Anda di halaman 1dari 12

DIPLOMA KEMAHIRAN MALAYSIA BINAAN AWAM

SIVIL & STRUKTUR

AGAMA ISLAM

NAMA : NOOR RASAIZA HIKMAH BINTI MOHD


SAIFULLUDIN
NDP : 31217158
PENGENALAN

Khadijah binti Khuwailid merupakan isteri pertama Nabi Muhammad. Beliau adalah Ummul
Mukminin istri Rasulullah yang pertama, wanita pertama yang mernpercayai risalah
Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putra-putri Rasulullah. Dia merelakan
harta benda yang dimilikinya untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dialah orang pertama
yang mendapat kabar gembira bahwa dirinya adalah ahli surga.

Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai.
Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah,
berasal dari kabilah Bani Asad dari sukuQuraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-
Awwalun.

Khadijah binti Khuwailid adalah sebaik-baik wanita ahli surga. Ini sebagaimana sabda
Rasulullah, “Sebaik-baik wanita ahli surga adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti
Khuwailid.”

Khadijah lahir sekitar tahun 555/565/570, beliau berasal dari golongan pembesar Mekkah.
Menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun, manakala Nabi Muhammad
berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40 tahun, hanya
sedikit lebih tua dari Nabi Muhammad. Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal.
Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan
melimpah, Khadijah merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami, karena suami pertama
dan keduanya telah meninggal. Suami pertama Khadijah adalah Abu Halah at-Tamimi, yang
wafat dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan
berkembang. Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq bin Aidz bin Makhzum, yang
juga wafat dengan meninggalkan harta dan perniagaan. Dengan demikian, Khadijah menjadi
orang terkaya di kalangan suku Quraisy. Namun, beberapa sumber menyangkal bahwa
Khadijah pernah menikah sebelum bertemu Nabi Muhammad SAW.
MENGURUS HARTA

Sayyidah Khadijah dikenal dengan julukan wanita suci sejak perkawinannya dengan Abu
Halah dan Atiq bin Aidz karena keutamaan ãkhlak dan sifat terpujinya. Karena itu, kalangan
Quraisy memberikan penghargaan dan penghormatan yang tinggi kepadanya.

Dengan kekayaannya yang berlimpah tentu Khadijah tidak dapat bekerja sendiri, maka ia
mengangkat beberapa pegawai untuk membawa dagangannya ke Yaman pada musim
dingin dan ke Syam pada musim panas. Diantara para pegawai tersebut terdapat seseorang
yang paling dipercaya dan dikenal dengan nama Maisarah. Dia dikenal sebagai pemuda yang
ikhlas dan berani, sehingga Khadijah pun berani melimpahkan tanggung jawab untuk
pengangkatan pegawai baru yang akan mengiring dan menyiapkan kafilah, menentukan
harga, dan memilih barang dagangan. Sebenarnya itu adalah pekerjaan berat, namun
penugasan kepada Maisarah tidaklah sia-sia.
MENGENAL MUHAMMAD BIN ABDULLAH

Muhammad bin Abdullah adalah seorang pemuda dari Kaum Quraisy yang wara, takwa, dan
jujur. Sejak usia lima belas tahun, Muhammad bin Abdullah telah diajak oleh Maisarah
untuk menyertainya berdagang.

Selama berniaga dengan Muhammad bin Abdullah, Maisarah sering mendapat keuntungan
yang sangat besar akibat dari kejujuran Muhammad dalam berdagang. Selain itu selama
berniaga, dia melihat gulungan awan tebal yang senantiasa mengiringi Muhammad yang
seolah-olah melindungi beliau dari sengatan matahari. Dia pun mendengar seorang rahib
yang bernama Buhairah, yang mengatakan bahwa Muhammad adalah laki-laki yang akan
menjadi nabi yang ditunggu-tunggu oleh orang Arab sebagaimana telah tertulis di dalam
Taurat dan Injil. Semua hal tersebut diceritakan Maisarah kepada Khadijah.

Mendengar cerita dari Maisarah, menimbulkan kecenderungan perasaan Khadijah terhadap


Muhammad, sehingga dia menemui anak pamannya, Waraqah bin Naufal. Waraqah
mengatakan bahwa akan muncul nabi besar yang dinanti-nantikan manusia dan akan
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Allah. Penuturan Waraqah itu
menjadikan niat dan kecenderungan Khadijah terhadap Muhammad semakin bertambah,
sehingga dia ingin menikah dengan Muhammad. Setelah itu dia mengutus Nafisah, saudara
perempuan Ya’la bin Umayyah untuk meneliti lebih jauh tentang Muhammad, sehingga
akhirnya Muhammad diminta menikahi dirinya.
Ketika itu Khadijah berusia empat puluh tahun, namun dia adalah wanita dari golongan
keluarga terhormat dan kaya raya, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin
menikahinya. Muhammad pun menyetujui permohonan Khadijah tersebut. Maka, dengan
salah seorang pamannya, Muhammad pergi menemui paman Khadijah yang bernama Amru
bin As’ad untuk meminang Khadijah.

Ketika itu, usia Muhammad berusia dua puluh lima tahun, sementara Khadijah empat puluh
tahun. Walaupun usia mereka terpaut sangat jauh dan harta kekayaan mereka pun tidak
sepadan, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang aneh, karena Allah Subhanahu wa
ta’ala telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.
KETURUNAN RASULULLAH SAW

Setelah menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Khadijah melahirkan dua orang anak laki-
laki, yaitu Qasim dan Abdullah serta empat orang anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayah,
Ummu Kultsum dan Fatimah. Seluruh putra dan putrinya lahir sebelum masa kenabian,
kecuali Abdullah. Karena itulah, Abdullah kemudian dijuluki ath-Thayyib (yang balk) dan ath-
Thahir (yang suci).

Zainab banyak rnenyerupai ibunya. Setelah besar, Zainab dinikahkan dengan anak bibinya,
Abul Ash ibnur Rabi’. Pernikahan Zainab ini merupakan peristiwa pertama Rasulullah
rnenikahkan putrinya, dan yang terakhir beliau menikahkan Ummu Kultsum dan Ruqayah
dengan dua putra Abu Lahab, yaitu Atabah dan Utaibah. Ketika Nabi Shallallahu alaihi
wassalam diutus menjadi Rasul, Fathimah az-Zahra, putri bungsu beliau rnasih kecil.

Selain mereka ada juga Zaid bin Haritsah yang sering disebut putra Muhammad. Semula,
Zaid dibeli oleh Khadijah dari pasar Mekah yang kemudian dijadikan budaknya. Ketika
Khadijah menikah dengan Muhammad, Khadijah memberikan Zaid kepada Muhammad
sebagai hadiah. Rasulullah sangat mencintai Zaid karena dia memiliki sifat-sifat yang terpuji.
Zaid pun sangat mencintai Rasulullah. Akan tetapi di tempat lain, ayah kandung Zaid selalu
mencari anaknya dan akhirnya dia mendapat kabar bahwa Zaid berada di tempat
Muhammad dan Khadijah. Dia mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk
memohon agar beliau mengembalikan Zaid kepadanya walaupun dia harus membayar
mahal. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam memberikan kebebasan penuh kepada Zaid
untuk memilih antara tetáp tinggal bersamanya dan ikut bersama ayahnya. Zaid tetap
memilih hidup bersama Rasulullah, sehingga dari sinilah kita dapat mengetahui sifat mulia
Zaid.
Agar pada kemudian hari nanti tidak menjadi masalah yang akan memberatkan ayahnya,
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan Zaid bin Haritsah menuju halaman Ka’bah untuk
mengumumkan kebebasan dan pengangkatan Zaid sebagai anak. Setelah itu, ayahnya
merelakan anaknya dan merasa tenang. Dari situlah mengapa banyak yang menjuluki Zaid
dengan sebutan Zaid bin Muhammad. Akan tetapi, hukum pengangkatan anak itu gugur
setelah turun ayat yang membatalkannya, karena hal itu merupakan adat jahiliah,
sebagaimana firman Allah berikut ini:

” … jika kamu mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-
saudaramu seagama dan maula-maulamu … ” (QS. At-Taubah:5)
MASA KENABIAN MUHAMMAD SAW

Muhammad bin Abdullah hidup berumah tangga dengan Khadijah binti Khuwailid dengan
tenterarn di bawah naungan akhlak mulia dan jiwa suci sang suami. Ketika itu, Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam menjadi tempat mengadu orang-orang Quraisy dalam
menyelesaikan perselisihan dan pertentangan yang terjadi di antara mereka. Hal itu
menunjukkan betapa tinggi kedudukan Rasulullah di hadapan mereka pada masa
prakenabian. Beliau menyendiri di Gua Hira, menghambakan diri kepada Allah yang Maha
Esa, sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim a.s.

Khadijah sangat ikhlas dengan segala sesuatu yang dilakukan suaminya dan tidak khawatir
selama ditinggal suaminya. Bahkan dia menjenguk serta menyiapkan makanan dan
minuman selama beliau di dalam gua, karena dia yakin bahwa apa pun yang dilakukan
suaminya merupakan masalah penting yang akan mengubah dunia. Ketika itu, Nabi
Muhammad berusia empat puluh tahun.

Saat Rasulullah menerima wahyu pertama di gua hira, maka Khadijah memberikan
ketenteraman kepada Rasulullah dengan segala kelembutan dan kasih sayang sehingga
beliau merasa tenteram dan aman. Beliau ridak langsung menceritakan kejadian yang
menimpa dirinya kepada Khadijah karena khawatir Khadijah menganggapnya sebagai ilusi
atau khayalan beliau belaka.
AWAL MASA JIHAD DI JALAN ALLAH

Khadijah meyakini seruan suaminya dan menganut agarna yang dibawanya sebelum
diumumkan kepada rnasyarakat. Itulah langkah awal Khadijah dalam menyertai suaminya
berjihad di jalan Allah dan turut menanggung pahit getirnya gangguan dalam menyebarkan
agama Allah.

Beberapa waktu kemudian Jibril kembali mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wassalam. untuk membawa wahyu kedua dari Allah:

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu
agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala)
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleb (balasan) yang
lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah” (QS. Al-Muddatstir:1-
7)

Ayat di atas merupakan perintah bagi Rasulullah untuk mulai berdakwah kepada kalangan
kerabat dekat dan ahlulbait beliau. Khadijah adalah orang pertama yang menyatakan
beriman pada risalah Rasulullah Muhammad dan menyatakan kesediaannya menjadi
pembela setia Nabi. Kemudian menyusul Sahabat-sahabat Nabi lainnya.
MASA BERDAKWAH TERANG-TERANGAN

Setelah berdakwah secara sembunyi- sembunyi, turunlah perintah Allah kepada Rasulullah
untuk memulai dakwah secara terang-terangan. Seruan beliau sangat aneh terdengar di
telinga orang-orang Quraisy. Rasulullah Muhammad memanggil manusia untuk beribadah
kepada Tuhan yang satu, bukan Laata, Uzza, Hubal, Manat, serta tuhan-tuhan lain yang
mernenuhi pelataran Ka’bah. Tentu saja mereka menolak, mencaci maki, bahkan tidak
segan-segan menyiksa Rasulullah. Setiap jalan yang beliau lalui ditaburi kotoran hewan dan
duri.

Khadijah tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan
kelembutan. Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata
jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang Quraisy
selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia memotivasi
dan rnenguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.

Khadijah adalah tempat berlindung bagi Rasulullah. Dari Khadijah, beliau memperoleh
keteduhan hati dan keceriaan wajah istrinya yang senantiasa menambah semangat dan
kesabaran untuk terus berjuang menyebarluaskan agama Allah ke seluruh penjuru. Khadijah
pun tidak memperhitungkan harta bendanya yang habis digunakan dalam perjuangan ini.
Sementara itu, Abu Thalib, parnan Rasulullah, menjadi benteng pertahanan beliau dan
menjaga beliau dari siksaan orang-orang Quraisy, sebab Abu Thalib adalah figur yang sangat
disegani dan diperhitungkan oleh kaum Quraisy.
WAFATNYA KHADIJAH

Setelah berbagai upaya gagal dilakukan untuk menghentikan dakwah Rasulullah Shallallahu
alaihi wassalam, baik itu berupa rayuan, intimidasi, dan penyiksaan, kaum Quraisy
memutuskan untuk memboikot dan mengepung kaum muslimin dan menulis deklarasi yang
kemudian digantung di pintu Ka’bah agar orang-orang Quraisy memboikot kaum muslimin,
termasuk Rasulullah, istrinya, dan juga pamannya. Mereka terisolasi di pinggiran kota
Mekah dan diboikot oleh kaum Quraisy dalam bentuk embargo atas transportasi,
komunikasi, dan keperluan sehari-hari lainnya.

Beberapa hari setelah pemboikotan, Abu Thalib jatuh sakit, dan semua orang meyakini
bahwa sakit kali mi merupakan akhir dan hidupnva. Abu Thalib meninggal pada tahun itu
pula, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.

Pada tahun yang sama, Sayyidah Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita
kelaparan dan kehausan karena pemboikotan itu. Semakin hari, kondisi badannya semakin
menurun, sehingga Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam semakin sedih. Dalam sakit yang
tidak terlalu lama, dalam usia enam puluh lima tahun Khadijah. Khadijah dikuburkan di
dataran tinggi Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam sendiri yang mengurus jenazah istrinya dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan
ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Maryam
binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”
RUJUKAN

Buku Dzaujatur-Rasulullah, karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh

Ahlul Hadiits

Anda mungkin juga menyukai