Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pemikiran Sejarah Ekonomi di zaman Nabi Muhammad SAW

Rasulallah SAW, dilahirkan pada hari senin pada tahun gajah. Demikian pendapat
yang masyhur dari mayoritas ulama.1 Rosululloh SAW disusukan kepada Halimah binti
abu Zuaib. Beliau tumbuh menjadi seorang pemuda dengan penjagaan dan pemeliharaan
Allah dari kotoran-kotoran jahiliyah, lantaran Allah menghendaki kehormatannya dan
risalah yang akan diembannya.

Nabi SAW bergabung bersama paman-pamannya pada Perang Fijar saat beliau
berusia 14 tahun atau 15 tahun. Beliau menolong orang yang dizalimi atas orang yang
menzalimi. Dimasa pemuda, Nabi sudah terbiasa berdagang dan terkenal kejujurannya.
Di masa itu, Khadijah binti khuwailid adalah seorang wanita pedagang, ketika Khadijah
mendengar informasi tentang kebenaran tutur kata Nabi, kebesaran amanatnya beserta
kemuliaan akhlaknya, ia meminta kepada beliau untuk menjualkan barang dagangannya
ke Syam dengan ditemani bedak laki-lakinya yang bernama Maisaroh. Maisaroh lalu
bercerita kepada Khadijah mengenai beberapa kejadian yang ia saksikan saat di
perjalanan berupa awan yang menemui Rasulullah SAW ketika Khadijah pun
menawarkan dirinya untuk dinikahi oleh Rasulullah SAW wassalam dan beliau pun
menerimanya. Rasulullah SAW wassalam menikahi Khadijah saat beliau berusia 25
tahun.2.

Lalu wahyu turun kepada rasulullah ketika beliau menginjak usia 40 tahun
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa wahyu pertama yang diterima
yaitu Quran surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Turunnya surat tersebut menandakan bahwa
rasulullah diangkat menjadi seorang nabi. Lalu turun Quran surat al-mudatsir ayat 1-5
maka surat tersebut menandakan bahwa nabi diangkat menjadi seorang Rasul. Lalu Nabi
SAW berdakwah di kota mekkah selama 13 tahun dengan berbagai rintangan yang sangat
berat.3

Selama di kota mekah wahyu yang diterima oleh Rasulullah berkaitan dengan aqidah
atau tauhid dan Nabi pada saat itu belum sempat membangun perekonomian, sebab masa
itu penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang
Quraisy. Barulah pada periode Madinah Rasulullah memimpin sendiri membangun
masyarakat Madinah sehingga menjadi masyarakat sejahtera dan beradab. Meskipun
perekonomian pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi beliau telah menunjukkan
prinsip-prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi.4

Selama sepuluh tahun di Madinah, Nabi memberlakukan syariat-syariat islam yang


berkaitan dengan muamalah, khususnya berkaitan dengan ekonomi. Maka diantara

1
Al-Hafidz Ibnu Katsir. Al-Bidayah wan-Nihayah. (Pustaka As-Sunnah, Jakarta:2013). Hal. 135.
2
Al-Hafidz Ibnu Katsir. Al-Bidayah wan-Nihayah. Hal. 136
3
Al-Hafidz Ibnu Katsir. Al-Bidayah wan-Nihayah. Hal. 138-9.
4
Iskandar Fauzi, dkk. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. (K-Media, Yogyakarta,2019). Hal. 3.
kebijakan Nabi selama sepuluh tahun di Madianah mengenai kebijakan ekonomi,
diantaranya:

1. Membangun Pasar Kaum Muslimin

Ketika Nabi hijrah ke Madinah, yang pertama kali beliau lakukan adalah
membangun masjid. Selain menjadi tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai
pusat keislaman (Islamic center). Seluruh aktivitas kaum muslimin dipusatkan di
tempat ini, mulai dari tempat pertemuan anggota parlemen, sekretariat negara,
mahkamah agung, markas besar tentara, pusat pendidikan dan pelatihan juru dakwah,
hingga baitulmal. Dengan fungsi masjid yang sedemikian beragam tersebut, Rasul
SAW. berhasil menghindari pengeluaran yang terlalu besar untuk pembangunan
infrastruktur bagi negara Madinah yang baru terbentuk.

Yang kedua, setelah beliau membangun masjid, beliau mempersaudarakan


kaum Muhajirin dan Anshar agar dapat saling membantu satu sama lain. Hal ini
karena Rasul SAW. belum mempunyai kemampuan untuk memberikan bantuan
keuangan kepada
kaum muhajirin yang baru tiba di Madinah. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah
Saw membuat suatu bentuk persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan
agama, menggantikan berdasarkan suku atau ras tertentu.5

Lalu setelah itu beliau membangun perekonomian umat. Pada saat itu
perekonomian di Madinah berpusat di pasar Bani Qainuqa dan dikuasai oleh
pedagang Yahudi. Praktik riba dan kecurangan di pasar itu juga yang membuat Nabi
Muhammad berinisiatif untuk
membangun pasar di madinah.

Lalu Nabi pun mencari lokasi untuk dijadikan sebgai pasar kaun muslimin,
setelah pertimbangan yang cukup panjang, maka Nabi memilih tempat dekat kuburan
Bani Saidah. Ternyata tempat tersebut sangat cocok untuk dijadikan pasar karena luas
dan strategis, karena semua pendatang yang dari Suriah atau yang dari arah selatan
pasti melewati tempat tersebut. Pasar tersebut dinmai Baqi al Khail (pasar Baqi)
karena tempatnya disamping kuburan Baqi al-Gharqad. Karena lokasi yang sangat
strategis disamping kota Madinah, memudahkan para pedagang untuk menyuplai
barang-barang tanpa harus melewati jalan-jalan kota Madinah, sehingga dapat
menyediakan komoditas yang lebih banyak dan lengkap serta dapat menyaingi,
bahkan mengalahkan pasar Bani Qainuqo yang dikuasai kaum Yahudi.6

5
Abdul Qoyum. Sejarah Pemikuran Ekonomi Islam. (Departemen Ekonomi dan Keuangan Ekonomi Syariah-
Bank Indonesia, Jakarta: 2021). Hal. 124-125.
6
Muchlishon Rachmat. Nabi Muhammad Bangun Ekonomi Umat Dengan Mendirikan Pasar.
https://islam.nu.or.id/post/read/116452/nabi-muhammad-bangun-ekonomi-umat-dengan-mendirikan-
pasar#:~:text=Salah%20satu%20hal%20yang%20dibangun,dan%20mempersaudarakan%20Muhajirin
%20dengan%20Anshor.&text=Beliau%20memberikan%20tanda%20bahwa%20di,marah%2Dmarah
%20mengetahui%20hal%20itu. Diakses pada Sabtu, 10 Oktober pukul 08.25 WIB.
Dalam pengelolaan pasar di Madinah, Rasulullah Saw menerapkan peraturan
dan kebijakan strategis. Pertama, menentukan lokasi pasar yang strategis dengan
memilih lokasi di pinggir Kota Madinah untuk memudahkan pedagang untuk
menyuplai barang. Kedua, barangsiapa datang ke pasar terlebih dahulu maka dia yang
berhak menempati lapak tersebut, seseorang dilarang membuat tempat khusus di
pasar, kebijakan ini dimaksudkan agar tidak ada diskriminasi pedagang karena pasar
menjadi milik bersama. Ketiga, Rasulullah Saw. tidak mengenakan biaya retribusi di
pasar tersebut. Keempat, mendorong para pedagang untuk melakukan impor dan
ekspor komoditas. Kelima, melakukan pengawasan dengan turun langsung ke pasar 7.
Melalui kebijakan yang diterapkan ini, pasar umat Islam yang baru didirikan berhasil
mengalahkan pasar Yahudi yang merupakan pusat perekonomian sebelumnya. 8

Mata pencaharian utama penduduk Madinah adalah pertanian. Hal ini karena
Madinah adalah salah satu wilayah yang memiliki curah hujan yang memadai. Hasil
pertanian utama di Madinah adalah kurma, anggur, gandum, dan buah ara. Peternakan
sapi, kambing, unta, domba, dan kuda menjadi aktivitas ekonomi yang paling
diminati. Berkat kebijakan Rasul SAW, aktivitas pertanian meningkat dan jumlah
industri serta kerajinan tangan berkembang di Madinah. Dalam hal ini aktivitas
ekonomi lainnya yang berlangsung pada masa pemerintahan Rasul SAW adalah
industri tenun, jahitan, konstruksi bangunan, pandai besi, kerajinan kulit, dan
pengeksplorasian sumber air.9

2. Memberlakukan Baitul Mal

Baitul mal sudah dikenal sejak tahun ke-2 hijriah pemerintahan Islam di
Madinah. Berdirinya lembaga ini diawali dengan cekcok para sahabat Nabi SAW
dalam pembagian harta rampasan Perang Badar. Maka, turunlah surat al-Anfal ayat
41. Setelah turunnya ayat itu, Rasulullah mendirikan baitul mal yang mengatur setiap
harta benda kaum Muslimin, baik itu harta yang keluar maupun yang masuk. Bahkan,
Nabi SAW sendiri menyerahkan segala urusan keuangan negara kepada lembaga
keuangan ini.10
Baitul maal sengaja dibentuk oleh Rasulullah s.a.w sebagai tempat
pengumpulan dana atau pusat pengumpulan kekayaan negara Islam yang digunakan
untuk pengeluaran tertentu. Contohnya seperti yang di kisahkan oleh sahabat Abu
Hurairah ketika ditugaskan oleh Rasul SAW untuk menjaga hasil pengumpulan zakat
fitrah, yang ketika itu Abu Hurairah didatangi oleh pencuri seorang jin, lalu jin

7
Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menyebutkan praktik pengawasan pasar
ini. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan
tangannya ke dalamnya, kemudiann tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya,
“Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat
melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (H.R. Muslim).
8
Abdul Qoyum. Sejarah Pemikuran Ekonomi Islam. Hal. 126-127.
9
Abdul Qoyum. Sejarah Pemikuran Ekonomi Islam. Hal.. 127-128.
10
Tp.nama. Baitul Mal di masa Rasulallah dan Sahabat.
https://www.google.com/amp/s/baitulmal.acehtamiangkab.go.id/index.php/2021/06/18/baitul-mal-di-masa-
rasulullah-saw-dan-sahabat/ . Diakses pada Minggu, 10 Oktober 2021, pukul 15.40 WIB.
tersebut mengajarkan kepada Abu Hurairah supaya membaca ayat kursi sebelum
tidur, maka jin tidak bisa mengganggunya ketika tidur, kejadian tersebut berada di
baitul mal.11
3. Kebijakan Fiskal di Zaman Nabi

Kebijakan fiskal atau yang disebut juga dengan kebijakan anggaran adalah
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui instrumen kebijakan fiskal seperti
pengaturan pengeluaran negara maupun pendapatan negara yang ditujukan untuk
mempengaruhi tingkat permintaan agregat didalam perekonomian. Dalam Islam,
kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang
menurut imam al-Ghazali termasuk peningkatan kesejahteraan dengan tetap menjaga
keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan.12

Kebijakan fiskal dizaman Nabi dapat dibagikan dalam empat bagian. Pertama,
Sumber pendapatan primer dan sekunder. Kedua, Sumber belanja primer dan
sekunder.
11
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan
menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan
mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam
keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku
membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah,
apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan
bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga
aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan
kembali lagi.” Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia
mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki
keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya,
aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu
Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan
bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga
aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia
akan kembali lagi.”
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku
pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini
sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan
aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia
pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul
qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan
setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan
ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh
tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu
kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan
padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan
‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa
menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam
melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar,
namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu
Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.”
(HR. Bukhari no. 2311).
Sumber https://rumaysho.com/3600-kisah-setan-yang-mengajarkan-ayat-kursi-pada-abu-hurairah.html.
12
Imam Turmudi. Kajian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam Islam. Hal 76
1) Sumber pendapatan primer dan sekunder
Diantara sumber pendapatan negara primer, diantaranya;
a) Kharaj
Kharaj berasal dari Bahasa arab yang berarti keluar. Secara terminologi berarti
pajak yang harus dikeluarkan atas tanah yang taklukkan oleh pasukan Islam.
Kharaj pertama kali diperkenalkan setelah perang khaibar, ketika itu Rasulullah.
Saw membolehkan orang-orang Yahudi di Khaibar memiliki kembali tanah milik
mereka dengan syarat mengeluarkan dari separuh hasil panen tanah tersebut
kepada Islam sebagai Kharaj (pajak).
b) Zakat
Untuk zakat fitrah diberlakukannya ketika bulan Ramadhan tahun kedua hijriah.
Untuk zakat-zakat yang lain diberlakukan ketika tahun ke sembilan hijriah, seperti
zakat harta, perdagangan, pertanian, perternakan (kambing, sapi dan unta), rikaz
(barang temuan). Semua hasil dari zakat tersebut langsung dialokasikan kepada
yang berhak oleh Nabi SAW.
c) Infaq, shodaqoh dan wakaf
Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang
disebabkan karena Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di baitul
maal. Seperti Utsman bin Affan ketika membeli sumur kepada orang Yahudi,
langsung mewakafkannya kepada kaum muslimin.
d) Ushr
Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dan dibayar
hanya sekali dalam setahun serta hanya berlaku untuk barang yang nilainya lebih
dari 200 dirham. Tingkat bea yang dilindungi adalah 5% dan pedagang muslim
2,5%. Rasulullah mengambil kebijakan dengan menghapuskan semua bea impor
dengan tujuan agar perdagangan lancar dan arus ekonomi dalam perdagangan
berjalan lancar sehingga perekonomian di negara yang beliau pimpin menjadi
meningkat. Kebijakan ini tentu berdampak terhadap pendapatan negara.
e) Ghanimah dan Fay
Ghanimah adalah barang bergerak, barang yang dapat dipindahkan. Barang
tersebut diperoleh dalam peperangan. Anggota pasukan akan memperoleh 4/5 dari
jumlah keseluruhan karena mereka telah mempertaruhkan nyawanya dan
menggunakan keterampilannya dalam berperang, sedangkan sisanya untuk
kepentingan umum dan keluarga nabi. Hal tersebut telah tercantum dalam Al-
Quran surah Al-Anfal ayat 41.
Sedangkan Fay adalah harta rampasan perang yang diperoleh tanpa kerja keras
berperang atau secara damai. Sebelum terjadinya peperangan akan ditawarkan
kepada musuh, apakah bersedia menyerah atau tidak. Jika mereka menyerah,
maka tidak akan diperangi, tetapi konsekuensinya harta mereka akan diambil
sebagai rampasan perang.
f) Jizyah
Jika zakat dikenakan pada umat Islam, sementara Jizyah dikenakan kepada non
muslim sebagai pengganti fasilitas sosial-ekonomi dan fasilitas lainnya serta
mendapatkan keamanan dari negara Islam. Jizyah dipungut dari kaum non muslim
dikarenakan domisili mereka dan tunduk pada pemerintah Islam. Jizyah tidak
dikenakan pada perempuan dan anak-anak sekalipun mereka orang kaya.
g) Kaffarah
Kaffarah disebut juga pungutan denda dari pelanggaran atas aturan syariat Islam.
Misalnya kaffarat yang dikenakan pada suami istri yang berhubungan di siang hari
pada bulan Ramadhan.

Sedangkan sumber pendapatan sekunder, diantaranya:13


a) Uang tebusan untuk para tawanan perang.
b) Pinjam-pinjaman. Setelah menaklukkan kota Mekkah untuk pembayaran uang
pembebasan kaum Muslimin dari Bani Judzhaymah atau sebelum sebelum
pertempuran Hawazin 30.000 dirham serta meminjam beberapa pakaian dan
hewan-hewan
c) tunggangan Sufyan Bin Umaiyah;Khumuz atas Rikaz yaitu harta karun temuan
periode sebelum Islam
d) Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada kaum
muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa
darurat dan hal ini pernah terjadi pada masa perang tabuk.
e) Amwal Fadhla
Amwal Fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli
waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan
negerinya.
f) Bentuk lain sadaqah seperti kurban.

Secara keseluruhan, jenis-jenis pendapatan negara dimasa periode kepemimpinan


Nabi Muhammad SAW dapat dibedakan berdasarkan jenisnya serta sumbernya.
Pengklasifikasian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

2) Sumber Belanja Primer dan Sekunder14

Dari sisi Belanja Negara, catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada
masa pemerintahan Rasulullah SAW ini memang tidak tersedia. Namun demikian
hal ini tidak berarti menimbulkan kesimpulan bahwa sistem keuangan negara yang
ada pada waktu itu tidak berjalan dengan baik dan benar. Rasulullah SAW
senantiasa memberikan perintah yang jelas dan tegas kepada para petugas yang
telah terlatih mengumpulkan zakat.

13
Ibnu Hasan Karbila, dkk. Kebijakan Fiskal Pada Masa Rasulallah dan sekarang. Al-Muqayyad. Vol 3 No 2
(2020). Hal. 164.
14
Joko Tri Haryanto. Tinjauan Teoritis Kebijakan Fiskal Islam Periode Nabi Muhammad SAW. Alqolam. Vol.
33, No. 2 (Juli - Desember 2016). Hal. 134..
1. Khalifah Abu Bakar As-Sidiq

Ketika Rosululloh SAW wafat pada hari senin dan dimakamkan pada hari selasa
di tempat beliau wafat, maka sesudah itu orang-orang pun banyak membaiat Abu
Bakar secara umum setelah sebelumnya dibaiat di Tsaqifah.15

2. Khalifah Umar Bin Khattab


3. Khalifah Utsman Bin Affan
Ketika Umar dibunuh oleh Ghailah Abu lu'luah budak milik al-Mughirah bin
Syu'bah pada tahun 23 Hijriyah maka sebelum wafatnya, Umar menetapkan
perkara pengangkatan khalifah dibawah Majelis Syuro yang beranggotakan enam
orang, mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin awwam, Saad bin Abi waqqash dan Abdurrahman bin Auf,
mereka semua berkumpul di rumah Al-Miswar bin Al Makhramah., lalu setelah
musyawarah yang sangat panjang, terpilihlah Utsman bin Affan sebagai khalifah
pengganti Umar bin Khattab.16
4. Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Ketika Utsman terbunuh orang-orang mendatangi Ali dan membaiatnya kali
menolak pembaiatan mereka itu hingga ia lari ke kebun Bani Amar bin Abdul dan
menutup pintunya. Orang-orang datang mengetuk pintu dan terus mendesaknya.
Mereka membawa wa dan zuber. Mereka berkata sesungguhnya Daulah ini tidak
akan bertahan tanpa adanya Amir. Mereka terus mendesak hingga Ali bersedia

15
Al-Hafidz Ibnu Katsir. Al-Bidayah wan-Nihayah. Hal. 229.
16
Al-Hafidz Ibnu Katsir. Al-Bidayah wan-Nihayah. Hal. 269.
menerimanya. Lalu kali keluar menuju masjid, Lalu naik ke atas mimbar sambil
bertelekan pada busur panah nya, oleh segenap kaum muslimin membaiatnya. 17

17
Al-Hafidz Ibnu Katsir. Al-Bidayah wan-Nihayah. Hal. 281-282.

Anda mungkin juga menyukai