Anda di halaman 1dari 8

KISAH NABI MUHAMMAD SAW DARI LAHIR HINGGA WAFAT

1.Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad yang merupakan Nabi akhir zaman ini lahir di Makkah pada tahun gajah
atau sekitar 570 Masehi. Disebut tahun gajah karena saat itu ada pasukan gajah yang dipimpin oleh
Abharah Habasyah, yang ingin merobohkan Ka'bah.

Mengutip Sirah Nabawiyah karya Abdul Hasan 'Ali Al-Hasani An-Nadwi', beberapa sejarawan dan
pakar hadist mengatakan, menjelang kelahiran Nabi Muhammad, ada sejumlah peristiwa besar yang
terjadi.

"Peristiwa itu di luar nalar manusia, mengarah pada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan
manusia," tulis Abdul Hasan dalam Surah Nabawiyah.

Beberapa peristiwa besar itu, seperti singgasana Raja Persia Kisra Anusyirwan yang bergoyang dan
14 balkon istananya ikut runtuh. Selain itu, padamnya api sesembahan kaum Majusi di kuil pemujaan
di Persia (sekarang Iran), yang sebelumnya tak pernah padam.

Peristiwa besar lain menjelang kelahiran Nabi Muhammad, yaitu air Danau 'A' yang dikultuskan oleh
masyarakat Persia, tiba-tiba surut. Tasik Sava atau semenajung suci bagi masyarakat Persia pun
mendadak tenggelam.

Sementara di Makkah, pasukan gajah yang dipimpin Raja Yaman, Abrahah gagal menyerang Ka'bah.
Tak lama setelah itu, Nabi Muhammad lahir.

Nabi Muhammad lahir dari seorang ibu bernama Aminah, dan ayah, Abdullah. Abdullah meninggal
saat Nabi Muhammad berusia tiga bulan dalam kandungan Aminah, karena kelelahan berdagang dan
jatuh sakit.

Sang kakek, Abdul Mutalib yang merupakan pemimpin Makkah atau kaum Quraisy, memberikan
nama Muhammad kepada Rasulullah. Sang kakek membawa Nabi Muhammad masuk ke dalam
Ka'bah, lalu seekor kambing disembelih sebagai bentuk aqiqah dan Beliau dikhitan pada usia 7 hari.

Saat Nabi lahir tak ada yang mau menyusuinya karena termasuk golongan miskin. Tapi seorang ibu,
bernama Halima Sa'diyah dengan ikhlas menyusuinya, meski ASI yang dimilikinya pun sedikit.
Keikhlasannya dibalas oleh Allah SWT. Keledai miliknya menjadi berisi dan ASI miliknya menjadi
lancar.

Saat kanan-kanak, Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktu yang tak lama bersama ibunya
karena di usia enam tahun, Aminah meninggal dunia. Setelah menjadi yatim piatu, Nabi Muhammad
tinggal dan diasuh oleh kakeknya.

Namun saat, Nabi Muhammad berusia 8 tahun, sang kakek meninggal dunia, sehingga pamannya,
Abu Thalib merawatnya. Mereka hidup dalam kekurangan. Meski begitu, Nabi Muhammad tumbuh
dengan baik. Saat kanak-kanak, Nabi Muhammad membantu menggembala binatang ternak dan
ketika sudah cukup dewasa, Nabi membantu pamannya berdagang.
2.Masa kecil Nabi Muhammad SAW

Dalam kisahnya, Nabi Muhammad dilahirkan yatim di rumah Abu Thalib yang terletak di
perkampungan Bani Hasyim. Ayahnya yang bernama Abdullah, meninggal ketika Nabi Muhammad
SAW masih berada dalam kandungan Siti Aminah. Selama tiga hari, Nabi Muhammad SAW disusui
oleh ibunya, Siti Aminah.Nabi Muhammad SAW juga sempat disusui oleh budak wanita milik
ayahnya, yakni Ummu Aiman. Lalu, pernah disusui oleh budak bernama Tsuwaibah, milik paman
beliau Abu Lahab.

Ketika kecil, Nabi Muhammad SAW tumbuh dan menjalani hidup layaknya seorang anak kecil pada
umumnya. Namun, karena dulu tradisi Quraisy masih melekat, maka pada hari kedelapan belas seusai
Siti Aminah melahirkan Nabi Muhammad harus disembunyikan ke pedalaman dan baru dikembalikan
ketika ia berusia delapan atau sepuluh tahun.

Dengan adanya tradisi tersebut, berarti Nabi Muhammad SAW tidak merasakan kasih sayang seorang
ibu kandung sejak kecil hingga berusia sepuluh tahun. Tapi, ia justru merasakan kasih sayang itu dari
Halimah binti Sa'diyah selama tiga tahun yang berasal dari Bani Sa'ad. Lewat kasih sayangnya, Nabi
Muhammad SAW bisa tumbuh dengan mengisap nutrisi dari wanita tersebut. Nabi Muhammad SAW
pun saat itu tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, selalu membantu temannya, bersikap baik,
jujur, dan dianugerahi kecerdasan yang luar biasa dibandingkan dengan anak seusianya. Bahkan, dia
juga pandai berbisnis.

Saat Nabi Muhammad SAW diusia delapan tahun, ia telah melakukan bisnis pertamanya dengan
mengembala kambing. Beliau mendapatkan upah beberapa qiraat dari penduduk Mekah.

Uniknya, saat berada di pangkuang Halimah, Nabi Muhammad justru tidak suka bermain tanah
ataupun menyantap makanan yang dihinggapi lalat. Begitu pula saat dia diasuh oleh sang paman, Abu
Thalib. Nabi Muhammad SAW sangat menyukai kebersihan dan selalu berpenampilan sebaik
mungkin.

Begitulah sedikit kisah yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW saat kecil.

3.Masa remaja Nabi Muhammad

Selepas kepergian ibunda, ia diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Ia sungguh mencintai
dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi, ketika usia Muhammad tepat delapan
tahun dua bulan dan sepuluh hari, kakeknya pun wafat. Kemudian pengasuhan Muhammad beralih
kepada pamannya, Abu Thalib.

Pada masa pengasuhan Abu Thalib inilah, beliau menjalani masa remaja. Ketika Muhammad berusia
12 tahun, Abu Thalib mengajaknya pergi ke Syam (sekarang meliputi Suriah, Palestina, Yordania dan
Lebanon) untuk berbisnis.

Tatkala kafilahnya sampai di Bushra, mereka berjumpa dengan seorang pendeta Nasrani bernama
Buhaira. Dia mulai memperhatikan Muhammad, menghampiri dan berbicara dengannya. Tak lama, ia
menengok ke Abu Thalib dan bertanya “Apa hubunganmu dengan anak kecil ini ?” “Ia anakku,”
jawabnya. “Ia bukan anakmu, dan semestinya anak itu tidak memiliki ayah yang masih hidup,” kata
Buhaira.
Abu Thalib pun mengakui bahwa dia adalah keponakannya. Pendeta itu lalu meminta kepada Abu
Thalib untuk membawanya pulang kembali, takut akan orang-orang Yahudi yang hendak
menyakitinya. Lantas ia pun membawanya kembali ke Mekkah.

Setelahnya, Ahmad (nama lain Nabi SAW) menjalani masa remajanya dengan menggembala
kambing, kendati upah yang didapat hanya beberapa qirath (satu qirath: 0,2 g berlian) (HR. Bukhari).
Tidak lain kecuali untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu paman yang menanggung banyak
anak.

Layaknya remaja zaman itu, banyak sekali yang rusak akibat perbuatan maksiat. Tapi dengan izin
Allah, Ahmad muda nan gagah terjaga dari perbuatan yang merugikan kebanyakan kawan sebayanya.
Sampai suatu ketika Nabi bercerita tentang dirinya, bahwa dia pernah dua kali duduk mendengarkan
pesta perkawinan ketika zaman jahiliah, tapi Allah tutup telinganya hingga tertidur dan terbangun
esoknya dengan terik matahari. “Setelah itu, aku tidak pernah lagi berniat (mengikuti) perbuatan
buruk.” (HR. Thabrani).

Ketika Muhammad menginjak usia 20 tahun, di Mekkah terjadi peristiwa Harbul Fijar (Peperangan
Fijar). Perang yang meletup antara Kabilah Quraisy bersama Bani Kinanah melawan Qais dan ‘Aylan.
Beliau pun ikut berperang dengan paman-pamannya dan menyiapkan anak panah untuk mereka.

Pasca kemenangan Kabilah Quraisy dalam peperangan tersebut, disepakatilah perjanjian yang
diabadikan dengan istilah Halful Fudhul. Bertambahlah pengalamannya dalam masalah diplomasi dan
negosiasi. Sedemikian terkesannya, beliau berkata -- setelah diutus menjadi Rasul -- “Aku telah
menyaksikan di rumah Abdullah bin Jad’an perjanjian yang lebih aku sukai daripada unta merah
[kendaraan elit waktu itu], dan sekiranya aku diundang pada momen yang sama pada hari ini, tentu
aku memenuhinya.”

Menjelang usia dewasa yang matang, Muhammad semakin menekuni dunia bisnis. Menurut Syeikh
Mubarikfuri dalam Ar-Rahiq Al-Makhtum, Nabi berdagang dengan mitra terbaiknya Saib bin Abi
Saib. Barulah ketika berumur dua puluh lima tahun, Muhammad menjalin kerja sama bisnis dengan
Siti Khadijah, wanita kaya raya nan mulia.

4.Nabi Muhammad menjelang dewasa

Menjelang usia Nabi Muhammad yang dewasa, membuatnya semakin menekuni dunia bisnis.
Nabi pun berdagang dengan kawan terbaiknya yakni Saib bin Abi Saib. Barulah pada saat berusia 25
tahun, Rasulullah menjalin kerja sama bisnis bersama wanita kaya raya yakni Siti Khadijah.

Perkenalan Muhammad dengan Khadijah memang berawal dari dunia perniagaan. Perempuan ini
biasa membiayai kafilah perdagangan Mekkah ke Suriah untuk nanti membagi keuntungan bersama
mitranya. Hal ini menjadi alasan bagi mereka berdua dalam melakukan perjalanan dagang tersebut.

5.Pernikahan Nabi Muhammad dan Khadijah

Banyaknya kegiatan perdagangan yang melibatkan mereka berdua, membuat Khadijah


merasa kian tertarik. Perempuan ini akhirnya mengutus seorang sahabatnya, Nafisah binti Umayyah
untuk menyampaikan keinginannya yakni melamar Muhammad.
Muhammad SAW pun menyampaikan kabar gembira ini kepada paman-pamannya. Salah satunya
yakni, Hamzah bin Abdul Muthalib lantas mendatangi rumah Khuwailid bin Asad dengan
Muhammad untuk melamar Khadijah. Maka menikahlah mereka berdua ketika Nabi berusia 28 tahun.

6.Nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertama

Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya ketika beliau sudah berumur 40 tahun.
Berikut adalah kisah lengkap Nabi Muhammad SAW saat menerima wahyu pertama dari Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum
Hijriyah tepatnya di Gua Hira. Kejadian ini diawali ketika Nabi Muhammad SAW prihatin akan
keruntuhan moral yang sangat para di Kota Mekkah.

Kemudian dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Aisyah istri Nabi Muhammad SAW berkata
“Peristiwa awal turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW adalah diawali dengan Ar-ru'yah ash-
shadiqah (mimpi yang benar) di dalam tidur. Tidaklah Beliau bermimpi, kecuali yang Beliau lihat
adalah sesuatu yang menyerupai belahan cahaya Shubuh. Dan di dalam dirinya dimasukkan perasaan
untuk selalu ingin menyendiri.”

Kemudian beliau memutuskan untuk berdiam diri di dalam Gua Hira. Sampai pada akhirnya malaikat
Jibril mendatanginya seraya berkata Iqra. Kemudian Rasulullah SAW menjawab “Aku tidak bisa
membaca” beliau menjelaskan, kemudian malaikat itupun menarik dan menutupiku hingga akupun
merasa kesusahan. Kemudian malaikat itu kembali lagi kepadaku dan berkata iqra. Aku menjawab
“Aku tidak bisa membaca.”

Kemudian malaikat menyuruh beliau membaca surat Al-Alaq ayat 1 – 5 :

َ ُّ‫ ا ْق َرْأ َو َرب‬.‫ق‬


‫ َعلَّ َم اِإْل نسَانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬.‫ الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬.‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ َ َ‫ خَ ل‬.َ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي خَ لَق‬
ٍ َ‫ق اِإْل نسَانَ ِم ْن َعل‬

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya."

Kemudian setelah selesai membaca surat tersebut malaikat meninggalkannya pergi, kemudian
Rasulullah SAW pulang dengan keadaan gelisah dan mengigil seperti demam. Sampainya di rumah
beliau meminta istrinya Khadijah untuk menyelimutinya dan Rasulullah SAW menceritakan apa yang
dialaminya kepada Khadijah dan Rasulullah SAW berkata “Wahai Khadijah, apa yang terjadi
denganku? Sungguh aku merasa khawatir atas diriku sendiri.”

an kemudian Khadijah menjawab “Tidak, bergembiralah engkau. Demi Allah, Allah selamanya tidak
akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkau selalu menyambung tali persaudaraan, selalu
menanggung orang yang kesusahan, selalu mengupayakan apa yang diperlukan, selalu menghormati
tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran.”
7.Dakwah pertama Nabi Muhammad SAW

Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW tentu jauh dari kata mulus. Banyak rintangan dan
cobaan yang dilalui Rasulullah selama berdakwah. Bahkan penolakan berupa hinaan dan celaan dari
Kafir Quraisy kerap beliau dapatkan.

Waraqah bahkan mengingatkan Rasulullah untuk berhati-hati. Ia berkata: "Pastilah kau (Muhammad)
akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku
masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-
Nya pula,"

Namun semua itu dilalui Rasulullah dengan sabar dan tawakkal. Rasulullah berdakwah selama 23
tahun sampai akhir hayatnya.

Dari 23 tahun masa kerasulannya, 13 tahun dihabiskan Rasulullah dengan berdakwah di kota
kelahirannya, Mekah. Sedangkan 10 tahun sisanya dihabiskan dengan berdakwah di Kota Madinah.

Dalam tiga tahun awal masa dakwahnya di Mekah, Rasulullah berdakwah dengan cara sembunyi-
sembunyi. Ia mendakwahi beberapa orang terdekatnya yang diyakini bisa merahasiakan pesan yang
dibawanya.

Adapun mereka yang pertama masuk Islam pada periode ini adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar
bin Khathab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Az-Zubair bin Al-
Awwam, Abudurrahman bin Auf, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Said bin
Zaid. Orang-orang ini kemudian mendapat julukan As-sabiqun Al-awwalun, yaitu orang-orang yang
pertama masuk Islam. Nabi muhammad terus melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, sampai
kemudian turun wahyu Allah SWT, Surat Al-Hijr ayat 94.

َ‫فَٱصْ َد ْع بِ َما تُْؤ َم ُر َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْٱل ُم ْش ِر ِكين‬

Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Nabi Muhammad kemudian melakukan dakwahnya secara terang-terangan. Beliau memulai


dakwahnya dari Bani Hasyim, keluarga terdekatnya. Namun hanya Ali Bin Abi Thalib saja yang mau
masuk Islam dan pamannya, Abu Thalib, bersedia membelanya walaupun ia belum mau
mengucapkan syahadat. Banyak Kafir Quraisy yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW,
termasuk paman Nabi sendiri yaitu Abu Lahab. Mereka melakukan segala cara untuk menolak ajaran
yang dibawa Rasulullah. Bahkan mereka berencana untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.

Hingga akhirnya turun perintah Allah untuk hijrah ke Negeri Habasyah, di mana ada Raja yang adil di
sana. Raja itu disebut-sebut tidak akan membiarkan rakyatnya ditindas dan dianiaya. Namun
kemudian turun lagi perintah dari Allah untuk hijrah ke Kota Madinah.

Kemudian Rasulullah beserta para sahabatnya hijrah ke Madinah dan membangun Masjid Quba.
Masjid ini dijadikan sebagai tempat sholat dan tempat menyusun tugas-tugas dakwah. Pembangunan
Masjid Quba berjalan dengan lancar dan Nabi Muhammad pun turut mengulurkan tangan dalam
menyelesaikan pembangunannya.
Rasulullah berdakwah sampai akhir hayatnya. Hingga akhirnya Rasulullah wafat pada hari Senin, 12
Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah di usianya yang ke-63 tahun. Semua perjuangan Rasulullah telah
membawa Islam dari jaman jahiliyah menuju peradaban Islam yang cerah.

8.Perintah berzakat di zaman Rasulullah

Memasuki zaman Rasulullah SAW tepatnya di tahun pertama di Madinah, Nabi dan
sahabatnya serta kaum Muhajirin masih menghadapi usaha untuk tetap bertahan hidup. Hal ini karena
tidak semua dari mereka merupakan orang berkecukupan, kecuali Usman bin Affan.

Kondisi kaum Muslimin yang sudah mulai sejahtera di tahun kedua Hijriah, barulah muncul perintah
zakat. Nabi Muhammad SAW akhirnya langsung mengutus Mu’adz bin Jabal untuk menjadi Qadli di
Yaman. Rasul pun memberikan nasihat kepadanya agar menyampaikan pada ahli kitab tentang hal ini.

9.Perintah kurban di masa Rasulullah

Qurban yang secara bahasa berasal dari kata qarraba-qurbanan memiliki arti mendekatkan.
Sebagai syariat rasul yang berlaku sampai umat Nabi Muhammad SAW, qurban nyatanya telah ada
pada zaman Nabi Adam dan Nabi Ibrahim, dan memiliki hukum sunah muakkadah. Hukum yang
mendekati wajib itu, tertuang dalam berbagai hadis Nabi Muhammad SAW dan dalam Alquran
sendiri. Di zaman Rasulullah, perintah qurban diturunkan dalam firman Allah SWT. Beberapa di
antaranya adalah surat Al Kautsar ayat 1-2.

١:‫ك ْال َكوْ ثَ َر ﴿الكوثر‬


َ ‫ِإنَّآ َأ ْعطَ ْي ٰن‬

(Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak)

‫ص ِّل لِ َربِّكَ َوا ْن َحرْ ﴿الكوثر‬


َ َ‫ف‬

(Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan
diri kepada Allah).

Tak hanya itu, berkaitan dengan perintah qurban, Nabi Muhammad dalam hadistnya mengatakan.
‘’Saya disuruh menyembelih qurban dan qurban itu sunah bagi kamu.’’ (HR Tirmidzi).

Bahkan, dalam hadist lain Rasulullah juga pernah bersabda sebagaimana diterangkan dalam hadis;

Dari Abu Hurairah, ‘’Rasulullah SAW telah bersabda, barang siapa yang mempunyai kemampuan,
tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami.’’ (HR
Ahmad dan Ibnu Majah).

Mengutip buku sejarah lengkap Rasulullah Jilid 2 karangan Ali Muhammad Ash Shallabi, disebutkan,
setelah Tahalul dari Umrah dan bermusyawarah dengan Ummu Salamah, Rasulullah bersabda kepada
para sahabat. ‘’Berdirilah, sembelihlah (hewan qurban) kemudian cukur rambut kalian,’’. Dalam
ucapannya itu, Rasulullah sampai mengucapkannya tiga kali, mengingat tidak seorang pun berdiri
menunaikan perintah itu.
Setelah peristiwa tersebut, Nabi Muhammad SAW memasuki tempat Ummu Salamah dan
menyampaikan apa yang terjadi.

Kemudian Ummu Salamah berkata, ‘’Wahai Nabiyullah, apakah engkau menyukai hal itu? keluarlah,
jangan bicara sepatah kata pun dengan siapapun hingga engkau menyembelih untamu, panggillah
tukang cukurmu supaya mencukur rambutmu.’’

Rasulullah lalu keluar dan tidak berbicara pada siapapun hingga melakukan apa yang dikatakan
Ummu Salamah.

Melihat itu, para sahabat langsung terhentak dan berdiri, mereka langsung menyembelih dan saling
mencukur satu sama lain. Hingga disebutkan dalam kitab syarat-syarat Al-Bukhari hadist nomor
2732, bahwa hampir sebagian dari mereka membunuh sebagian lainnya karena sedih.

Pada peristiwa Hudaibiyah itu, sebagian mencukur rambut dan sebagian dari mereka
memendekannya. Lalu Rasulullah bersabda, ‘’Semoga Allah merahmati orang-orang yang
mencukur.’’ Para sahabat lalu bertanya, ‘’Dan yang memendekan rambut, wahai Rasulullah?, dan
Rasulullah menjawab pertanyaan sebanyak tiga kali itu dengan jawaban yang sama sebanyak tiga kali
pula, ‘’Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur,’’ Hingga akhirnya setelah ditanya
kembali, Rasulullah bersabda, ‘’Dan yang memendekan rambut.’’

Menurut As-Sirah An-Nabawiyah, di antara hewan yang diqurbankan Nabi Muhammad SAW pada
saat itu, terdapat unta milik Abu Jahal. Di kepalanya terdapat kalung dari emas, sehingga hal itu
membuat marah kaum musyrik.

Setelah kejadian itu, Rasulullah bersabda terkait binatang yang sah sebagai hewan qurban.

Dari Barra’ bin Azib, ‘’Rasulullah SAW telah bersabda, ‘’empat macam binatang yang tidak sah
dijadikan qurban: (1) buta matanya, (2) sakit, (3) pincang, (4) kurus yang tidak berlemak lagi.’’ (HR
Ahmad dan dinilai shahi oleh Tirmidzi).

Lalu, dari Jabir, ‘’Kami telah menyembelih qurban bersama-sama Rasulullah SAW pada tahun
Hudaibiyah, seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang.’’ (HR Muslim).

10.Haji Wada’

Kisah haji wada bermula ketika Nabi Muhammad SAW berangkat menunaikan ibadah haji
bersama dengan istri-istrinya pada akhir tahun 10 Hijriah, 25 Zulka’dah. Beliau berangkat dari
Madinah setelah menjalankan salat dzuhur. Keberangkatan beliau diikuti oleh 90.000 hingga 114.000
jamaah. Dengan penuh kegembiraan serta keihklasan hati, mereka berangkat menuju tanah suci.
Ketika sampai di Dzul Hulaifa, tepatnya sebelum ashar, Nabi dan juga seluruh kaum muslimin
berhenti dan bermasalam selama satu hari. Kemudian pada esok harinya, Nabi Muhammad SAW
mengenakan pakaian ihram, yang kemudian diikuti oleh kaum muslimin yang lain.

Setelah delapan hari perjalanan, Nabi Muhammad beserta dengan kaum muslimin lainnya tiba di
tanah suci Mekah. Beliau kemudian melakukan ibadah tawaf, diikuti dengan sa’i di antara Shafa dan
juga Marwa. Kemudian pada 8 Dzulhijah, Nabi Muhammad berangkat ke Mina dan bermalam di
sana. Baru setelah matahari terbit, Nabi Muhammad beserta dengan rombongannya berangkat menuju
Arafah. Dan di sana, Nabi Muhammad menyampaikan khotbahnya. Setelah khotbah, Nabi kemudian
mencukur rambutnya dan berangkat menuju Mekah. Di Mekah, Nabi Muhammad melaksanakan
tawaf ifadha dan juga salat dzuhur. Di sini nabi meminum air zam-zam, dan kemudian kembali dan
bermalam di Mina.

Tanggal 11 Dhulhijah, tepatnya ketika matahari mulai ke barat, Nabi Muhammad melempar jumrah di
jamarat. Di sini Nabi Muhammad kemudian kembali menyampaikan khotbahnya. Setelah dari Mina,
Nabi Muhammad kemudian melaksanakan thawaf wada di Mekah dan melanjutkan perjalanan ke
Madinah. Di sinilah kemudian prosesi haji pertama sekaligus terakhir bagi Nabi Muhammad berakhir.

Demikianlah kisah haji wada’, haji perpisahan Nabi Muhammad dengan umatnya. Peristiwa ini
menjadi momen di mana Nabi Muhammad bertemu dengan umatnya untuk yang terakhir kalinya.
Tiga bulan setelah peristiwa tersebut terjadi, Nabi Muhammad SAW wafat.

11.Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Musabab wafatnya Rasulullah adalah karena jatuh sakit. Beliau sakit ketika pulang dari haji
Wada, tepatnya pada dua hari terakhir bulan Shafar, atau menjelang hari-hari pertama memasuki
bulan bulan Rabiul Awal, tahun ke-11 Hijriyah.

Meskipun sakit, Rasulullah tetap memenuhi kewajiban sebagai suami dengan berkeliling ke rumah-
rumah istrinya. Ketika tiba di rumah istrinya yang bernama Maimunah, sakitnya tak tertahankan lagi.
Lalu beliau mengumpulkan istri-istrinya dan meminta izin untuk tinggal di rumah Aisyah dan
beristirahat di sana selama sakit.

Di rumah Aisyah, Rasulullah dirawat dan dibacakan surat An-Nas, Al-Falaq, serta doa-doa yang lain.
Aisyah memanjatkan doa lalu meniup tangannya dan mengusapkannya di sekujur tubuh Rasulullah
demi mengharap berkah Allah SWT atas kesembuhan beliau.

Di masa sakitnya, Rasulullah menyempatkan diri untuk menemui kaum Muslimin dan berwasiat
kepada mereka untuk tidak menjadikan kuburan nabi-nabi, termasuk kuburannya nanti, sebagai
masjid. Maksud dari perkataan tersebut ialah bahwa Rasulullah melarang kaum Muslimin untuk
menyembah kuburannya, kelak ketika ia telah meninggal.

Tak lama setelah Rasulullah berwasiat kepada kaum Muslimin, sakit yang dideritanya kian parah.
Akhirnya, ajal pun menghampiri. Wafatnya Rasululah membawa kesedihan kepada seluruh umatnya,
terutama para keluarga dan sahabat, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Anda mungkin juga menyukai