Anda di halaman 1dari 45

Muhammad di

Mekkah

Periode Muhammad di Mekkah dimulai


sejak kelahirannya dan selesai pada
tahun 622 sejak Hijrah ke Madinah.
Sejarah Rasulullah di
Makkah

571

Tahun Gajah

Tahun kelahiran Rasulullah. Menurut


sumber Sunni Muhammad lahir pada hari
Senin tanggal 12 Rabiulawal atau 20
April 570, sedangkan sumber Syi'ah
menyebutkan hari Jumat tanggal 17
Rabiulawal atau 26 April 570.

Muhammad SAW lahir di Syi'ib Bani


Hasyim di Mekkah. Kala itu hari senin di
musim semi, hari kedua belas, lima puluh
hingga lima puluh lima hari setelah
kegagalan serangan Abrahah atas
Ka'bah. Bangsa Arab pada zaman itu
mencatat tahun berdasarkan peristiwa
penting yang terjadi pada tahun itu, maka
dari itulah disebut tahun Gajah.

Ketika mengandung, Aminah bermimpi


melihat cahaya memancar dari bagian
bawah tubuhnya dan menyinari istana-
istana Syria. Ketika melahirkan, Shifa
binti Amr, Ibu dari Abdurrahman bin Auf,
yang menjadi bidannya. Abdul Muthalib
menerima kabar kelahiran cucu laki-
lakinya dengan gembira. Dia membawa
bayi yang baru lahir tersebut ke Ka'bah
dan memohon rahmat serta bersyukur
kepada Allah. Yakin kalau cucunya ini
akan tumbuh menjadi orang yang terpuji,
Abdul Muthalib menamainya
Muhammad, yang berarti demikian, dan
uniknya nama tersebut belum pernah
dipakai oleh bangsa Arab untuk menamai
seorang anak pada zaman itu. Sesuai
tradisi Arab, Abdul Muthalib mencukur
rambut bayi tersebut dan menyunatnya
pada hari ke tujuh. Setelah itu, dia
mengundang sesama orang-orang
Mekkah untuk berpesta.

Disusukan di pedalaman Arab

Muhammad kecil pertama kali disusui


oleh ibunya, Aminah. Kemudian oleh
Ummu Aiman, budak ayahnya, seorang
Habasyah yang bernama asli Barkah binti
Tsa’labah

Sebagaimana kebiasaan Arab pada


masa itu, anak yang baru dilahirkan
disusukan dan hidup di padang pasir
dengan suku Badui. Kebiasaan
masyarakat Arab menitipkan bayinya
kepada keluarga-keluarga Badui di
pedalaman memiliki tujuan agar bayi-
bayi mereka tidak tercemari oleh
kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat
Arab di perkotaan. Disamping itu agar
anak-anak yang mereka titipkan dapat
belajar bahasa dengan baik kepada
keluarga Badui yang menyusuinya.
Yang menyusukan adalah Suwaibah,
budak dari Abu Lahab. Pada masa itu dia
juga menyusui anaknya sendiri, Masruh,
begitu pula Hamzah bin Abdul Muthalib
dan Abu Salaman bin Abdul Al-
Makhzumi. Maka, ketiga laki-laki tersebut
menjadi saudara angkat Muhammad
SAW karena disusui oleh wanita yang
sama. Kemudian dia diasuh oleh
Halimah As-Sa'diyah sampai berumur 5
tahun.

573

Cerita membelah dada


Anas bin Malik mengisahkan bahwa
suatu hari, ketika Muhammad SAW
sedang bermain dengan beberapa anak
di dekat rumah Halimah, Malaikat Jibril
muncul dan membaringkan dia. Malaikat
itu lalu membelah dada dan
mengeluarkan hati dia, lantas mengambil
segumpal daging dari dalamnya, sambil
berkata, "Ini adalah bagian setan pada
dirimu." kemudian dia meletakkan hati
Rasulullah dalam nampan emas yang
terisi air zamzam, membasuhnya dan
menempatkan kembali ke dada dia. Saat
itu anak-anak yang lain berlari menuju
Halimah sambil menangis ketakutan dan
mereka memberi tahu bahwa
Muhammad sudah dibunuh. Ketika
sampai di tempat kejadian, Halimah dan
Harits mendapati dia masih hidup, hanya
wajahnya pucat karena tertekan. Anas
bin Malik RA pun mengabarkan bahwa
dia pernah melihat bekas luka pada dada
Rasullulah SAW, tempat anggota badan
dia dijahit untuk direkatkan kembali.

576

Meninggalnya Aminah, ibu dari


Muhammad

578

Meninggalnya Abdul-Muththalib, kakek


dari Muhammad
Abdul Muthalib, dia sendiri sudah tua
kala itu. Batinnya tersiksa, tidak tahan
melihat cucunya yang masih muda itu
menderita karna kepergian kedua orang
tua nya. Tiba-tiba dia merasakan
kelembutan dalam hati yang belum
pernah dirasakan atas putra-putranya
sendiri. Ketika duduk dengan teman-
temannya, Muhammad didudukkan di
atas permadani di sebelahnya, pada satu
posisi yang tak seorang pun diizinkan
untuk menempatinya. Sang kakek biasa
mengelus bagian belakang kepala
Rasulullah dan mengamati setiap tingkah
laku si cucu. Abdul Muthalib yakin masa
depan akan memberi Muhammad
keagungan yang langka. Tragisnya, masa
hidup Abdul Muthalib bersama cucunya
itu begitu singkat, karena dia meninggal
dunia ketika Muhammad masih berusia
delapan tahun-dua bulan-sepuluh hari.

583

Perjalanan kafilah pertama Muhammad


ke Syria bersama pamannya Abu Thalib,
dan di Bashrah bertemu dengan Pendeta
Bahira

Ketika Muhammad SAW berusia dua


belas tahun-dua bulan-sepuluh hari, Abu
Thalib berencana mengiringi suatu
kafilah dagang ke Syiria. Baik
Muhammad maupun Abu Thalib takut
akan terpisah lama, jadi Abu Thalib
memutuskan untuk mengajak dia
bersamanya.

Begitu kafilah ini mencapai Basrah di


perbatasan Syiria, para musafir (orang-
orang yang ikut bepergian)
menghentikan perjalanan untuk menetap
sementara. Seorang pendeta Nasrani
yang bernama Bahira tinggal di kota ini
dan dia datang untuk menyambut kafilah
dagang tersebut. Dia berjalan melewati
semua musafir hingga mendekati
Muhammad. Lantas sambil memegang
tangan dia, dia berseru "Inilah pemimpin
dunia dan Rasul Allah. Tuhan sudah
mengutusnya sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia!" "Mengap anda
beranggapan demikian?" orang-orang
bertanya kepada si pendeta. Bahira
menjelaskan "Ketika dia melewati sisi ini
(suatu jalan), bebatuan dan pepohonan
membungkuk seolah bersujud. Mereka
tidak akan bersujud kepada siapa pun
selain kepada seorang Rasul. Terlebih
lagi, aku mengenalinya lewat 'tanda
kenabian' seperti sebuah apel yang
terletak di atas tulang rawan di bawah
bahunya. Ini disebut dalam Kitab Kami."
585

Perang Fijjar

Muhammad pertama kali ikut bertempur


bersama paman-pamannya dalam
peperangan ini.

Ketika usia remaja Muhammad ikut


berperang di Fair di Ukazh pada bulan
Dzul Qa'dah. Suku yang berperang adalah
Quraish dan Kinanah di satu pihak dan
Qais Ghailan di pihak lain. Sebagai
anggota suku Quraish, Muhammad juga
ikut serta dalam peperangan. Tugas dia
kala itu ialah mengumpulkan panah
musuh dan menyerahkan kepada paman
dia, Abu Thalib.
590*

Hilf al-Fudhul / Perjanjian Kehormatan

Perjanjian yang dilakukan oleh kalangan


Quraisy untuk melindungi orang-orang
yang tertindas

Kesepakatan itu dikenal sebagai Hilful


Fudhul dan yang menandatanganinya
adalah Bani Hasyim, Bani Abdul
Muthalib, Bani Asad, Bani Zuhrah, Bani
Tua'in.

Kesepakatan ini lahir sebagai tanggapan


atas penolakan yang memalukan akan
keadilan bagi seorang asing. Seorang
laki-laki dari Zabid untuk menjual barang
dagangannya di Mekkah. Seorang
penduduk setempat bernama Ash bin
Wa'il mengambil semua barang
dagangannya, tetapi menolak untuk
membayar. Orang asing yang tidak
berdaya tersebut mendatangi orang-
orang Bani Abdud Dar, Bani Makhzum,
Bani Jamah, Bani Sahm dan Bani Adi,
namun semuanya mengabaikan tangisan
si laki-laki yang menuntut ganti rugi.
Dalam keadaan putus asa dia pun
mendaki puncak bukit bernama Jabal
Abu Qais dan memberitahukan setiap
orang kalu dagangannya telah dicuri,
kemudian dia memohon agar orang-
orang menolongnya, permohonanya
dijawab Zubair bin Abdul Muthalib yang
sukarela membantu orang asing ini.
Zubair memanggil perwakilan semua
klan untuk berkumpul di rumah Abdullah
bin Jad'an dari Bani Tha'im. pada
pertemuan itu muncullah kesepakatan
untuk membela siapapun yang
mengalami ketidakadilan. Muhammad
juga hadir bersama sang paman Abu
Thalib selama pembuatan kesepakatan
tersebut. Jauh setelah dia diangkat
menjadi seorang nabi, dia menyatakan
"Aku hadir ketika satu kesepakatan
disepakati di rumah Abdullah bin Jad'an
dan aku tidak akan menerima, bahkan
demi seekor unta merah pun, untuk
menggantikanya. Jika aku diminta untuk
menegakkannya bahkan pada masa-
masa Islam sekarang, aku pasti akan
menyetujuinya."

594

Bekerja untuk Khadijah; memimpin


perjalanan dagang ke Syiria

Kehilangan orang tua dan kakek dia,


Muhammad berada dalam asuhan sang
paman Abu Thalib tumbuh dewasa tanpa
warisan. Pada awalnya dia mencoba
mencari nafkah dengan memelihara
kambing bagi Bani Sa'ad, kemudian dia
memutuskan untuk bekerja sebagai
penggembala walaupun imbalannya
sedikit. Pilihan pekerjaan tersebut
penting, belakangan setelah menjadi
nabi, Muhammad menyatakan "Tidak ada
nabi yang tidak mengembalakan domba."
Terkenal akan sifat dia yang dapat
dipercaya, jujur dan saleh, dia lalu
dipanggil "Al-Amin" (yang dapat
dipercaya).

Reputasi Muhammad membuat Khadijah


binti Khuwailid mempercayai dia untuk
membawa barang dagangannya untuk
dijual ke Syiria. Sebagai pebisnis wanita
yang kaya dan berasal dari keluarga
terhormat suku Quraisy, wanita ini
mampu mengupah para laki-laki untuk
menjalankan bisnis mewakilinya. Jadi
demikianlah, Muhammad yang masih
muda melakukan perjalanan ke Syiria
bersama budak Khadijah, Maisarah.
Perjalan tersebut luar biasa sukses dan
menguntungkan. Setelah kepulangan dia
ke Mekkah, Muhammad memberi
Khadijah keuntungan perdagangannya.

595

Menikah dengan Khadijah

Muhammad menikahi Khadijah

Khadijah sudah janda dua kali,


sebelumnya dia pernah menikah dengan
Atiq bin A'idz dan kemudian dengan Abu
Halah. Menyusul wafatnya suami
keduanya itu, dia mendapat sejumlah
pinangan dari berbagai kepala suku
Quraisy dan semuanya ditolak. Tapi
sekarang, terkesan dengan
penggambaran Maisarah akan sifat
Muhammad, dia memulai pembicaraan
tentang pernikahan kepada dia melalui
temannya, Nafisah.

Terbuka atas gagasan tersebut,


Muhammad membicarakan hal ini
kepada paman dia, yang kemudian
mengirim pinangan ke Amr bin Asad,
paman Khadijah. Atas nama
keponakannya, Amr menerima pinangan
tersebut dan Muhammad memberikan
20 ekor unta untuk maskawinnya.
Pernikahan mereka dihadiri Bani Hasyim
dan para kepala Suku Quraisy, memuji
dan mengagungkan Allah, Abu Thalib
mengumandangkan khotbah perkawinan
dan menegaskan persatuan ini. Jadi
hanya dalam dua bulan beberapa hari
setelah kepulangan dari Syiria,
Muhammad dan Khadijah menikah. Dia
berusia 25 tahun dan Khadijah
diperkirakan 35 tahun.

600

Tahun kelahiran Ali bin Abu Thalib.


Sepupu Muhammad dan menantunya. Ia
merupakan Khalifah ke-4 menurut Sunni,
dan Imam pertama menurut Syi'ah.
605

Pemugaran Ka'bah

Pemugaran Ka'bah yang dilakukan oleh


kalangan Quraisy, Muhammad berperan
penting dalam peletakan kembali Hajar
Aswad.

Ketika Muhammad berusia 35 tahun,


banjir besar menghancurkan Ka'bah.
Dinding Ka'bah pernah rusak sebelumnya
akibat kebakaran dan banjir
mengakibatkan dinding bertambah
rusak. Bangunan yang dipuja-pula suku
Quraisy tersebut terancam roboh.
Melihat kemungkinan buruk tersebut,
suku Quraisy memutuskan untuk
memugar Ka'bah. Mereka bersepakat
untuk tidak menodai proyek tersebut
dengan sumber-sumber yang didapat
dari riba, pelacuran, atau pencurian.

Karena dinding Ka'bah harus dihancurkan


lebih dulu sebelum dipugar, suku Quraisy
takut Allah akan menghukum siapapun
yang mengacungkan tangannya untuk
menghantam rumah suci ini. Walid bin
Al-Mughirah adalah yang pertama
mendatangi Ka'bah. Sambil menyerukan
"Allah tidak akan menghancurkan para
pembaharu" dia mulai menghancurkan
dinding Ka'bah dan yang lain pun mulai
mengikuti, mereka menghancurkan
Ka'bah hingga tinggal pondasi aslinya
yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS.

Seorang tukang batu bangsa Romawi


bernama Baqum ditugasi membangun
kembali dinding-dinding Ka'bah. Tetapi
suku-suku tersebut tidak mampu
mengumpulkan cukup uang untuk
membangun kembali Ka'bah dengan
lengkap, jadi sebuah dinding kecil
dibangun untuk memperlihatkan batas-
batas pondasi asli yang diletakkan
Ibrahim AS. Dinding kecil ini memagari
wilayah seluas kira-kira 6 kubit (Sebuah
unit ukur kuno yang panjangnya
didasarkan pada panjang lengan bawah)
di bagian utara Ka'bah dan ia disebut
Hijar Isma'il.

Ketika pembangunan dinding telah


diselesaikan hingga ke tahap Hajar
Aswad diletakan, muncullah sengketa di
antara mereka. Setiap kepala suku
merasa berhak meletakkan batu itu pada
tempat asalnya, krisis itu berlanjut
selama 4 hari dan nyaris terjadi
peperangan antar suku. Pada saat itu
Abu Umayyah kepala suku yang paling
sepuh mendapat pemecahan atas
masalah ini, dia menyarankan agar laki-
laki berikut yang memasuki gerbang
Ka'bah harus diberi kewenangan untuk
mendamaikan sengketa ini, semua orang
harus setuju dengan saran laki-laki itu
dan atas kehendak Allah-lah laki-laki
berikutnya yang memasuki gerbang
Ka'bah adalah Muhammad.

"Dia Muhammad" mereka berkata


seketika melihat kedatangan dia, " karena
dia seorang yang dapat dipercaya, kita
semua sepakat untuk mempercayai
keputusannya." Ketika sudah
mempelajari detail-detail sengketa
tersebut, Muhammad meminta mereka
untuk membawa selembar kain. Dia lalu
mengambil Hajar Aswad tadi dan
menempatkan di atas kain itu, kemudian
meminta setiap klan untuk memegang
ujung kain tersebut dan mengangkatnya
bersama-sama, sementara Hajar Aswad
diangkat para kepala suku, Muhammad
mendorongnya ke tempat asalnya
dengan tangan dia sendiri. Semua orang
puas dan konflik besar bisa terhindarkan.

610

Wahyu pertama Muhammad

Muhammad menerima wahyu pertama


kalinya di Gua Hira, di Bukit Nur (Jabal
an-Nur). Kemudian menyebarkan ke
keluarga terdekat dan sahabat.

Muhammad geram dengan praktik


paganis pada masanya, meski dia bagian
tak terpisah dari masyarakat seperti itu
dia tidak pernah menghadiri perayaan
atau pesta penting apapun. Dia juga
berhati-hati agar tidak memakan hewan
yang disembelih atas nama selain Allah
dan menghindari menyentuh ataupun
berada dekat dengan berhala-berhala,
bahkan dia pernah menghunuskan
pedang pertanda kegeramannya
terhadap dua berhala paling terkenal
yakni Lata dan Uzza.

Dengan kegeraman terhadap beberapa


tradisi sosial terkuat dalam masyarakat
Mekkah, tak pelak lagi Muhammad
tumbuh terpisah dari kaumnya, dia
memilih menghabiskan waktu sendirian,
jauh dari pesta yang riuh dan pasar-pasar
yang ramai. Pada waktu yang sama dia
merasa perlu menyelamatkan orang-
orang tersebut dari kehancuran yang
dirasakannya sudah dekat.

Muhammad kemudian mencari tempat


menyepi di Gua Hira (Bukit Hira sekarang
dikenal sebagai Jabal Nur. Letaknya kira-
kira 2 mil dari Mekkah, gua tersebut
memiliki panjang empat meter kurang
sedikit dan tingginya satu setengah
meter lebih sedikit.) Di tempat inilah dia
menggabiskan waktu yang lama
sendirian, mengikuti praktik monoteisme
nenek moyangnya, Ibrahim AS, setiap
tahun selama tiga tahun berturut-turut
dia menghabiskan bulan Ramadhan di
dalam gua tersebut. Selama waktu
tertentu di sana, dia pun kembali ke
Mekkah, lalu berjalan mengelilingi Ka'bah
dan kemudian kembali ke rumah.

Ketika Muhammad mencapai empat


puluh tahun, dia mengalami hal yang
rupanya termasuk tanda-tanda
kerasulan. Dia mendapat penglihatan-
penglihatan (di alam bawah sadarnya)
bahkan apapun yang muncul
dihadapannya dalam setiap penglihatan
dan mimpi tersebut akan menjadi
kenyataan.

Pada suatu senin dini hari, persis


sebelum terbitnya matahari pada hari
kedua puluh satu Ramadhan (10 Agustus
610) suatu peristiwa telah mengubah
hidup laki-laki yang terpilih untuk
menyampaikan pesan dari Allah, juga
mengubah hidup manusia yang tak
terhitung banyaknya, yang sebagian
besar belum dilahirkan. Menurut Hijriyah
(qoMariyah-berdasarkan perhitungan
peredaran bulan) ketika itu Muhammad
SAW berusia empat puluh tahun-enam
bulan-dua belas hari, sedangkan menurut
kalender Masehi (Syamsiah-berdasarkan
perhitungan peredaran matahari) dia
berusia tiga puluh sembilan tahun-tiga
bulan-dua puluh dua hari.
Peristiwa itu terjadi tatkala Muhammad
SAW tengah sendirian di Gua Hira,
sedang menyembah Allah SWT persis
seperti yang dia lakukan pada dua
Ramadhan sebelumnya. Aisyah, wanita
yang mengisahkan begitu banyak
perilaku dan tutur kata suaminya,
menceritakan transisi dia dari seorang
laki-laki biasa menjadi seorang yang
selamanya akan dikenal sebagai
Rasulullah.

Yakni tatkala dia berada di Gua Hira, saat


itulah sang Malaikat berseru kepada dia,
"Bacalah!" "Aku tidak bisa membaca"
Muhammad SAW menjawabnya. Sang
Malaikat kemudian memegang tubuh dia
kuat-kuat dan menekannya untuk kali
kedua, sampai dia tidak tahan lagi.
Setelah melepaskan dia dan berseru
sekali lagi, "Bacalah" "Aku tidak bisa
membaca" Muhammad SAW mengulangi
jawaban yang sama. Untuk kali ketiga
sang Malaikat memegang tubuh dia
kuat-kuat dan menekannya sampai dia
tidak tahan lagi. Kemudian Malaikat Jibril
melepasnya dan berkata:

"Bacalah dengan (menyebut) nama


Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari setimpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Mahamulia." (Qs. Al-Alaq 96:1-3)
Rasulullah SAW ketakutan, jantung dia
berdebar kencang. Bergegas dia pulang
ke rumah ke Khadijah dan berseru lirih,
"Selimuti aku! Selimuti aku!" Khadijah
menyelimuti suaminya, dia lalu
mengisahkan kejadian dalam gua tadi,
seraya berkata "Aku khawatir sesuatu
telah menimpaku." "Tidak" Khadijah
menimpalinya, "Aku bersumpah atas
nama Allah, Dia tidak akan merendahkan
engkau. Engkau selalu menjaga
hubungan baik dengan keluarga,
menolong orang yang lemah dan miskin,
menjamu para tamu dengan dermawan
dan membantu orang-orang yang layak
dibantu."
Khadijah Kemudian membawa
Rasulullah ke sepupunya, seorang tua
yang sangat dihormati, Waraqah bin
Naufal. Orang tua ini mengerti Yudaisme
dan akrab dengan Injil, sudah
meninggalkan penyembuhan berhala dan
menjadi Nasrani. "Wahai sepupuku"
Khadijah memulai pembicaraan,
"Dengarkanlah Keponakanmu
(Muhammad)." "Apa yang sudah kamu
lihat, keponakanku?" tanya laki-laki tua
yang buta tersebut, lantas Rasulullah
memberitahu Waraqah kejadian di dalam
Gua Hira. Diapun mengatakan "Malaikat
yang diutus Allah kepadamu itu sama
dengan Malaikat yang di putus-Nya
kepada Musa. Seandainya aku masih
muda dan (aku berharap bisa) terus
hidup untuk menyaksikan hari ketika
orang-orang mengusirmu dari kota ini."
"Akankah mereka mengusirku?" tanya
Rasulullah. "Ya" jawab Naufal, "Belum
ada sebelumnya laki-laki yang
menyampaikan sesuatu seperti yang
kamu miliki sekarang tanpa menghadapi
kekerasan. Kalau saja aku masih hidup
untuk menyaksikan hari ketika kamu
diusir, pasti aku akan mendukungmu
dengan segenap kekuatan." Tetapi,
beberapa hari kemudian, Waraqah
meninggal dunia.
613

Dakwah terhadap keluarga

Muhammad mengundang kalangan


keluarganya dari Bani Hasyim untuk
berdakwah.

Dakwah terhadap Quraisy

Muhammad mengajak kalangan Quraisy


di Bukit Safa untuk menerima Islam. [1]

615

Kelahiran Fatimah, anak perempuan


Muhammad. Ia istri dari Ali bin Abi Thalib
dan semua keturunan Muhammad
melalui dia.

Hijrah ke Abyssinia

Penganiayaan Quraisy terhadap Muslim.


Muhammad memerintahkan sekelompok
orang untuk hijrah ke Abyssinia, sekarang
Ethiopia.

617

Memisahkan bulan

Memisahkan bulan (Bahasa Arab: shaqq-


al-Qamar), adalah salah satu mukjizat
yang dilakukan Muhammad.
Boikot Quraisy terhadap Bani Hasyim
dan Muhammad

Boikot dari kalangan Quraisy terhadap


Bani Hasyim dan Muhammad dimulai.
Bani Hasyim tinggal di lembah yang
disebut Lembah Abu Thalib, agak sedikit
di luar Mekkah. Selama tiga tahun itu
mereka tidak dapat berdagang, menikah,
dan bertemu dengan pihak luar.

619

Tahun Dukacita

Boikot berhenti. Meninggalnya Abu


Thalib dan Khadijah, Tahun Dukacita.
620

Isra' dan Mi'raj

Perjalanan Muhammad dari Mekkah ke


Yerusalem, kemudian diteruskan ke
langit ketujuh.

Tha'if

Muhammad pergi ke kota yang bernama


Tha'if dan mengajak mereka untuk
masuk Islam. Penduduk Tha'if
menjawabnya dengan perlakuan yang
kasar dan mulai melemparkan batu ke
arah dia.
Bertemu dengan sekelompok Jin

Dalam perjalanan kembali dari Tha'if, di


suatu tempat bernama Nakhlah,
sekelompok Jin bertemu dengan
Muhammad dan memeluk Islam

621

Bai'at 'Aqabah pertama

Bai'at yang dilakukan oleh 12 orang dari


Yatsrib terhadap Muhammad.
622

Bai'at 'Aqabah kedua

Bai'at yang dilakukan oleh 73 orang pria


dan 2 orang wanita dari Yatsrib terhadap
Muhammad.

9 September — Hijrah ke Madinah

Hijrah yang dilakukan oleh kaum Muslim


dari Mekkah ke Madinah. Muhammad
tiba di Madinah pada hari Senin, tanggal
27 September .

Lihat pula
Sejarah Islam
Referensi
1. [1] (http://www.islamvision.org/Acce
ptanceofIslam.asp) Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/200605161
21640/http://islamvision.org/Accept
anceofIslam.asp) 2006-05-16 di
Wayback Machine. [2] (http://www.m
akedua.com/display_dua.php?sectio
nid=108) Diarsipkan (https://web.ar
chive.org/web/20070102101933/htt
p://makedua.com/display_dua.php?s
ectionid=108) 2007-01-02 di
Wayback Machine. [3] (http://www.m
anchestermosque.org/images/a29-0
06.jpg) Diarsipkan (https://web.archi
ve.org/web/20070310233811/http://
www.manchestermosque.org/image
s/a29-006.jpg) 2007-03-10 di
Wayback Machine. [4] (http://bicarasi
swa.com/modules.php?name=News
&file=article&sid=35) Diarsipkan (htt
ps://web.archive.org/web/20070312
233523/http://bicarasiswa.com/mod
ules.php?name=News&file=article&si
d=35) 2007-03-12 di Wayback
Machine.

Pranala luar
Biography of prophet mohammed (htt
p://www.islamvision.org/ReligiousCon
ditions.asp) Diarsipkan (https://web.a
rchive.org/web/20060516121936/htt
p://islamvision.org/ReligiousCondition
s.asp) 2006-05-16 di Wayback
Machine. — islamvision.org

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Muhammad_di_Mekkah&oldid=22885906"

Halaman ini terakhir diubah pada 7 Februari


2023, pukul 09.30. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai