Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap
gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan
bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun
malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke
muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal
dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17
Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah
padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin
terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah bagi
bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia memiliki silsilah yang
berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang
dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan
mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para
Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS
untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang
langit dan bumi pun tak kan sanggup memikulnya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain-17
tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian
Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa
pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal
Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan
tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu
Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada
kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk
memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu
kehidupannya untuk menjadi gembala domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang
memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan
orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya
kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang
mengutip kalimat Nabi berikut ini, Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan
kerasulan. Orang bertanya kepada Nabi, Apakah Anda juga pernah menjadi gembala? Beliau
menjawab, Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah
Qararit.
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia
dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat
bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya
sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka.
Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan
Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran
budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai orang jujur (al-Amin), ia
menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua
kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy, termasuk barang
dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk
laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah.
Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang
menimpa kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, Alangkah baiknya
jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang
perdagangan dan keuntungan besar yang kita dapatkan. Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah
sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi
menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah
menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah
menceritakan Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang
sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya
kepada saya, kemudian ia berkata, ˜Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi,
yang tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
II. Pernikahan
Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat
iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta
berguncang. Al-Qur’an, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah
membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya,
akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan
bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus)
diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya secara
berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung Hira’. Al-Amin telah
mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini,
Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat
pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai berikut
Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari
[manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang program Nabi, dan menyatakan dalam
istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan,
kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan
sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya
ummat manusia memohonkan syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang mencapai
kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan,
kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah
menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun
turun dari Gua Hira menuju rumah “Khodijahâ€. Jiwa agung Nabi disinari cahaya
wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah
kejadian ini, Jibril menyapanya,â€Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku
Jibrilâ€. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara berangsur-
angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang
pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah ‘Ali.
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali,
remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata
dengan mantap,†Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.†Nabi
menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut
kecuali ‘Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada
kerabatnya seraya berkata,†Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya
diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran ‘Ali. Karena, dalam
pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan
keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan
mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang
mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya
yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara
para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,“ Para sesepuh anda datang
untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu
Anda.†Nabi menjawab,†Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan
dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka
dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka.†Abu
Jahal bangkit sambil berkata, “ Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya.†Nabi
menjawab,†Kalian harus mengakui keesaan Tuhan.†Kata-kata tak terduga dari Nabi ini
laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa
sehingga serentak mereka berkata,†Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah
kepada satu Allah saja?â€
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar
kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut,
kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,’Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.’ Dan pergilah pemimpin-pemimpin
mereka [seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu,
sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini
dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-
adakan.â€
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi
menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi
bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke
luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan
masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau
mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan –
pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini
terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri
yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi
menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang
yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai
Allah menolong Anda.
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang
sebelum mereka selain mengatakan,’ Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah
kaum yang melampaui batas.â€
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha
Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka
pun melakukan Blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita
dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu Tholib, yang
diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang
Quraisy mengepung mereka di Syi’ib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun
blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari
pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil
pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita, Beliau telah hidup
dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah
sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah
berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni,
pada saat kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah
Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus
sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat.
Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu
sebabnya, maka tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul
yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan
kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di
tahun penuh kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi
sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya,†Ayah,
kemana Ibu?†Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan
menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah
wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, akhirnya
Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal
dari lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi
keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada
seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, ‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir
orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka
begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi,
yang menimbulkan suara gaduh. Serentak ‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan
menyingkirkan selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag,â€Apa yang terjadi ?†Mereka
menjawab,â€Kami mencari Muhammad. Di mana dia?†’Ali berkata,†Apakah anda
menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada Anda?
Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah.†Muhammad telah pergi jauh di luar
pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum
ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal
di situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah,
tetapi beliau menunggu kedatangan ‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya ‘Ali dan
rombongannya – diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad dan Fatimah
binti Hamzah bin Abdul Mutholib – karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan
dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan ‘Ali berkata “Barangsiapa
menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah! Tanda marah nampak
di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil
sikap damai dan berbalik pulang.†Ketika ‘Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan
menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah
tiba tapi tak mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika
melihat kaki ‘Ali membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti menjadi nama Madinah - menyambut
kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia
ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun
kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah
air dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi
kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini,
perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi
Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir
Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar ‘al-washi (‘Ali) dan Hamzah
tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, ‘Ali
mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan
kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu
(Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi
dan lagi-lagi Hamzah dan ‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji dalam setiap
peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang Khandaq (parit) – disebut
juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin ‘Abdiwad itu,†Nilai pengorbanan itu melebihi
segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu
kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak
mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan
ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan
benteng, bahkan ‘Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang
membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas pernyataan ‘Umar ini.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum
muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus
pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak
lagi menyerukan teriakan Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit
Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan
terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan
pembelanya.
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan
kehidupannya yang sarat dengan berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa
depan yang gemilang. Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak
pernah merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang –orang
Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan besar berlanjut –
semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam
peperangan ini, sesudah membuat kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk
bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk
melindungi Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang
kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang
lari cerai-berai “ Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?†Wahai orang-orang yang ikut
bai’at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai
orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera
sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi.
Kini Nabi memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum
kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan,
“Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!â€
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang
musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul
di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus
inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25
Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah,
kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang terisi gema
suara mereka yang mengucapkan,â€Labbaik, Allahumma labaik... Labbaik, la syarika laka, !
Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu.
Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan,
dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku datang memenuhi
panggilan-Mu...†Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka
bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan –
dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah
dikenal orang – bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari
satu warna yang menghiasi kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu
dalam pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang
membacakan hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad
dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini?
Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian pula. Nabi memang
berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa “penguasa†itu
berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya.
Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka’bah dan
Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah
diantarkan kepada Maksud.
...â€Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin
aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-
lamanya... Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga kalian
menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu
sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah
sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera
disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya.....â€
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci
bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan
menggunakan pakaian yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin,
raja, rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
5555555555555555555555555555555555
Sejarah Hidup Muhammad
"Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di negeri kami.
Anak ini akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui
keadaannya." Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri dari
mereka dengan membawa anak itu. Demikian juga cerita yang
dibawa oleh Tabari, tapi ini masih di ragukan; sebab dia
menyebutkan Muhammad dalam usianya itu, lalu kembali
menyebutkan bahwa hal itu terjadi tidak lama sebelum
kenabiannya dan usianya empatpuluh tahun.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Dalam hal ini Sir William Muir tidak mau menyebutkan cerita
tentang dua orang berbaju putih itu, dan hanya menyebutkan,
bahwa kalau Halimah dan suaminya sudah menyadari adanya suatu
gangguan kepada anak itu, maka mungkin saja itu adalah suatu
gangguan krisis urat-saraf, dan kalau hal itu tidak sampai
mengganggu kesehatannya ialah karena bentuk tubuhnya yang
baik. Barangkali yang lainpun akan berkata: Baginya tidak
diperlukan lagi akan ada yang harus membelah perut atau
dadanya, sebab sejak dilahirkan Tuhan sudah mempersiapkannya
supaya menjalankan risalahNya. Dermenghem berpendapat, bahwa
cerita ini tidak mempunyai dasar kecuali dari yang diketahui
orang dari teks ayat yang berbunyi: "Bukankah sudah Kami
lapangkan dadamu? Dan sudah Kami lepaskan beban dari kau? Yang
telah memberati punggungmu?" (Qur'an 94: 1-3)
Akan tetapi Barradz bin Qais dari kabilah Kinana tidak lagi
menghormati bulan suci itu dengan mengambil kesempatan
membunuh 'Urwa ar-Rahhal bin 'Utba dari kabilah Hawazin.
Kejadian ini disebabkan oleh karena Nu'man bin'l-Mundhir
setiap tahun mengirimkan sebuah kafilah dari Hira ke 'Ukaz
membawa muskus, dan sebagai gantinya akan kembali dengan
membawa kulit hewan, tali, kain tenun sulam Yaman. Tiba-tiba
Barradz tampil sendiri dan membawa kafilah itu ke bawah
pengawasan kabilah Kinana. Demikian juga 'Urwa lalu tampil
pula sendiri dengan melintasi jalan Najd menuju Hijaz.
Adapun pilihan Nu'man terhadap 'Urwa (Hawazin) ini telah
menimbulkan kejengkelan Barradz (Kinana), yang kemudian
mengikutinya dari belakang, lalu membunuhnya dan mengambil
kabilah itu. Sesudah itu kemudian Barradz memberitahukan
kepada Basyar bin Abi Hazim, bahwa pihak Hawazin akan menuntut
balas kepada Quraisy. Fihak Hawazin segera menyusul Quraisy
sebelum masuknya bulan suci. Maka terjadilah perang antara
mereka itu. Pihak Quraisy mundur dan menggabungkan diri dengan
pihak yang menang di Mekah. Pihak Hawazin memberi peringatan
bahwa tahun depan perang akan diadakan di 'Ukaz.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Adakah juga Muhammad ikut serta dengan mereka dalam hal ini?
Ataukah sebaliknya perasaannya yang halus, kemampuannya yang
terbatas serta asuhan pamannya membuatnya jadi menjauhi semua
itu, dan melihat segala kemewahan dengan mata bernafsu tapi
tidak mampu? Bahwasanya dia telah menjauhi semua itu, sejarah
cukup menjadi saksi. Yang terang ia menjauhi itu bukan karena
tidak mampu mencapainya. Mereka yang tinggal di pinggiran
Mekah, yang tidak mempunyai mata pencarian, hidup dalam
kemiskinan dan kekurangan, ikut hanyut juga dalam hiburan itu.
Bahkan di antaranya lebih gila lagi dari pemuka-pemuka Mekah
dan bangsawan-bangsawan Quraisy dalam menghanyutkan diri ke
dalam kesenangan demikian itu.
"Siapa itu?"
Catatan kaki:
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Tidak begitu sulit bagi kita akan menduga betapa dalamnya rasa
sedih demikian itu, pada suatu zaman yang membenarkan
anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup dan menjaga keturunan
laki-laki sama dengan menjaga suatu keharusan hidup, bahkan
lebih lagi dan itu. Cukuplah jadi contoh betapa besarnya
kesedihan itu, Muhammad tak dapat menahan diri atas kehilangan
tersebut, sehingga ketika Zaid b. Haritha didatangkan
dimintanya kepada Khadijah supaya dibelinya kemudian
dimerdekakannya. Waktu itu orang menyebutnya Zaid bin
Muhammad. Keadaan ini tetap demikian hingga akhirnya ia
menjadi pengikut dan sahabatnya yang terpilih. Juga Muhammad
merasa sedih sekali ketika kemudian anaknya, Ibrahim meninggal
pula. Kesedihan demikian ini timbul juga sesudah Islam
mengharamkan menguburkan anak perempuan hidup-hidup, dan
sesudah menentukan bahwa sorga berada di bawah telapak kaki
ibu.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Tetapi apa eter itu? Apa hidup yamg kita alami sekarang, dan
besok akan berkesudahan? Apa asalnya, dan apa sumbernya?
Kebetulan sajakah bumi ini dijadikan dan dijadikan pula kita
di dalamnya? Tetapi, baik bumi atau hidup ini sudah mempunyai
ketentuan yang pasti yang tak berubah-ubah, dan tidak mungkin
bila dasarnya hanya kebetulan saja. Apa yang dialami manusia,
kebaikan atau keburukan, datang atas kehendak manusia sendiri,
ataukah itu sudah bawaannya sendiri pula sehingga tak kuasa ia
memilih yang lain?
Tahun telah berganti tahun dan kini telah tiba pula bulan
Ramadan. Ia pergi ke Hira', ia kembali bermenung, sedikit demi
sedikit ia bertambah matang, jiwanyapun semakin penuh. Sesudah
beberapa tahun jiwa yang terbawa oleh Kebenaran Tertinggi itu
dalam tidurnya bertemu dengan mimpi hakiki yang memancarkan
cahaya kebenaran yang selama ini dicarinya Bersamaan dengan
itu pula dilihatnya hidup yang sia-sia, hidup tipu-daya dengan
segala macam kemewahan yang tiada berguna.
Catatan kaki:
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Akan tetapi, itu jantung yang sudah begitu keras, jiwa yang
sudah begitu kaku, sudah jadi kering dalam menyembah berhala
seperti yang dilakukan oleh nenek-moyang mereka dahulu. Di
tempat itu mereka berdagang, dan membuat Mekah menjadi pusat
kunjungan penyembah berhala! Akan mereka tinggalkankah agama
nenek-moyang mereka dan mereka lepaskan kedudukan kota mereka
yang berarti suatu bahaya bilamana sudah tak ada lagi orang
yang akan menyembah berhala? Lalu bagaimana pula akan
membersihkan jiwa serupa itu dan melepaskan diri dari noda
hawa-nafsu, hawa-nafsu yang akan menjerumuskan mereka, sampai
kepada nafsu kebinatangannya, padahal dia sudah memperingatkan
manusia supaya mengatasi nafsunya, menempatkan diri di atas
berhala-berhala itu? Kalau mereka sudah tidak mau percaya
kepadanya, apalagi yang harus ia lakukan? Inilah yang menjadi
masalah besar itu.
"Demi pagi cerah yang gemilang. Dan demi malam bila senyap
kelam. Tuhanmu tidak meninggalkan kau, juga tidak merasa
benci. Dan sungguh, hari kemudian itu lebih baik buat kau
daripada yang sekarang. Dan akan segera ada pemberian dari
Tuhan kepadamu. Maka engkaupun akan bersenang hati. Bukankah
Ia mendapati kau seorang piatu, lalu diberiNya tempat
berlindung? Dan Ia mendapati kau tak tahu jalan, lalu
diberiNya kau petunjuk? Karena itu, terhadap anak piatu,
jangan kau bersikap bengis. Dan tentang orang yang meminta,
jangan kau tolak. Dan tentang kurnia Tuhanmu, hendaklah kau
sebarkan."(Qur'an, 93: 1-11)
Yang ada sekarang ialah hidup dan ajakan kepada Allah, dan
hanya kepada Allah semata. Hanya kepada Allah Yang Maha Besar
menundukkan kepala. Segala yang ada di langit dan di bumi
bersujud belaka kepadaNya. Hanya Dialah Yang Hak, dan yang
selain itu batil adanya. Hanya kepadaNya hati manusia
dihadapkan, seluruh hidup kesana juga bergantung dan kepadaNya
pula ruh akan kembali. "Sungguh, hari kemudian itu lebih baik
buat kau daripada yang sekarang."
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Pada waktu itu Abu Bakr b. Abi Quhafa dari kabilah Taim adalah
teman akrab Muhammad. Ia senang sekali kepadanya, karena sudah
diketahuinya benar ia sebagai orang yang bersih, jujur dan
dapat dipercaya. Oleh karena itu orang dewasa pertama yang
diajaknya menyembah Allah Yang Esa dan meninggalkan
penyembahan berhala, adalah dia. Juga dia laki-laki pertama
tempat dia membukakan isi hatinya akan segala yang dilihat
serta wahyu yang diterimanya. Abu Bakr tidak ragu-ragu lagi
memenuhi ajakan Muhammad dan beriman pula akan ajakannya itu.
Jiwa yang mana lagi yang memang mendambakan kebenaran masih
akan ragu-ragu meninggalkan penyembahan berhala dan untuk
kemudian menyembah Allah Yang Esa! Jiwa yang mana lagi yang
masih disebut jiwa besar di samping menyembah Allah masih mau
menyembah batu yang bagaimanapun bentuknya! Jiwa yang mana
lagi yang sudah bersih masih akan ragu-ragu membersihkan
pakaian dan jiwanya, berderma kepada orang yang membutuhkan
dan berbuat kebaikan kepada anak piatu!
"Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia. Tak ada
gunanya kekayaan dan usahanya itu. Api yang menjilat-jilat
akan menggulungnya" (Qur'an 102:1-8)
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Demi tujuan rohani yang luhur itulah - tidak untuk tujuan yang
lain - ia mengalami siksaan. Penyair-penyair memakinya,
orang-orang Quraisy berkomplot hendak membunuhnya di Ka'bah.
Rumahnya dilempari batu, keluarga dan pengikut-pengikutnya
diancam. Tetapi dengan semua itu malah ia makin tabah, makin
gigih meneruskan dakwah. Jiwa kaum mukmin yang mengikutinya
itu sudah padat oleh ucapannya: "Demi Allah, kalaupun mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di
tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas
ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang
akan membuktikan kemenangan itu; di tanganku atau aku binasa
karenanya."
Oleh karena itu, dari semula ajaran Musa itu sudah mendapat
perlawanan hebat dari Firaun. Dengan demikian, supaya orang
menerima seruannya itu, ia diperkuat oleh mujizat-mujizat. Ia
melemparkan tongkatnya, dan tongkat itu menjadi seekor ular
yang bergerak-gerak, menelan semua hasil pekerjaan tukang
tukang sihir Firaun itu. Itupun tidak memberi hasil apa-apa
buat Musa. Terpaksa ia meninggalkan Mesir tanah airnya. Dalam
hijrahnya itupun diperkuat pula ia dengan sebuah mujizat yaitu
terbelahnya jalan di tengah-tengah air lautan itu.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Setelah Abu Sufyan, Abu Jahl dan Akhnas selama tiga malam
berturut-turut mendengarkan pembacaan Qur'an, seperti dalam
cerita di atas, Akhnas lalu pergi menemui Abu Jahl di
rumahnya. "Abu'l-Hakam,2 bagaimana pendapatmu tentang yang
kita dengar dari Muhammad?" tanyanya kepada Abu Jahl.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Kedua orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara
itu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari mereka
tanpa mengenal lelah. Betapa tidak. Mereka melihat bahaya
sangat mengancam mereka kalau mereka tidak berhasil menyusul
Muhammad dan mencegahnya berhubungan dengan pihak Yathrib.
Selama kedua orang itu berada dalam gua, tiada hentinya
Muhammad menyebut nama Allah. KepadaNya ia menyerahkan
nasibnya itu dan memang kepadaNya pula segala persoalan akan
kembali. Dalam pada itu Abu Bakr memasang telinga. Ia ingin
mengetahui adakah orang-orang yang sedang mengikuti jejak
mereka itu sudah berhasil juga.
"Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak melihat
ada orang yang menuju ke sana."
Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam gua itu tak ada
manusia tatkala dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di
mulut gua. Tak ada jalan orang akan dapat masuk ke dalamnya
tanpa menghalau dahan-dahan itu. Ketika itulah mereka lalu
surut kembali. Kedua orang bersembunyi itu mendengar seruan
mereka supaya kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan iman
Abu Bakr bertambah besar kepada Allah dan kepada Rasul.
"Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah
menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang kafir
(Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika
keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada
temannya itu: 'Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!' Maka
Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya
dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah
itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana."
(Qur'an, 9: 40)
Dugaan kedua orang itu tidak meleset. Sudah ada orang yang
datang kepada Quraisy membawa kabar, bahwa ia melihat
serombongan kendaraan unta terdiri dari tiga orang lewat.
(bersambung ke bagian 2/2)
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
"Temui dua orang itu," kata Said kepada 'Usaid, "yang datang
ke daerah kita ini dengan maksud supaya orang-orang yang
hina-dina di kalangan kita dapat merendahkan keluarga kita.
Tegur mereka itu dan cegah. Sebenarnya Said b. Zurara itu
masih sepupuku dari pihak ibu, jadi saya tidak dapat
mendatanginya."
Catatan kaki:
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
--------------------------------------------------------------------------------
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
-------------------------------------------------------------------------------- S E J A R A H HI
DUP MUHAMMAD
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
22222222222222222222222
Apabila ini suatu hal yang aneh dan tidak wajar, maka akan
jadi aneh juga kita melihat bahwa perkawinan Muhammad dengan
Khadijah telah memberikan keturunan, laki-laki dan
perempuan, sampai sebelum ia mencapai usia limapuluh tahun,
dan bahwa Maria melahirkan Ibrahim sesudah Muhammad berusia
enampuluh tahun dan hanya dari yang dua orang ini sajalah
yang membawa keturunan. Padahal isteri-isteri itu ada yang
dalam usia muda, yang akan dapat juga hamil dan melahirkan,
baik dari pihak suami atau pihak isteri, dan ada yang sudah
cukup usia, sudah lebih dari tigapuluh tahun umurnya, dan
sebelum itu pun pernah pula punya anak. Bagaimana pula
gejala aneh dalam hidup Nabi ini ditafsirkan, suatu gejala
yang tidak tunduk kepada undang-undang yang biasa, yang
sekaligus terhadap kesembilan wanita itu?! Sebagai manusia,
sudah tentu jiwa Muhammad cenderung sekali ingin beroleh
seorang putera, sekalipun - dalam kedudukannya sebagai nabi
dan rasul - dari segi rohani ia sudah menjadi bapa seluruh
umat Muslimin.
"Dan (itu pun) tidak akan kamu dapat berlaku adil terhadap
wanita, betapa kamu sendiri menginginkan itu. Sebab itu,
janganlah kamu terlalu condong kepada yang seorang, lalu
kamu biarkan dia terkatung-katung." (Qur'an, 4:129)
-------------------------------------------------------------------------------- S E J A R A H HI
DUP MUHAMMAD
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
Setelah turun ayat ini tak ada jalan lain buat Abdullah dan
Zainab saudaranya, selain harus tunduk menerima. "Kami
menerima, Rasulullah," kata mereka. Lalu Zaid dikawinkan
kepada Zainab setelah mas-kawinnya oleh Nabi disampaikan.
Dan sesudah Zainab menjadi isteri, ternyata ia tidak mudah
dikendalikan dan tidak mau tunduk. Malah ia banyak
mengganggu Zaid. Ia membanggakan diri kepadanya dari segi
keturunan dan bahwa dia katanya tidak mau ditundukkan oleh
seorang budak.
Sikap Zainab yang tidak baik kepadanya itu tidak jarang oleh
Zaid diadukan kepada Nabi, dan bukan sekali saja ia meminta
ijin kepadanya hendak menceraikannya. Tetapi Nabi
menjawabnya: "Jaga baik-baik isterimu, jangan diceraikan.
Hendaklah engkau takut kepada Allah."
Catatan kaki:
-------------------------------------------------------------------------------- S E J A R A H HI
DUP MUHAMMAD
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
Waktu itu Abu Sutyan sudah akan duduk di lapik yang biasa
diduduki Nabi, tapi oleh Umm Habiba lapik itu segera
dilipatnya. Lalu oleh ayahnya ia ditanya, melipat lapik itu
karena ia sayang kepada ayah, ataukah karena sayang kepada
lapik.
"Tak ada orang akan berbuat demikian itu dengan maksud akan
dihadapkan kepada Rasulullah," jawab Fatimah.
"Sungguh saya tidak tahu, apa yang kiranya akan berguna buat
kau," jawab Ali. "Tetapi engkau pemimpin Banu Kinana. Cobalah
minta perlindungan kepada orang ramai; sesudah itu, pulanglah
ke negerimu. Saya kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanya
itu yang dapat saya usulkan kepadamu."
Dan Hatib memang orang yang ikut dalam Perang Badr. Ketika
itulah firman Tuhan datang:
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
Abu Sufyan: "Aku belum pernah melihat api unggun dan pasukan
tentara seperti yang kita lihat malam ini."
"Abu Hanzala!"
Akan tetapi ketika bagal itu lalu di depan api unggun Umar
bin'l-Khattab, dan Umar melihatnya, sekaligus ia mengenal Abu
Sufyan dan diketahuinya pula bahwa Abbas hendak melindunginya.
Cepat-cepat ia pergi ke kemah Nabi dan dimintanya kepada Nabi
supaya batang leher orang itu dipenggal.
Menghadapi situasi semacam itu dan waktu sudah malam pula, dan
setelah terjadi perdebatan yang kadang sengit juga antara Umar
dan Abbas, Muhammad berkata:
Dalam pada itu Abu Quhafa (ayah Abu Bakr) - yang belum lagi
masuk Islam waktu itu - meminta kepada cucunya yang perempuan
supaya ia dibawa mendaki gunung Abu Qubais. Sesampainya di
atas gunung, orang yang sudah buta itu bertanya kepada cucunya
apa yang dilihatnya. Oleh cucunya dijawab bahwa ia melihat
sesuatu serba hitam berkelompok "ltu pasukan berkuda", kata
orang tua itu.
Ketika pasukan sudah memasuki kota, dari pihak Mekah tidak ada
perlawanan, kecuali pasukan Khalid bin'l-Walid yang berhadapan
dengan perlawanan dari mereka yang tinggal di daerah bagian
bawah Mekah. Mereka ini terdiri dari orang-orang Quraisy yang
paling keras memusuhi Muhammad dan yang ikut serta dengan Banu
Bakr melanggar Perjanjian Hudaibiya dengan mengadakan serangan
terhadap Khuza'a. Mereka ini tidak mau memenuhi seruan Abu
Sufyan. Bahkan mereka telah menyiapkan diri hendak berperang,
sementara yang lain dari golongan mereka ini juga telah
bersiap-siap pula hendak melarikan diri. Mereka dipimpin oleh
Safwan, Suhail dan 'Ikrima b. Abi Jahl. Bilamana pasukan
Khalid ini datang, mereka menghujaninya dengan serangan panah.
Tetapi secepat itu pula Khalid berhasil meneerai-beraikan
mereka. Sungguhpun begitu dua orang dari anak buahnya tewas,
karena mereka ini ternyata sesat jalan dan terpisah dari induk
pasukannya, sementara pihak Quraisy kehilangan tigabelas
orang, menurut satu sumber, atau duapuluh delapan orang,
menurut sumber yang lain.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
"Dan katakanlah : yang benar itu sudah datang, dan yang palsu
segera menghilang; sebab kepalsuan itu pasti akan lenyap."
(Qur'an, 17: 81)
***
Atas apa yang telah terjadi itu baru sekarang Quraisy mau
menerima, dan mereka pun sudah yakin pula akan pengampunan
yang telah diberikan Muhammad kepada mereka. Mereka melihat
Muhammad dan Muslimin yang ada di sekitarnya sekarang dengan
mata penuh takjub bercampur cemas dan hati-hati sekali. Namun
sungguhpun begitu ada sekelompok manusia terdiri dari
tujuhbelas orang, oleh Muhammad telah dikecualikan dari
pengampunannya itu. Sejak ia memasuki Mekah, sudah dikeluarkan
perintah supaya mereka itu, golongan laki-lakinya dibunuh,
meskipun mereka sudah berlindung ke tirai Ka'bah. Diantara
mereka itu ada yang bersembunyi dan ada pula yang sudah lari.
Keputusan Muhammad supaya mereka dibunuh bukan didorong oleh
rasa dengki atau karena marah kepada mereka, melainkan karena
kejahatan-kejahatan besar yang mereka lakukan. Ia tidak pernah
mengenal rasa dengki. Diantara mereka itu terdapat Abdullah b.
Abi's-Sarh, orang yang dulu sudah masuk Islam dan menuliskan
wahyu, kemudian berbalik murtad menjadi musyrik di pihak
Quraisy dengan menggembor-gemborkan bahwa dia telah memalsukan
wahyu itu waktu ia menuliskannya. Juga Abdullah b. Khatal,
yang dulu sudah masuk Islam kemudian sesudah ia membunuh salah
seorang bekas budak ia berbalik menjadi musyrik dan menyuruh
kedua budaknya yang perempuan - Fartana dan temannya -
menyanyi-nyanyi mengejek Muhammad. Dia dan kedua orang itu
juga dijatuhi hukuman mati. Di samping itu 'Ikrimah b. Abi
Jahl, orang yang paling keras memusuhi Muhammad dan kaum
Muslimin dan sampai waktu Khalid bin'l-Walid datang memasuki
Mekah dari jurusan bawah itu pun tiada henti-hentinya ia
mengadakan permusuhan.
Ketika itu Abu Bakr datang membawa ayahnya - yang dulu pernah
mendaki gunung Abu Qubais waktu ada pasukan berkuda - ke
hadapan Nabi. Melihat orang itu Muhammad berkata:
"Kenapa orang tua ini tidak tinggal saja di rumah; biar saya
yang datang kesana."
Catatan kaki:
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD
***
(bersambung 2/3)
-------------------------------------------------------------------------------- S E J A R A H HI
DUP MUHAMMAD
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
"Abu Muwayhiba, aku telah diberi anak kunci isi dunia ini
serta kekekalan hidup di dalamnya, sesudah itu surga. Aku
disuruh memilih ini atau bertemu dengan Tuhan dan surga."
"Demi ayah bundaku! Ambil sajalah kunci isi dunia ini dan
hidup kekal di dalamnya, kemudian surga."
Abu Muwayhiba bercerita apa yang telah dilihat dan apa yang
telah didengarnya; sebab Nabi mulai menderita sakit ialah
keesokan harinya setelah malam itu ia pergi ke Baqi'. Orang
jadi makin cemas, dan pasukan tidak jadi bergerak. Memang
benar, bahwa Hadis yang dibawa melalui Abu Muwayhiba ini
oleh beberapa ahli sejarah diterima dengan agak sangsi.
Disebutkan bahwa bukan karena sakit Muhammad itu saja yang
membuat pasukan tidak jadi bergerak ke Palestina, tetapi
karena banyaknya orang yang menggerutu, yang disebabkan oleh
penunjukan Usama dalam usia semuda itu sebagai pemimpin
pasukan yang terdiri dari orang-orang penting dalam kalangan
Anshar dan Muhajirin yang mula-mula. Itulah yang lebih
banyak mempengaruhi tidak berangkatnya pasukan itu daripada
sakitnya Muhammad. Dalam memberikan pendapatnya ahli-ahli
sejarah itu berpegang pada peristiwa-peristiwa yang sudah
pembaca ikuti dalam bagian (bab) ini. Kalau kita tidak akan
mendebat mereka yang berpendapat seperti apa yang
diceritakan oleh Abu Muwayhiba secara terperinci itu, kita
pun mendapat alasan akan menolak dasar kejadian-kejadian
itu, dan menolak kepergian Nabi ke Baqi'l-Gharqad serta
memintakan ampunan buat penghuni kubur, juga adanya perasaan
yang kuat akan dekatnya waktu, yaitu waktu menghadap Tuhan.
Ilmu pengetahuan masa kita sekarang ini pun tidak menolak
adanya spiritisma sebagai salah satu gejala psychis.
Perasaan yang kuat akan dekatnya ajal itu sudah banyak
dialami orang, sehingga siapa saja tidak sedikit orang yang
dapat menceritakan apa yang diketahuinya tentang
peristiwa-peristiwa itu. Juga adanya hubungan antara yang
hidup dengan yang mati, antara kesatuan masa lampau dengan
masa datang, kesatuan yang tidak terbatas oleh ruang dan
waktu, dewasa ini sudah pula dapat ditentukan, meskipun -
menurut kodrat bentuk kita -masih terbatas sekali kita akan
dapat mengungkapkan keadaan sebenarnya.
Kalau sudah itu yang dapat kita lihat sekarang dan sudah
diakui oleh ilmu pengetahuan, tidak ada alasan kita akan
menolak dasar peristiwa seperti apa yang diceritakan oleh
Abu Muwayhiba itu, juga tak ada alasan kita dapat menolak
adanya apa yang sudah dapat dipastikan mengenai komunikasi
Muhammad dalam arti rohani dan spiritual dengan alam semesta
ini demikian rupa, sehingga ia dapat menangkap persoalan itu
sekian kali lipat daripada yang biasa ditangkap oleh para
ahli dalam bidang ini.
Lalu kata Nabi, "Apa salahnya kalau engkau yang mati lebih
dulu sebelum aku. Aku yang akan mengurusmu, mengafanimu,
menyembahyangkan kau dan menguburkan kau!"
"Tidak. Bahkan tuan akan kami tebus dengan jiwa kami dan
anak-anak kami."
Kuatir rasa terharu Abu Bakr ini akan menular kepada yang
lain, Muhammad memberi isyarat kepadanya:
"Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam
bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba
Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman kesayangan)
maka Abu Bakrlah khalilku. Tetapi persahabatan dan
persaudaraan ialah dalam iman, sampai tiba saatnya Tuhan
mempertemukan kita."
"Tapi Abu Bakr orang yang lembut hati, suaranya lemah dan
suka menangis kalau sedang membaca Qur'an," kata Aisyah.
Pada suatu hari karena Abu Bakr tidak ada di tempat ketika
oleh Bilal dipanggil hendak bersembahyang, maka Umarlah yang
dipanggil untuk memimpin orang-orang bersembahyang sebagai
pengganti Abu Bakr. Oleh karena Umar orang yang punya suara
lantang, maka ketika mengucapkan takbir di mesjid, suaranya
terdengar oleh Muhammad dari rumah Aisyah.
-------------------------------------------------------------------------------- S E J A R A H HI
DUP MUHAMMAD
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
Karena panas demam yang tinggi itu, sebuah bejana berisi air
dingin diletakkan disampingnya. Sekali-sekali ia meletakkan
tangan ke dalam air itu lalu mengusapkannya ke muka. Begitu
tingginya suhu panas demam itu, kadang ia sampai tak
sadarkan diri. Kemudian ia sadar kembali dengan keadaan yang
sudah sangat payah sekali. Karena perasaan sedih yang
menyayat hati, pada suatu hari Fatimah berkata mengenai
penderitaan ayahnya itu:
Abu Bakr merasa apa yang telah dilakukan mereka itu, dan
yakinlah dia bahwa mereka tidak akan berlaku demikian kalau
tidak karena Rasulullah. Ia surut dari tempat sembahyangnya
untuk memberikan tempat kepada Muhammad. Tetapi Muhammad
mendorongnya dari belakang seraya katanya Pimpin terus orang
bersembahyang. Dia sendiri kemudian duduk di samping Abu
Bakr dan sembahyang sambil duduk di sebelah kanannya
Catatan kaki:
-------------------------------------------------------------------------------- S E J A R A H HI
DUP MUHAMMAD
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
Namanya dikenal sebagai orang pertama yang mendirikan sistem kerajaan dalam
pemerintahan Islam. Ia membangun Dinasti Umayyah setelah kemenangannya dari Ali.
Muawiyyah lahir di Makkah pada 597 dari pasangan Abu Sufyan bin Harb dari bani
Umayyah dan Hindun binti Utbah yang juga keturunan bani Umayyah. Sang ibu semula
menikah dengan Faka bin Mughira keturunan bani Quraisy. Tapi, pernikahannya tak
langgeng, sehingga perempuan itu menikah kembali dengan Abu Sufyan.
Di masa Rasulullah masih hidup, Muawiyyah dikabarkan pernah menjadi salah seorang
penyatat wahyu. Sepeninggal Rasulullah, ia dipercaya oleh Khalifah Umar bin Khattab
sebagai Gubernur Syam. Posisi itu terus dipegangnya sampai masa kekhalifahan
Sayyidina Ali. Namun, sebagai gubernur, ada satu cacat yang mewarnai pribadi
Muawiyyah: senang bermewah-mewah.
Terkisah, kabar tentang gaya hidup Muawiyyah itu sampai ke telinga Khalifah Umar
yang terkenal keras dan amat sederhana. Maka, pada suatu ketika, Umar pun singgah ke
Syam untuk membuktikannya. Begitu menyaksikan sendiri cara hidup Muawiyyah, sang
Khalifah pun menegurnya dengan cukup keras.
Namun, teguran itu dijawab Muawiyyah dengan alasan yang masuk akal. Menurut dia,
kini ia tengah berada di kawasan yang penuh dengan mata-mata musuh Islam. Karena itu,
ia merasa harus menunjukkan kemuliaan penguasa Islam yang berarti juga kemuliaan
Islam dan seluruh muslim. Dengan begitu, musuh-musuh Islam akan gentar. Muawiyyah
juga memberi catatan, bila Khalifah menginginkan, ia akan menghentikan gaya hidup
seperti itu.
Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar tidak melarang dan tidak pula menganjurkan
Muawiyyah melanjutkan caranya itu. Umar hanya mengingatkan risikonya harus
ditanggung sendiri. Bila niat itu benar, itu adalah pendapat Muawiyyah sendiri. Tapi, jika
itu batil, cara itu merupakan tipu daya Muawiyyah sendiri. “Aku tidak menyuruhmu dan
tidak pula melarangmu,” ujar Umar waktu itu.
Muawiyyah tercatat sebagai salah seorang pahlawan perang muslim. Sebagai Gubernur
Syam, misalnya, ia menjadi ujung tombak untuk menghadapi serangan Romawi dan
mengepung Konstantinopel. Serangan Romawi berhasil dipatahkan dan bahkan
Muawiyyah dapat meluaskan wilayah hingga ke Laut Hitam, Armenia, Azerbaijan, dan
Asia Kecil. Pada tahun 653, Muawiiyah membangun benteng-benteng di perbatasan
Konstantinopel guna menahan serbuan tentara Romawi. Ia pula, dalam serangan-
serangan itu, yang berhasil membangun armada pertama angkatan laut pasukan Islam
yang amat tangguh.
Hubungannya dengan Khalifah Usman bin Affan memang sangat dekat. Maka tidak
mengherankan bila ia tampil sebagai orang pertama yang menuntut bela atas kematian
sang Khalifah. Muawiyyah termasuk pemimpin daerah yang paling keras menuntut
kepada Sayyidina Ali untuk mengusut dan menghukum orang yang membunuh Khalifah
Usman.
Pembunuhan Usman itu menandai semakin terpecahnya umat Islam kala itu ke dalam dua
kubu: kubu Ali bin Abu Thalib dan kubu Muawiyyah. Seperti diketahui, sebagian besar
umat kala itu sepakat mengangkat Ali sebagai pengganti Usman. Tapi, kenyataan ini
ditampik oleh Muawiyyah. Ia secara terang-terangan menyatakan penolakannya untuk
mengakui Ali sebelum pembunuh Khalifah Usman dihukum.
Ali sendiri saat menerima tampuk kepemimpinan mewarisi kondisi umat yang cukup
parah. Terutama sekali ancaman perpecahan yang kian meruncing di masa kepemimpinan
Usman. Ia bermaksud menyatukan dulu umat sebelum mengusut dan menghukum
pembunuh Usman. Itu sebabnya, ia meminta semua pemimpin di daerah untuk mengakui
kepemimpinannya, termasuk Muawiyyah.
Sikap Khalifah Ali itu ditanggapi beragam. Intinya, ada yang mendukung dan ada yang
menentang. Di mata para penentangnya, Ali dianggap membela si pembunuh yang nyata-
nyata musuh umat. Maka, selain Muawiyyah, tampil tiga pemimpin lain yang
menyatakan melawan Ali. Mereka adalah Aisyah, Zubair, dan Thalhah.
Pasukan Ali dengan mudah menekuk perlawanan ketiga pemimpin tersebut. Yang
terberat adalah menghadapi pasukan Muawiyyah. Ali sendiri ikut turun ke medan perang
menyerbu Syam. Sementara Muawiyyah yang terkenal licin berhasil menarik politisi
ulung Amru bin Ash yang menjabat Gubernur Mesir untuk mendukungnya. Muawiyyah
kemudian menyatakan mendirikan kekhalifahan tandingan.
Pertempuan kedua kubu itu tak terhindarkan. Perang Shifin meletus di kawasan hulu
Sungai Eufrat yang kini dikenal sebagai perbatasan Irak dan Suriah. Dalam pertempuran
itu, sebenarnya Muawiyyah sudah terdesak. Dengan siasat licik yang diajukan Amru
untuk memecah kekuatan Ali, Muawiyyah mengajak Ali berunding di bawah lindungan
Kitab Al-Qur’an.
Siasat itu memang jitu. Kubu Ali terpecah: sebagian menilai ajakan itu patut dihormati
dan sebagian lagi menganggap itu tipu-daya Muawiyyah. Sementara, Ali yang lebih
mengutamakan upaya persatuan umat, lebih memilih mengikuti ajakan berunding. Dalam
perundingan itu, Ali diwakili oleh Abu Musa al-Anshari, sedangkan Muawiyyah diwakili
Amru bin Ash. Keduanya sepakat untuk melengserkan Ali dan juga Muawiyyah. Tapi,
ternyata Amru mengingkari kesepakatan itu.
Perpecahan umat itu kemudian melahirkan kelompok radikal yang dipimpin Hurkus,
komandan pasukan Ali. Hurkus memandang Ali dan Muawiyyah telah melanggar hukum
Tuhan. Karena itu, ia bersama pengikutnya menyatakan keluar dari barisan Ali dan tidak
memihak barisan Muawiyyah. Karena itu, kelompok garis keras itu kemudian dijuluki
kaum Khawarij, dengan semboyannya yang terkenal: la hukma ilallah atau tiada hukum
melainkan hukum Allah.
Lolos dari upaya pembunuhan, dan terbunuhnya Ali, memuluskan jalan Muawiyyah
untuk lebih mengokohkan kekuasaan. Pada masa itulah berakhirnya model pemerintahan
kekhalifahan yang dicontohkan Rasulullah lalu dilanjutkan oleh Khulafa Urrasyidun.
Muawiyyah menyanangkan berdirinya Dinasti Bani Umayyah dan dialah raja
pertamanya. Sistem pemerintahannya mirip-mirip pola yang diterapkan Kerajaan
Bizantium. Sebelum wafat pada 680, dalam usia 83 tahun, ia bahkan berwasiat agar
tampuk kepemimpinan kerajaan diserahkan kepada anaknya, Yazid.
Sejalan dengan itu, di kubu Muawiyyah itu berkembang pula paham teologi yang
melanggengkan kekuasaannya. Inti ajarannya, umat harus pasrah pada nasib dan tunduk
kepada pemimpin, karena semua itu adalah ketetapan Allah. Kaum yang berkepentingan
untuk mempertahankan status quo itu lalu dijuluki sebagai kaum Jabariyah. Ibnu Abdul
Bar
http://esqmagazine.com/2009/03/10/77/muawiyyah-bin-abu-sufyan-
khalifah-pertama-dinasti-umayyah.html
888888888888888888888888888888
REFLEKSI SPIRITUAL
adeng muchtar ghazali
Tebar Cinta Damai Posted by: amgy | February 11, 2008 SEJARAH PERADABAN
ISLAM Pada Zaman Dinasti Abbasiyah di Bagdad
Oleh : Ratnanengsih
Pendahuluan
Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al-Hadharah al-
Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
“kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah.
Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang
mensinonimkan dua kata : “kebudayaan” (Arab/al-tsaqafah dan culture/Inggris) dengan
“peradaban” (civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan.
Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan.
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.
Sedangkan, manifestasi-manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan
dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra, religi
(agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud
ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
(3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Peradaban dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat
(Khulafaur Rasyidin),dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam
sekarang. Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangsa
arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan di abaikan oleh bangsa-bangsa
lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada
peradaban islam yang masuk ke eropa melalui spanyol. Islam memang berbeda dari
agama-agama lain, sebagaimana pernah diungkapkan oleh H.A.R. Gibb dalam bukunya
Whither Islam kemudian dikutip M.Natsir, bahwa, “Islam is andeed much more than a
system of theology, it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar
sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Landasan “peradaban islam”
adalah “kebudayaan islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan “kebudayaan
islam” adalah agama. Jadi, dalam islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut
agama “bumi” (nonsamawi), agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan
kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka
agama Islam adalah wahyu dari tuhan.
Maju mundurnya peradaban islam tergantung dari sejauh mana dinamika umat islam itu
sendiri. Dalam sejarah islam tercatat, bahwa salah satu dinamika umat islam itu dicirikan
oleh kehadiran kerajaan-kerajaan islam diantaranya Umayah dan Abbasiyah, Umayah
dan Abbasiyah memiliki peradaban yang tinggi, diantaranya memunculkan ilmuwan-
ilmuwan dan para pemikir muslim.
Dalam diskusi kali ini, saya akan membahas peradaban islam pada masa Dinasti
Abbasiyah dengan topik bahasan diantaranya, latarbelakang berdirinya kekhalifahan
Abbasiyah, kemajuan dan kemunduran pada masa ini, baik dari aspek ekonomi, politik,
dan social.
3. Bidang Sosial
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas
merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar,
sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari
al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara
pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh
makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti
kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin
mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita
orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini
dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-
orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya,
mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran
Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat (ekstrem) dan dianggap
menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah memang dikenal sebagai aliran
politik dalam Islam yang berhadapan dengan faham Ahlussunnah wal Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan
zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam.
Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama Muhammad Saw. seperti juga Agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan
dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak
mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu
menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari
perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan
manusia…soal kehendak bebas manusia …telah menyebabkan kekacauan yang rumit
dalam Islam…pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah mustahil
berbuat salah…menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.
DAFTAR PUSTAKA
Abul a ‘la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan : Evaluasi Kritis Atas Sejarah
Pemerintahan Islam, (Bandung, Mizan, 1998)
Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT.
Grafindo Persada, 2006)
Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisyi,
Cet. 1, 2004)
John L. Esposito (ed), The Oxpord History of Islam, (New York, Oxpord University
Press 1999)
W. Montgomery Watt, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta : P3M, 1988)
http://amgy.wordpress.com/2008/02/11/sejarah-peradaban-islam-pada-
zaman-dinasti-abbasiyah-di-bagdad/
5555555555555555555555
Beranda Style – Ody
Knyoot.comPeriodisasi Dinasti AbbasiyahMei 19, 2008 · Disimpan dalam Muslim
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. berdasarkan perubahan pola pemerintahan
dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah
menjadi lima periode, yaitu:
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
Periode ini disebut periode pengaruh Persia pertama. Pada periode ini, pemerintahan Bani
Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh
yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam
bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Dinasti
Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Walaupun demikian pada periode ini
banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan
Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
2. Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M)
Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama. Untuk mengontrol kekhalifahannya
Al-Ma’mun bergantung kepada dukungan Tahir, seorang bangsawan Khurasan yang
sebagai imbalan diangkat sebagai gubernur di Khurasan (820-822) dan jenderal bagi
seluruh pasukan Abbasiyah dengan janji bahwa jabatan ini akan diwarisi oleh
keturunannya. Al-Ma’mun dan Al-Mu’tashim mendirikan dea kekuatan bersenjata yaitu;
pasukan syakiriyah yang dipimpin oleh pemimpin lokal dan pasukan Gilman yang terdiri
dari budak-budak belian Turki. Yang penting dicatat disini adalah kalau pada masa
kejayaannya bani Abbasa mendapat dukungan militer dari rakyatnya sendiri, pada masa
kemunduran ini mereka bergantung kepada pasukan asing untuk dapat berkuasa atas
rakyatnya sendiri, sehingga pemerintahan pusat menjadi lemah. .Masa-masa berikutnya
sampai kedatangan kekuatan Bani Buwaih.
3. Periode Ketiga (334 H/ 945 M – 447 H/ 1055 M)
Periode ini adalah periode masa kekuasaaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. Abu Syuja’ Buwaih
adalah seorang berkebangsaan Persia dari Dailam. Ketiga anaknya : Ali (‘Imad al-
Daulah), hasan (Rukn al-Daulah), dan Ahmad (Mu’izz al-Daulah) merupakan pendiri
dinasti Bani Buwaih. Kemunculan mereka dalam panggung sejarah Bani Abbas bermula
dari kedudukan panglima perang yang diraih Ali dan Ahmad dalam pasukan Makan ibn
kali dari dinasti saman, tetapi kemudian berpindah ke kubu Mardawij. Kemudian ketiga
orang bersaudara ini menguasai bagian barat dan barat daya Persia, dan pada tahun 945,
setelah kematian jenderal Tuzun (penguasa sebenarnya atas Baghdad) Ahmad memasuki
Baghdad dan memulai kekuasaan Bani Buwaih atas khalifah Abbasiyah.
Dengan berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu’tazilah bangkit lagi, terutama diwilayah
Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi’ah. Pada masa ini muncul banyak pemikir
Mu’tazilah dari aliran Basrah yang walaupun nama mereka tidak sebesar para pendahulu
mereka dimasa kejayaannya yang pertama, meninggalkan banyak karya yang bisa dibaca
sampai sekarang. Selama ini orang mengenal Mu’tazilah dari karya-karya lawan-lawan
mereka, terutama kaum Asy’ariyah. Yang terbesar diantara tokoh Mu’tazilah periode
kebangkitan kedua ini adalah al-Qadi Abd al-jabbar, penerus aliran Basra setelah Abu Ali
dan Abu Hasyim.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M)
Periode ini adalah masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah atau disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua. Saljuk (Saljuq) ibn
Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang tinggal di Asia Tengah tepatnnya
Transoxania atau Ma Wara’ al-Nahar atau Mavarranahr. Thughril Beg, cucu Saljuq yang
memulai penampilan kaum Saljuk dalam panggung sejarah. Pada tahun 429/1037 ia
tercatat sudah menguasai Merv. Kekuasaannya makin bertambah luas dari tahun ke tahun
dan pada tahun 1055 menancapkan kekuasaannya atas Baghdad.
Tughril meninggal tanpa meninggalkan keturunan dan digantikan kemenakannya Alp
Arselan yang kemudian digantikan puteranya Maliksyah yang merupakan penguasa
terbesar dari dinasti Saljuk. Sesudah itu bani Saljuk mengalami kemunduran sebelum
kekuasan mereka di Baghdad pudar sama sekali pada tahun 552 H/ 1157 M. Dalam
bidang keagamaan, masa ini ditandai dengan kemenangan kaum Sunni, terutama dengan
kebijakan Nidham al-Muluk mendirikan sekolah-sekolah yang disebut dengan namanya
Madaris Nidhamiyyah. Hal lain yang perlu dicatat dari masa ini dan masa sebelumnya
adalah munculnya berbagai dinasti di dunia Islam yang menggambarkan mulai hilangnya
persatuan dunia Islam di bidang politik. Seperti dinasti Fatimiyah lahir di Mesir (969) dan
bertahan sampai tahun 1171. Dari segi budaya dan pemikiran keagamaan, terdapat
berbagai wilayah dengan pusatnya sendiri yang masing-masing mempunyai peran sendiri
dalam mengekspresikan Islam, sesuai dengan kondisi masing-masing. Misal, Andalus
dan Afrika Utara mengembangkan seni yang mencapai puncaknya pada al-Hambra dan
pemikiran filsafat denngan tokoh Ibn Tufail dan Ibn Rusyd.
5. Periode Kelima (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M)
Periode ini adalah masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya
hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Sesudah Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai
oleh kaum tertentu. Tetapi, negara sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang
merdeka. Khalifah al-Nashir (1180-1255) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan
kekhalifahan Abbasiyah. Untuk itu ia mencari dukungan atas kedudukannya dengan
bekerja sama dengan suatu gerakan dari orang-orang yang memuja Ali. Dari kalangan
pengrajin dan pedagang meyakini Ali sebagai pelindung korporasi. Anggota dari gerakan
ini bertemu secara teratur, dan tidak jarang melakukan latihan-latihan spiritual dibawah
pimpinan seorang pir. Al-Nashir menempatkan dirinya sebagai pelindung dari gerakan
ini. Sementara itu, kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan pada
tahun 656 H/1258 H, Hulagu dengan pasukannya memasuki Baghdad dan membunuh
khalifah al-Musta’shim dan membunuh penduduk kota ini. Mereka menjarah harta,
membakar kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan. Dengan demikian
berakhirlah kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad.
http://yodisetyawan.wordpress.com/2008/05/19/periodisasi-dinasti-
abbasiyah/
0000000000000000000000