Anda di halaman 1dari 9

I.

MEMAHAMI KEHIDUPAN REMAJA NABI MUHAMMAD

Masa muda Nabi Muhammad SAW. Tidak terlepas dari beberapa tokoh yang menyertainya,
salah satunya yang paling mendukung kemajuan Islam adalah istrinya sendiri yaitu siti Khodijah.
Oleh karena itu dengan tidak bermaksud menyampingkan shahabat yang lain, berikut uraian
singkat Nabi Muhammad dengan siti Khodijah Radhiyallahu Anha.

A. Kecerdasan Siti khadijah

Allah menjaga Siti Khadijah sejak dari masa anak-anak, karena kelak ia akan menjadi Ummul
Mukminin, karena istri-istri Rasulullah Saw., dibina dengan pendidikan khusus, dijaga Allah
semenjak ia diciptakan kemudian Allah memilih mereka untuk menunaikan kewajibanya yang
sangat penting.

Siti Khadijah mulai konsentrasi berdagang setelah suami keduanya meningggal.


Perdagangan Beliau sangat diberkahi, mendapat keuntungan yang melimpah dan kebaikan tidak
terkira. Ruang tamunya selalu terbuka untuk orangorang miskin, keluarga, kerabat, dan saudara-
saudaranya yang memerlukan bantuan

Kebanyakan yang menerima kebaikan-kebaikan dari Siti Khadijah ialah anak-anak dari
paman dan sahabat-sahabatnya. Seperti Hakim Bin Hizam dan Waraqah Bin Naufal. Kedua orang
ini memiliki peran besar dalam kehidupan Beliau. Hakim dilahirkan ibunya di dalam Ka’bah, ia
memiliki otak yang cemerlang, bijaksana, memiliki riwayat hidup yang mulia, dan
kedermawanannya. Hakim mencurahkan seluruh potensinya untuk berdagang. Pulang dari
berdagang ia kembali membawa keuntungan yang berlipat dan harta melimpah. Tetapi semua
keuntungan yang ia dapatkan disimpan untuk dirinya sendiri melainkan di dermakan kepada
para fakir miskin, penduduk Mekkah dan tamu-tamu yang berkunjung dengan mengharap
kecintaan, ikatan hubungan, dan keberkahan hartanya. Sedangkan Waraqah Bin Naufal ialah
anak dari paman Siti Khadijah. Ia adalah orang tua yang memiliki pengaruh besar dalam
memberikan pendidikan spiritual kepada Beliau ketika masa jahiliyah. Siti Khadijah sangat
terpengaruh oleh kedua orang tersebut. hakim sebagai teladan dalam berdagang, sedangkan
Waraqah Bin Naufal banyak memberikan manfaat terhadap spiritual Beliau.

Oleh karena untuk memperoleh keberkahan di dunia dan akhirat, semestinya kita
mempunyai setidaknya dua tokoh panutan yang membimbing kita ke jalan kesuksesan seperti
siti khodijah, yaitu: pertama orang yang cerdasa dalam urusan dunia tapi berorentasi akherat
seperti hakim bin hizam dan kedua orang yang secara khusus pandai dalam bidang spiritual,
seperti waraqah bin naufal.

Walaupun seorang wanita yang telah ditinggal kedua suminya, siti Khodijah tidah putus
semangat untuk terus berkarya yang sangat dirasakan manfaatnya oleh orang lain terutama
kerabat-kerabatnya dan orang yang dalam kesusahan. Bahkan kelak beliaulah yang banyak
mengorbankan hartanya untuk kemajuan Agama Islam.
B. Menyimak perjalanan nabi Muhammad Saw ke Syam yang kedua

Suatu ketika Muhammad datang ke rumah pamannya, mereka menyambut dengan hangat
lalu duduk berbincang. Di tengah perbincangan tersebut pamannya berkata lihatlah kafilah
dagang kaummu hampir berangkat ke Syam, Siti Khadijah Binti Khuwailid mengutus beberapa
orang dari kaummu untuk berangkat berdagang dengan bagi hasil antara keduanya. Andai saja
kamu mau datang ke rumahnya, menawarkan diri untuk ikut serta, tentu Beliau akan segera
menerimamu dan mengunggulkanmu berdasarkan apa yang Beliau tahu tentang kesucian dan
kejujuranmu.

Hasil pertemuan antara Siti Khadijah dan Muhammad adalah diterimanya tawaran dari
Muhammad untuk bekerja menjualkan dagangan Beliau. Ternyata Beliau mengetahui banyak
tentang kepribadian Muhammad, kesempurnaan kepribadian, akhlak, dan sifat-sifatnya. Semua
itu menjadikan Beliau berfikir tentangnya bahkan berharap bisa menjadi suaminya.

Siti Khadijah sendiri yang mengutus seseorang untuk memanggil Muhammad, untuk
menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dia laksanakan serta upah yang didapatkan.
Muhammad bersiap memulai pekerjaan baru, manajer perdagangan milik Beliau. Sungguh suatu
pemandangan yang menakjubkan, dia adalah seorang lelaki yang rajin bekerja, kuat mengangkat
beban yang tidak mampu diagkat orang sepertinya, dan ikut serta bekerja baik berat maupun
ringan. Pengiriman Muhammad ke Habsyah tidak lain adalah untuk mengetahui kepiawannya
berdagang, kecerdasan dan untuk mengetahui keajaiban demi keajaiban dari lelaki tersebut.
Keberangkatan kedua kafilah Muhammad ditemani oleh budaknya Beliau yang bernama
Maisyarah.

Dalam memilih rekan untuk bekerja sama dalam usaha, Siti khodijah memilih rekan yang
sangat tepat, karena beliau memilih Muhammad melihat sisi ahlaknya yang terpuji. Pilihan
itulah yang menambah kesuksesan perniagaan siti khodijah.

C. keadaan perdaganagan Siti Khadijah setelah berdagang dengan Nabi Muhammad Saw.

Siti Khadijah sudah banyak mendengar cerita mengenai Rasulullah Saw. ada keinginan untuk
menguji sang Rasulullah Saw., saat itu Abu Thalib datang menawarkan keponakannya tersebut
untuk membawakan barang dagangannya ke negeri Syam, maka itu adalah harapan Beliau.
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Rasulullah Saw. sangat mampu
memperdagangkan barang-barang dagangan Beliau, dengan cara perdagangan yang lebih
banyak menguntungkan dari pada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Setelah tiba waktunya,
Rasulullah Saw. bersama dengan Maisyarah kembali ke Mekkah, dan mereka membeli segala
barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Siti Khadijah.

Rasulullah Saw. melaporkan semuanya termasuk keuntungan besar yang diperolehnya dan
barang-barang dagangan yang dibelinya di Syam kepada Siti Khadijah. Beliau menerima laporan
itu dengan hati gembira serta ucapan terimakasih kepada Rasulullah Saw. apalagi setelah
mengetahui bahwa barang- barang dagangan yang dibawa dari Syam behasil dijual kembali di
Mekkah dengan keuntungan yang berlipat ganda.
Siti khodijah sangat menghargai hasil perkerjaan orang lain. sudah seharusnya seorang
muslim menghargai pekerjaan dan keberhasilan orang lain, seperti yang ditunjukan oleh Siti
Khodijah atas keberhasilan Nabi Muhammad yang mendapatkan hasil berlipat ganda dalam
berniaga.

D. Menyimak Prilaku Siti Khodijah menyenangi Nabi Muhammad

Sepulangnya dari perdagangan ini Maisyarah langsung menceritakan kepada Siti Khadijah
tentang perjalanan yang diberkahi, pemandangan ajaib yang belum pernah ia lihat, dan
penuturan Rahib Bushra bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, awan
yang menaunginya serta kepiawannya berdagang, akhlaknya, juga sifatnya. Mendengar cerita
tersebut Beliau langsung pergi menemui Waraqah untuk menceritakan kejadian yang
diceritakan oleh Maisyarah. Waraqah sejenak befikir mendalam, lalu berkata kalau semua itu
benar, maka sungguh Muhammad adalah Nabi Umat ini dan inilah saatnya.

Sudah seharusnya apabila tidak mengetahui sesuatu hal bertanya kepada ahlinya, itulah
yang dilakukan oleh Siti Khodijah ketika melihat yang luar biasa pada diri Nabi Muhammad
bertanya kepada waraqoh seoarang alim pada zamannya.
II. MEMAHAMAI KEHIDUPAN RUMAH TANGGA NABI MUHAMMAD SAW

A. Tujuan pernikahan Nabi Muhammad dan Siti kHodijah

Kabar tentang Muhammad telah menyibukkan Siti Khadijah, Beliau berharap hubungan
perdagangan tersebut terus terjalin bahkan lebih erat dan tidak sekedar itu saja. Beliau ingin
jalinan hubungan lebih erat agar bisa membantunya menghadapi rintangan dan ujian yang nanti
akan dihadapi.

Ada yang mengatakan pula, ketika Siti khodijah mendengar penjelasan pamannya waroqoh
mengenai cerita yang disampaikan oleh maisaroh pelayan siti khodijah dalam perjalan ke syam
bersama Muhammad bahwa sifat Nabi akhir zaman yang telah tertulis dalam kitab suci injil ada
pada diri Muhammad, beliau ingin meyakini hal tersebut.

Semua itu akan tercapai jika Muhammad selalu bersamanya, dan tidak akan bisa kecuali
dengan hubungan pernikahan.

B. Menyebutkan pengorbanan Siti Khadijah dalam dakwah Islam Nabi Muhammad Saw

Siti Khadijah adalah perempuan pertama yang masuk dan memeluk agama Islam. Semasa
hidupnya Siti Khadijah mengorbankan jiwa raganya hanya untuk membantu perjuangan
Rasulullah Saw. dalam berdakwah membela agama Islam. Selalu mendukung Rasulullah Saw.
selama 3 tahun mengajak kaumnya untuk mengikuti ajaran Agama Islam secara sembunyi-
sembunyi sampai terang- terangan. Bahkan setelah habis pun beliau masih punya semangat
untuk mengorbankan apa yang beliau miliki, sebagaimana pernah diucapkan beliau ketika
Rasulullah pulang berdakwah dan mendapat tekanan dari kufar mekah, sambal menangis siti
khodijah berkata :

"Wahai Rasulullah. Sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus
memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah. Sekiranya nanti aku mati sedangkan
perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyebrangi sebuah lautan,
sekiranya engkau hendak menyebarangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit pun atau
pun jembatan, Maka galilah lubang kuburku, ambilah tulang belulangku. Jadikanlah sebagai
jembatan untuk engkau menyebrangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia
dan melanjutkan dakwahmu.

"Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka
kepada Islam, wahai Rasulullah.

itulah salah satu pengorban Siti khodijah untuk islam, seperti itulah seharusnya istri
terhadap suami mampu membangkitkan semangat suami dalam perjuangan.
III. MEMAHAMI KEPERIBADIAN RASULULAH SAW

A. Ciri-ciri kejujuran Nabi Muhammad saw. yang diberi gelar Al-amin

Mengapa Nabi Muhammad diberi gelar Al-Amin adalah karena beliau


merupakan orang yang dapat dipercaya atas apa yang dilakukannya . Ia benar-
benar memiliki kepribadian yang mulia, berlainan sama sekali dengan tingkah laku dan
perbuatan kebanyakan pemuda dan penduduk kota Mekah pada umumnya yang gemar berfoya-
foya dan suka bermabuk-mabukan. Karena begitu jujur dalam perkataan dan perbuatannya,
maka masyarakat memberi gelar Muhammad dengan sebutan “al-Amin”, yang berarti orang
yang dapat dipercaya.

Pemberian gelar Al-Amin bermula ketika terjadi banjir besar di Mekkah saat Nabi
Muhammad berusia 35 tahun. Banjir yang melanda kota Mekkah ini menghancurkan
bangunan Ka’bah. Oleh para penduduk, bangunan Mekkah itu ingin diperbaiki kembali. Saat itu,
terdapat berbagai macam suku sehingga pembangunannya dilakukan bersama-sama. Namun,
perselisihan mulai terjadi saat pembangunan Ka’bah hampir rampung. Mereka berselisih
pendapat tentang siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad ditempatnya semula. Masing-
masing suku di Mekkah merasa berhak untuk meletakkan batu hitam suci tersebut sehingga
timbul perselisihan yang hampir berujung pada perkelahian.

Hingga akhirnya, mereka bersepakat bahwa orang yang pertama kali memasuki Masjidil
Haram maka dialah yang berhak memutuskan perkara ini. Rupanya, saat itu Nabi Muhammad
saw. adalah orang yang pertama masuk ke Masjidil Haram.

Dengan penuh kebijaksanaan, Rasulullah meletakkan Hajar Aswad di atas sorbannya dan
meminta perwakilan masing-masing suku di Mekkah untuk memegang ujung sorban dan
meletakkannya bersama-sama. Setelah tersimpan di tempat semula, semua orang yang
melihatnya merasa puas dengan keputusan Nabi Muhammad dalam memutuskan perkara
dengan penuh kejujuran. Sejak kejadian tersebut, Nabi Muhammad mendapat gelar Al Amin
yang artinya dapat dipercaya. Itulah mengapa Nabi Muhammad diberi gelar Al-Amin dari orang-
orang Quraisy.

B. Menyebutkan kebiasaan Nabi Muhammad Saw menjelang kerasulan

Setelah 14 tahun berumah tangga dengan Khadijah Muhammad sering berkhalwat ke


gua Hiro yang terdapat di bukit Nur (Jabal Nur).

Hidup di tengah masyarakat Mekkah jahiliyah, Nabi Muhammad memiliki kebiasaan khas,
yaitu menyendiri selama beberapa waktu untuk merenung. Muhammad pun menemukan
tempat untuk merenung, yaitu di Gua Hira, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Mekkah.
Melalui tafakur di Gua Hira, Rasulullah membersihkan hati dan pikirannya yang penuh
keprihatinan terhadap masyarakat Mekkah dengan niat suci bermunajat kepada Allah.
Memasuki usia 40 tahun, Nabi Muhammad sering bermimpi yang datang seperti fajar yang
terang di pagi hari.
Melalui tafakur di Gua Hira, Rasulullah membersihkan hati dan pikirannya yang penuh
keprihatinan terhadap masyarakat Mekkah dengan niat suci bermunajat kepada Allah.
Memasuki usia 40 tahun, Nabi Muhammad sering bermimpi yang datang seperti fajar yang
terang di pagi hari. Sampai suatu ketika di Gua Hira, tepatnya pada 17 Ramadan atau bertepatan
dengan 6 Agustus 611 Masehi, Rasulullah melihat cahaya yang sangat terang. Saat itu, Malaikat
Jibril muncul dengan cahaya yang membutakan mata dan menyampaikan wahyu yang pertama
untuk Nabi Muhammad. Surat yang diturunkan pertama kali saat Nabi Muhammad menerima
wahyu adalah Al-Alaq ayat 1-5.
IV. MENGENAL SEJARAH SAHABAT DAN KEHIDUPAN ULAMA
A. Menyimak sejarah Sahabat Sayyidina Hamzah

Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan sahabat, paman, sekaligus saudara sepersusuan
Nabi yang memeluk agama Islam pada periode pertama atau dikenal sebagai as-sabiqun al-
awwalun. Hamzah dan Muhammad memiliki kedekatan hubungan yang erat karena keduanya
banyak melakukan hal bersama sedari kecil, sehingga Hamzah pun sangat mengenal serta
menyayangi Muhammad.

Ketika Muhammad sedang berupaya untuk menyebarluaskan dakwah mengenai ajaran


agama Islam, Hamzah masih belum menjadi seorang Muslim. Akan tetapi, rasa hormat untuk
melindungi Nabi Muhammad selalu ada pada dirinya. Bahkan ia tidak pernah rela jika ada salah
seorang yang menjelekkan atau menyakiti keponakannya itu. Suatu waktu seseorang dari kaum
Quraisy menjelek-jelekan Muhammad dan kabar tersebut didengar oleh Hamzah sampai
membuatnya murka. Meskipun status agama Hamzah belum Islam, dirinya sangat marah jika
ada yang mencela Muhammad dalam hal apa pun. Dengan suara lantang Hamzah membela
keponakannya sambil menyatakan kepada kaum Quraisy perihal dirinya sudah mengikuti ajaran
Muhammad.

Para kaum Quraisy yang mendengar pernyataan Hamzah itu dibuat gelisah karena ada
kemungkinan pengikut Muhammad bisa jauh lebih banyak. Setelah kejadian tersebut Hamzah
sempat dilanda keraguan atas agama Islam. Namun pelarian dirinya hanya kepada Allah untuk
meminta keyakinan, kebenaran serta petunjuk. Maha suci Allah atas segala kuasanya
mengabulkan doa-doa Hamzah sampai membuat dirinya yakin. Kemudian ia bergegas menemui
Rasul untuk menceritakan kejadian yang dialaminya. Mendengar apa yang terjadi pada Hamzah
Rasul turut mendoakan agar dirinya diberikan keteguhan hati pada agama.

Hamzah menjadi pengikut ajaran Rasul dan sosoknya paling terdepan dalam membela
Islam. Terutama ketika kaum Quraisy gencar menghasut yang memicu peperangan.
"Sejak masuk Islam, Hamzah mempersembahkan semua kekuatan, kemampuan, serta hidupnya
untuk Allah dan agama, sampai Nabi memberinya gelar agung Assadullah wa Asadu Rasulihi
(Singa Allah dan Rasul-Nya)," tulis Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya Biografi 60 Sahabat
Rasulullah SAW tentang Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah dan Pemimpin Para Syuhada.

Saat itu akan berlangsung Perang Badar. Kaum Muslim berhadapan dengan kaum Quraisy
dan untuk pertama kalinya Rasul memercayai Hamzah sebagai penegak bendera Islam.
Pertumpahan darah serta kekecewaan banyak menimpa kaum Quraisy atas kekalahannya
melawan kaum muslim selepas perang Badar. Akan tetapi, kaum Quraisy sesegera mungkin
ingin membalas dendam untuk membunuh Hamzah pada perang berikutnya yaitu perang Uhud.
Rasa dendam serta amarah tinggi ada pada seluruh kaum Quraisy yang sudah tidak sabar untuk
memburu Hamzah.

Nahas, Hamzah pun tewas oleh sebuah tombak yang diarahkan seseorang bernama Wahsyi
dari kaum Quraisy saat Perang Uhud berlangsung. Kematian Hamzah dalam Perang Uhud
diketahui Rasul dan menjadi luka terdalam hingga menggemparkan seluruh kaum.
Rasa cinta Nabi kepada Hamzah sangat besar. Dari peristiwa itu turunlah sebuah surah An-Nahl
ayat 125-128 sebagai penghormatan untuk Hamzah yang telah mendapat pahala di sisi Allah.

Tentunya Nabi Muhammad begitu marah dengan wafatnya sayidina hamzah dan ingin
membalas dendam kepada orang kafir quraisy, tapi dengan turunnya QS. An-Nahl 125-128
mengingatkan kepada kita, bahwa balas dendam boleh saja asal tidak melebihi perlakuan orang
kafir kepada kita.

B. Kisah Singkat KH. Hasyim Asy’ary

Disamping kita harus mencontoh pribadi rasulullah kita pun perlu mencontoh para ulama
yang merupakan pewaris para nabi. Disamping banyak ulama di seluruh penjuru dunia, tidak
salah kalua kita melihat ulama-ulama yang memperjuangkan Islam di Indonesia salah satunya
adalah KH. Hasyim Asy’ari.
Sebagai salah seorang guru para ulama pesantren, KH Hasyim Asy’ari mempengaruh luas
sehingga dapat memberikan penyadaran kepada masyarakat soal perjuangan dan kecintaan
terhadap tanah air. Baginya, prinsip tersebut penting untuk menumbuhkan spirit perjuangan
rakyat untuk melawan dan mengusir penjajah dari tanah air Indonesia. Namun demikian, tidak
lantas membuat KH Hasyim Asy’ari meninggalkan tradisi kelimuan pesantren. Di tangannya,
pesantren tidak hanya menjadi tempat menempa ilmu-ilmu agama, tetapi juga menjadi basis
perjuangan rakyat Indonesia dan menjadi wadah pergerakan nasional. Beliau tetap mengajarkan
berbagai macam kitab, menulis kitab, dan mengajar ilmu-ilmu hadits yang menjadi
kepakarannya.
Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari—seperti kebanyakan ulama di Indonesia—termasuk
golongan fuqaha. Artinya orang yang sangat dalam penguasaannya tentang ilmu-ilmu keislaman.
Di samping itu, masih menurut catatan Kiai Saifuddin Zuhri, ia juga terkenal sebagai ulama ahli
hadits. Sudah menjadi wiridan (kebiasaaan rutin) tiap bulan Ramadhan, Hadhratussyekh
membaca kitab hadits al-Bukhori, kitab kuning berisi himpunan hadits Nabi Muhammad
sebanyak 7.275 hadits.
Selain ahli di bidang agama, Hadratusyekh juga ahli di bidang bisnis, setidaknya ada 2 usaha
yang dilakoni, yaitu pertanian sawah dan berdagang kuda, sehingga pendiri Pesantren Tebuireng
mandiri secara ekonomi. jadwal rutin dalam keseharian Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari adalah
mengaji dengan santri, kecuali di hari pon. Di hari pon tersebut, KH Hasyim Asy'ari punya jadwal
tersendiri, yaitu pergi ke Pasar Jombang, khususnya pasar kuda. Para santri Tebuireng kemudian
menyebut libur ngaji dengan istilah Pon.
Kemandirian ekonomi KH Hasyim Asy’ari ini berdampak pada kemandirian Pesantren
Tebuireng dan organisasi yang ia dirikan, Nahdlatul Ulama (NU). Untuk kegiatan peringatan hari
besar Islam di pesantren, misalnya muludan atau kegiatan musyawarah NU, misalnya muktamar,
tidak pernah meminta sumbangan kepada pejabat pemerintahan atau pihak lain. Bahkan,
disumbang pun terkadang menolak karena biayanya memang sudah mencukupi.   Kemandirian
ekonomi NU   Kemandirian ekonomi KH Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama di zamannya membuat
muru’ah (wibawa) ulama tetap terjaga dengan baik. Untuk biaya operasional organisasi NU, para
pengurus membayar iuran. KH Muchit sendiri mengalaminya.
bahkan sebelum NU di dirikan pada 1918 Kiai Wahab mendirikan Nahdlatul Tujjar, sebuah
koperasi pedagang yang anggotanya mayoritas para kiai.
Hal ini menunjukan beliau memberi contoh bahwa perjuangan agama harus disertai
perjuangan bidang ekonomi, sejalan dengan perjuangan Rosulullah yang dibantu dengan
perekonomian yang dibangun istrina siti khodijah dan para sahabat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai