Anda di halaman 1dari 29

MODUL 1

NABI MUHAMMAD BERDAKWAH DI MAKKAH

Pendahuluan
Pada modul pertama ini hanya akan menyajikan materi SKI berupa penjelasan
tentang kehidupan Nabi Muhammad sebelum masa kerasulan, dan dilanjutkan dengan
perjuangan Rasulullah dalam dakwah membina umat di Makkah
Modul ini disajikan kepada peserta Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG)
untuk dapat menjelaskan sejarah kehidupan Rasulullah di masa-masa mendekati
kenabian, terutama untuk mampu mendeskripsikan sifat-sifat yang terpuji Muhammad
yang menjadi modal dasar bagi pengembangan Islam pada masa-masa yang akan
dating. Selanjutnya, diharapkan peserta PLPG untuk dapat mendeskripsikan
kemampuan kepemimpinan dan berdagang Rasulullah. Dilanjutkan dengan deskripsi
tentang peristiwa pernikahan Muhammad dan Khadijah dengan berbagai aspek
kehidupan budaya masyarakat Arab. Baru kemudian menceritakan sejarah dakwah
Rasulullah di Makkah, substansi dan strategi dakwahnya, dan berbagai perjuangan
yang dialami oleh Rasullah.
Penjelasan tentang Nabi Muhammad SAW masih dipandang relevan sampai
dewasa ini, sehubungan dengan keteladanan yang ada pada diri Rasulullah yang dapat
diambil hikmahnya bagi kehidupan umat Islam. Keteladanan ini menjadi penting,
misalnya, kejujuran dan budi pekerti yang baik yang dapat diinternalisasikan kepada
para peserta didik di tingkat pembelajaran yang sesungguhnya. Hal ini dimungkinkan,
karena kejujuran dan ketulusan hati dalam kehidupan dewasa ini, agaknya menjadi
sesuatu yang mahal dalam kehidupan sehari-hari manusia Indonesia. Pengabdian yang
setulus-tulusnya bagi kepentingan hidup bersama atas dasar pengabdian manusia
kepada Allah juga masih merupakan isu yang sangat penting diwariskan dalam

Zaimudin 1
pengembangan budaya umat Islam yang sesungguhnya bilamana yang dikehendaki
dalam hidup ini adalah untuk mencapai kesejahteraann hidup di muka bumi dan
terciptanya kebahagiaan sejati di akherat kelak.
Dengan demikian, pembelajaran SKI bukan melulu merupakan kajian dari
berbagai aspek keilmuan atas dasar analisis kronologis terhadap peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa lampau. Hal yang lebih penting dalam pembelajaran SKI
adalah selain mengemban tanggung jawab untuk transformasi keilmuan, juga mencoba
mendekatkan para peserta didik terhadap isu-isu yang dapat dijadikan suri tauladan
dalam kehidupan nyata bagi kepentingan pembinaan dan pengembangan character
building yang kini sudah kian rapuh dalam perikehidupan yang sama-sama dialami
dalam kenyataan hidup berbangsa dan bernegara.
Semoga contoh-contoh materi modul yang ada pada tangan bapak-bapak dan
ibu-ibu guru ini, akan memberikan motivasi untuk menjadikan hidup para peserta
didik berguna bagi dirinya sendiri, baik di hadapan Allah SWT, bagi hidup bersama
orang lain sesamanya, dan bagi kehidupan di tengah alam semesta. Amin.

Zaimudin 2
Kegiatan Belajar 1
Muhammad Sebelum Masa Kerasulan

A. Sifat-sifat Nabi Muhammad yang Terpuji

Masyarakat kota Makkah mengenal Muhammad sebagai seorang yang jujur


dalam kata dan perbuatan, sehingga mereka memberi gelar Al-Amin (orang yang dapat
dipercaya), juga memiliki budi pekerti yang amat baik, sangat sopan, tidak pernah
menyakiti hati orang lain, tidak memuja berhala, tidak berbuat yang tidak senonoh,
dan suka menolong orang-orang yang memerlukan bantuannya.
Dengan orang yang mengajaknya berbicara, beliau sungguh mendengarkan
dengan penuh perhatian, dan hati-hati. Kalau beliau sedang berbicara, beliau penuh
hikmat, kadang diselipinya sedikit humor dan senda gurau, apa yang dikatakannya itu
selalu yang benar. Bila beliau marah, tidak pernah menampakkan kemarahannya,
hanya antara kedua keningnya tampak sedikit berkeringat karena menahan rasa marah
dan tidak mau menampakkannya ke luar. Kadang-kadang di dalam pembicaraannya,
beliau tertawa sampai terlihat gerahamnya, tetapi tidak sampai terbahak-bahak, karena
terbawa oleh sifatnya yang selalu lapang dada, berkemauan baik, dan menghargai
orang lain. Beliau sangat bijaksana, murah hati, dan mudah bergaul. Bahkan beliau
mempunyai sifat tegas dan mempunyai tujuan yang pasti serta berkemauan keras,
tidak pernah ragu-ragu dalam mencapai tujuan. Keseluruhannya ini memberi
pengaruh yang mendalam bagi para sahabat atau orang-orang yang bergaul dengan
beliau. Bagi seseorang yang pertama kali bertemu dengan beliau langsung timbul rasa
hormat kepadanya. Demikian pula bagi orang yang bergaul dengan beliau, di dalam
hatinya telah timbul rasa cinta dan kasih yang mendalam kepadanya.
Akhlak beliau yang amat baik itu terpatri dalam bentuk tubuh beliau yang gagah
dan tampan. Paras muka beliau yang manis nan indah. Perawakannya sedang, tidak
terlampau tinggi juga tidak pendek, dengan bentuk kepala yang sedang, berambut
hitam lagi ikal. Dahinya lebar dan rata, dengan dua alis mata yang melengkung lebat

Zaimudin 3
bertaut. Sepanjang matanya lebar dan hitam, di tepi-tepi putih matanya agak kemerah-
merahan tampak lebih menarik. Pandangan matanya tajam, dengan bulu mata yang
hitam pekat. Hidungnya mancung sedang serta berkulit halus dan indah.
Dadanya lebar, kedua bahunya bidang. Warna kulitnya bersih dan terang serta
jernih. Kedua telapak tangan dan kakinya tebal. Bila berjalan, badannya agak condong
ke depan, melangkah dengan cepat dan pasti. Pandangan matanya menunjukkan
kewibawaan dan membuat orang patuh kepadanya.

B. Muhammad Berdagang

Di usia belia, beliau pernah menjadi penggembala kambing dan menerima upah
menggembala kambing milik penduduk Makkah membantu pamannya, Abu Thalib,
untuk menambah penghasilan keluarga, karena keadaan penghidupan keluarga Abu
Thalib makin lama makin sukar. Waktu itu Abu Thalib mendengar berita bahwa
Khadijah binti Khuwailid hendak mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan
perdagangannya. Khadijah binti Khuwailid ini berasal dari Bani Asad. Dia bertambah
kaya setelah dua kali menikah dengan laki-laki dari Bani Makhzum, menjadi orang
Makkah terkaya. la menjalankan dagangannya dengan bantuan Ayahnya, Khuwailid,
dan orang-orang kepercayaannya.
Ketika Abu Thalib mengetahui Khadijah sedang menyiapkan kafilah dagang ke
Syam, timbul keinginannya agar si pemuda Muhammad ikut menjalankan dagangan
Khadijah itu. Lalu Abu Thalib memanggil kemenakannya itu, Muhammad, dan
berkata kepadanya, Aku mendengar bahwa Khadijah telah mulai lagi mengupah orang
untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah sering memberikan kesempatan kepada
laki-laki dari keluarga kita melakukan perdagangannya ke negeri Syria. Kalau engkau
pergi menemuinya, meminta menjalankan perdagangannya itu, aku percaya akan diterimanya.
Namun tidak disangka-sangka, beberapa hari kemudian, Khadijah mengutus
seseorang menemui Muhammad, menawarkan kepadanya untuk memimpin satu
kafilah dagang ke negeri Syria. Tawaran keuntungan yang akan diberikan kepada

Zaimudin 4
Muhammad dua kali lipat dari biasanya dan Khadijah akan memperbantukan seorang
budak laki-laki yang paling jujur dan berpengalaman yaitu Maisaroh.
Abu Thalib melepaskan keberangkatan Muhammad dengan nasihat supaya
berhati-hati dalam perjalanan, terutama terhadap orang-orang Yahudi yang akan
mencelakakannya. Abu Thalib juga berpesan kepada Maisaroh agar waspada terhadap
kejahatan orang Yahudi seperti yang pernah disampaikan oleh pendeta Bahira
kepadanya. Di sinilah sesungguhnya bahwa Abu Thalib merasa berat dan cemas atas
keselamatan beliau yang paling disayangi itu.
Selama dalam perjalanan, Maisaroh senantiasa memperhatikan gerak-gerik dan
tingkah laku Muhammad. Maisaroh begitu kagumnya atas kepandaian, kekuatan,
kemauan, dan keberanian majikannya itu. Setibanya rombongan dagang di negeri
Syria, Muhammad langsung menjual barang-barang dagangan dengan lancar,
mendapat keuntungan cukup baik. Para pedagang di Syria kagum dan simpati kepada
Muhammad, karena kejujuran, keramahtamahan dan sopan santunnya, yang sulit
didapatkan dari pedagang-pedagang lain pada waktu itu sekalipun.
Sesudah segala urusan selesai, rombongan kafilah dagang pimpinan Muhammad
itu kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang, seperti juga waktu berangkat,
betapa terasakan ada lindungan dari langit yang bermaka ilahiah. Kelihatan awan
bergumpal-gumpal di langit mengikuti ke arah kafilah itu menuju, melindungi
kendaraan kafilah yang ditumpangi oleh Muhammad.
Setiba di Makkah, Maisaroh segera melaporkan kedatangan Muhammad dan
rombongannya dengan selamat dan membawa hasil keuntungan amat memuaskan. Pada
saat yang sama, Khadijah menunggu berita keselamatan kafilah itu, terutama
keselamatan Muhammad. Khadijah sangat gembira menjemput kedatangan
Muhammad beserta rombongannya, menceritakan segala ihwal perjalanannya dengan
bahasa yang fasih dan juga perdagangan dan labanya yang begitu menarik perhatian.
Maisaroh menambah lagi berita tentang Muhammad, betapa halus wataknya, tinggi
budi pekertinya, dan kemahirannya dalam berdagang tidak dapat diragukan.

Zaimudin 5
C. Muhammad Berkeluarga

Khadijah rupanya telah menaruh perhatian terhadap Muhammad, bukan saja


karena ia telah menyaksikan sendiri kejujuran Muhammad dalam menjalankan urusan
dagangnya, bahkan perhatiannya terhadap Muhammad telah menjelma menjadi
bentuk lain, yaitu menaruh rasa cinta kepada Muhammad. Khadijah menceritakan hal
ini kepada seorang sahabatnya, Nufaisa binti Mun-ya. Nufaisa pergi menjajagi ikhwal
Muhammad seraya berkata, "Kenapa engkau belum mau berkeluarga?" "Aku belum
mempunyai apa-apa sebagai persiapan perkawinan", jawab Muhammad. "Kalau itu
disediakan dan yang melamarmu itu cantik, berharta, terhormat, dan memenuhi
syarat, tidakkah akan engkau terima? sambung Nufaisa. "Siapakah itu?" Muhammad
bertanya. Nufaisa menjawab dengan sepatah kata, "Khadijah". "Dengan cara
bagaimana?" tanya Muhammad. Terhadap pertanyaan itu Nufaisa menjawab,
"Serahkan hal itu kepadaku". Lalu Muhammad menyatakan persetujuannya.
Setelah mendapat laporan dari Nufaisa, Khadijah meminta pertimbangan dan
persetujuan kepada pamannya, Amir bin Asad, karena ayahnya, Khuwailid, telah terlebih
dahulu meninggal dunia. Amir bin Asad menyetujui maksud kemenakannya itu. Begitu
pula Muhammad menyampaikan hal itu kepada pamannya, Abu Thalib, dan kaum
keluarga yang lain pun menyetujuinya. Lalu keluarga dari kedua belah pihak mulailah
melakukan langkah-langkah menurut adat kebiasaan yang berlaku waktu itu,
mempersiapkan hari perkawinan Muhammad dengan Khadijah.
Pesta perkawinan Muhammad dengan Khadijah berlangsung di rumah penganten
perempuan, dengan hidmat, meriah, dan tidak berlebihan. Dalam upacara pernikahan ini
dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak, mereka para hadirin ini terdiri dari orang-orang
terkemuka Quraisy, dan para undangan lainnya. Wali bagi Khadijah ialah pamannya
sendiri, Amir bin Asad, sedang wali bagi Muhammad ialah Abu Thalib. Pada acara
pernikahan tersebut hadir pula Hamzah (paman Muhammad) dan Abu Bakar dari
kalangan bangsawan Quraisy. Dari keluarga Khadijah, hadir pula Waraqah bin Naufal,
anak pamannya sendiri, yang banyak mengetahui tentang Taurat dan Injil.

Zaimudin 6
Pada kesempatan itu tampil menyampaikan pidato sambutannya masing-masing,
secara berurutan, dimulai dari Abu Thalib paman Muhammad sekaligus sebagai wali
pengganti orang tua beliau, Waraqah bin Naufal paman Khadijah, dan Amir bin Al-
Asad paman dan sekaligus sebagai wali Khadijah. Pidato mereka yang berurutan itu
mengandung isi pokoknya memperkuat hubungan perkawinan Muhammad dengan
Khadijah. Amir bin Al Asad selaku wali, antara lain berkata, "Wahai saudara-saudara
keturunan Quraisy! Hari ini saudara-saudara semua menyaksikan bahwa aku telah
mengawinkan Muhammad bin Abdullah dengan Khadijah binti Khuwailid dengan
maskawin 20 ekor unta.
Muhammad dan Khadijah mulai melayarkan bahtera rumah tangga mereka,
menempuh pasang surut dan pasang naik kehidupan. Rumah tangga itu menjadi suri
teladan yang ideal bagi kehidupan bangsa Quraisy saat itu. Dalam setiap gerak-
langkah dan perilaku kehidupan sehar-hari, Muhammad menunjukkan akhlak yang
baik kepada isterinya. Khadijah pun memperlihatkan akhlak yang mulia dan
menghormati suami, tidak bangga dengan gelimang hartanya. Malahan Khadijah
menyerahkan seluruh hartanya untuk dikelola oleh Muhammad, sehingga seolah-olah
seluruh kekayaan Khadijah itu menjadi milik Muhammad sendiri. Di sinilah letak
harmonisasi kehidupan yang tiada cela sepanjang hidup kemanusiaan dahulu dan
mungkin sampai dewasa ini.

Untuk lebih memahami modul ini, silahkan Anda mengerjakan latihan di bawah ini:

1. Sebutkan sifat Nabi Muhammad yang terpuji. Sifat manakah yang sangat
menentukan, sehingga beliau lekas dipercaya sebagai seorang Rasulullah!
2. Mengapa Khadijah memberi kepercayaan kepada Muhammad untuk membawa
dagangannya ke negeri Syam? Siapakah budak Khadijah yang ikut menemani
beliau pergi ke Siria?
3. Siapakah yang bertindak sebagai wali bagi khadijah dan siapa pula yang bertindak
sebagai wali di pihak Nabi Muhammad ketika Nabi Muhammad melangsungkan
pernikahan dengan khadijah?

Zaimudin 7
Kunci Jawaban Latihan

1. Sifat-sifat Nabi Muhammad yang terpuji ialah beliau berlaku jujur dalam setiap
perkataan dan perbuatannya. Karena itu mendapat gelar dari penduduk Makkah Al-
Amin. Nabi Muhammad sangat sopan dalam segala tindakannya, tidak pernah
menyakiti hati orang lain. Beliau tidak pernah memuja berhala dan tidak pernah
melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh.
2. Khadijah memberi kepercayaan kepada Nabi Muhammad untuk membawa barang
dagangannya ke Siria, karena Khadijah telah mengetahui kejujuran dan
kepandaiannya berdagang. Khadijah menyuruh budaknya yang bernama Maesaroh
untuk menemani Nabi Muhammad dalam perjalanannya ke negeri Siria itu.
3. Yang bertindak sebagai wali bagi Khadijah dalam pernikahannya dengan nabi
Muhammad ialah pamannya yang bernama Amir bin Al-Asad. Dan yang bertindak
sebagai orang tua di pihak Nabi Muhammad ialah pamannya Abu Thalib.

Rangkuman
Nabi Muhammad SAW sejak kecil memiliki sifat-sifat yang baik dan terpuji,
sampai penduduk Makkah memberikan julukan, Al-Amin, orang yang terpercaya.
Sifat mulia inilah yang menjadi modal berdakwah Islam kepada umat manusia dan
memberikan hasil capaian yang tiada duanya. Pada usia 25 tahun Muhammad,
sebelum masa kenabian beliau, memimpin kafilah dagang milik Khadijah dari Mekah
ke negeri Syam (Siria). Dengan pengalaman perdagangan ini, diketahui kejujuran dan
kemahirannya dalam berdagang. Kepercayaan Khadijah kepada Muhammad ini
sedemikian mematri hati nuraninya dan berubah menjadi dorongan untuk menaruh
cinta kepada sang junjungan Muhammad serta bersedia menjadi isterinya. Niat untuk
menjalin cinta sejati ini disampaikan Khadijah untuk Muhammad lewat temannya, Nufaisa.
Nufaisa membicarakan masalah itu dan Muhammad menyetujuinya, lalu berunding
atas nama kedua keluarga besar, dan berakhir dengan pernikahan Muhammad dengan
Khadijah. Maka terlahirlah sepasang suami-isteri yang ideal sepanjang zaman.

Zaimudin 8
Tes Formatif 1

Petunjuk:
Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D pada jawaban yang Anda anggap tepat.
1. Penduduk Mekah memberi gelar “Al-Amin” kepada Muhammad karena ……
A. Kejujuran beliau
B. Beliau keturunan dari bangsawan Quraisy
C. Beliau tidak dapat membaca dan menulis
D. Beliau diasuh oleh Abu Thalib
2. Sifat-sifat yang ada pada diri Muhammad calon Rasul itu antara lain…….
A. Berbicara seadanya, tidak berlebihan, dan berpakaian sederhana
B. Berakhalak baik, bertutur kata sopan lembut dan sopan, selalu ramah dan hormat
C. Bertindak cepat, berjalan cepat, dan berfikir cepat
D. Suka memberi nasehat yang berguna
3. Khadijah mempercayakan dagangannya kepada Muhammad karena ……
A. Khadijah mengetahui kejujurannya
B. Khadijah tidak mendapatkan orang lain yang mau menjalankan dagangannya
C. Saran dari penduduk Madinah
D. Permintaan pendeta Bahirah
4. Mengapa Abu Thalib awalnya ragu untuk melepaskan Muhammad berdagang
pada kafilah dagang Khadijah?
A. Karena keamanan dalam perjalanan kafilah dagang tidak terjamin
B. Prilaku kafilah dagang yang kejam dan bengis
C. Perjalanan sangat jauh dan melelahkan
D. Abu Thalib sangat menyayangi dan melindungi Muhammad
5. Mengapa paman Abu Thalib berpesan kepada Maisarah agar waspada terhadap
orang Yahudi untuk selalu melindungi Muhammad?
A. Niat baik orang Yahudi yang berpura-pura untuk membunuh Muhammad

Zaimudin 9
B. Orang Yahudi selalu berusaha untuk melakukan segala cara dalam mencapai tujuan
C. Orang Yahudi membaca kitab sucinya untuk membunuh Muhammad
D. Niat jahat orang Yahudi karena Muhammad akan menyimpang dari ajaran Yahudi
6. Dalam berdagang itu, Muhammad selalu berlangsung secara baik dan lancer serta
banyak memberikan keuntungan. Hal ini karena sifat Muhammad yang …..
A. Jiwanya tulus ikhas, tanpa pamrih, dan bekerja keras
B. Berbicara jujur, bertingkah laku baik, tidak berkhianat
C. Sederhana, tegas, dan tidak pilih kaih
D. Halus wataknya, tinggi budi pekertinya, dan mahir dalam berdagang
7. Pada saat berlangsungnya pernikahan antara Muhammad dengan Khadijah, yang
bertindak sebagai wali dari pihak Khadijah adalah …..
A. Amir bin al-Asad C. Abu Thalib
B. Waraqah bin Naufal D. Maisarah
8. Sedang wali dari pihak Muhammad adalah …..
A. Amir bin al-Asad C. Abu Thalib
B. Waraqah bin Naufal D. Maisarah
9. Hal penting yang dapat diambil dari peristiswa pernikahan Muhammad dan
Khadijah ini sebagai modal berdakwah setelah Muhammad menjadi Rasul adalah
A. Menyatukan dua keluarga besar pada masyarakat Mekah
B. Menyatukan dua bangsa yang kuat di Mekah
C. Menyatukan dua suku besar dan kuat di Mekah
D. Menyatukan dua ideology yang teguh di Mekah
10. Intisari pernikahan Muhammad dan Khadijah ini mengandung ajaran untuk ……
A. Saling percaya dan saling menghormati kedua belah pihak
B. Saling memberi dan menerima kedua belah pihak
C. Saling menyerahkan diri dan harta kedua belah pihak
D. Saling mengembangkan dan mendukung kedua belah pihak

Zaimudin 10
Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
kegiatan belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan: ___________________________ x 100%
10

Zaimudin 11
Kegiatan Belajar 2
DA’WAH RASULULLAH DI MAKKAH

A. Muhammad Menjadi Rasul

Semenjak Muhammad menikahi Khadijah, Khadijah menyerahkan seluruh harta


kekayaannya untuk diurus suaminya, Muhammad. Perdagangan Khadijah bertambah
maju dan membawa hasil sangat membanggakan. Bahtera rumah tangga yang dikayuh
sedemikian bahagia sebagai teladan bagi masyarakat yang harmonis.
Menjelang usia 40 tahun, Muhammad kerap kali pergi mengasingkan diri untuk
beribadat (bertahannuts= menyendiri dan mengheningkan hati, rasa, dan pikirannya)
seraya memikirkan tentang keadaan alam dan penciptanya serta keadaan masyarakat
waktu itu. Beliau pergi mengasingkan diri (berkhalwat) di Gua Hira', yang terletak
kira-kira 6 km di sebelah utara kota Makkah, tingginya kira-kira 200 meter. Beliau
berpikir bagaimana caranya untuk memperbaiki keadaan masyarakat Quraisy yang
bobrok, memuja berhala, suka berjudi, mabuk-mabukan, dan sewenang-wenang,
saling bermusuhan, suka menindas satu dengan lainnya.
Beliau ingin memperbaiki keadaan masyarakat agar menjadi masyarakat yang
baik, aman dan makmur, didukung Khadijah yang selalu menyiapkan makanan dan
perbekalan lainnya selama di Gua Hira, di samping dukungan moral-spiritual yang
tidak habis-habisnya. Pada malam, 17 Ramadhan datang Malaikat Jibril kepada
Muhammad, memanggilnya dan berkata kepadanya:

‫ أنا جبريل وانت رسول ﷲ الى ھذه امة‬.‫ابشر يا محمد‬


Artinya:
"Bergembiralah wahai Muhammad! Saya ini adalah malaikat Jibril dan engkau
adalah Rasulullah (utusan Allah) kepada umat ini".
Kemudian Jibril membentangkan selembar kain sutera bersulam tulisan, Jibril
menyuruh Muhammad untuk membaca tulisan tersebut. "Bacalah hai Muhammad",

Zaimudin 12
kata Jibril, sahut Muhammad, "Saya tidak pandai membaca". Lalu Jibril memegang
dan memeluk tubuh Nabi Muhammad kuat-kuat, kemudian dilepasnya lalu berkata
kedua kalinya, "Bacalah, wahai Muhammad", jawab Muhammad, "Saya tidak pandai
membaca". Jibril memeluk lagi tubuh Muhammad dengan kuat, lalu berkata ketiga
kalinya, "Bacalah, wahai Muhammad", sahut Muhammad, "Saya tidak pandai
membaca". Akhimya Jibril memeluk kembali tubuh Muhammad lebih kuat lagi, lalu
melepaskan pelukannya seraya membacakan wahyu:

.‫ اقرأ وربم األكرم‬.‫ خلق الإلنسان من علق‬.‫اقرأ بسم ربك الذى خلق‬
5 ‫ـ‬1 :‫ العلق‬.‫ علم الإلنسان مالم يعلم‬.‫الذى علم بالقلم‬

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan makhluk. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa-apa
yang tidak diketahuinya". (Surat Al-Alaq, 1 - 5).

Sesudah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad meninggalkan gua Hira,


pulang dengan perasaan takut, sekujur badannya menggigil demam. Setibanya di
rumah, beliau menceritakan peristiwa tersebut kepada Khadijah dengan penuh rasa
takut, katanya, "Selimuti saya, selimuti saya". Khadijah lalu menyelimuti Nabi
Muhammad, gemetar, nafas tersengal-sengal. Karena terlalu letih untuk beberapa
lama kemudian beliau tertidur.
Keesokan harinya Khadijah menanyakan kepada suaminya tentang yang telah
dialaminya. Nabi Muhammad menceritakan seluruh kejadian semalam. Lalu Khadijah
berusaha membesarkan hati Nabi Muhammad dan mengatakan, "Hal ini sungguh tidak
akan mencelakanmu. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinamu, sebab
engkau selalu memupuk silaturahmi, suka menolong orang yang kesusahan,
mencarikan pekerjaan untuk orang yang tidak bekerja, selalu menghormati tamu dan
senantiasa menolong orang yang menghadapi kesusahan pada jalan yang benar.

Zaimudin 13
Setelah itu Khadijah mengajak Nabi Muhammad menemui Waraqah bin Naufal,
yang memahami isi kitab Taurat dan Injil. Khadijah dan Nabi Muhammad
menceritakan kepadanya peristiwa yang terjadi atas diri Nabi Muhammad dan
meminta pandangan-pandangannya terhadap peristiwa itu. Waraqah bin Naufal
mendengar berita itu, dengan serta merta menjawab, "Maha suci! Maha suci! Hai anak
saudaraku. Ini adalah malaikat Jibril yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa AS.
Engkau adalah Nabi bagi umat dan alam ini. Sekiranya aku masih hidup, kelak
kaummu akan mengusirmu". Mendengar ucapan itu, Nabi Muhammad bertanya
kepadanya: "Apakah kaumku kelak akan mengusirku?" Jawabnya, "Ya! Semua Nabi
yang membawa tugas risalah sepertimu, pasti akan dimusuhi. Jikalau aku sempat
menemui hari pengusiran itu, maka aku akan menolongmu dengan sekuat-kuatnya".

B. Nabi Muhammad Berda'wah di Makkah


Sesudah malaikat Jibril datang menemui Nabi Muhammad yang pertama kali,
beberapa waktu lamanya tidak datang-datang lagi. Sementara itu, Nabi Muhammad
menanti-nantikan kedatangan malaikat Jibril lagi. Beliau selalu datang ke gua Hira,
namun malaikat Jibril tidak pula menemui beliau. Selang waktu lamanya Nabi
Muhammad menunggu kehadiran wahyu kembali ini disebut dengan Fatratul Wahyi
(masa berselangnya wahyu). Setelah itu datang wahyu kedua, di gua Hira, lewat
malaikat Jibril dalam surat al-Muddatsir ayat 1-17:

‫ وال‬.‫ والرجز فاھجر‬.‫ وثيابك فطھر‬.‫ وربك فكبر‬.‫ قم فانذر‬.‫يايھا المدثر‬


7-1 :‫ المدثر‬.‫ ولربك فاصبر‬.‫تمنن تستكثر‬
Artinya:

"Wahai orang yang berselimut! Bangunlah dan berikan peringatan. Hendaklah


engkau besarkan Tuhanmu. Dan bersihkan pakaianmu! Jauhilah perbuatan dosa!
Janganlah engkau memberi karena hendak mendapat balasan yang banyak.
Hendaklah engkau bersabar karena Tuhanmu" (Surat Al Muddatstsir 1 -7).

Zaimudin 14
Surat al-Muddatsir 1-7 ini memotivasi Nabi Muhammad SAW untuk mulai
berdakw'ah menyeru kaumnya mengikuti agama Islam. Masa-masa berdakwah
Rasulullah di Makkah ini dapat dibagi kepada tiga masa, yaitu:

1. Masa berdakwah secara personal.

Pada fase pertama ini Nabi Muhammad menyeru keluarga dan sahabat-sahabat
paling dekat.menyampaikan pokok-pokok ajaran Islam seperti percaya akan adanya
Tuhan dan Tidak memuja berhala. Dakwah pertama ini diikuti oleh istri beliau, Ali
bin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah (hamba sahaya beliau), dan Abu Bakar.
Berkat Abu Bakar masuk Islam, banyak orang yang masuk Islam, seperti: Usman
bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abu Waqash, Abdurahman bin 'Auf, Thalhah bin
Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam. Untuk selanjutnya,
rumah Al-Arqam bin Abil Argam dijadikan markas dakwah Islam pada waktu itu. Banyak
lagi nama-nama lain yang telah menyatakan diri memeluk agama Islam, termasuk
para hamba sahaya dan orang-orang miskin.

2. Masa Berdahvah kepada Bani Abdul Muthalib

Fase kedua adalah berdakwah kepada Bani Abdul Muthalib sesudah menerima wahyu:

214 :‫ الشعراء‬.‫وانذر عشيرتك االقربين‬


Artinya: "Berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu terdekat" (Surat Asy-Syu'ara, 214).

Pada fase ini, mulanya Nabi Muhammad mengundang seluruh keluarga Bani Abdul
Muthalib menyampaikan dakwah Islam, mengambil waktu selama 3 tahun. Sesudah
mereka hadir dan berkumpul di majlis Rasulullah ini, Nabi SAW menyampaikan
dakwahnya: "Sepengetahuanku, seorang pemuda belum pernah membawa untuk
kaumnya sesuatu yang lebih utama, yakni segala kebaikan dunia dan akhirat". Sebagian
Bani Abdul Muthalib menerima ajakan Nabi Muhammad itu, sebagian lain menolak

Zaimudin 15
dan mendustakannya. Abu Lahab dengan marahnya berkata, "Celaka benar engkau!
Untuk inikah engkau mengundang kami kemari?" Sikap Abu Lahab ini diabadikan Al-
Qur’an, dengan firman-Nya:

.‫ سيصلى نارا ذات لھب‬.‫ ما اغنى عنه ماله وما كسب‬.‫تبت يدا ابى لھب وتب‬
10 -1 :‫ المسد‬.‫ فى جيدھا حبل من مسد‬.‫وامرأتع حمالة الحطب‬
Artinya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan binasalah Abu Lahab itu. Hartanya
dan apa yang telah diusahakannya tidak akan berguna baginya. Dia akan memasuki
neraka yang bergejolak. Begitu juga istrinya pemikul kayu bakar itu. Pada lehernya
ada tali dari serat-serat". (Surat Al-Masad 1 - 5).

3. Masa berdakwah untuk umum

Masa dakwah untuk umum ini berarti dakwah secara terang-terangan setelah
Nabi Muhammad menerima wahyu:

94 :‫ الحجر‬.‫فاصدع بما تؤمر واعرض عن المشركين‬


Artinya: "Maka sampaikanlah dakwah secara terang-terangan semua yang di perintahkan
kepadamu. Dan berpalinglah dari orang-orang musyrik itu (Surat al-Hijr: 94).

Sesudah turun ayat ini, Rasulullah berdakwah kepada segenap masyarakat secara
terang-terangan kepada seluruh lapisan masyarakat dan semua golongan. Mulai dari
penduduk Makkah, melebar ke penduduk negeri-negeri lain, juga orang-orang dari
berbagai negeri yang datang ke Makkah untuk mengerjakan ibadah haji.

F. Tekanan dan Ancaman Kaum Quraisy

Setelah Rasulullah SAW melaksanakan dakwah terbuka dan terang-terangan,


baru mulailah kaum Quraisy membuat perhitungan, berusaha untuk menentang seruan
agama yang baru ini, bahkan akan menghancurkannya, karena didorong oleh:

Zaimudin 16
1. Persaingan kekuasaan. Kaum Quraisy menentang seruan Islam karena Muhammad
pembawa seruan itu dari Bani Abdul Muthalib bukan dari golongan mereka sendiri.
Kalau mereka memeluk agama Islam, berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul
Muthalib. Tentu hal ini tidak dikehendaki oleh kaum Quraisy, yang ingin masing-
masing keluarga berkuasa, tidak dapat membedakan antara kenabian dan kerajaan.
2. Persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Ajaran Islam tidak
membolehkan adanya perbedaan hak orang bangsawan dengan hamba sahaya.
Kemuliaan diukur dari tingkat takwanya kepada Allah, seperti firman Allah:

13 :‫ الحجرات‬.‫ان اكرمكم عند ﷲ اتقاكم‬


Kalangan bangsawan enggan menganut agama Islam karena akan runtuh tradisi-
tradisi mereka, mereka akan kehilangan hak-hak istimewa dalam masyarakat.
3. Takut akan Hari Kebangkitan. Ajaran kebangkitan setelah mati ini tidak diterima
orang-orang Quraisy lantaran mereka tidak mempercayai adanya kehidupan setelah
mati. Ajaran ini memberikan pendanda bahwa semua manusia akan dimintai
tanggungjawabnya atas segala perbuatan di dunia dengan pahala dan siksa.
4. Taklid kepada orang tua dan nenek moyang. Bangsa Arab sangat taklid (mengikuti
secara membabi buta) kepada adat-istiadat dan kebiasaan nenek moyang, dalam
keyakinan dan peribadatan. Mereka akan mendapat celaka kalau berani melanggar
ketentuan orang tua mereka, walaupun belum tentu benar. Kaum Quraisy pada
mulanya sulit untuk memeluk agama Islam, karena berarti meninggalkan agama
nenek moyang mereka itu. Kaum Quraisy terus meningkatkan perlawanan terhadap
agama Islam, semula mereka menghalangi hamba sahaya agar tidak masuk Islam,
yang sudah memeluk Islam, disiksanya, di antaranya Yasir, putranya Ammar serta
istrinya Sumayyah, juga Bilal, Habab bin al-Arts. Yasir menemui ajalnya disiksa,
istrinya Sumayyah ditikam oleh Abu Jahal dengan lembing sampai meninggal
dunia. Perlawanan kaum Quraisy tambah meningkat setelah Islam makin tersiar dan
beberapa orang bangsawan Quraisy memeluk agama Islam. Perlawanan itu lalu
diarahkan kepada seluruh penganut Islam, termasuk Nabi Muhammad Saw sendiri.

Zaimudin 17
Pada gilirannya mereka memboikot Bani Hasyim selama 3 tahun. Puncak
perlawanan mereka adalah hendak pembunuhan Nabi Muhammad Saw, ketika akan
berhijrah ke Madinah.

G. Hijrah ke Negeri Habsyi

Keadaan kaum muslimin di Makkah yang sering disiksa oleh kaum Quraisy telah
menimbulkan kesedihan yang amat mendalam pada diri Rasulullah, maka untuk
sementara waktu kaum muslimin di kirim ke negeri lain, agar terjauh dari ancaman orang-
orang Quraisy. Tahun kelima kenabian, Rasulullah menyuruh kaum muslimin hijrah ke
negeri Habsyah (Abessinia, Ethiopia), Afrika Timur. Berangkatlah diam-diam 12 orang
laki-laki dan 4 orang wanita: Usman bin Affan dan istrinya Rukayah, putri Nabi
Muhammad, Zubair bin Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ja'far bin Abu Thalib, dan lain-lain.
Mereka disambut baik Raja Najasyi (Negus) yang memerintah negeri itu. Ini adalah hijrah ke
Habsyah pertama kali. Tiga bulan di sana dan mendengar negeri Makkah aman, mereka pun
kembali ke Makkah. Sekembali mereka di Makkah ternyata yang terjadi sebaliknya, kaum
Quraisy mengganas dan sewenang-wenang terhadap kaum muslimin. Lalu mereka kembali
hijrah ke Habsyah kedua kalinya yang diikuti oleh 83 orang laki-laki dan 19 orang wanita
sampai menjelang Rasulullah Hijrah ke Madinah, sebagian sesudah Hijrah ke Madinah
kembali ke negeri asalnya sesudah stabil kaum muslimin di Madinah.

H. Isra’ dan Mi'raj

Isra' artinya perjalanan Nabi Muhammad Saw, pada malam hari dari Masjidil Haram
di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina (Surat Al-Isra', 1); Mi'raj ialah perjalanan beliau
dari Masjidil Aqsha di bumi naik menuju langit sampai di Sidratul Muntaha (An-Najm
ay at 1-18). Di sana beliau menerima wahyu dari Allah SWT berupa perintah shalat lima
waktu sehari semalam. Peristiwa Isra'-Miraj terjadi pada malam 27 Rajab 11 tahun
kenabian (621 M), setahun sebelum nabi Muhammad Saw. berhijrah ke Madinah.
Beliau berkendaraan khusus bernama Buraq, kecepatannya luar biasa bagaikan kilat.

Zaimudin 18
Selama perjalanan Isra', Rasulullah Saw. mengunjungi tiga tempat, yaitu,
pertama di Yastrib (Madinah) tempat Rasulullah berhijrah. Persinggahan kedua ialah di
Bukit Sinai tempat Nabi Musa As bermunajat kepada Allah SWT, dan persinggahan
ketiga ialah di Baitul Laham tempat Nabi Isa dilahirkan. Perjalanan lalu berlanjut ke
Masjidil Aqsha di Palestina.
Rasulullah kemudian Mi'raj dari Masjidil Aqsha di Palestina menuju ke langit,
dari langit pertama sampai dengan langit ketujuh. Dalam perjalanan Mi’raj ini, Nabi
Muhammad SAW diantar oleh malaikat Jibril. Setelah perjalanan Miraj sampai di
langit ketujuh, Malaikat Jibril mempersilakan kepada Nabi Muhammad Saw untuk
melanjutkan perjalanannya sendiri sampai ke Sidratul Muntaha. Sampai di Sidratui
Muntaha beliau menerima wahyu dari Allah SWT berupa perintah salat lima waktu
dalam sehari semalam. Atas dasar perintah shalat ini, maka salat merupakan ibadah
yang istimewa, begitu pentingnya maka perintah salat harus disampaikan Allah
langsung di Sidratui Muntaha.
Pagi hari setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu, datang Abu Jahal duduk bersama
Rasulullah sambil mempertanyakan hal baru yang diterima dari Allah. Rasulullah
menjawab, "Ya ada, tadi malam saya telah di Isra'-kan oleh Allah SWT." Abu Jahal
bertanya lagi, "Di mana ? Nabi menjawab, "Di Baitui Maqdis di Palestina. "Abu Jahal
berkata," Tadi malam kamu ke Baitui Maqdis dan pagi ini sekarang kamu sudah
berada di sini"? Ya! Jawab Rasulullah". Dengan adanya kejadian ini, lalu beberapa
orang yang sudah masuk Islam menjadi murtad, walaupun demikian, bagi orang yang
sudah teguh imannya tidak tergoyahkan. Bagi orang-orang kafir Quraisy yang tidak
percaya terhadap kejadian ini, mereka menguji Rasulullah tentang jumlah kafilah yang
sedang mengadakan perjalanan pada malam itu, jumlah pintu dan jendela Masjidil
Aqsha. Walaupun demikian, Rasulullah tetap mampu memberikan jawaban dengan
tepat. Sebaliknya, Abu Bakar menegaskan, "Kalau memang berita itu datangnya dari
Muhammad saya tetap yakin pasti benar. Rasulullah memberikan gelar kepada Abu
Bakar dengan Ash-Shiddiq= orang yang membenarkan.

Zaimudin 19
I. Tekanan Quraisy terhadap pengikut Nabi Muhammad

Hijrah kaum muslimin ke negeri Habsyi telah menggoncangkan kaum Quraisy.


Mereka khawatir dengan hijrahnya kaum muslimin, ajaran Islam akan lebih berkembang
lagi. Ini berarti kedudukan kaum Quraisy akan terjepit. Maka sekarang, kaum Quraisy
harus meningkatkan perlawanan mereka terhadap seluruh pengikut Muhammad dan
termasuk kepada Muhammad sendiri, selaku pembawa agama baru ini. Kaum Quraisy
berusaha membujuk Muhammad dengan janji akan memberi harta yang banyak, jika
Muhammad berhenti berdakwah. Kalau tidak cukup dengan harta, mereka bersedia
akan mengangkat Muhammad menjadi raja di negeri Arab disertai dengan sejumlah
wanita untuk dijadikan isteri. Terhadap segala macam tawaran itu, Muhammad
dengan tegas menolak, "Demi Allah andaikata mereka meletakkan matahari di tangan
kananku dan rembulan di tangan kiriku dengan maksud agar aku meninggalkan
tugasku ini, niscaya aku tidak akan meninggalkan tugasku hingga agama Islam ini
menang atau aku binasa karenanya.
Melihat daya upaya dan tipu muslihat orang-orang Quraisy itu gagal, kaum Quraisy
meningkatkan permusuhan terhadap pengikut Muhammad. Mereka mengalihkan
permusuhan kepada keluarga Muhammad, Bani Hasyim. Untuk maksud ini, kaum
Quraisy mengadakan suatu pertemuan dengan keputusan untuk memboikot
(mengembargo) Bani Hasyim. Lalu ditulis perjanjian, mereka tidak akan mengadakan
perkawinan dan tidak akan berjual beli dengan Bani Hasyim, tidak akan berbicara dan
mengunjungi orang sakit atau mengantarkan jenazah Bani Hasyim ke pemakamannya.
Pemboikotan terhadap Bani Hasyim adalah suatu embargo yang amat kejam.
Bani Hasyim menderita kesengsaraan, kelaparan dan kemiskinan, yang berlangsung
selama 3 (tiga) tahun). Selama masa pemboikotan itu banyakjuga di antara kaum
Quraisy yang merasa prihatin dan sedih dengan penderitaan dan kesengsaraan yang
diderita oleh Bani Hasyim. Akhimya kaum Quraisy merobek-merobek perjanjian itu.
Dengan ini barulah pemboikotan dihentikan dan hubungan antara kaum Quraisy
dengan Bani Hasyim pulih kembali.

Zaimudin 20
J. Hirah ke Madinah

Rasulullah merasa prihatin dengan penderitaan kaum muslimin. Lalu beliau


menyuruh para sahabat untuk hijrah ke Madinah karena orang-orang Madinah telah
menanti kedatangan mereka. Berangkatlah para sahabat hijrah ke Madinah diawali
oleh Abu Salamah dan istrinya lalu menyusul sahabat-sahabat yang lain. Mereka
hijrah dengan sembunyi-sembunyi. Berbeda dengan Umar bin Khattab, beliau hijrah
dengan terang-terangan, tetapi tak satu pun orang kafir Quraisy yang berani
menghalanginya. Abu Bakar memohon kepada Rasulullah agar beliau juga hijrah,
tetapi beliau menunggu wahyu hingga Allah memperkenankannya. Sebagian besar
para sahabat secara berangsur-angsur hijrah ke Madinah dan hanya beberapa sahabat
lagi yang tinggal di Makkah seperti Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Haritsah, dan
beberapa sahabat yang lain.
Kedatangan kaum muslimin dari Makkah disambut oleh penduduk Madinah dengan
tangan terbuka. Sambutan hangat ini bukan hanya diberikan oleh kaum muslimin, juga
penduduk Madinah yang belum masuk Islam pun ikut menyambutnya dengan
gembira, menunjukkan rasa persaudaraan dan kesetiakawanan yang mendalam.
Sahabat-sahabat yang pindah dari Makkah ke Madinah disebut Muhajirin, artinya
orang-orang yang berhijrah atau berpindah. Sedangkan kaum muslimin Madinah
disebut dengan Anshar artinya orang-orang yang menolong.
Sebelum Rasulullah berangkat ke Madinah, beliau menyuruh Ali bin Abu Thalib
tidur di tempat tidur beliau, memakai selimut beliau, merahasiakan kepergian beliau.
Beliau juga berpesan kepada Ali bin Abu Thalib agar mengembalikan barang titipan
penduduk Makkah kepada pemiliknya. Pada waktu Rasulullah mau ke luar rumah,
beliau berdoa terlebih dahulu, dan ketika beliau membuka pintu tampak para pemuda
dengan pedang terhunus tidur terlelap. Rasulullah terus berangkat melewati para
pemuda yang tengah tidur terlelap itu menuju ke rumah Abu Bakar yang telah
menunggunya dan segera menuju ke Gua Tsur.
Pada pagi harinya, dua belas orang pemuda tadi terbangun dan mereka langsung

Zaimudin 21
masuk ke rumah Rasulullah. Mereka memasuki kamar Rasulullah dan di dalamnya ada
orang yang masih terbaring di tempat tidur. Mereka mendobrak pintu kamar, ternyata
yang berbaring tidur itu adalah Ali bin Abu Thalib. Mereka marah dan menanyakan di
mana Muhammad. Ali menjawab tidak tahu dan mereka memaksa kepadanya untuk
menjelaskan di mana Rasulullah berada dengan ancaman siksa, tetapi Ali tetap tidak
menjelaskannya. Setelah mereka tidak mendapatkan jawaban dari Ali bin Abu Thalib
mereka langsung ke luar rumah dan mencari jejak Rasulullah yang akhimya sampai di
mulut gua Tsur. Rombongan pemuda Quraisy itu melihat sepasang burung merpati
yang sedang bertelor dan sarang laba-laba yang telah menutupi mulut gua, menandai
tak satu pun orang di sana. Mereka segera meninggalkan gua itu dan terus pulang ke
Makkah dengan tangan hampa tanpa hasil apapun. Ketika Abu Bakar mendengar suara
pemuda-pemuda Quraisy sedang berada di mulut gua, beliau menangis mengkhawatirkan
keselamatan beliau, Rasulullah berusaha menabahkan hati Abu Bakar seraya berkata:

‫ال تخزن ان ﷲ معنا‬


Artinya: "Jangan takut dan bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita"

Rasulullah bersama Abu Bakar berada di gua Tsur selama tiga malam. Selama
itu Abu Bakar menyuruh anaknya Abdullah untuk menggembala kambingnya di dekat
gua supaya Rasulullah beserta Abu Bakar dapat minum susunya dan dapat
mendengarkan keadaan orang-orang kafir Quraisy, sementara itu Asma binti Abu
Bakar ditugasi untuk mengantarkan makan dan keperluan lain.
Setelah tiga hari Rasulullah bersembunyi di gua Hira itu dan orang orang kafir
Quraisy kelihatan sudah putus asa mencarinya, lalu beliau beserta Abu Bakar pergi ke
luar dari gua dan melanjutkan perjalanannya ke Madinah ditemani oleh Abdullah bin
Uraiqit sebagai penunjuk jalan. Jejak perjalanan Rasulullah diketahui oleh Suraqah bin
Malik dan ia segera mengejar dan berusaha untuk membunuh Rasulullah supaya
mendapat hadiah 100 unta dari orang-orang kafir Quraisy. Setelah kuda Suraqah
mendekati unta Rasulullah, kuda tersebut tergelincir, Suraqah terpelanting tidak
sampai menyentuh Rasulullah. Suraqah bangkit lagi dan mengejar unta Rasulullah

Zaimudin 22
tetapi kuda Suraqah jatuh lagi, Suraqah terpelanting, tidak kuat untuk bangun. Maka ia
minta bantuan kepada Rasulullah dan mohon maaf atas kesalahannya, kemudian ia
kembali ke Makkah dengan perasaan takut dan kecewa.
Untuk lebih memantapkan pengertian saudara mengenai perjuangan Nabi
Muhammad di Makkah, cobalah kerjakan latihan-latihan di bawah ini!.
4. Kapan Nabi Muhammad menjadi Rasul? Di manakah menerima wahyu pertama?
5. Sebutkan fase-fase dakwah yang dilaksanakan oleh Rasulullah! Fase manakah yang terberat
yang beliau alami?
6. Sebutkan bentuk-bentuk tantangan dan perlawanan kaum Quraisy terhadap dakwah Islam!
7. Apakah sebabnya Rasulullah menyuruh kaum muslimin untuk berhij rah ke negeri
Habsyah atau Habsyi atau Ethiopia?
8. Bagaimana sikap Abu Bakar terhadap peristiwa Isra'-Mi'raj?
9. Ceritakan bagaimana bentuk pemboikotan kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim!
10. Jelaskan kesetiaan Abu Bakar kepada Rsulullah ketika beliau berhijrah ke Madinah!

Kunci Jawaban Latihan


1. Nabi Muhammad diangkat oleh Allah menjadi Rasul ketika beliau telah berusia 40
tahun dan memasuki tahun ke 41. Beliau menerima wahyu yang pertama di Gua
Hira', ketika beliau sedang berklhawat di sana.
2. Fase-fase dakwah yang dijalankan oleh Rasulullah ialah ...
a. fase dakwah seorang-seorang
b. fase dakwah kepada Bani Abdul Muthalib
c. fase dakwah untuk umum sekaligus fase terberat dakwah Rasulullah SAW.
3. Bentuk-bentuk tantangan dan perlawanan kaum Quraisy terhadap dakwah Islam ialah:
a. mencegah hamba sahaya untuk masuk Islam
b. menghukum para hamba sahaya yang sudah jelas memeluk agama Islam
c. memusuhi seluruh pengikut Nabi Muhammad
d. memboikot keluarga Nabi yaitu Bani Hasyim
e. memusuhi Nabi Muhammad dan merencanakan untuk membunuhnya.

Zaimudin 23
4. Rasulullah menyuruh kaum muslimin untuk berhijrah ke negeri Habsyah karena
beliau merasa prihatin terhadap nasib mereka yang selalu mendapat siksaan dari
orang-orang Quraisy. Mengenai pilihan negeri Habsyah karena beliau mengetahui
bahwa raja negeri itu akan dapat menerima kaum muslimin dengan baik.
5. Terhadap peristiwa Isra' dan Mi'raj yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad,
Abu Bakar dapat meyakininya bahwa hal itu benar. Malahan lebih dari itu, Abu
Bakar percaya asal saja berita itu ke luar dari mulut Nabi Muhammad sendiri.
6. Bentuk pemboikotan kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim ialah:
a. orang-orang Quraisy memutuskan segala hubungan dengan Bani Hasyim dalam
berjual beli dan sebagainya.
b. orang-orang Quraisy tidak mau mengawini anak-anak gadis Bani Hasyim, juga
tidak menerima pemuda Bani Hasyim untuk kawin dengan gadis-gadis orang Quraisy.
c. Orang-orang Quraisy tidak akan mengunjungi drang-orang Bani Hasyim yang sakit
dan tidak pula akan mengantarkanjenazah mereka bila meninggal dunia ke pemakamannya.
7. Abu bakar sangat setia kepada Rasulullah pada waktu beliau berhijrah ke Madinah,
tampak dari kesediaan Abu Bakar menemani beliau dalam perjalanan hijarah itu.
Abu Bakar menyiapkan segala keperluan perjalanan dari Makkah ke Madinah, Abu
Bakar mengatur siasat, agar perjalanan hijrah itu aman, terhindar dari ancaman musuh.

Rangkuman
Pada usia 40 ketika Muhammad berkhalwat di gua Hira', menerima wahyu
pertama, surat Al-Alaq ay at 1-5 melalui malaikat Jibril sebagai pengangkatan Nabi
dan Rasul Allah. Selanjutnya beliau menerima wahyu surat al-Muddatsir ayat 1-7,
yang menegaskan untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia.
Selama 3 tahun beliau terus berdakwah secara sembunyi-sembunyi, lalu beliau
berdakwah secara terang-terangan kepada seluruh golongan bangsa Arab. Dakwah
terang-terangan ini menimbulkan kemarahan kaum Quraisy karena mereka khawatir
kehilangan penganut. Kaum Quraisy menyusun segala upaya untuk melawan dakwah
Islam yang dilaksanakan oleh Nabi Muammad dan para sahabat beliau. Kaum Quraisy

Zaimudin 24
mulai melarang para hamba sahayanya agar tidak menganut ajaran Islam, lalu mereka
tidak segan-segan untuk menyiksa agar mereka keluar dari Islam, hingga beberapa
orang menemyui ajalnya demi membela Islam di dalam diri mereka.
Karena penderitaan kaum muslimin ini, beliau menyuruh pengikutnya untuk
hijrah ke Habsyi (sekarang Ethiopia). Raja negeri ini menyambut baik dan
memberikan bantuan kepada kaum muslimin.
Selanjutnya, orang Quraisy membujuk Nabi Muhammad SAW agar
menghentikan gerakan dakwahnya dengan imbalan beliau menjadi raja, tapi ditolak.
Pada gilirannya, kaum Quraisy melakukan embargo (boikot) ekonomi dan
mengasingkan Bani Hasyim, selama 3 tahun dari pergaulan. Akibatnya, Bani Hasyim
sangat menderita secara ekonomi dan pergaulan.
Oleh karena itu, kaum Quraisy bertekat bulat untuk memusuhi langsung pribadi
Nabi SAW dan berencana untuk membunuhnya. Sikap permusuhan ini kian nyata
sepeninggal isteri beliau, Khadijah, dan paman beliau, Abu Thalib.
Pada malam hari tanggal 27 Rajab 11 H, Nabi Muhamamd SAW melaksanakan
Isra’ dan Mi’raj. Isra’ adalah perjalanan malam hari dari Masjidil Haram Makkah ke
Masjidil Aqsha Palestina. Mi’raj adalah perjalanan malam dari Masjidil Aqsha di
Palestina ke langit ke tujuh dan terus ke Sidratul Muntaha. Dalam peristiwa Mi’raj
inilah Nabi SAW menerima perintah shalat 5 kali sehari semalam.
Permusuhan dan ancaman kaum Quraisy terhadap kaum muslimin semakin
meningkat, maka Nabi Muhammad SAW menyuruh para sahabat dan keluarga mereka
untuk berhijrah ke Madinah. Berangsur-angsur kaum muslimin meninggalkan Makkah
secara sembunyi-sembunyi ke Madinah agar tidak memperoleh rintangan yang berarti
dari kaum Quraisy. Kaum muslimin yang hijrah ke Madinah (kaum Muhajirin) ini sampai
di Madinah dengan selamat dan memperoleh sambutan baik dari penduduk Madinah
(kaum Anshar). Nabi Muhammad SAW sendiri berhasil selamat meninggalkan
Makkah ke Madinah ditemani oleh Abu Bakar di malam yang amat gawat, ketika para
pemuda Quraisy mengepung rumah beliau untuk menangkap dan membunuhnya.

Zaimudin 25
Tes Formatif 2
1. Wahyu pertama yang turun sebagai pengangkatan kenabian Muhammad adalah …
A. Surat al-Ikhlas
B. Surat al-Fil ayat 1-5
C. Surat al-Alaq ayat 1-5
D. Surat al-Muddatsir ayat 1-7
2. Waraqah bin Naufal ketika ditanya oleh Khadijah tentang hal yang dialami oleh
Nabi Muhammad di Gua Hira’, jawabnya:
A. Itu adalah suatu penyakit yang mengganggumu
B. Itu hanyalah mimpi belaka
C. Itu adalah jin yang menggodamu
D. Itu adalah malaikat Jibril yang pernah diutus kepada Nabi Musa
3. Dakwah Nabi Muhammad dilaksanakan secara bertahap, yakni …..
A. Pertama orang-perorang, kedua keluarga terdekat, ketiga dakwah untuk umum
B. Pertama dakwah untuk umum, kedua orang-perorang, ketiga keluarga dekat
C. Pertama secara lisan, kedua dengan perbuatan
D. Pertama untuk orang kaya, kedua untuk fakir miskin
4. Salah satu tantangan perlawanan orang Quraisy terhadap dakwah Islam ialah ….
A. Menghiasi Masjid al-Haram di Mekah dengan patung-patung
B. Menjadikan hamba sahaya sebagai hak milik seperti harta benda
C. Kekejaman dan kedengkian terhadap suku-suku lain di luar sukunya
D. Memusuhi seluruh pengikut Nabi Muhammad
5. Nabi Muhammad memerintahkan kaum muslimin agar berhijrah ke negeri Habsyah
dengan tujuan ….
A. Memenuhi undangan Raja Habsyah
B. Agar kaum muslimin memperoleh lapangan kerja di negeri lain
C. Supaya kaum muslimin mengetahui keadaan negeri lain
D. Untuk menghindarkan diri dari ancaman kekejaman orang-orang Quraisy
6. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada ….

Zaimudin 26
A. 17 Ramadhan tahun ke 11 kelahiran Nabi SAW
B. 27 Rajab tahun ke 41 kelahiran Nabi SAW
C. 27 Rajab tahun ke 11 dari kenabian
D. 27 Ramadhan tahun ke 51 dari kenabian
7. Perintah terpenting dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini adalah ….
A. Puasa dan Haji C. Nikah dan Waris
B. Shalat dan beramal shalih D. Zakat fitrah dan zakat mal
8. Pemboikotan orang-orang Quraisy terhadap Bani Hasyim agar Nabi Muhammad …
A. Berhenti berdakwah C. Disiksa oleh Bani Hasyim
B. Bertambah semangat berdakwah D. Bani Hasyim keluar dari Islam
9. Perjalanan Nabi Muhammad dan Abu Bakar ke Madinah bersembunyi di Gua Hira’
dengan maksud agar …
A. Nabi SAW belum bulat tekadnya C. Orang Quraisy mudah mencari
B. Beristirahat di Gua Tsur D. Terhindar dari kejaran orang Quraisy
10. Orang yang mengejar dan hampir membunuh Nabi Muhammad dalam
perjalanan Hijrah ke Madinah adalah ….
A. Abdullah bin Uraiqit C. Abdullah bin Abbas
B. Waraqah bin Nawfal D. Suraqah bin Malik

Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
kegiatan belajar 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan: ___________________________ x 100%
10

Zaimudin 27
Kunci Jawaban

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1. A 1. C
2. B 2. D
3. A 3. A
4. A 4. D
5. D 5. D
6. D 6. C
7. A 7. B
8. C 8. A
9. A 9. D
10. A 10. D

Zaimudin 28
DAFTAR PUSTAKA

Abu al-Makarim, Zaidan, Binâ’ al-Iqtishad fî al-Islâm, Maktabah Dâr al-Turats,


Kairo, 1992
Ahmad, al-Syami Shalih, al-Sirah al-Nabawiyah wa al-Tarbiyah al-Ummah wa Binâ’
al-Dawlah, Dâr al-Da’wah, Kairo, 1994
Ahmad, Mahdi Rizqullah, al-Sirah al-Nabawiyah fî Dhaw’î al-Mashâdir al-Ashliyyah,
Dirasah Tablighiyah, Kairo, tanpa tahun
Amin, Ahmad, Fajr al-Islâm, Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, Kairo, 1975
Arjun al-Shadiq, Muhammad, Muhammad Rasûlullah, Dâr al-Kutub, Kairo, 1985
Brockelman, Carl, History of Islamic People. Routledge & Kegan Paul Ltd., London,
1949
Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il, al-Târîkh al-Kabîr, Jam’iyyah
Dâirat al-Ma’arif al-Utsmaniyyah, Hiderabad, 1960
Goldschmidt, Arthur, Jr., A Concis History of the Middle East, Edition II, The
American University in Cairo Press, Egypt, 1983.
Grunebaum, von. G.E., Classical Islam A History 600 A.D.-1258 AD. Aldine
Publishing Company, Chicago, 1970.
Haekal, Muhammad Husen, Sejarah Hidup Muhammad, terjemahan Ali Audah,
Tintamas, Jakarta, 1982
Hasan Fahmi, Asma., Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, bulan, Bintang, Jakarta,
cet. 1, 1979.
Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kbta Kembang, Yogyakarta,
cet. 1,1989.
Hasan Siddiqi, Amir., Studies in Islamic History, (terjemahan) H.M.J. Irawan, Al-
Ma'arif, Bandung, cet. 10,1985.
Hasymy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, cet. pertama, 1975.
Ibhn Hajar, Ahmad bin Ali bin Muhammad al-Kanani, al-Ishâbah fî Tamyiz al-
Shahabah, Matma’ah al-Sa’adah, Kairo, 1910
Ibn Hisyam, Abu Muhammad Abd al-Malik Ibn Hisyam ibn Ayyub al-Himyari, al-
Sirah al-Nabawiyah, Maktabah al-Manar, Yordania, 1988
Al-Qathani, Hasan Ibn Falah, al-Thâriq ilâ al-Nahdhah al-Islâmiyyah, Dâr al-Hamidi,
Riyadh, 1993
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1,2, 3, Pustaka Al Husna, Jakarta,
cet. 1,1983.

Zaimudin 29

Anda mungkin juga menyukai