Anda di halaman 1dari 10

Wanita Menurut Islam

Wanita Ideal Menurut Islam

Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda:


‫الُّد ْنَيا َم َتاٌع َو َخ ْيُر َم َتاِعَها اْلَم ْر َأُة الَّص اِلَح ُة‬
‫في رواية وخير متاعهاالمرأة تعين زوجها على األخرة‬

“Dari Abdullah bin Amar RA bahwasannya Rasulullah ‫ﷺ‬. bersabda: Dunia adalah perhiasan ,
dan sebaik-baik perhiasan itu adalah wanita shalihah.” (H.R. Muslim) Dalam Riwayat lain :” sebaik
baiknya perhiasan dunia adalah seorang istri yang menolong suaminya untuk urusan akhirat.

Rasulallah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫اْلُم ْؤ ِمُن َبْع َد َت ْق َو ى ِهَّللا َخ ْيًر ا َلُه ِمْن َز ْو َج ٍة َص اِلَح ٍة ِإْن َأَمَر َها َأَط اَع ْت ُه َو ِإْن َن َظ َر ِإَلْيَه ا َس َّر ْت ُه َو ِإْن َأْق َس َم َع َلْيَه ا َأَبَّر ْت ُه‬ ‫َم ا اْس َت َفاَد‬
‫َع ْن َه ا َن َصَح ْت ُه ِفي َن ْف ِس َه ا َو َم اِلِه‬ ‫َو ِإْن َغ اَب‬
“Tidak ada yang paling berfaedah setelah bertakwa kepada Allah SWT selain memiliki istri yang
sholihah, jika suami memerintahkan-nya, maka ia mentaatinya, jika suami memandangnya, maka
dia menyenangkannya, jika suami bersumpah kepadanya maka dia memperbaikinya, jika suami tidak
ada disisinya, maka dia menjaga diri dan harta suaminya”.

Ada beberapa kisah tentang istri yang sholehah dan taat kepada sumainya, dan kita bisa ambil
pelajaran dan hikmahnya.

Kisah Ummu Mutiah, Wanita Pertama yang Menghuni Surga


Seorang wanita tersebut disebutkan bahwa bernama Mutiah. Ia adalah seseorang wanita juga
seorang istri yang begitu baik, patuh, taat dan menyenangkan pada suaminya.

Mutiah disebut sebagai wanita pertama yang hendak masuk surga ketika Fatimah Az Zahra, putri
Rasulullah SAW bertanya pada Rasul siapakah wanita pertama yang masuk surga.

"Ya Rasulullah, beritahu padaku siapa wanita yang beruntung masuk surga untuk pertama kali selain
Ummul Mukminin?" Ummul Mukminin sendiri merupakan wanita-wanita yang telah dijamin masuk
surga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah, "Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah
Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah." (HR. Hakim
dan Muslim).

Mendengar pertanyaan putrinya ini, Rasul pun menjawab bahwa wanita pertama yang masuk surga
adalah seorang wanita mulia yang tinggal di pinggiran kota Madinah pada masanya. Wanita tersebut
bernama Mutiah. Kepada Fatimah Rasulullah mengatakan, "Wahai Fatimah, jika engkau ingin
mengetahui wanita pertama yang masuk surga selain Ummul Mukminin, ia adalah Ummu Mutiah."

Mengetahui jawaban sang ayah, Fatimah yang juga istri dari Khulafa'ur Rasyidin ke empat yakni Ali
bin Abi Thalib ini lantas penasaran dengan sosok Mutiah. Rasa penasarannya muncul karena selama
ini ia tak mengenal sosok Mutiah. Rasa penasaran ini juga muncul karena ia menyadari bahwa
ternyata bukan dirinya yang masuk surga untuk pertama kali. Padahal, selama ini ia telah
menjalankan ibadahnya dengan baik, patuh pada suami dan ia juga merupakan putri dari Rasulullah
Muhammad SAW.
Untuk memenuhi rasa penasaran yang bergejolak dalam hati, Fatimah pun mencari rumah Mutiah
dan hendak berkunjung ke sana. Setelah melakukan pencarian yang cukup lama, akhirnya ia
menemukan rumah Mutiah. Diketuklah pintu rumah wanita itu oleh Fatimah sembari mengucap
salam. Dari dalam rumah terdengar suara, "Siapakah yang ada di luar tersebut?" Fatimah menjawab,
"Aku Fatimah, putri Rasulullah.

Mendengar jawaban Fatimah, Mutiah tidak lantas membuka pintu. Selanjutnya ia bertanya, "Ada
keperluan apa". Fatimah kembali menjawab, "Hendak bersilaturakhim saja." Dari dalam rumah
Mutiah kembali bertanya, "Kamu datang seorang diri atau bersama dengan orang lain?". "Aku
bersama putraku Hasan." Jawab Fatimah.

Mengetahui Fatimah bersama Hasan, Mutiah lantas mengatakan, "Maaf, aku tidak bisa membukakan
pintu untukmu. Aku belum minta izin pada suamiku akan kedatangan tamu laki-laki di rumahku.
Sebaiknya kamu pulang dan kembali esok hari. Aku akan meminta izin kau bersama Hasan saat
datang kemari." Mendengar pernyataan Mutiah, Fatimah pun berkata dengan sabar, "Tapi Hasan
adalah anakku. Ia juga masih kecil." "Walau anak-anak, Hasan tetaplah lelaki. Kembalilah esok hari
saat aku sudah meminta izin dari suamiku untuknya." Ungkap Mutiah.

Masih penasaran dengan sosok Mutiah dan amalan yang dilakukannya, Esok hari Fatimah kembali
berkunjung ke rumah Mutiah. Pintu rumah wanita tersebut kembali diketuk disusul dengan salam.
Sayang, hari itu Fatimah kembali ditolak bertamu oleh Mutiah. Penolakan ini tentu bukan tanpa
alasan. Fatimah hari itu datang bersama kedua anaknya, Hasan dan Husein. Mendengar Fatimah
bersama satu orang laki-laki lain yang belum dimintakan izin kepada suami, Mutiah lantas menolak
kedatangan Fatimah dan menyuruhnya datang kembali hari esoknya.

Di hari ketiga, Fatimah berkunjung ke rumah Mutiah saat sore hari. Akhirnya, ia pun bisa diterima
dengan baik dan diizinkan masuk oleh Mutiah. Alangkah terkejutnya Fatimah melihat sopan santun
dan kepatuhan Mutiah pada sang suami. Saat itu, Mutiah juga sedang mengenakan pakaian
terbaiknya dengan aroma tubuh yang wangi. Wanita tersebut mengatakan ia akan menyambut
kedatangan suami yang sebentar lagi akan pulang dari kerja. Rumahnya yang sederhana juga terlihat
sangat bersih dan nyaman.

Kekaguman Fatimah tidak berakhir sampai di situ saja, putri Rasulullah ini juga terkagum di hari
keempat saat ia kembali berkunjung ke rumah Mutiah saat suaminya sudah pulang dari kerja. Mutiah
begitu peduli pada suaminya. Ia telah menyiapkan air mandi untuk sang suami, pakaian ganti dan
makanan yang ia masak sendiri di meja makan. Saat sang suami telah sampai rumah, Mutiah
menemaninya pergi ke kamar mandi dan membantu sang suami membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi, Mutiah menemani suaminya makan. Saat makan inilah, Fatimah kembali dibuat
kagum oleh Mutiah. Di samping suaminya yang sedang makan, Mutiah membawa sebuah cambuk. Ia
lantas mengatakan pada suaminya untuk memakai cambuk tersebut untuk memukul tubuhnya jika
saja masakan yang ia buat tidak disukai oleh suaminya. Mengetahui apa yang dilakukan Mutiah,
Fatimah pun menangis haru sekaligus bahagia. Ia akhirnya bisa belajar banyak tentang sebagaimana
mestinya menjadi seorang istri yang shalihah.

Pada diri Mutiah, Fatimah akhirnya tahu bahwa seorang istri shalihah dan taat serta selalu
mengharap ridho suami adalah seorang wanita yang pantas memasuki pintu surga terlebih dahulu.
Ladies, tentunya ada banyak hal yang bisa kita ambil dari kisah ini. Dan hal yang terpenting adalah
bagaimana semestinya istri yang baik berlaku pada suaminya.
Wanita Ahli Ibadah dan Taat Kepada Suami, Namun Dilempar Malaikat ke Neraka
diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah Ra.
Pada suatu hari, ada seorang perempuan mendatangi Rasulullah dengan keadaan tangan kanan yang
melepuh dan perempuan itu adalah anak dari seorang ibu ahli ibadah dan juga taat kepada
suaminya.

Perempuan itu berkata, "Wahai Rasulullah, mohonkan doa kepada Allah agar tanganku ini bisa
sembuh seperti sedia kala".

Melihat hal itu, Rasulullah bertanya, "Apa yang menyebabkan tanganmu melepuh seperti itu?".

Perempuan itu menjelaskan penyebabnya, "Wahai Rasulullah, pada suatu malam aku bermimpi
seolah-olah kiamat telah terjadi dan neraka jahim telah dinyalakan dan di tepi jurang neraka itu aku
melihat ibuku memegang sepotong lemak (hewan) di tangan kanan dan sebuah kain kecil di tangan
kiri...".

Kemudian perempuan tersebut melanjutkan, "Hanya lemak dan kain kecil itulah yang menjaga ibuku
dari sambaran api neraka. Melihat keadaan ibu aku merasa iba".

Kemudian perempuan tersebut bertanya kepada ibunya, "Wahai ibu, kenapa engkau disini?".

Ibunya pun menjawab, "Benar wahai anakku, aku dulu memang ahli ibadah dan selalu taat kepada
suami, namun aku adalah orang yang kikir waktu hidup di dunia dan tempat ini adalah tempat bagi
golongan orang-orang yang kikir".

Kemudian perempuan itu bertanya, "Kalau kain kecil dan lemak yang ada di tanganmu itu apa ibu?"

Ibunya menjawab, "Hanya inilah temanku disini anakku, lemak dan kain kecil inilah yang pernah aku
shadaqahkan selama hidup didunia".

Ia bertanya kembali, "Ayah dimana bu?, mengapa dia tidak menolong ibu". Ibunya menjawab,
"Ayahmu bersama orang-orang dermawan anakku".

Tidak sampai disitu perempuan tersebut meneruskan ceritanya.

"Wahai Rasulullah, karena belas kasihanku kepada ibuku, maka aku pun nekat mengambilkan segelas
air dari telagamu untuk kuberikan kepada ibuku yang sangat kehausan..."

Lanjut perempuan tersebut, "Akan tetapi saat kuberikan air itu kepada ibuku, tiba-tiba terdengar
suara tanpa tahu dari mana datangnya...'Semoga Allah melepuhkan tanganmu'...".

Karena saking kagetnya, aku pun terbangun dan aku melihat tangan kananku ini melepuh wahai
Rasulullah.

Setelah mendengar cerita perempuan tersebut, Rasulullah bersabda:

"Begitulah bahayanya sifat kikir itu".

Kemudian Rasulullah meletakkan sorbannya ke tangan perempuan itu dan berdoa, " Ya Allah, demi
kebenaran mimpi yang diceritakannya, sembuhkanlah tangan wanita ini".

Dengan seketika, tangan wanita tersebut sembuh seperti sedia kala.

Dosa-dosa ibunya di amuni Allah.


Di kutip dari kitab karya Syaikh Nawawi Al-Bantani Kisah setia ini terjadi pada zaman Rasulullah
‫ﷺ‬.

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬masih hidup, tersebutlah seorang istri yang shalihah. Wanita setia ini begitu
taat kepada suaminya. Suatu hari, karena kewajiban Agama untuk pergi berjihad, sang suami hendak
berangkat memenuhi panggilan suci untuk berjihad dia berpesan pada istrinya;

“Istriku tersayang yang kucintai, aku akan pergi untuk berjihad meninggikan kalimat-kalimat ‫ﷲ‬,
sebelum aku kembali pulang dari berjihad, kamu jangan pergi kemana pun dan jangan keluar dari
rumah ini.”

Setelah berpesan demikian pada istrinya, berangkatlah si Suami menuju medan jihad.

Beberapa hari berlalu, datanglah seseorang ke rumah wanita tersebut. Dia mengabarkan, ibunya
sedang sakit parah. Orang yang diutus tersebut mengatakan pada wanita shalihah tersebut untuk
segera menjenguk Ibunya.

“Ibumu saat ini sedang sakit keras, jenguklah sekarang!”

Diantara gelisah wanita tersebut menjawab, “Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, bukannya
tidak mau menjenguk, tapi saya dilarang keluar rumah sebelum suami saya pulang, tolong sampaikan
permohonan maaf dan salam saya pada Ibu,” Si utusan pun pulang kembali tanpa membawa wanita
tersebut.

Malam berlalu dan suami yang berjihad belum juga pulang. Keesokan harinya datang kembali
seorang utusan yang mengabarkan bahwa Ibu wanita tersebut meninggal dunia.

Betapa sedih perasaan wanita tersebut, air matanya berlinang mendengar kabar Ibu yang dicintainya
telah pergi untuk selama-lamanya, bahkan disaat terakhirnya dia tidak berada disampingnya.

Utusan tersebut berkata, “Sekarang Ibumu telah tiada, datanglah untuk memberikan penghormatan
terakhir sebelum beliau akan dikebumikan hari ini”.

Namun istri yang shalihah ini sambil menangis tersedu menjawab.

“Bukannya saya tidak mencintai Ibu saya, tapi saya memegang amanah suami saya untuk tidak keluar
rumah hingga dia pulang dan memberi saya izin.”

Dengan berat utusan tersebut pulang. Mungkin karena kesal dan heran dengan sikap wanita tersebut
yang tidak mau datang walaupun Ibunya sakit keras hingga meninggal dunia, dia adukan masalah
tersebut pada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dengan nada sedikit kesal ia berkata kepada Nabi ‫ﷺ‬, “Wahai Rasulullah, wanita itu sangat
keterlaluan, dari mulai Ibunya sakit hingga meninggal dunia dia tidak mau datang untuk menemui
Ibunya”.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, “Kenapa dia tidak mau datang?”

“Wanita itu mengatakan, dia tidak mendapat izin untuk keluar rumah sebelum suaminya pulang
berjihad,” jawab utusan yang mengadu ke Rasulullah ‫ ﷺ‬tersebut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum, kemudian beliau berkata, “Dosa-dosa Ibu wanita tersebut diampuni
Allah SWT karena dia mempunyai seorang puteri yang sangat taat terhadap suaminya.”
Hikmah dari kisah ini adalah agar setiap wanita selalu taat pada suaminya selama apa yang
diperintahkan suaminya bukan untuk mengingkari ketentuan ‫ﷲ‬.

Karena bagi seorang Istri hak Suamilah yang paling pertama dan utama harus dipenuhi. Adapun bagi
seorang Suami, Ibunyalah yang harus lebih diutamakan.

Rasulallah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫َح َّد َثَنا َعْبُد الَّس اَل ِم ْبُن َع ْبِد اْلُقُّد ْو ِس َعْن ِإْبَر اِهْيَم اْبِن َأِبْي َعْبَلَة َقاَل َسِمْع ُت َأَنَس ْبَن َم اِلٍك َيُقْو ُل َسِمْع ُت‬
‫ َم ْن َتَز َّوَج اْم َر َأًة ِلِع ِّز َها َلْم َيِزْد ُه ُهللا ِإاَّل ُذ اًّل َو َم ْن َتَز َّوَج َها ِلَم اِلَها َلْم َيِزْد ُه ُهللا ِإاَّل َفْقًر ا‬: ‫الَّنِبَّي ﷺ َيُقْو ُل‬.
“Barang siapa yang menikahi wanita karena kemuliaannya maka Allah tidak akan menambahkan
kecuali kehinaan . Barang siapa yang menikahi wanita karena hartanya maka Allah SWT tidak akan
menambahkan kecuali kemiskinan (HR. Thabrani).

Rasulallah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ َو َم ْن َتَز َّو َج َه ا ِلَح َس ِبَه ا َلْم َي ِز ْد ُه ُهَّللا ِإاَّل‬، ‫َفْق ًر ا‬ ‫ َو َم ْن َتَز َّو َج َه ا ِلَم اِلَه ا َلْم َي ِز ْد ُه ُهَّللا ِإاَّل‬، ‫َم ْن َتَز َّو َج اْم َر َأًة ِلِع ِّز َها َلْم َي ِز ْد ُه ُهَّللا ِإاَّل ُذ اًّل‬
‫ َو َب اَر َك َلَه ا‬، ‫َي ِص َل َر ِحَم ُه َب اَر َك ُهَّللا َلُه ِفيَه ا‬ ‫ َأْو‬، ‫ َو َم ْن َتَز َّو َج اْم َر َأًة َلْم َي َتَز َّو ْج َه ا ِإاَّل ِلَي ُغ َّض َبَصَر ُه َأْو ِلُيْح ِص َن َفْر َج ُه‬، ‫َد َن اَء ًة‬
‫ِفيِه‬
“Barang siapa menikahi wanita karena kedudukannya, maka Allah tidak menambahkan kepadanya melainkan
kehinaan. Barang siapa menikahi wanita karena hartanya maka Allah tidak menambahkan kepadanya melainkan
kemiskinan. Barang siapa menikahi wanita karena faktor keturunan maka Allah tidak menambahkan kepadanya
melainkan kerendahan. Namun barang siapa menikahi wanita hanya karena menjaga pandangan atau kemaluan
atau untuk menyambung tali persaudaraan maka Allah akan memberikan keberkahan kepada keduanya.” [HR
Thabrani]”.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫من كان له ولد وعنده ما يزوجه به ولم يزوجه وزنى فإن اإلثم بينهما‬
“Barang siapa memiliki anak dan mampu untuk mengawinknnya, namun tidak mau mengawinkan-
nya, kemudian anaknya berzina, maka dosa untuk kedua orang tuanya”.

Sirah Nabawiyah di ceritakan Seorang Ahli Kubur yang Berhenti Didoakan Anaknya.

mengisahkan ada seorang laki-laki bermimpi melihat beberapa ahli kubur yang keluar dari kuburnya.
Mereka kemudian sibuk memunguti sesuatu. Namun, belum diketahui apa yang sedang mereka
punguti. Laki-laki itu kemudian menceritakan mimpinya sebagai berikut: Aku sempat heran melihat
pemandangan itu. Belum usai keherananku, terlihat ada seorang ahli kubur yang tengah duduk dan
tidak ikut memunguti sesuatu bersama mereka. Aku coba menghampirinya dan bertanya, “Apa yang
sedang dipunguti mereka?” Ahli kubur yang duduk tadi menjawab, “Kebaikan yang berasal dari
bacaan Al-Qur’an, sedekah, dan doa yang dihadiahkan kaum Muslimin untuk mereka.” Aku kembali
bertanya, “Lantas mengapa engkau tak ikut memungutinya?” Dijawabnya, “Aku sudah cukup.” Aku
pun bertanya lagi, “Karena apa engkau tidak memerlukannya?” Dijawab oleh ahli kubur tersebut,
“Dengan khatam Al-Qur’an yang dilakukan dan dihadiahkan oleh anakku setiap hari. Anakku ada di
pasar ini dan berjualan zalabiyah (sejenis makanan ringan berbahan tepung dan telur).” Keesokan
paginya, setelah terbangun, aku langsung pergi ke pasar yang disebutkan ahli kubur dalam mimpi
semalam. Benar saja di sana ada seorang anak muda yang berdagang zalabiyah, sedangkan kedua
bibirnya tak pernah henti berucap. Aku pun menanyakannya, “Mengapa engkau tak henti
menggerakkan kedua bibirmu?” Si anak muda menjawab, “Aku sedang membaca Al-Qur’an lalu
menghadiahkannya kepada ayahku yang sudah di alam kubur.” Beberapa waktu kemudian, aku
bermimpi melihat beberapa ahli kubur keluar lagi dari kuburnya, seperti pada mimpi sebelumnya.
Namun, yang membuatku heran kali ini adalah ahli kubur yang semula tak ikut memunguti sesuatu,
kini turut memungutinya bersama ahli kubur yang lain. Makanya begitu terbangun, aku segera pergi
lagi ke pasar guna mengetahui kabar si anak muda yang biasa berdagang zalabiyah sambil membaca
Al-Qur’an itu. Dan ternyata, sekarang ia sudah meninggal.

Dari sepenggal kisah di atas, dapat ditarik beberapa pelajaran: Kebaikan yang dihadiahkan kaum
Muslimin kepada ahli kubur, baik berupa bacaan Al-Qur’an, doa, ataupun sedekah, terbukti sampai
kepada mereka. Demikian pula kebaikan yang dihadiahkan seorang anak kepada orang tuanya yang
sudah meninggal. Contohnya bacaan Al-Qur’an si anak muda dalam kisah di atas. Hadiah kebaikan
dari seorang anak, kerabat, atau siapa saja kepada orang yang telah meninggal cukup meringankan
kesulitan orang yang telah meninggal tersebut. Benar apa yang dikatakan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bahwa di antara kebaikan yang terus mengalir—walaupun seseorang telah
meninggal—adalah anak saleh yang selalu mendoakan. Berhenti yang mendoakan, maka berhenti
pula aliran kebaikan itu, sebagaimana berhentinya kebaikan si anak muda yang membaca Al-Qur’an,
karena dirinya meninggal.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ َت ِر َب ْت َي َد اَك‬، ‫ َفاْظ َفْر ِبَذ اِت الِّد يِن‬،‫ ِلَم اِلَه ا َو ِلَح َس ِبَه ا َو َج َم اِلَه ا َو ِلِديِنَه ا‬: ‫ُتْنَك ُح اْلَمْر َأُة ألْر َب ٍع‬
“Seorang wanita dinikahi karena empat perkara, yaitu : karena harta, keturunan, kecantikan dan
agamanya. Maka menikahilah wanita yang kuat agamanya, maka kamu memperoleh kebahagiaan”

Rasul ‫ ﷺ‬bersabda:
‫اَل َتَز َّوُج وا الِّنَس اَء ِلُح ْسِنِهَّن َفَعَس ى ُح ْس ُنُهَّن َأْن ُيْر ِدَيُهَّن َو اَل َتَز َّوُج وُهَّن َأِلْمَو اِلِهَّن َفَعَس ى َأْمَو اُلُهَّن َأْن ُتْطِغ َيُهَّن َو َلِكْن‬
‫َتَز َّوُج وُهَّن َع َلى الِّديِن َو َأَلَم ٌة َخ ْر َم اُء َسْو َداُء َذ اُت ِد يٍن َأْفَض ُل‬
“Jangan menikahi wanita karena kecantikannya karena boleh jadi kecantikannya akan membuatnya
celaka (sebab sombong dan ujubnya). Jangan menikahi wanita karena hartanya karena boleh jadi
kekayannya akan membuatnya berbuat semena-mena (dalam kemaksiatan dan kejelekan). Akan
tetapi nikahilah wanita karena agamanya, sungguh seorang budak wanita yang hitam dan
berhidung pesek (cacat pada hidung dan telinganya) namun agamanya kuat itu lebih utama.” [HR
Ibnu Majah]
Abdullah ibnu Rawahah mempunyai budak wanita yang berkulit hitam, lalu di suatu hari ia marah
kepadanya hingga ia pun menamparnya. Setelah itu ia merasa menyesal, lalu ia datang kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menceritakan peristiwa tersebut. Rasulullah SAW bertanya kepadanya,
“Bagaimanakah perilakunya?” Abdullah ibnu Rawahah menjawab: “Dia berpuasa, salat, melakukan
wudlu dengan baik, serta bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah.”
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Hai Abu Abdullah, kalau demikian dia adalah wanita yang
beriman.” Abdullah ibnu Rawahah lalu berkata:
‫َو اَّلِذي َبَع َث َك ِباْلَح ِّق ُأَلْع ِتَقَّن َه ا َو َأَلَتَز َّو َج َّن َه ا‬
“Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku akan memerdekakannya, lalu
menikahinya.”
Setelah menikahinya, ada sejumlah orang muslim mengejeknya karena dia telah mengawini seorang
budak. Menurut mereka budak-budak wanita mereka pantasnya dikawinkan dengan orang-orang
musyrik untuk mendapatkan keturunan mereka. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
‫َو ألَم ٌة ُمْؤ ِم َن ٌة َخ ْيٌر ِمْن ُم ْش ِر َك ٍة َو َلْو َأْع َج َب ْتُك م‬
“Sungguh budak wanita yang beriman itu lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia
membuatmu terpesona.” [QS Al-Baqarah : 221]
Imam Nawawi berkata “Makna yang benar dari hadis (utama di atas) adalah bahwasanya Nabi
‫ ﷺ‬menceritakan empat kriteria yang biasa menjadi patokan orang dalam mencari istri dengan
mengakhirkan faktor agama, maka wahai para santri (mustarsyidin) carilah olehmu wanita yang
beragama” [Syarah Muslim]

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫َم ْن َأَر اَد َأْن َي ْلَقى َهَّللا َط اِه ًر ا ُم َط َّهًر ا َفْل َي َتَز َّو ْج اْلَح َر اِئَر‬
“Barang siapa ingin bertemu allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka nikahlah dengan wanita
yang merdeka”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫أربٌع من َسَع اَدِة المرِء أن تكوَن زوجُته صالحًة وأوالُده أبرارًا وخلطاُؤ ه صالحين ومعيشُته فى بلِدِه‬
“Ada empat perkara yang dapat membahagiakan seseorang:

Memiliki istri yang sholehah,Pempunyai anak-anak yang baik, bergaul bersama orang-orang yang
sholeh dan Rezeki yang di peroleh dari negri sendiri”.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫َأْف َض ُل ِنَساِء ُأَّم ِتي َأْص َبُحُهَّن َو ْج هًا َو َأَقُّلُهَّن َمْه رًا‬.
“Sebaik-baik wanita dari umatku ialah yang berwajah ceria dan sedikit maharnya”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda

‫َتَز َّو ُج وا اْلَو ُدوَد اْلَو ُلوَد َفِإِّن ى ُم َك اِثٌر ِبُك ُم اَألْن ِبَي اَء َيْو َم اْلِقَي اَم ِة‬
“Nikahlah wanita yang memiliki jiwa kasih sayang, dan banyak anaknya, karena sesungguhnya aku
akan membanggakan kebanyakan jumlah kalian dihadapan para nabi terdahulu pada hari kiamat”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda

، ‫ َو اَل َتَز َّو ْج ن َخ ْمًس ا‬، ‫ َتَز َّو ج تستعف َمَع ِع َّفِتك‬: ‫ َقال‬، ‫ اَل‬: ‫ تزّو جت ؟ ُقْل ت‬، ‫ َي ا َز ْي ُد‬: ‫ َقاَل ِلي ﷺ‬: ‫َع ْن َز ْي ِد ْب ِن َث اِبٍت َقاَل‬
‫ َم ا َع َر ْف ت ِم َّم ا ُقْل ت َش ْي ًئ ا‬: ‫ َقاَل َز ْي ٌد‬، ‫ اَل َتَز َّو ْج ن َش ْهَبَر َة َو اَل َلْهَبَر ًة َو اَل َن ْهَبَر ًة َو اَل هيدرة َو اَل لفوتًا‬: ‫ َو َم ن ُهّن ؟ َقال‬: ‫َقاَل َز ْي ٌد‬
‫ َو َأَّم ا الَّن ْهَبَر ُة َفاْلَقِص يَر ُة الَّد ِميَم ُة‬، ‫ َو َأَّم ا الَّلْهَبَر ُة َفالَّط ِو يَلُة اْلَمْه ُز وَلُة‬، ‫ َأَلْس ُتم َع َر ًب ا ؟ ! َأَّم ا الَّش ْهَبَر ُة َفالَّز ْر َقاُء اْلَب ِذ َّي ُة‬: ) ‫( َقال‬
‫ َو َأَّم ا الَّلُفوُت َفَذ اُت اْلَو َلِد ِمْن َغ ْي ِر ك‬، ‫ َو َأَّم ا الهيدرة َفاْلَع ُج وُز اْلُم ْد ِبَر ُة‬،

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada zaid bin tabit :

“Hai zaid, apakah engkau sudah menikah?” Zaid menjawab “belum” Nabi ‫ ﷺ‬bersabda
“Menikahlah, maka akan terjaga kesucianmu, sebagaimana kamu menjaga kesucian dirimu. Dan
jangan kamu menikah dengan 5 golongan wanita” zaid bertanya “siapakah mereka ya rasulallah ?”
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab “mereka adalah : Syahbarah, Lahbarah, Nahbarah, Handarah, Lafut. ” Zaid
bertanya “Ya rasulullah, Aku tidak mengerti engkau katakan” Kemdian nabi ‫ ﷺ‬menjelaskan,

Syahbarah : Wanita yang bermata abu-abu dan jelek tutur katanya.


Lahbarah : Wanita yang tinggi dan kurus.

Nahbarah : Wanita tua yang senang membelakangi suaminya (ketika tidur).

Handarah : Wanita yang kuntet dan tercela.

Lafut : Wanita yang melahirkan anak dari laki-laki selain kamu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ ُثَّم َأَت اُه الَّث اِنَي َة‬، ‫ ال‬: ‫ ِإِّن ي َأَصْب ُت اْم َر َأًة َذ اَت َح َس ٍب َو َج َم اٍل َو ِإَّن َه ا ال َت ِلُد َأَفَأَتَز َّو ُجَه ا ؟ َقاَل‬: ‫َج اَء َر ُج ٌل ِإَلى الَّن ِبِّي ﷺ َفَقاَل‬
‫َتَز َّو ُج وا اْلَو ُدوَد اْلَو ُلوَد َفِإِّن ي ُم َك اِثٌر ِبُك ْم اُألَم َم‬: ‫ ُثَّم َأَت اُه الَّث اِلَث َة َفَقاَل‬، ‫َفَن َه اُه‬
“Seorang laki-laki datang kepada rasulullah dan berkata “Ya rasulullah, aku ingin menikahi
seorang wanita yang baik dan cantik, tetapi dia mandul, apakah aku boleh menikahinya?”
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab “jangan”. lalu dia datang lagi pada rasulullah untuk kedua kalinya,
Rasul tetap melarangnya. Kemudian datang lagi untuk ketiga kaliya, nabi ‫ ﷺ‬tetap
melarangnya menikahi wanita itu, dan beliau bersabda “Menikahlah kalian dengan wanita
yang selalu menyenangkan hati dan banyak anaknya. Karena sesungguhnya aku akan
membanggakan banyaknya jumlah kalian dihadapan umat terdahulu pada hari kiamat”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ َفاْظَفْر ِبَذ اِت الِّديِن َتِر َبْت َيَداَك‬،‫ َوِلِد يِنَها‬،‫ َو َج َم اِلَها‬،‫ َو ِلَح َس ِبَها‬،‫ُتْنَك ُح اْلَم ْر َأُة َأِلْر َبٍع ِلَم اِلَها‬

“Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan
agamanya. Pilihlah wanita yang taat beragama, maka engkau akan
berbahagia”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

surat An-Nisa ayat 22-24, Allah SWT berfirman:

‫َو اَل َتْن ِك ُحْو ا َم ا َنَك َح ٰا َب ۤا ُؤ ُك ْم ِّم َن الِّن َس ۤا ِء ِااَّل َم ا َقْد َس َلَف ۗ ِاَّن ٗه َك اَن َفاِحَش ًة َّو َم ْق ًت ۗا َو َس ۤا َء َس ِبْي اًل‬
‫ّٰل‬
‫ُحِّر َم ْت َع َلْي ُك ْم ُاَّم ٰه ُتُك ْم َو َب ٰن ُتُك ْم َو َاَخ ٰو ُتُك ْم َو َع ّٰم ُتُك ْم َو ٰخ ٰل ُتُك ْم َو َب ٰن ُت اَاْلِخ َو َب ٰن ُت اُاْلْخ ِت َو ُاَّم ٰه ُتُك ُم ا ِتْٓي َاْر َضْع َنُك ْم َو َاَخ ٰو ُتُك ْم ِّم َن‬
‫َّۖن‬ ‫ّٰل‬ ‫ّٰل‬
‫الَّر َض اَع ِة َو ُاَّم ٰه ُت ِنَس ۤا ِٕىُك ْم َو َر َب ۤا ِٕىُبُك ُم ا ِتْي ِفْي ُحُجْو ِر ُك ْم ِّم ْن ِّن َس ۤا ِٕىُك ُم ا ِتْي َد َخ ْلُتْم ِبِه َفِاْن َّلْم َتُك ْو ُنْو ا َد َخ ْل ُتْم ِبِه َّن َفاَل ُج َن اَح‬
٢٣ ‫َع َلْي ُك ْم ۖ َو َح ۤاَل ِٕىُل َاْب َن ۤا ِٕىُك ُم اَّلِذ ْي َن ِمْن َاْص اَل ِبُك ْۙم َو َاْن َت ْج َمُعْو ا َبْي َن اُاْلْخ َت ْي ِن ِااَّل َم ا َقْد َس َلَف ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َغ ُفْو ًر ا َّر ِحْيًم ا ۔‬

‫َو اْل ُمْح َص ٰن ُت ِمَن الِّن َس ۤا ِء ِااَّل َم ا َم َلَك ْت َاْيَم اُنُك ْم ۚ ِك ٰت َب ِهّٰللا َع َلْي ُك ْم ۚ َو ُاِحَّل َلُك ْم َّم ا َو َر ۤا َء ٰذ ِلُك ْم َاْن َت ْب َت ُغ ْو ا ِبَاْمَو اِلُك ْم ُّمْح ِص ِنْي َن َغ ْيَر‬
‫ُم ٰس ِفِحْي َن ۗ َفَم ا اْس َت ْم َت ْع ُتْم ِبٖه ِم ْن ُهَّن َفٰا ُتْو ُهَّن ُاُجْو َر ُهَّن َفِر ْيَض ًة ۗ َو اَل ُج َن اَح َع َلْي ُك ْم ِفْيَم ا َت َر اَضْي ُتْم ِبٖه ِم ْۢن َبْع ِد اْلَفِر ْيَض ِۗة ِاَّن َهّٰللا َك اَن‬
٢٤ ‫َع ِلْيًم ا َح ِك ْيًم ا‬

"Janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu, kecuali
(kejadian pada masa) yang telah lampau. Sesungguhnya (perbuatan) itu sangat keji
dan dibenci (oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu, saudara-


saudara perempuanmu, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-saudara
perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak
perempuan dari saudara perempuanmu, ibu yang menyusuimu, saudara-saudara
perempuanmu sesusuan, ibu istri-istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari
istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmudari istri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum bercampur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan),
tidak berdosa bagimu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak
kandungmu (menantu), dan (diharamkan pula) mengumpulkan (dalam pernikahan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

“(Diharamkan juga bagi kamu menikahi) perempuan-perempuan yang bersuami, kecuali


hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas
kamu. Dihalalkan bagi kamu selain (perempuan-perempuan) yang demikian itu, yakni kamu
mencari (istri) dengan hartamu (mahar) untuk menikahinya, bukan untuk berzina. Karena
kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah kepada mereka imbalannya
(maskawinnya) sebagai suatu kewajiban. Tidak ada dosa bagi kamu mengenai sesuatu
yang saling kamu relakan sesudah menentukan kewajiban (itu). Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."

‫َفالَّص اِلَح اُت َقاِنَت اٌت َح اِفَظ اٌت ِلْلَغ ْي ِب ِبَم ا َح ِفَظ ُهَّللا‬
“Maka wanita yang sholihah adalah yang taat, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada
dikarenakan Allah telah menjaga mereka.” (QS. An Nisa’:34

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
‫َلْن ُيْفِلَح َقْو ٌم َو َّلْو ا َأْم َر ُهُم اْم َر َأًة‬

“Tidak akan beruntung suatu kaum yang urusan mereka dipegang oleh seorang wanita”. (HR Imam
Bukhari)

‫َو ال َتْنِكُح وا اْلُم ْش ِر َك اِت َح َّتى ُيْؤ ِم َّن َو ألَم ٌة ُم ْؤ ِم َنٌة َخ ْيٌر ِم ْن ُم ْش ِر َك ٍة َو َلْو َأْع َج َبْتُك ْم َو ال ُتْنِكُح وا اْلُم ْش ِر ِكيَن َح َّتى‬
‫ُيْؤ ِم ُنوا َو َلَعْبٌد ُم ْؤ ِم ٌن َخ ْيٌر ِم ْن ُم ْش ِر ٍك َو َلْو َأْع َج َبُك ْم ُأوَلِئَك َيْدُعوَن ِإَلى الَّناِر َوُهَّللا َيْدُعو ِإَلى اْلَج َّنِة َو اْلَم ْغ ِفَرِة‬
‫ِبِإْذ ِنِه َو ُيَبِّيُن آَياِتِه ِللَّناِس َلَعَّلُهْم َيَتَذ َّك ُروَن‬

“Dan janganlah kamu menikahi wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita
budak mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah
kamu menikahkan wanita musyrik dengan wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.” (Q.S. Al-Baqarah: 221)

Anda mungkin juga menyukai