Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH Pendidikan Agama

”Istri Shalihah Mutiah,Khodijah,Fatimah, dan Maryam.’’

Disusun oleh :

NAMA : ILHAM JATNIKA KADARSAH

NIM : ( 6520121082 )

ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Istri Shalihah Mutiah,Khadijah,Fatimah
dan Maryam”salah satu syarat untuk memenuhi tugasPendidikan Agama.

Selain itu tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Anwar Musadad,
S,Ag., M.Mpd.yang telah membimbing penulis, serta pihak pihak yang telah mendukung
penulisan makalah ini.

Dengan sadar penulis juga memohon maaf apabila didalam makalah ini memiliki banyak
kekurangan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan dari penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun sehingga bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

Banjar, Desember2021

Penulis
PEDAHULUAN

Wanita adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia.
Karakteristik wanita berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita
berbeda dari aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam.
Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam
adalah wanita muslimah yang sholihah.
Secara umum, wanita shalihah adalah wanita yang  selalu menunaikan perintah-
perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena dengan taat kepada Allah,
dengan sendirinya ia akan taat kepada Rasul-Nya. Sehingga ia akan mempunyai tanggung
jawab moral dan peran yang besar terhadap kehidupan bermasyarakat, ia mengetahui
tanggung jawab hari ini dan hari sesudah kematian, sehingga ia menyempatkan diri untuk
melengkapi dirinya dengan iman dan ilmu.
Wanita shalihah faham, bahwa dengan bekal iman dan ilmu akan menjadikan manusia
yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat dan akan diangkat derajatnya oleh Allah
Ta’ala. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 yang
artinya :
 Artinya :“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”.
Berikut merupakan kisah istri istri sholehah.

A. UMMU MUTIAH

UMMU Mutiah adalah wanita yang akan menjadi penghuni surga pertama kalinya. Hal ini
dikatakan Rasulullah SAW ketika putrinya Fatimah Az Zahra bertanya siapakah wanita
pertama yang masuk surga.

Siapakah Ummu Mutiah itu? Disebutkan Mutiah adalah seseorang wanita juga seorang istri
yang begitu baik, patuh, taat dan menyenangkan pada suaminya.

Memang, tidak banyak dalil yang menjelaskan tentang Mutiah ini. Meski begitu, kita perlu
mengambil hikmah dari kisah wanita ini dan bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah
ini. Dikutip dari laman islam-n-muslim.blogspot.co.id, berikut kisahnya.

“Ya, Rasulullah, beritahu padaku siapa wanita yang beruntung masuk surga untuk pertama
kali selain Ummul Mukminin?" Fatimah bertanya kepada ayahnya, Rasulullah SAW.

Ummul Mukminin sendiri merupakan wanita-wanita yang telah dijamin masuk surga. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah, “Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam
binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah.” (HR. Hakim
dan Muslim).

Mendengar pertanyaan putrinya ini, Rasul pun menjawab bahwa wanita pertama yang
masuk surga adalah seorang wanita mulia yang tinggal di pinggiran kota Madinah pada
masanya. Wanita tersebut bernama Mutiah. Kepada Fatimah Rasulullah mengatakan,
“Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui wanita pertama yang masuk surga selain
Ummul Mukminin, ia adalah Ummu Mutiah.”

Fatimah penasaran karena ia tak mengenal sosok Mutiah. Rasa penasaran ini juga muncul
karena ia menyadari bahwa ternyata bukan dirinya yang masuk surga untuk pertama kali.
Padahal, selama ini ia telah menjalankan ibadahnya dengan baik, patuh pada suaminya, Ali
bin Abi Thalib dan ia juga merupakan putri dari Rasulullah Muhammad SAW.

Fatimah kemudian berkunjung ke rumah Mutiah. Diketuklah pintu rumah itu sembari
mengucap salam. Dari dalam rumah terdengar suara, “Siapakah yang ada di luar tersebut?”
Fatimah menjawab, “Aku Fatimah, putri Rasulullah.”
Mendengar jawaban Fatimah, Mutiah tidak lantas membuka pintu. Selanjutnya ia bertanya,
“Ada keperluan apa”. Fatimah kembali menjawab, “Hendak bersilaturakhim saja.”

Dari dalam rumah Mutiah kembali bertanya, “Kamu datang seorang diri atau bersama
dengan orang lain?”. “Aku bersama putraku Hasan,” jawab Fatimah.
Mengetahui Fatimah bersama Hasan, Mutiah lantas mengatakan, “Maaf, aku tidak bisa
membukakan pintu untukmu. Aku belum minta izin pada suamiku akan kedatangan tamu
laki-laki di rumahku. Sebaiknya kamu pulang dan kembali esok hari. Aku akan meminta izin
kau bersama Hasan saat datang kemari.”

Mendengar pernyataan Mutiah, Fatimah pun berkata dengan sabar, “Tapi Hasan adalah
anakku. Ia juga masih kecil.”

“Walau anak-anak, Hasan tetaplah lelaki. Kembalilah esok hari saat aku sudah meminta izin
dari suamiku untuknya,” ungkap Mutiah.

Masih penasaran dengan sosok Mutiah dan amalan yang dilakukannya, keesokkan hari
Fatimah kembali berkunjung ke rumah Mutiah. Pintu rumah wanita tersebut kembali diketuk
disusul dengan salam. Sayang, hari itu Fatimah kembali ditolak bertamu oleh Mutiah.
Penolakan ini tentu bukan tanpa alasan. Fatimah hari itu datang bersama kedua anaknya,
Hasan dan Husein.

Mendengar Fatimah bersama satu orang laki-laki lain yang belum dimintakan izin kepada
suami, Mutiah lantas menolak kedatangan Fatimah dan menyuruhnya datang kembali hari
esoknya.

Di hari ketiga, Fatimah berkunjung ke rumah Mutiah saat sore hari. Akhirnya, ia pun bisa
diterima dengan baik dan diizinkan masuk oleh Mutiah. Alangkah terkejutnya Fatimah
melihat sopan santun dan kepatuhan Mutiah pada sang suami.
Saat itu, Mutiah juga sedang mengenakan pakaian terbaiknya dengan aroma tubuh yang
wangi. Wanita tersebut mengatakan ia akan menyambut kedatangan suami yang sebentar
lagi akan pulang dari kerja. Rumahnya yang sederhana juga terlihat sangat bersih dan
nyaman.

Kekaguman Fatimah tidak berakhir sampai di situ saja, putri Rasulullah ini juga terkagum di
hari keempat saat ia kembali berkunjung ke rumah Mutiah saat suaminya sudah pulang dari
kerja. Mutiah begitu peduli pada suaminya. Ia telah menyiapkan air mandi untuk sang suami,
pakaian ganti dan makanan yang ia masak sendiri di meja makan. Saat sang suami telah
sampai rumah, Mutiah menemaninya pergi ke kamar mandi dan membantu sang suami
membersihkan tubuhnya.

B. SITI KHODIJAH

 
Khadijah binti Khuwailid bin Asad adalah istri pertama Muhammad bin Abdullah. Ia
menikah ketika Nabi belum mendapat wahyu menjadi utusan Allah. Kala itu, Nabi
Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berumur 40 tahun.

Namun beberapa sumber menyebut, Khadijah berusia sedikit lebih tua sekitar 28 tahun
saat menikah dengan Nabi SAW.

Merujuk jurnal berjudul 'The Position and Participation of Khadijah in Developing Da'wah


in Islam at the First Period', Khadijah merupakan wanita pilihan yang dikenal atas sifat
luhurnya, berasal dari keturunan yang baik, dan cantik.

Ia juga dikenal sebagai wanita cerdas dan berpikiran terbuka. Oleh karena itulah, orang-
orang di sekitarnya menjulukinya Ath Thahirah yang berarti suci dan mulia.

Mulanya, perkenalan Muhammad SAW dengan Khadijah melalui dunia perniagaan.


Khadijah memang dikenal sebagai saudagar yang sukses dan kaya raya. Ia biasa
membiayai suatu kafilah dagang dari Makkah ke Syam (Suriah) dan membagi hasil atau
keuntungan dengan mitranya.

Suatu ketika, Muhammad SAW menjalin kerja sama dalam usaha dagang Khadijah.
Sosok berjulukan Al Amin (yang dapat dipercaya) itu membawa dagangan Khadijah ke
Jursyi, suatu daerah dekat Khamisy Masyit. Begitu pula dengan wilayah-wilayah lain di
luar Mekah.

Dalam menjalankan bisnis, Muhammad SAW ditemani oleh Maisarah, seorang budak
milik Khadijah. Maisarah selalu takjub. Sebab, perniagaan yang dijalankan Muhammad
SAW selalu mendapatkan untung.

Setelah kembali dari perjalanan dagang tersebut, Maisarah pun menuturkan


kesaksiannya mengenai Muhammad SAW kepada majikannya itu.

Khadijah sangat terkesan. Ia merasa, semua perilaku akhlak Muhammad SAW tidak
hanya hebat sebagai seorang mitra dagang, tetapi bahkan sebagai pribadi manusia.
Alhasil, Khadijah kian merasa tertarik kepada beliau.

Setelah tiba saatnya, Khadijah pun melamar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dalam hal ini, perempuan itu mengutus seorang sahabatnya, Nafisah binti Ummayyah,
yang juga masih berkerabat dengan Muhammad SAW.

Muhammad SAW pun menerima tawaran Nafisah untuk menikahi Khadijah. Rencana
pernikahan pun dimatangkan.
Muhammad SAW kemudian menyampaikan kabar gembira ini kepada paman-
pamannya. Salah seorang paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthalib lantas mendatangi
rumah Khuwailid bin Asad bersama Muhammad SAW untuk melamar Khadijah.

Saat malaikat turun membawa wahyu kepada Muhammad, Khadijah-lah yang pertama
kali mengakui kenabian suaminya. Ia juga menjadi golongan sekaligus wanita pertama
yang memeluk Islam atau yang disebut Assabiqul Awwalun.

Sebagai orang pertama yang beriman, ia pertama kali mengucapkan dua syahadat.
Peran Khadijah yang setia mendampingi dan menemani sang suami dalam suka dan
duka membuatnya dianggap sebagai tulang punggung dakwah Rasulullah.

C. SITI FATIMAH

Dari pernikahannya bersama Siti Khadijah, Rasulullah SAW memiliki seorang putri bungsu
yang bernama Fatimah Az Zahra. Mendapatkan didikan penuh dari ayahnya yang seorang
nabi, Fatimah tumbuh menjadi perempuan cantik, cerdas, sederhana dan penuh kasih
sayang.

Fatimah lahir di Mekkah pada Jumat, 20 Jumadil Akhir atau lima tahun sebelum Nabi
Muhammad diangkat sebagai Rasul. Semasa hidupnya Fatimah merupakan anak yang paling
dekat dengan Rasul, sebab ia adalah satu-satunya anak yang tinggal bersama beliau setelah
Siti Khadijah wafat.

Dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwa Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan
Rasulullah SAW. Salash satunya dari Aisyah RA yang mengatakan bahwa tidak ada yang mirip
Rasulullah SAW dalam cara berjalan dan bertutur kata kecuali Fatimah.

Fatimah mendapatkan julukan Az Zahra yang berarti bercahaya dan berkilau. Meskipun
merupakan anak dari pemimpin tertinggi Islam, namun kepribadiannya begitu sederhana.
Bahkan, Rasulullah SAW pernah berkata bahwa Fatimah merupakan bidadari yang
menyerupai manusia.

Pada suatu hari, Fatimah dihampiri oleh Abdurrahman bin Auf yang memberi tahu bahwa
Rasulullah SAW sedang menangis  setelah menerima wahyu dari Jibril. Abdurrahman datang
ke sana karena mengetahui bahwa satu hal yang bisa membuat beliau bahagia adalah
dengan melihat putrinya itu.

Diceritakan dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah melalui riwayat Umar bin Khattab, setelah
mendengar kabar itu, Fatimah Az Zahra berkata: “Baik. Tolong menyingkirlah sejenak hingga
aku selesai ganti pakaian.”

Keduanya lalu berangkat ke tempat Rasulullah. Pada saat itu, ia menyelimuti tubuhnya
hanya dengan pakaian yang usang, ada 12 jahitan di dalam lembar kain tersebut. Juga
serpihan dedaunan kurma yang tampak menempel di sela-selanya.

Umar bin Khattab menepuk kepala ketika melihat penampilan Fatimah sambil
berkata: “Betapa nelangsa putri Muhammad SAW. Para putri kaisar dan raja mengenakan
sutra-sutra halus sementara Fathimah anak perempuan utusan Allah puas dengan selimut
bulu dengan 12 jahitan dan dedaunan kurma.”

Kemudian Fatimah berkata: “Ya Rasulullah, tahukah bahwa Umar terheran-heran dengan


pakaianku? Demi Dzat yang mengutusmu dengan kemuliaan, aku dan Ali (Ali bin Abi Thalib,
suaminya) selama lima tahun tak pernah menggunakan kasur kecuali kulit kambing.”

Keluarganya juga menggunakan kulit kambing tersebut hanya di waktu malam hari.
Sementara pada siang hari, kulit tersebut berubah fungsinya menjadi tempat makan unta.
Bantal mereka juga hanya terbuat dari kulit yang berisi serpihan dedaunan kurma.

Setelah mendengarkan ucapan dari Fatimah Az Zahra, Rasulullah SAW kemudian berkata
kepada Umar: “Wahai Umar, tinggalkan putriku. Mungkin Fathimah sedang menjadi kuda
pacu yang unggul (al-khailus sabiq),” katanya kepada sahabatnya.

Maksud dari kata kuda pacu tersebut sebenarnya merujuk pada pengertian mengenai
keutamaan sikap Fatimah yang mengungguli seluruh putri-putri raja  lainnya. “Tebusanmu
(wahai Ayah) adalah diriku,” sahut Fatimah.

Sebenarnya, dengan kedudukan dan kharisama luar biasa dari ayahnya, Fatimah bisa
memperoleh apa saja yang dia inginkan. Akan tetapi, ia telah mewarisi kepribadian
Rasulullah SAW yang bersahaja. Rasulullah SAW bersabda: “Pemuka perempuan ahli surga
ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khuwailid,
dan Asiyah." (HR Muslim).

Kisah Fatimah Az Zahra yang menerima kebenaran wahyu Allah SWT pada usia lima tahun,
sudah seharusnya menjadi inspirasi. Keunggulan sifat dan karakter tersebut seolah
melengkapi kecantikan Fatimah yang bersinar. Wajanya kerap digambarkan berkulit putih
dengan pipi kemerahan.

D. SITI MARYAM

 Siti Maryam adalah perempuan yang patut menjadi suri teladan bagi kita kaum Muslimah.
Maryam adalah perempuan terbaik sepanjang masa. Wanita terbaik dalam kurun sejarah
perempuan dari Hawa hingga perempuan terakhir nanti. Allah berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah
memilih kamu, mensucikan kamu dan melenihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang
sesama dengan kamu).” (QS. Ali Imram: 42)

Ya, Siti Maryam adalah pembuka kaum perempuan di surga. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
bahwa Rasulullah bersabda.

“Pembuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah,
Khadijah binti Khuwailid dan Aisyah.” (HR. Hakim 4853).

Maryam memiliki seorang ayah bernama Imran, ia adalah laki-laki shaleh dari Bani Israil.
Sedangkan Ibunya bernama Hannah binti Faqudz. Setelah bertahun-tahun hidup bersama
dengan Imran, Hannah binti Faqudz tidak kunjung diberikan momongan. Dan ketika ia
bernazar (berjanji) kepada Allah, apabila ia memiliki seorng anak, maka ia akan
menyerahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pengabdi dan menjaga Rumah Suci
(Bait Allah).

Masa kecil Maryam

Imran, ayah dari Maryam wafat ketika Maryam masih berada di kandungan ibunya. Hannah
binti Faqudz tak lain adalah ibunda Maryam berdoa agar anak yang dikandungnya tidak
diganggu oleh setan. Dan Nabi bersabda.

“Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia lahir, sehingga dia menangis karena
sentuhan setan. Kecuali Maryam dan putranya.” (HR. Bukhari 4548 dan Muslim 2366).
Maryam lahir dalam keadaan yatim. Namun, banyak ahli ibadah di Baitul Maqdis yang
hendak mengasuhnya. Pada akhirnya Maryam diasuh oleh Rasulullah Zakariya yang masih
memiliki hubungan keluarga.

KESIMPULAN

Wanita shalihah faham, bahwa dengan bekal iman dan ilmu akan menjadikan manusia
yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat dan akan diangkat derajatnya oleh Allah
Ta’ala. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 yang
artinya :
 Artinya :“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”.
Berikut merupakan kisah istri istri sholehah.
DAFTAR PUSAKA

https://www.fimela.com/lifestyle/read/4237203/kisah-siti-maryam-ibunda-nabi-isa-as-sebagai-
teladan-bagi-muslimah

https://www.orami.co.id/magazine/kisah-fatimah-az-zahra/

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210401135820-284-624914/kisah-khadijah-istri-
rasulullah-orang-pertama-masuk-islam

Anda mungkin juga menyukai