Anda di halaman 1dari 3

Tugas Agama

Nama: Alif Indra Maulana

Kelas :8F

Kisah Nabi Muhammad

A. Terlahir Tanpa Seorang Ayah


Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau 570 Masehi,
tepatnya pada hari Senin, di Kota Mekah. Waktu kelahiran Nabi Muhammad ini diceritakan
sendiri oleh Nabi Muhammad melalui Abu Qatadah, beliau bersabda,
"Itu adalah hari aku dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan diturunkannya kepadaku Al
Quran (pertama kali)," (HR Muslim).
Beliau terlahir dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang saudagar yang sering
bepergian ke Negeri Syam, dan Aminah bin Wahab. Abdullah, ayah dari Rasulullah SAW,
merupakan anak dari pemimpin suku Quraisy dan sangat dihormati di kalangan warga.
Sementara Aminah, merupakan pemimpin dari Bani Zuhrah. Ia adalah sosok wanita paling
mulia dalam hal keturunan dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.

Namun, Abdullah meninggal dunia saat Aminah mengandung Nabi Muhammad yang saat
itu baru berusia 2 bulan. Sehingga Nabi Muhammad terlahir sebagai seorang anak tanpa
didampingi oleh ayahnya

B. Nabi Muhammad SAW dan Ibu Susunya


Dikisahkan dari buku Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam karya Ibnu Hisyam, kisah kelahiran
Nabi Muhammad SAW berlanjut saat sang ibu, Aminah, mengutus seseorang untuk
mengabarkan tentang kelahiran anaknya kepada Abdul Muthalib, kakek Rasulullah. Abdul
Muthalib sangat senang dengan kelahiran Nabi Muhammad.

Sejarawan menyebut, Abdul Muthalib membawa bayi Nabi Muhammad SAW ke Kakbah.
Hal ini dilakukannya untuk berdoa sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah
atas kelahiran Nabi Muhammad SAW
Kakek Rasulullah SAW kemudian menyerahkan bayi Muhammad kepada salah seorang ibu
susuan dari Bani Sa'ad bin Bakar. Ibu susuannya bernama Halimah binti Abi Dzuaib.

Sebelum Halimah menjadi ibu susu yang terpilih, diceritakan bahwa saat itu Halimah dan
rombongannya pergi ke Mekah. Di sana, mereka kemudian ditawari untuk menyusui bayi
Muhammad.

Namun, rombongan Halimah menolak tawaran tersebut. Mereka beralasan bahwa


Muhammad saat itu adalah seorang anak yatim, sementara mereka membutuhkan imbalan
dari ayah sang bayi.

Di tengah-tengah kelompok yang menolak, hanya Halimah yang bersedia dan bersikeras
untuk menyusui bayi Muhammad. Hingga ia dan suaminya berhasil membawa sang bayi
pulang. Nabi Muhammad pun saat itu tinggal bersama ibu susunya di dusun Bani Sa'ad
selama empat tahun.
Perlu diketahui bahwa zaman dulu masyarakat Arab memiliki kebiasaan menyusukan anak-
anak mereka kepada perempuan desa. Hal ini bertujuan agar anak-anaknya tumbuh di
lingkungan pedesaan yang udaranya masih bersih dan berada di lingkungan dengan
bahasa Arab yang fasih

Wafat Sang Ibu dan Kakek


Muhammad kecil saat berusia 5 tahun sudah kembali ke rumahnya. Ia mulai kembali
hidup bersama ibunda dan kakeknya. Namun tak lama setelah itu tepatnya saat
Rasul berusia 6 tahun,

Nabi Muhammad juga kehilangan sang Ibu, Siti Aminah, yang meninggal dunia
setelah mereka berdua ziarah ke makam Abdullah. Aminah dikabarkan jatuh sakit
sebelumnya dan dikuburkan di sebuah desa bernama Abwaa'.

Alhasil, Nabi Muhammad SAW kembali ke Mekah bersama Ummu Aiman, sosok
pelayan di keluarganya yang kemudian dianggap sebagai saudara sendiri oleh
orang tua Nabi Muhammad SAW.

Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad harus diasuh oleh Abdul Muthalib, kakeknya.
Sang kakek dikisahkan memiliki tempat spesial karena Nabi Muhammad SAW
menghabiskan masa kecil bersamanya.

Demikianlah, seorang Nabi Muhammad yang masih berusia 6 tahun sudah harus
menjadi seorang anak yatim piatu tanpa kedua orang tuanya. Hal ini membuat Nabi
Muhammad dirawat sepenuhnya oleh Abdul Muthalib yang sangat menyayanginya.

Nabi Muhammad kecil hidup bahagia dalam asuhan Abdul Muthalib dan Ummu
Aiman. Namun, seakan kebahagian tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian,
Muhammad kecil kembali kehilangan seseorang yang istimewa baginya, yakni sang
kakek, Abdul Muthalib

Tidak dapat dibayangkan bagaimana kesedihan seorang anak usia 8 tahun tersebut.

Pengasuhan Muhammad kecil kemudian diserahkan kepada pamannya yang


bernama Abu Thalib. Disebutkan dalam sejumlah sirrah bahwa Abdul Muthalib
mewasiatkan hal tersebut kepada Abu Thalib, mengingat Abdullah dan Abu Thalib
adalah saudara seibu.
Saat Nabi Muhammad berusia 12 tahun, ia diajak pamannya ke negeri Syam untuk berjualan.Saat di
perjalanan, ia bertemu seorang pendeta yang melihat tanda-tanda kenabian dari Nabi Muhammad. Pendeta
tersebut mengimbau Abu Thalib untuk menjaga Nabi Muhammad dari gangguan orang-orang quraisy.

Perjalanan Menerima Wahyu


Beranjak dewasa, Nabi Muhammad melakukan bisnis dan bekerja sama dengan Khadijah, seorang
saudagar kaya. Saat Nabi berusia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah yang pada masa itu
berusia 40 tahun.
Saat Nabi berusia 40 tahun, beliau menerima wahyu pertamanya di Gua Hira'. Wahyu yang pertama
kali turun tersebut yaitu Surat Al-Alaq. Semenjak itu, Nabi Muhammad mulai menjalankan dakwah
secara sembunyi-sembunyi dan berlangsung selama tiga tahun.

Peristiwa Isra' Miraj


Sebelum mengalami peristiwa Isra’ Miraj , Nabi Muhammad mengalami duka yang begitu mendalam
karena Khadijah, istrinya dan Abu Thalib, pamannya meninggal dalam waktu yang tidak lama.
Kemudian, Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk membawa Nabi Muhammad terbang
mengendarai buroq dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.
Nabi Muhammad juga melewati langit ke-7 dan bertemu dengan Allah SWT untuk yang pertama kali.
Kemudian, Nabi Muhammad mendapatkan perintah shalat 5 waktu yang wajib dijalankan oleh
seluruh kaumnya

Wafatnya Nabi Muhammad SAW

meninggalkan duka yang mendalam bagi para sahabat dan seluruh kaum muslimin. Nabi meninggal di
usia 63 tahun dan dimakamkan di Kubah Hijau, Madinah, Arab Saudi. Meskipun Nabi telah
meninggal, namun Abu Bakar, sahabat Nabi mengimbau kepada kaum muslimin untuk tetap
melakukan dan meneladani apa yang telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya

Anda mungkin juga menyukai