengan penuh kegembiraan.sejak
itu,sebagai penghormatan terhadap nabi,nama kota yastrib diubah menjadi madinatun
nabi. Kejadian itu disebut dengan “hijrah”.

C. PEMBENTUKAN MADINAH

Setelah tiba dan diterima penduduk yastrib (madinah)nabi muhammad saw resmi sebagai
peminpin kota itu. Dengan terbentuknya negara madinah,islam makin bertambah
kuat.perkembangan islam yang pesat itu membuat orang-orang mekah dan musuh-musuh
islam lainnya menjadirisau.untuk menghadapi gangguan dari musuh,nabi mengatur siasat
dan membentuk pasukan tentara. Pada tahun 9 dan 10 hijriah banyak suku dari pelosok
arab mengutus delegasinya kepada nabi muhammad saw menyatakan ketundukan
mereka.masuknya orang mekah kedalam agama islam rupanya mempunyai pengaruh
yang sangat besar pada penduduk padang pasir.tahun itu disebut dengan tahun
perutusan.persatuan bangsa arab telah terwujud,peperangan antara suku yang
beralangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama. Setelah itu nabi
muhammad saw segera kembali kemadinah.dua bulan setelah itu,nabi menderita sakit
demam,tenaganya dengan cepat berkurang.pada hari senin tanggal 12 rabi’ul awal 11 H/8
juni 632 M,nabi muhammad saw wafaat dirumah isterinya aisyah.
BAB II MASA KEMAJUAN ISLAM I (650-1000M)

A. KHILAFAH RASYIDAH

Dalam sejarah, masa kemajuan Islam I ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan
keemasan Islam. Dalam hal ekspansi, sebelum Nabi Muhammad & wafat di tahun 632
M. seluruh Semenanjung Arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan Islam. Lalu bagaimana
Sejarah Kemajuan Islam di Masa Khalifah Khulafaur Rasyidin? Ekspansi ke daerah-
daerah di luar Arabia pun dimulai di zaman Khalifah Khulafaur Rasyidin khususunya di
mulai ketika masa khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Abu Bakar menjadi khalifah di tahun 632 M, tetapi dua tahun kemudian meninggal dunia.
Masanya yang singkat itu banyak dipergunakan untuk menyelesaikan perang riddah, yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada Madinah.
Mereka menganggap bahwa perjanjian yang mereka buat dengan Nabi Muhammad SAW
dengan sendirinya tidak mengikat lagi setelah beliau wafat. Mereka selanjutnya
mengambil sikap menentang terhadap Abu Bakar. Khalid bin Walid adalah Jenderal yang
banyak jasanya dalam mengatasi perang riddah ini. Setelah selesai perang dalam negeri
tersebut, barulah Abu Bakar mulai mengirim kekuatan-kekuatan ke luar Arabia. Khalid
bin Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hirah di tahun 634 M. Di samping itu,
dikirim pula tentara ke Syiria di bawah pimpinan tiga jenderal; Amr bin Ash, Yazid bin
Abi Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid
kemudian diperintahkan agar meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang
dilalui, delapan belas hari kemudian sampailah di Suria.

Usaha-usaha yang telah dimulai Abu Bakar ini dilanjutkan oleh khalifah kedua, Umar bin
Khaththab (634-644 M). Di zamannyalah gelombang ekspansi pertama terjadi, kota
Damaskus jatuh di tahun 635 M dan pada tahun 636 M, Setelah tentara Bizantium kalah
di pertempuran Yarmuk, daerah Syiria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan
memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin
Ash dan Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash. Babilon di MeSir dikepung di
tahun 640 M Sementara itu tentara Bizantium di Heliopolis dikalahkan dan Alexandria
kemudian menyerah di tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh pula ke tangan Islam.
Tempat perkemahan Amr bin Ash yang terletak di luar tembok Babilon, menjadi ibu kota
dengan mama Al-Fustat.

Al-Qadisiyah, suatu kota dekat Al-Hirah, di Irak dapat dikuasai pada tahun 637 M, setelah
itu serangan dilanjutkan ke Al-Madain (Ctesiphon), ibu kota Persia, yang dapat dikuasai
pada tahun itu juga. Ibu kota baru bagi daerah ini ialah Al-Kufah, yang pada mulanya
merupakan perkemahan militer Islam di daerah Al-Hirah. Setelah jatuhnya Al-Madain,
Raja Sasania Yazdargid III, lari ke sebelah utara. Pada tahun 641 M, Mosul (di dekat
Niniveh) dapat pula dikuasai. Dengan adanya gelombang ekspansi pertama ini, kekuasaan
Islam di bawah Khalifah Umar telah meliputi selain Semenanjung Arabia, juga Palestina,
Syiria, Irak, Persia, dan Mesir.

Pada zaman Utsman bin Affan (644-656M) Tripoli, Ciprus dan beberapa daerah lain
dikuasai, tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini. Di kalangan umat
Islam mulai terjadi perpecahan karena masalah pemerintahan dan dalam kekacauan yang
timbul Utsman terbunuh. Sebagai pengganti Utsman, Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah
keempat (656-661 M) tetapi mendapat tantangan dari pihak pendukung Utsman, terutama
Muawiyah, gubernur Damaskus, dari golongan Thalhah dan Zubair di Mekah dan dari
kaum Khawarij. Ali, sebagaimana Utsman, terbunuh, dan Muawiyah menjadi khalifah
kelima. Muawiyah selanjutnya membentuk Dinasti Bani Umayyah (661-750 M) dan
ekspansi gelombang kedua terjadi di zaman dinasti ini. Demikian sejarah singkat
mengenai kemajuan Islam di Masa Khulafaurrasyidin. Insya Allah kelanjutannya akan
dibahas pada artikel selanjutnya yaitu ketika berakhirnya masa Khulafaurrasyidin dan
dimulainya Dinasti Bani Umayyah.

B. KHILAFAH BANI UMAYYAH


Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiyah berumur kurang lebih 90 tahun
dan Kemajuan Islam dalam upaya ekspansi yang sempat terhenti di zaman kedua khalifah
terakhir, dilanjutkan pada Masa Bani Umayyah ini. Khalifah-khalifah besar dari Dinasti
Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abd Al-Mallk bin
MarWan (685-705 M), Al-Walid bin Abd Al-Malik (705-715 M), Umar bin Al-Aziz
(717-720 M), dan Hisyam bin Abd Al-Malik (724-743 M).
Di zaman Muawiyah, Uqbah bin Nafi’ menguasai Tunis dan di sana ia mendirikan kota
Kairawan pada tahun 670 M yang kemudian menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam.
Di sebelah timur Muawiyah dapat memperoleh daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus
dan Afghanistan sampai ke Kabul. Ekspansi ke Timur diteruskan di zaman Abd Al-Malik
di bawah pimpinan Al-Hajjaj bin Yusuf. Tentara yang dikirimnya menyeberangi sungai
Oxus dan dapat menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana dan Samarkand.
Tentaranya juga sampai ke India dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab
sampai ke Multan. Ekspansi ke Barat terjadi di zaman Al-Walid. Musa bin Nushair
menyerang Al-Jazair dan Maroko dan setelah dapat menundukkannya mengangkat
Thariq bin Ziyad sebagai wakil untuk memerintah daerah itu.
Thariq kemudian menyeberang selat yang terdapat antara Maroko dengan benua Eropa.
Dan mendarat di suatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Thariq). Tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja Roderick dikalahkan dan dengan
demikian pintu untuk memasuki Spanyol terbuka luas. Toledo, ibu kota Spanyol dengan
cepat dikuasai, demikian pula kota-kota lain seperti Sevilla, Malaga, Elvira, dan Cordova
yang kemudian menjadi ibu kota Spanyol Islam yang dalam bahasa Arab disebut Al-
Andalusi (dari kata Vandals). Serangan-serangan selanjutnya dipimpin oleh Musa bin
Nushair sendiri. Serangan ke Prancis, dengan melalui pegunungan Pirenea, terutama
dilakukan oleh Abd Al-Rahman bin Abdullah Al-Ghafiqi di Zaman Umar bin Abd Al-
Aziz. Ia serang Bordeaux, Poitiers, dan dari Poitiers mencoba menyerang Tours. Akan
tetapi, di antara kedua kota ini ia ditahan oleh Charles Martel, dan dalam pertempuran
selanjutnya ia terbunuh.
Ekspansi ke Prancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu masih juga diadakan serangan-serangan, seperti ke Avignon di tahun 734 M
dan Lyons di tahun 743 M. Pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Mallorca, Corsica,
Sardinia, Crete, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia jatuh di tangan Islam di zaman
Bani Umayyah. Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman dinasti ini adalah Spanyol,
Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak sebagian dari Asia Kecil,
Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan
Kirgis (di Asia Tengah). Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang
membuat Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan berbagai bangsa di
bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang
baru, walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan
Arab.Untuk menyempurnakan pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, terutama
pengetahuan pemeluk-pemeluk Islam baru dari bangsa-bangsa bukan Arab, perhatian
kepada bahasa Arab, terutama tata bahasanya mulai diperhatikan. Inilah yang mendorong
Imam Sibawaih untuk menyusun Al-Kitab, yang selanjutnya menjadi pegangan dalam
soal tata bahasa Arab.
Perhatian kepada syair Arab jahiliah timbul kembali dan penyair-penyair Arab baru mulai
muncul, misalnya Umar bin Abi Rabi’ah (W 719 M), Jamil Al-Udhri (w. 701 M), Qays
bin Al-Mulawwah (w. 699M) yang lebih dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-
Farazdaq (w. 732 M), Jarir (w. 792 M), dan Al-Akhtal (w. 710 M). Perhatian dalam
bidang tafsir, hadis, fiqh, dan ilmu kalam pada zaman ini mulai muncul, dan muncullah
nama-nama seperti Hasan Al-Basri, Ibnu Shihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Atha’. Kufah
dan Basrah di Irak menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini. Selain mengubah
bahasa administrasi, Abd Al-Malik juga mengubah mata uang yang dipakai di daerah-
daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya yang dipakai adalah mata uang Bizantium dari
Persia seperti dinar (denarius) dan dirham (Persia: diram dan Yunani: drachme). Sebagai
ganti dari mata uang asing ini, Abd Al-Malik mencetak uang sendiri di tahun 659 M
dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Dinar dibuat dari emas dan dirham dari
perak.
Masjid-masjid pertama di luar Semenanjung Arabia juga dibangun pada zaman Dinasti
Bani Umayyah. Katedral St. John di Damaskus diubah menjadi masjid. Di Al-Quds
(Yerusalem), Abd Al-Malik membangun Masjid Al-Aqsa. Monumen terbaik yang
ditinggalkan zaman ini untuk generasi-generasi sesudahnya ialah Qubbah As-Sakhr
(Dome of the Rock) yang juga terletak di Al-Quds, di tempat yang menurut riwayat adalah
tempat Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail dan di tempat ini pula Nabi Muhammad
as mulai melakukan mi’raj ke langit. Masjid Cordova juga dibangun pada zaman ini.
Masjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abd Al-Malik dan Al-Walid.
Selain mendirikan masjid-masjid, Dinasti Bani Umayyah juga mendirikan istana-istana
untuk tempat beristirahat di padang pasir, seperti Qusayr Amrah dan Al-Mushatta yang
bekas-bekasnya masih ada sampai sekarang. Itulah kemajuan-kemajuan Islam yang
dicapai oleh Dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dan kejayaan dinasti ini mencapai
puncaknya di zaman Al-Walid I. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun sehingga
akhirnya ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah di tahun 750 M.
C. KHALIFAH BANI ABBAS
Khilafah Abbasiyah merupakan kekuasaan dinasti setelah Khilafah Bani Umayyah.
Disebut sebagai khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa merupakan
keturunan Al-Abbas (Paman Nabi Muhammad SAW). Dinasti ini didirikan oleh Abdullah
Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaan dinasti ini
berlangsung mulai tahun 750 M sampai dengan 1258 M. Selama kekuasaan dinasti
Abbasiyah, sistem pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
sosial, budaya, dan politik. Terdapat lima periode kekuasaan dinasti Abbasiyah. Periode
pertama (750 M – 847 M) atau disebut juga periode pengaruh Persia pertama. Pada
periode ini, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya dikarenakan
secara politis tokoh-tokoh yang menjabat betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan
pusat kekuasaan sekaligus agama. Kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Pemerintah berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
filsafat dalam Islam. Namun setelah periode kekuasaan ini berakhir, pemerintahan dinasti
Abbasiyah mulai mengalami penurunan falam bidang politik, meskipun ilmu
pengetahuan dan filsafat semakin berkembang.
Masa pemerintahan Abu Al-Abbas sebagai pendiri dinasti ini sangat singkat yaitu sekitar
tahun 750 M-754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah yaitu Abu
Ja’far Al-Manshur (754-775 M). Dia adalah orang yang sangat keras dalam menghadapi
lawan-lawan dari Bani Umayyah, Khawarij, dan Syi;ah yang merasa dikucilkan dari
kekuasaan. Untuk mengamankan kekuataannya tersebut, tokoh-tokoh besar yang
dimungkinkan akan menjadi saingannya satu persatu mulai disingkirkan. Abdullah bin
Ali dan Shahib bin Ali merupakan kedua pamannya yang ditunjuk sebagai gubernur oleh
khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir. Karena tidak bersedia membaiatnya maka Abu
Ja’far mengutus Abu Muslim Al-Khurasani untuk membunuhnya. Abu Muslim sendiri
dikhawatirkan akan menjadi pesaing juga dihukum mati pada tahun 755 M. Awal mula
ibukota negara terdapat di Al-Hasyimiyah. Namun agar lebih menjaga stabilitas negara
baru maka Al-Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya
yaitu Bagdad dekat bekas ibu kota Persia pada tahun 762 M. Sehingga pusat pemerintahan
dinasti Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Dengan ibu kota yang
baru ini Al-Manshur melaksanakan konsolidasi dan penertiban dalam pemerintahannya
dengan mengangkat tokoh-tokoh mengisi jabatan di lembaga legislatif dan yudikatif.
Dalam bidang pemerintahan, ia juga mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen.
Pada masa Al-Manshur, jawatan pos dimanfaatkan untuk menghimpun seluruh informasi
di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan berjalan lancar.
Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempata kepada
khalifah. Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang
melepaskan diri dari pemerintahan setempat dan memantapkan keamanan di daerah-
daerah perbatasan seperti merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, Coppadocia,
dan Cicilia. Di sisi lain dia berusaha berdamai dengan Kaisar Constantine V. Puncak
keemasan dinasti ini pada masa tujuh khalifah diantaranya : Al-Mahdi (775-785 M), Al-
Hadi (775-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Al-
Mu’tashim (833-842 M), Al-Wasiq (842-847 M). dan Al-Mutawakkil (847-861 M). Pada
masa Al-Mahdi perekonomian semsakin meningkat dengan peningkatan di sektor
pertanian dan peningkatan hasil pertambangan. Bashrah juga menjadi pelabuhan yang
memiliki peran penting. Puncak popularitas daulat Bani Abbasiyah di zaman khalifah
Harun Al-Rasyid dan putranya Al Ma’mun. Kekayaannya digunakan untuk keperluan
sosial. Pada masanya terdapat sekitar 800 dokter.
Selain itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran paling
tinggi terjadi pada zaman ini. Pada masa inilah negara Islam menjadi negara terkuat dan
tak tertandingi. Al-Ma’mun dikenal sebagai khalifah yang sangat mencintai ilmu. Pada
masa pemerintahannya ini, penerjemah-penerjemah buku semakin digalakkan. Ia
menggaji penerjemah-penerjemah golongan Kristen dan penganut agama lain. Ia juga
mendirikan sekolah dan Bait al-Hikmah sebagai bangunan terpenting yang berfungsi
pusat penerjemahan. Pada masa ini, baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. Pada masa khalifah Al-Mu’tashim terdapat peluang bagi orang-orang Turki
untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dalam pemerintahan dimulai
sebagai tentara pengawal. Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan.
Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit yang lebih profesional. Sehingga kekuatan
militer Bani Abbasiyah menjadi semakin kuat. Dalam periode ini, terdapat banyak
tantangan dan gerakan politik yang menggangu stabilitas baik dari dalam maupun dari
luar golongan Bani Abbasiyah. Gerakan-gerakan ini berasal dari gerakan sisa-sisa pada
masa Bani Umayyah. Namun semuanya dapat dipadamkan

Anda mungkin juga menyukai