FATIMAH AZZAHRA
Disusun oleh:
Zakiyah Fikri Nur Arkam
X11 MIA 1
MAN 19 JAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................. 1
PEMBUKAAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................1
BAB II ............................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
A. Kelahiran Sayyidah Fatimah Az-zahra .................................................................2
B. Kehidupan Sayyidah Fatimah Az-Zahra ...............................................................4
C. Wafatnya Sayyidah Fatimah Az-zahra ............................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
iii
BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hari kedua puluh Jumadi Tsani, dimana Rasulullah SAW telah
melewati masa lima tahun dari di utusnya beliau menjadi Rasul, seorang bayi
perempuan telah membuka matanya ke dunia ini yang mana rumah Rasul SAW
telah dipenuhi oleh cahaya lebih dari sebelumnya dan juga memberikan kesan
yang dipenuhi dengan kecemerlangan dan kesegaran serta kegembiraan khusus.
Rasulullah SAW kelihatan sangat gembira dan betapa bahagia dengan
lahirnya bayi ini dan beliau sangat menikmatinya seraya berkata: “Putri ini
adalah ruh dan jiwa saya, dan saya menghirup bau surga dari wujudnya.”
2
kamu, adalah perempuan dan darinyalah generasi selamat dan suci akan terlahir
di dunia ini dan Tuhan Tabaraka Wata’ala memberikan kelanjutan akan
generasi saya melalui perantaraan dia dan para imam maksum akan datang dari
keluarga beliau, setelah berakhirnya kenabian dan terputusnya wahyu, maka
merekalah yang akan melanjutkan risalah saya.
3
memancar darinya dan cahaya ini tidak hanya membuat seluruh rumah-rumah
di Mekkah bersinar bahkan tidak sebuah titikpun di timur dan barat tertinggal
dari alam ini kecuali di sana terpencar dari cahaya Fatimah. Dalam keadaan ini,
sepuluh orang Haurul’ain yang setiap darinya di sertai dengan ember dan pasu
air sorga yang di penuhi dari air kautsar, dan telah memasuki rumah Rasulullah
SAW dan memandikan Fatimah dengan air kautsar tersebut dan setelah itu,
mereka membawa dua lembar kain putih dan harum dan membalut bayi tersebut
dengannya. Fatimah pada detik-detik pertama terlihat kata di bibirnya dan
berkata demikian: “Asyhadu an la ilaha illallah wan an abi rasulillah sayyid
Al-Anbiyaa wa an bi’ali sayyid al-wasiyaa wa waladi saadatan al-
asbaath; Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa, dan
ayahku Rasulullah SAW adalah pemimpin para Nabi, dan suamiku adalah
penghulu para wasy dan putra-putraku adalah pemimpin dari anak-anak Nabi.”
4
Fathimah tumbuh dalam rumah tangga nabawi yang penuh kasih
sayang. Nabi melindungi, menjaganya, dan tekun mendidik beliau agar beliau
mengambil bagian yang cukup dari adab, kasih sayang dan nasihat nabawi yang
lurus. Hal yang menggembirakan ibunya, Khadijah r.a. adalah sifat Fathimah
yang baik, lemah lembut dan terpuji.
5
Muhammad SAW yang sedang meniti jalan yang keras di jalan dakwah kepada
Allah. Terlebih-lebih, setelah wafatnya pamanda beliau Abu Thalib dan istri
beliau yang setia yakni Khadijah r.a..
6
Di antara sahabat yang melamar az-Zahra adalah Abu Bakar dan Umar,
akan tetapi Nabi SAW menolak dengan cara yang halus. Kemudian Ali bin Abi
Thalib r.a. mencoba mendatangi Nabi untuk meminang Fathimah. Ali bercerita:
7
Pada malam pernikahan az-Zahra bersama Farisul Islam Ali bin Abi
Thalib, Rasulullah SAW memerintahkan Ummu Salamah agar membawa
pengantin putri ke rumah Ali bin Abi Thalib yang telah dipersiapkan sebagai
tempat tinggal mereka berdua, dan beliau meminta agar mereka berdua
menunggu beliau di sana.
Maka terbukalah hati Nabi SAW terhadap kedua cucunya yang berharga
yakni Hasan dan Husein. Sungguh, beliau melihat bahwa kedua cucunya
memiliki arti khusus bagi kehidupan beliau di muka bumi ini, maka beliau
8
melimpahkan kecintaan dan kasih sayang yang dalam kepada keduanya.
Tatkala turun ayat:
Adalah Nabi ketika itu bersama Ummu Salamah r.a. dan beliau
mengundang Fathimah, Ali, Hasan dan Husein kemudian beliau menyelimuti
mereka dengan kain seraya berdoa:
9
diceritakan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a., “Belum pernah aku melihat
orang yang paling mirip dengan Rasulullah SAW dalam berbicara melebihi
Fathimah, apabila dia masuk menemui Nabi, maka Nabi berdiri untuk
menyambutnya dan menciumnya serta melapangkan tempatnya. Begitu pula
sebaliknya perlakuan Fathimah terhadap Nabi.”
10
Dari Tsauban r.a., ia berkata, “Rasulullah SAW masuk ke rumah
Fathimah sedangkan ketika itu aku bersama beliau SAW. Fathimah mengambil
kalung emas dari lehernya seraya berkata, “Ini adalah kalung yang dihadiahkan
Abu Hasan kepadaku.” Maka beliau bersabda, “Wahai Fathimah apakah
engkau senang jika orang-orang berkata, ‘Inilah Fathimah binti Muhammad
sedangkan di tangannya ada kalung dari neraka?‘”
Maka kedudukan yang telah diraih oleh Fathimah r.a. di sisi ayahnya
Rasulullah SAW tersebut tidak manghalangi Rasulullah SAW memarahinya,
mencelanya bahkan mengancamnya dan bahwasanya sekali-kali Rasulullah
SAW tidak dapat menolong Fathimah dari kehendak Allah. Bahkan beliau juga
memberikan ancaman, seandainya dia mencuri, maka akan ditegakkanlah
hukum atasnya yakni hukum potong tangan. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits tentang seorang wanita al-Makhzumiyah yang mencuri kemudian
kaumnya memintakan ampunan agar wanita tersebut bebas melalui Usamah bin
Zaid bin Haritsah kekasih Rasulullah SAW, maka beliau bersabda:
Bahkan lebih dari itu, dengan kapasitas kecintaan Nabi SAW yang
sangat mendalam kepada Fathimah, beliau lebih mendahulukan pemberiannya
kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan daripada Fathimah, sekalipun
11
beliau menghadapi sulit dan susahnya kehidupan. Ali r.a. berkata kepada
Fathimah r.a., “Alangkah lelahnya engkau wahai Fathimah sehingga
menyedihkan hatiku. Sungguh Allah telah memberikan tawanan kepada
Rasulullah, maka mintalah kepada beliau satu tawanan saja yang akan
membantumu dalam bekerja!” Fathimah menjawab, “Akan aku lakukan, insya
Allah.”
12
tahu selain Ali dan keluarga terdekat. Ali juga membuat tiga kuburan palsu
supaya makam istrinya tidak dapat diidentifikasi. Demikian papar Hassan Amin
dalam Islamic Shi'ite Encyclopedia (1968-1973).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14